Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang menjelaskan

tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya,

namun memiliki tema yang sama. Kajian terkait penelitian terdahulu ini

dimaksudkan mampu menjadi pembanding bagi peneliti dalam menulis

dan memaparkan hasil dari penelitian nantinya. Adapun penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility

(CSR) yaitu:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yusi Rindik Astutik

(2019), skripsi jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Muhammadiyah Malang yang dilakukan pada tahun 2019

dengan judul “Implementasi Corporate Social Responsibility dalam

Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pemanfaatan Pengolahan

Limbah Pabrtik PT. CJ Feed Jombang di Dusun Ngrowo Kabupaten

Jombang)”. Penelitian yang dilakukan oleh Yusi ini menjelaskan

mengenai Implementasi program Corporate Social Responsibility

(CSR) melalui pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pengolahan

kembali limbah perusahaan PT. CJ Feed Jombang, sebagai suatu bentuk

tanggungjawab perusahaan baik tanggungjawab sosial kepada

masyarakat maupun tanggung jawab terhadap lingkungan, dengan

12
adanya program yang dijalankan oleh perusahaan kepada masyarakat

sekitar, yang mana hasil dari Implementasi program tersebut dapat

memberikan dampak yang positif, terdapat perubahan dari aspek

ekonomi yang dialami oleh masyarakat yang tergabung dalam

kelompok pemberdayaan masyarakat PT. CJ Feed, mereka memiliki

pekerjaan tetap sehingga pendapatan merekapun konsisten setiap

harinya, sehingga masyarakat yang tergabung dalam kelompok

pemberdayaan tersebut mampu meningkatkan kehidupan sosial maupun

perekonomian perekonomian mereka.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Yusi Rindik

Astutik dengan penelitian ini adalah sasaran dan model program

penelitian ini, sasaran dari penelitian yang dilakukan oleh Yusi Rindik

Astutik adalah masyarakat yang diberdayakan melalui pengolahan

limbah perusahaan agar memiliki pekerjaan tetap sera penghasilan yang

stabil, dan kemudian dimasukkan dalam satu kelompok bersama.

Sedangkan penelitian ini menyasar pada siapa saja yang berada pada

wilayah pengembangan perusahaan yang kemudian harus memiliki

kelompok yang terdiri dari minimal 6 orang, dimana perusahaan telah

memiliki kriteria program sesuai dengan kemampuan atau skill yang

dimiliki oleh masing-masing kelompok.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Noviyani Muslikhah

(2014), mahasiswi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

judul “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) melalui

13
Program Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat PT.

Indocement Tunggal Prakarsa TBK di Kabupaten Bogor”. Penelitian ini

menjelaskan tentang implementasi program pemberdayaan yang

diterapkan PT. Indocement yang menitik beratkan pada community

development dan sustainable development, dimana program ini hadir

melalui hasil analisis kebutuhan, penyusunan program, rencana strategi

5 tahunan yang selanjutnya diimplementasikan dengan pola sentralisasi

yaitu PT. Indocement sebagai penyelenggara/pelaksana. Mekanisme

yang digunakan adalah top down process berdasarkan program survey

yang kemudian disepakati oleh kedua belah pihak (perusahaan dan

penerima manfaat). Dalam implementasi ini juga rutin dijalankan

evaluasi dan reporting sebagai bentuk kontrol dalam setiap programnya

sehingga paska kegiatan yang dijalankan ini mampu memberikan

dampak keberlanjutan di bidang manusia, sosial, lingkungan dan

ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyani Muslikhah dengan

penelitian ini memiliki tema yaitu tentang pemberdayaan masyarakat

melalui implementasi CSR, namun demikian tidak berarti penelitian ini

tidak memiliki perbedaan, terdapat beberapa perbedaan yang ada dalam

penelitian yang dilakukan oleh Noviyani Muslikhah lebih berfokus

pada pemberdyaan dengan memberikan pelatihan kepada penerima

manfaat sedangkan penelitian ini perusahaan memberikan dana hibah

kepada tiap OMS untuk di operasikan pada usaha yang telah diajukan

sebelumnya.

