Pemerintah daerah dalam hal ini memiliki peran yang lebih terbatas, seperti
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan aksesibilitas pendidikan,
dan pelaksanaan program-program pendidikan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Meskipun ada ruang untuk penyesuaian lokal dalam pelaksanaan
program-program tersebut, keputusan strategis dan kebijakan dasar tetap berasal
dari pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan pemerintah pusat ingin menjaga
keseragaman pendidikan nasional, menjaga kualitas pendidikan secara merata di
seluruh wilayah Indonesia, dan memastikan bahwa tujuan pendidikan nasional
tercapai secara konsisten di seluruh negeri.
Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam konteks
Pendidikan Islam antara lain:
Inovasi merupakan kunci bagi kemajuan dan perkembangan manusia. Dalam dunia
yang terus berubah, adanya inovasi yang berkelanjutan sangat penting untuk
menanggapi perubahan dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh individu,
perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa otonomi pendidikan tinggi tidak berarti
bahwa lembaga-lembaga tersebut beroperasi sepenuhnya tanpa batasan atau
tanggung jawab. Pemerintah masih memiliki peran dalam memastikan akuntabilitas
dan kualitas pendidikan tinggi. Biasanya, ada kerangka hukum dan regulasi yang
mengatur aspek-aspek tertentu dari pendidikan tinggi, seperti akreditasi, standar
mutu, perlindungan konsumen, dan keadilan sosial. Tujuan akhir dari otonomi
pendidikan tinggi adalah menciptakan sistem pendidikan tinggi yang berimbang
antara kemandirian institusi dengan pertanggungjawaban publik yang tepat.
Meskipun UN memiliki tujuan yang bervariasi, penting untuk diingat bahwa ujian ini
hanya merupakan salah satu metode evaluasi dan tidak mencerminkan sepenuhnya
kemampuan dan potensi seorang siswa. Keputusan mengenai pendidikan dan
pengembangan siswa sebaiknya tidak hanya didasarkan pada hasil UN semata,
tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti pengalaman, minat, dan
bakat siswa.
Lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh madrasah seringkali dianggap sebagai
bagian dari sistem pendidikan agama dan kebudayaan yang lebih luas. Oleh karena
itu, kebijakan desentralisasi pendidikan yang biasanya berfokus pada aspek
administratif dan manajerial sekolah umum tidak selalu diterapkan dengan cara
yang sama pada madrasah.
Beberapa negara memiliki sistem pendidikan yang terpisah antara sekolah umum
dan sekolah agama. Madrasah biasanya dikelola oleh otoritas keagamaan, seperti
lembaga-lembaga Islam atau kementerian agama. Karena struktur dan pengaturan
administratif yang berbeda, madrasah mungkin tidak termasuk dalam rencana
desentralisasi pendidikan yang lebih umum.
Namun, penting untuk dicatat bahwa konteks dan praktik pendidikan Islam,
termasuk madrasah, dapat bervariasi di antara negara-negara yang berbeda.
Sehingga, ketersediaan data dan kebijakan terbaru dapat memberikan informasi
yang lebih akurat tentang situasi terkini terkait desentralisasi pendidikan Islam di
berbagai negara.