AHLI WARIS
DISUSUN OLEH :
NURUL IFTITAH
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, atas ridho dan rahmat nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “AHLI WARIS”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang menjadi kewajiban bagi penulis dalam
mata kuliah fiqih yang dibimbing oleh Ustadz, M.Sholeh Jamal. S.Pd.I dalam Penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak, sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2
E. Hikmah .................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 14
C. Saran ....................................................................................................................................... 14
BAB 1 PENDAHULUAN
Waris atau fara’idh adalah pengetahuan yang membahas seluk beluk pembagian harta
waris, ketentuan ahli waris dan bagian bagiannya. Adapun tirkah adalah seluruh harta
peninggalan yang di tinggalkan oleh orang yang meninggal, yang berupa harta benda utang
piutang dan sebagainya.Jadi Masalah kewarisan berhubungan erat dengan masalah sistem
kekeluargaan yang di anut.
Pembahasan masalah kewarisan dalam islam kelihatanya sudah amat baku, apalagi jika
berbicara tentang sumber hukum yang dijadikan dalil sebagai perintah legal formal
pelaksanaan kewarisan dalam islam. Jadi pada makalah ini akan lebih sepesifik mejelaskan
tentang mawaris.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Waris
Kata waris berasal dari bahasa Arab waratsa yaritsu wartsan yang berarti harta
peninggalan orang meninggal yang akan dibagikan kepada ahli warisnya.
Ilmu yang mempelajari warisan disebut ilmu mawaris, atau lebih dikenal dengan istilah fara’id
merupakan betuk jama dari faridah, yang diartikan oleh para ulama faradiyun semakna dengan
kata mafrudah, bagian yang telah ditentukan kadarnya.Menurut istilah syara artinya bagian-
bagian yang telah dipastikan untuk ahli waris
Ahli waris ialah orang-orang yang bisa memperoleh warisan dari seseorang yang
memperoleh warisan dari seseorang yang meninggal dunia
.
B. Sumber hukum dan dalil waris
Sumber hukum pembagian mawaris bersumber pada:
Al-qur’an merupakan sebagian besar sumber hukum waris yang banyak
menjelaskan ketentuan- ketentuan fard tiap tiap ahli waris, seperti tercantum dalam surat an-
ْ ق
nisa ayat 11 dan 12 اثنَتَي ِْن فَلَه َُّن ثُلُثَا َ ظ ْاَلُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَ ْو
ِّ لذ َك ِر ِم ْث ُل َح ٰ ص ْي ُك ُم ه
َّ ِّللاُ فِ ْْٓي اَ ْو ََل ِد ُك ْم ل ِ ي ُْو
ان لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَاِ ْن لَّ ْم َ ك اِ ْن َك َ ف ۗ َو َِلَبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر ُ َْت َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّص ْ ك ۚ َواِ ْن َكان َ َما تَ َر
ص ْي بِهَآْ اَ ْو َدي ٍْن ۗ هابَ ۤا ُؤ ُك ْم ِ ان لَ ٗ ْٓه اِ ْخ َوةٌ فَ ِِلُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ْۢ ْن بَ ْع ِد َو
ِ صيَّ ٍة ي ُّْو َ ث ۚ فَاِ ْن َك ُ ُيَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ ْٓ اَبَ هوهُ فَ ِِلُ ِّم ِه الثُّل
ان َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما َ ّللاَ َك ٰ ّللاِ ۗ اِ َّن ه
ٰ ضةً ِّم َن ه
َ َواَ ْبن َۤا ُؤ ُك ۚ ْم ََل تَ ْدر ُْو َن اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-
anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.
Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia
memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak.
Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu
dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.