14
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Widyastika Ekayuli

Lovianti, mahasiswi jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas

Muhammadiyah Maalang pada tahun 2017, berjudul “Pelaksanaan

Pemberdayaan Masyarakat PT. PLN (Persero) PLTU Tanjung Awar-

Awar Tuban melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility)”,

yang menjelaskan tentang pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh

PT PLN (Persero) PLTU Tanjung Awar-Awar, secara teknis

pelaksanaannya sudah sesuai dengan tuntutan masyarakat ring 1

wilayah perusahaan yang kemudian di fokuskan dalam program

pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan kerja bagi masyarakat ring

1 PT PLN (Persero) PLTU Tanjung Awar-Awar melalui pemilihan

secara acak oleh pihak desa. Sehingga secara implikasi program ini

masih sangat kurang berdampak bagi masyarakat, karena selain

pemilihan yang secara acak (tidak sesuai) program ini juga bersifat

tidak berkelanjutan, tidak ada proses monitoring setelah adanya

program ini, sehingga walaupun program ini telah sesuai dengan

tuntutan masyarakat, akan tetapi nilai kebermanfaatan dari program ini

masih belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat kawasan ring 1

perusahaan.

Hal yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widyastika Ekayuli Lovianti, terletak

pada proses penetapan program dari masing-masing perusahaan. Dalam

penelitian ini Semen Indonesia Group (SIG) telah menetapkan program

15
sesuai dengan analisis kebutuhan di masyarakat wilayah pengembangan

perusahaan sedangkan penelitian Widyastika Ekayuli Lovianti, program

CSR yang diterapkan disesuaikan dengan tuntutan masyarakat ring 1

perusahaan dan difokuskan pada pemberian pelatihan, yang peserta

pelatihannya dipilih secara acak oleh perusahaan.

B. Konsep Kolaborasi

Kolaborasi merupakan suatu kegiatan interaksi sosial antar dua

belah pihak atau lebih yang dimaksudkan untuk bekerja sama dalam

menyelesaikan suatu permasalahan dan tanpa paksaan serta berdasarkan

pada persetujuan masing-masing pihak. Dimana pihak-pihak terkait

melakukan penyatuan pemikiran untuk saling bekerjasama dalam

mewujudkan suatu tujuan tertentu atau mencari sebuah solusi dari

permasalahan yang nantinya akan menguntungkan pihak-pihak yang

terlibat dalam kerjasama tersebut seperti perusahaan, pemerintah,

masyarakat sipil, lembaga pendidikan maupun komponen-komponen

lainnya.

Keterlibatan kerjasama antara beberapa pihak terkait bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas kehidupan dari pihak-pihak terkait dan

meningkatkan pembangunan dari beberapa unsur, seperti sumberdaya

yang terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sangat

penting meningkatkan sumberdaya alam yang ada dalam suatu wilayah

melalui kerjasama dari beberapa pihak dengan adanya kerjasama dari

beberapa pihak-pihak yang bersangkutan akan memudahkan dalam

melakukan management sumber daya dengan pemikiran yang berbeda

16
dan menambah wawasan atau pengetahuan yang dapat menunjang

meningkatnya sumber daya manusia pada suatu wilayah.

Dalam proses kolaborasi yang dilakukan pengambilan

keputusan dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak terkait, dimana

tujuan dari hal tersebut adalah agar tidak ada pihak yang merasa

dirugikan, sehingga perlu dibangun komunikasi yang baik dan dapat

diterima oleh pihak yang bekerjasama, selain komunikasi juga

diperlukan trust (kepercayaan), serta komitmen dari masing-masing

pihak terkait.

Menurut Cerpenter (1990) dalam buku yang diterbitkan oleh

WWF (Fairuza, 2017) menjelaskan bahwa terdapat tujuh karakteristik

dalam kolaborasi, yaitui sebagai berikut :

1. Partisipasi yang bersifat inklusif.

Tidak ada pembatasan dalam partisipasi dan juga tidak ada yang

merasa paling tahu dan paling paham terkait apa yang dijalankan,

tetapi saling bertukar gagasan dan menjadi partner dalam

melakukan disksusi.

2. Partisipasi yang bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian

kesuksesan.

Semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut tidak hanya ikut dan

menjalankan kegiatannya saja, tetapi juga harus mampu membantu

dan menjamin kesuksesan dari apa yang dijalankan.

3. Adanya tujuan yang jelas dalam pendefinisaian masalah.

17
Dalam menyelesaikan sebuah permasalahan perlu dilakukan

analisis dari pemasalahan yang ada, sehingga dengan adanya

analisis permasalahan mampu diambil tindakan agar dapat

mencapai tujuan yang akan dicapai.

4. Pihak-pihak terkait saling membagikan pengetahuannya satu

dengan yang lainnya.

Setiap partisipan pasti memiliki pemikiran dan pengetahuan yang

berbeda, semakin banyak pemikiran akan semakin banyak

memunculkan gagasan untuk menambah pengetahuan pada tiap

partisipan.

5. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.

Dalam penyelesaian daripermasalahan yang ada, akan terdapat

beberapa pilihan dan tidak bisa dilakukan secara bersama sama,

sehingga partisipan perlu melakukan identifikasi dari pilihan yang

ada kemudian mengujinya sebelum nantinya diimplementasikan.

6. Pihak yang bersangkutan berbagi peran dan tanggungjawab

terhadap implementasi solusi.

Harus ada pembagian peran dalam setiap partisipan yang ada,

karena dengan adanya pembagian peran pada tiap individu akan

lebih mudah dalam pelaksanaan program atau kegiatan yang

dijalankan.

7. Pihak-pihak yang bekerjasama selalu mengetahui perkembangan

yang ada.

18
Partisipan atau pihak-pihak terkait perlu melakukan update terkait

perkembangan pelaksanaan program yang ada agar dapat

mengetahui progress yang berjalan dan kendala apa yang ada saat

pelaksanaannya.

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan suatu proses pemberian

keterampilan atau pengasahan kemampuan pada masyarakat yang

diberdayakan melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki, baik berupa

sumber daya alam ataupun sumber daya manusia guna memupuk atau

meningkatkan kemandirian sesuai dengan permasalahan dan

kebutuhan dari masyarakat yang diberdayakan, yang sifatnya

berkelanjutan dengan harapan mampu meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat dan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya

tanpa bergantung dengan pihak tertentu. Melalui upaya peningkatan

kualitas diri masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu dengan

melakukan penggalian potensi yang di miliki masyarakat, baik berupa

potensi wilayah maupun potensi sumber daya manusia (SDM), dimana

pemberdayaan tersebut dilakukan agar mampu mensejahteraan

masyarkat yang diberdayakan, melalui usaha-usaha pengasahan

kemampuan, keterampilan, skill dengan memanfaatkan sumber daya

yang ada, dan mampu meningkatkan kualitas hidup untuk menjadi

lebih baik melaui kegiatan-kegiatan yang produktif. Dimana kegiatan-

kegiatan yang dijalankan telah melaui proses perencanaan berupa

19
perancangan, penetapan dan pendampingan program sesuai dengan

permasalahan dan kebutuhan dari masyarakat penerima manfaat.

Menurut (Jim Ife, Frank Tesoiero, 2006) melalui prespektif

pluralis, menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah proses menolong

kelompok yang sebenarnya memiliki potensi dalam dirinya, akan

tetapi tidak memiliki akses untuk menjangkau hal tersebut, dimana

kelompok tersebut dilatih untuk bersaing secara efektif dengan

menolong mereka melalui pemberian keterampilan, pemahaman

bagaimana memanfaatkan sistem yang tersedia dan lain sebagainya.

Proses pembelajaran dalam suatu pemberdayaan merupakan hal yang

penting untuk diperhatikan, adanya kemauan untuk belajar akan

memudahkan masyarakat untuk menjadikan proses pemberdayaan

menuju perubahan yang berkelanjutan, dan dapat memandirikan

masyarakat yang diberdayakan melalui kemampuan yang dimilikinya.