صيَّ ٍةِ ان لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم ٱلرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْك َن ۚ ِم ْۢن بَ ْع ِد َو َ ك أَ ْز ه َو ُج ُك ْم إِن لَّ ْم يَ ُكن لَّه َُّن َولَ ٌد ۚ فَإِن َك َ ف َما تَ َر ُ ْولَ ُك ْم نِص
َ ين ِبهَآْ أَ ْو َد ْي ٍن ۚ َولَه َُّن ٱلرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم إِن لَّ ْم يَ ُكن لَّ ُك ْم َولَ ٌد ۚ فَإِن َك
ان لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَه َُّن ٱلثُّ ُم ُن ِم َّما تَ َر ْكتُم ۚ ِّم ْۢن َ ُوص
ِ ي
ۚ ُت فَلِ ُكلِّ ه َو ِح ٍد ِّمنْهُ َما ٱل ُّس ُدس ٌ ث َك هلَلَةً أَ ِو ٱ ْم َرأَةٌ َولَ ْٓۥهُ أَ ٌخ أَ ْو أُ ْخ
ُ ان َر ُج ٌل يُو َر َ ُون ِبهَآْ أَ ْو َد ْي ٍن ۗ َوإِن َك َ صيَّ ٍة تُوص ِ بَ ْع ِد َو
ِ َّ صيَّةً ِّم َن
ۗ ٱَّلل ِ ضآْرٍّ ۚ َو َ ص هى ِبهَآْ أَ ْو َدي ٍْن َغ ْي َر ُم َ صيَّ ٍة يُو ِ ث ۚ ِم ْۢن بَ ْع ِد َوِ ُك فَهُ ْم ُش َر َكآْ ُء فِى ٱلثُّل َ ِفَإِن َكانُ ْٓو ۟ا أَ ْكثَ َر ِمن ه َذل
َّ َو
ٱَّللُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat
(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar
dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun
Al- hadis yang antara lain diriwayatkan oleh Ibnu abbas ra:
َ ِ ض ِبا َ ْه ِل َها فَ َما َب ِق َي فَهُ َو
ل وْ لَى َرج ٍُل َذ َك ٍر َ اَ ْل ِحقُوْ ا ْالفَ َرا ِئ
Artinya:
“berilah orang-orang yang mempunyai bagian tetap sesuai dengan bagianya masing-
masing sedangkan kelebihanya di berikan kepada asabah yang lebih dekat, yaitu orang laki-
laki yang lebih utama” .(HR.Bukhari- Muslim)
C. Harta waris dan Ahli waris
- Harta waris yang dalam istilah fara’id dinamakan tirkah (peninggalan) adalah
sesuatu yang ditinggalkan oleh pewaris, baik berupa harta benda dan hak- hak
kebendaan, yang dibenarkan oleh syariat islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya.
-Ahli waris Orang – orang yang boleh (mungkin) mendapat waris dari
seseorang yang telah meninggal dunia ada 25 orang. 15 orang dari pihak laki-laki dan 10
orang dari pihak perempuan.
A. Dari pihak laki-laki
1. Anak laki-laki dari yang meninggal.
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, dan terus ke bawah
asal pertaliannya masih terus laki-laki.
3. Bapak dari yang meninggal.
4. Datuk (kakek) dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum diputus dari
pihak bapak.
5. Saudara laki-laki seibu sebapa.
6. Saudara laki-laki sebapak saja
7. Saudara laki-laki seibu saja
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu-sebapak
9. Anak laki-laki dari saudar laki-laki yang sebapak saja.
10. Saudara laki-laki bapak(paman) dari pihak bapak yang seibu-sebapak
11. Saudara laki-laki yang sebapak saja.
12. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu-sebapak
13. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki(paman) yang sebapa saja
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan mayat.
Jika 15 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka hanya 3
orang,yaitu:
a. Bapak
b. Anak laki-laki
c. Suami
B. Dari pihak perempuan
1. Anak perempuan
2. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal pertaliannya dengan
yang meninggal masih terus laki-laki.
3. Ibu
5. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki
9. Istri
Jika 10 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka hanya 5
orang,yaitu:
a. Istri
b. Anak perempuan
d. Ibu
E. Hikmah
1. Mawaris memperkuat keyakinan bahwa Allah betul-betul Maha Adil, karena adilannya
Allah tidak hanya terdapat pada ciptaan-Nya, tetapi juga pada hukum-hukum yang telah
diterapkan-Nya, seperti hukum waris Islam.
2. Hukum waris Islam memberi petunjuk kepada setiap muslim, keluarga muslim, dan
masyarakat Islam, agar selalu giat melakukan usaha-usaha dakwah dan pendidikan Islam,
sehingga tidak ada seorang Islam pun yang murtad.
3. Mematuhi hukum waris Islam dengan dilandasi rasa ikhlas karena Allah dan untuk
memperoleh ridha Nya, tentu akan dapat menghilangkan sifat-sifat tercela yang mungkin
timbul kepada para ahli waris.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat mengemukakan simpulan bahwa ahli waris
adalah orang yang bisa memperoleh warisan dari seseorang yang memperoleh warisan dari
seseorang yang meninggal dunia. Adapun penggolongan ahli waris ada bermacam-macam,
yaitu ada yang berdasarkan sebab-sebab menerima warisan, besarnya hak yang akan diterima
ahli waris, dan penggolongan ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan. Sedang pembagian
hak masing-masing ahli waris telah ditentukan berdasarkan ketetapan syari’at Islam.
C. Saran
Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini sangatlah
jauh dari kesempurnaan,oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran dari para pembaca
yang sifatnya lebih membangun dari makalah ini,semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya. aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Perangin, Hukum Waris, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006)
Shomad,Abdul.Kitab faro’id,