Telah jelas dipaparkan, bahwa pada hakikatnya tiap individu

memiliki kemampuan dan potensi diri untuk diberdayakan. Alasan

mengapa kemampuan masyarakat yang ada dalam suatu wilayah tidak

bisa diasah secara maksimal biasanya disebabkan dengan minimnya

sistem sumber yang mampu dijangkau oleh kelompok tersebut, dan

juga ketidakmampuan suatu kelompok untuk memanfaatkan sistem

sumber yang ada. Terdapat beberapa prinsip yang diterapkan dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat agar pemberdayaan masyarakat

dapat berjalan dengan efektif dan efisien menurut menurut (Wirutomo,

2012: 34-37) dalam (Rusydan Fathy, 2019), anatara lain :

20
1. pemberdayaan bukan hanya ber output pada materi saja.

Pemberdayaan harus mampu ber output terhadap pengembangan

potensi yang dimiliki masyarakat yang diberdayakan. Agar

masyarakat paham dengan potensi yang dimilikinya dan nantinya

dapat meningkatkan kemandirian yang dimilikinya.

2. Proses Pemberdayaan masyarakat harus mampu berlaku adil dan

menjadikan semua elemen yang diberdayakan untuk berpartisipasi

aktif dalam proses pemberdayaan yang dilakukan agar tidak hanya

sebagian orang saja yang menjadi objek dari pemberdayaan

tersebut tetapi semua masyarakat yang diberdayakan. Harus

encakup semua strata sosial, dalam implementasinya

pemberdayaan harus mencakup semua strata sosial dan tidak ada

diskriminasi terhadap golongan tertentu, dalam melakukan proses

pemberdayaan harus dilakukan secara adil kepada semua golongan

sesuai ketentuan, agar pemberdayaan masyarakat mampu dirasakan

semua golongan tanpa adanya nepotisme ataupun kegiatan

diskriminasi lainnya.

3. Melakukan identifikasi terhadap semua potensi yang ada, dan siap

bermitra dengannya. Sangat penting melakukan proses identifikasi

terhadap potensi yang ada, karena dengan adanya proses

identifikasi tersebut akan lebih mudah dalam melakukan

pemberdayaan masyarakat dengan memetakan potensi yang telah

di identifikasi dan menentukan mana mitra yang cocok untuk

potensi tersebut.

21
4. Tidak di implementasikan melalui proyek-proyek yang bersifat

sesaat. Pemberdayaan bukan hanya bersifat sesaat, tetapi harus

bersifat berkelanjutan, agar masyarakat yang diberdayakan mampu

meningkatkan kemandirian dan mengasah potensi yang dimilikinya

melalui proses yang berkelanjutan.

5. Adanya pembagian risorsis (sumberdaya). Dalam sebuah

organisasi masyarakat yang diberdayakan sangat penting adanya

pembagian tugas dalam kelompok tersebut, agar memudahkan

proses pengorganisasian dan tanggungjawab pada masing-masing

sumberdaya yang dibutuhkan, dengan demikian tidak terjadi

tumpeng tindih dalam menjalankan aktivitas pemberdayaan yang

telah dicanangkan.

6. Output dari proses pemberdayaan adalah mengupayakan untuk

memperoleh hak dasar meliputi pendidikan, kesehatan, pekerjaan,

beribadah, berkreasi dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki

hak asasi manusia dan kebebasan masing-masing, adanya

pemberdayaan harusnya memberikan keberanian untuk masyarakat

yang diberdayakan untuk lebih berani mengekspresikan diri agar

nantinya masyarakat yang diberdayakan lebih mudah dalam

mempeoleh hak dasar yang seharusnya didapatkan.

Sangat penting diperhatikan prinsip-prinsip dalam

melakukan sebuah pemberdayaan masyarakat, guna memperoleh

hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang telah di rencanakan

oleh pihak yang melakukan pemberdayaan. Bukan hanya

22
menetapkan beberapa prinsip saja, tetapi juga perlu ditetapkan

beberapa strategi dalam melakukan proses pemberdayaan,

beberapa strategi yang perlu diterapkan menurut (Wrihatnolo dan

Dwidjowijoto, 2007) dalam (Helen Puspita Sari, 2019) yaitu :

Pertama penyadaran, dalam tahap ini adalah memberikan

pengertian kepada masyarakat yang akan diberdayakan tekait

dengan urgensi pemberdayaan yang akan dilakukan, dimana

pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam

meningkatkan kualitas hidup mereka yang akan diberdayakan.

Penerima manfaat atau orang yang akan diberdayakan diberikan

penyadaran bahwa mereka memiliki hak untuk mempunyai

sesuatu, penyadaran diharapkan mampu memberikan pemahaman

bagi mereka untuk mengetahui inti dari permasalahan yang

dihadapi, agar mampu ditarik benang merah untuk menyelesaikan

akar dari permasalahan tersebut. Karena dalam upaya

pemberdayaan harus dimulai dari diri sendiri dan dilakukan secara

mandiri.

Kedua pengkapasitasan, tahap ini sering disebut dengan

capacity building, sebelum dilakukan proses pemberdayaan

masyarakat perlu diberikan kecakapan atau pemahaman sebelum

mengelolanya. Untuk diberikan daya atau kuasa, yang

bersangkutan harus menguasai atau mumpuni dalam bidang

tersebut, dalam hal ini pengkapasitasan memiliki makna

kemampuan seseorang baik secara individu maupun kelompok,

23
sehingga dengan kapasitas yang telah dimiliki yang bersangkutan

mampu menerima dan menjalankan daya dsn kuasa yang

diberikan. Pengkapasitasan terdiri dari beberpa aspek, yaitu

manusia, organisasi, dan sistem nilai. Pengkapasitasan manusia

adalah tentang bagaimana manusia tersebut mampu meningkatkan

kemampuan yang ada dalam dirinya melalui pengembangan

kompetensi yang diberikan. Pengkapasitasan organisasi membahsa

tentang bagaimana struktur atau pembagian tugas yang ada dalam

kelompok yang diberdayakan agar memudahkan dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tupoksi

masing-masing individu. Sedangkan pengkapasitasan sistem nilai

berbicara mengenai aturan main dalam organisasi atau kelompok

yang diberdayakan agar mampu mencapai tujuan sesuai

perencanaan awal.

Ketiga pendayaan, strategi ini merupakan strategi yang

cukup penting karena dalam strategi ini merupakan implementasi

dari pelaksanaan yang telah diajarkan sebelumnya. Pedayaan

merupakan pemberian otoritas, daya, kekuasaan yang telah

disesuaikan dengan peluang dan kemampuan masyarakat yang

akan diberdayakan, dimana dalam proses pendayaan ini harus

dilakukan pengkajian yang matang terkait dengan keteraturan dan

keberlanjutan program yang akan diberikan, dalam proses

pendayaan ini terdapat beberapa tahapan secara umum yang perlu

24
dilakukan pendamping dalam proses pemberdayaan masyarakat,

yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan

sebelum proses pendayaan, yang perlu dipersiapkan dalam

tahap ini adalah penyiapan tenaga pendamping (community

worker) dan tahap penyiapan lapangan

2. Tahap pengkajian (assessment)

Proses pengkajian atau assessment dilakukan dengan tujuan

mengetahui permasalahan yang ada dalam kelompok yang akan

diberdayakan dan potensi apa yang dimiliki oleh kelompok

tersebut, sehingga program yang direncanakan nantinya sesuai

dengan kemampuan dari masyarakat yang menjadi sasaran.

3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan dan tahap

pemformulasian rencana aksi.

Dalam tahap ini community worker (pendamping) mencoba

melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam

proses penyusunan program yang akan dijalankan.

4. Tahap capacity building dan networking.

Capacity building dan networking mencakup bebrapa tahapan

antara lain :

a. Melakukan pelatihan, workshop atau kegiatan lainnya yang

dapat meningkatkan kapasitas masyarakat yang akan

25
dibedayakan, agar nantinya ketika masyarakat tersebut

sudah menjalankan program yang diberikan, masyarakat

tidak gagap dan sudah memiliki kemampuan yang

mumpuni.

b. Community worker (pendamping) dan masyarakat bersama-

sama mebuat aturan main saat menjalankan program dan

juga struktur organisasi (bila diperlukan) serta anggaran

dasar yang menjadi aturan dari masyarakat yang

diberdayakan.

c. Membangun jaringan dengan pihak-pihak yang mampu

menjadi mitra atau pihak yang mampu mendukung

berjalannya program.

5. Tahap pelaksanaan pendampingan

Tahap ini merupakan tahap menjalankan program yang telah

disusun dan disepakati oleh masyarakat yang diberdayakan

sesuai dengan kemampuannya.

6. Tahap evaluasi

Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam

melakukan evaluasi program yang telah dijalankan, yaitu :

a. Melakukan pemantauan pada setiap tahapan program

pemberdayaan yang dilakukan.

b. Melakukan evaluasi tekait kelebihan dan kekurangan dari

proses pemberdayaan yang telah dijalankan.

26
c. Mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang telah

ditemukan sebelumnya, agar kedepannya program yang

dijalankan mampu berjalan dengan lebih baik.

Beberapa tahapan dalam evaluasi dijalankan setelah tahapan

sebelumnya dilakukan, tahap evaluasi ini dijalankan sebelum

dilakukannya tahapan terminasi (tahapan akhir)

7. Tahap terminasi

Tahap ini merupakan tahap akhir setelah program

pemberdayaan masyarakat dijalankan dan dinilai berhasil dan

sesuai dengan perencanaan awal. Dengan berakhirnya program

yang telah diberikan, maka pihak fasilitator (yang memberikan

program pemberdayaan) menyerahkan keseluruhan program

untuk dikelola masyarakat yang diberdayakan.

Dari pemaparan diatas cukup jelas bahwa dalam

melakukan sebuah pemberdayaan masyarakat tidak dapat

dilakukan secara langsung secara tiba-tiba, tetapi harus

memikirkan dampak dan keberlanjutan proses tersebut. Upaya

pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan secara

langsung dengan membrikan keterampilan atau pelatihan dalam

suatu kelompok atau masyarakat tetapi harus memperhatikan

prinsip yang perlu diterapkan dalam berjalannya proses

pemberdayaan, strategi dalam melakukan pemberdayaan

melalui hasil analisis kebutuhan dan kemampuan yang di miliki

27
masyarakat yang diberdayakan. Proses paling penting dalam

pemberdayaan masyarakat adalah melakukan monitoring dan

evaluasi secara berkala agar mampu menjadi bahan perbaikan

kedepannya.

D. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kontribusi yang

diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat melalui kegiatan sosial

perusahaa, investasi sosial dan program filantropi, perusahaan juga

terlibat dalam kebijakan publik, yang mana CSR adalah suatu bentuk

kepedulian sosial perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan kemanusiaan

yang di tuangkan dalam program-program yang dapat meningkatkan

taraf hidup masyarakat, serta komitmen dan wahana dalam

mewujudkan sikap kooperatif serta tanggung jawab sosial dan

lingkungan dari peusahaan, karean adanya dampak baik dampak

positif maupun negatif dari aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan,

sehingga perusahaan harus memiliki kesadaran terkait tanggung

jawabnya kepada masyarakat maupun kepada lingkungan.

Menurut (Budimanta, 2008) dalam (Muryaningrum, 2010),

menjelaskan bahwa CSR merupakan suatu bentuk upaya yang

dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan yang berdasar pada pembangunan dalam beberapa sektor

yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan dimana dengan memaksimalkan

dampak positif dan meminimalkan dampak negative bagi beberapa

sektor. CSR adalah cara menyeimbangi kekuatan perusahaan dengan

28
maksud menggunakan sumberdaya yang ada diperusahaan dan

menggantinya dengan program CSR yang diberikan.

Konsep CSR memiliki perbedaan dengan konsep amal

(Charity) dan juga Filantropi, Amal adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan niat hati yang tulus dan ikhlas tanpa pamrih, amal

bukan hanya sekedar memberi sesuatu yang sifatnya secara materiil

saja, tetapi juga dapat berupa perbuatan. (Qurrotul Ainiyah dan

Kasiyah, 2017). Sedangkan Filantropi secara definisi, istilah filantropi

(philanthropy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos (cinta) dan

Anthropos (manusia). Jika diterjemahkan secara harfiah, filantropi

adalah konseptualisasi dari praktek memberi (giving), pelayanan

(services) dan asosiasi (association) secara sukarela untuk membantu

pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa cinta. Istilah

filantropi diartikan dengan rasa kecintaan kepada manusia yang

terpatri dalam bentuk pemberian derma kepada orang lain (Faozan

Amar, 2017)

Sehingga, ketiga konsep ini memiliki persamaan bahwa tiga

kegiatan ini merupakan kegiatan yang sifatnya sama-sama memberi,

akan tetapi dasar dari pemberian yang dimaksudkan berbeda, amal atau

carity dilakukan dengan maksud tulus ikhlas untuk memberi, yang

mana pemberiannya berupa pemberian secara materiil ataupun non

materiil, sedangkan Filantropi adalah kegiatan memberikan pelayanan

yang sifatnya sukarela. Berbeda dengan CSR, CSR memberikan

bantuan karena merupakan suatu kewajiban atau tanggungjawab

29
perusahaan yang memang harus dijalankan dan telah diatur dalam

undang-undang, yang mana apabila dilanggar akan mendapatkan

sanksi dari pemerintah.

Berdaasrkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Corporate Social Respnsibility (CSR) adalah suatu bentuk tanggung

jawab perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan melalui sebuah

komitmen guna meningkatkan kapasitas dan kualitas diri masyarakat

melaui program-program yang diberikan oleh perusahaan yang

sifatnya berkelanjutan menitikberatkan pada beberapa aspek yaitu,

ekonomi, sosial, pendidikan dan lingkungan. Sehingga dengan adanya

program CSR yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang mendapatakan dampak dari

perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) sebelumnya juga

telah menjadi amanat undang-undang yang tertuang dalam Undang-

undang nomor 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1-4, tentang Tanggung

Jawab sosial dan Lingkungan perusahan bahwa,

1. Perseroan yang menjalankan kegiatausahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumberdaya alam wajib menlaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan sebagaimana ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

30
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturaan-

perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tnggung jawab sosial dan

lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. (Undang-Undang

Nomor 40 tahun 2007 tentang Otoritas Jasa Keuangan, 2007)

Sudah jelas bahwa pelaksanaan program Corporate Social

Responsibility (CSR) menjadi amanat yang harus dijalankan

perusahaan, mengingat bahwa perusahaan juga memberikan dampak,

baik bagi kehidupan sosial masyarakat maupun lingkungan, sehingga

dengan adanya peraturan yang mengatur dapat mempertegas proses

pelaksanaan program dan memberi sanksi bagi perusahaan yang tidak

menjalankannya agar terjadi hubungan timbal balik yang saling

menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan

masyarakat yang terdampak dari aktivitas perusahaan.

Proses pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

pada awalnya muncul sebagai satu pendekatan dalam mengatasi

dampak dari perusahaan, baik berupa dampak sosial maupun dampak

dari lingkungan. Akan tetapi lambat laun dalam implementasinya,

pelaksanaan CSR harus memiliki dasar atau prinsip dalam

pelaksanaannya, sehingga dengan adanya prinsip dapat menjadi

gambaran bagaimana pelaksanaan CSR dapat berjalan, adapun prinsip-

prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) antara lain :

31
1. Profit, dimana perusahaan harus berorientasi pada keuntungan

yang sebesar-besarnya, menjadikan perusahaan tersebut tetap

berkembang dan beroperasi, agar mampu menjamin

keberlangsungan perusahaan, salah satu hal yang dapat digunakan

untuk meningkatkan profit adalah dengan meningkatkan

produktifitas.

2. People, perusahaan harus memiliki tanggungjawab kepada

pembangunan masyarakat, karena perusahaan tidak mungkin dapat

berjalan dengan baik bahkan dapat menimbulkan konflik antar

masyarakat. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap

kesejahteraan masyarakat, pengimplementasiannya dapat

dilakukan dengan memberikan bantuan berupa beasiswa bagi

pelajar sekitar, pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan,

penguatan kapasitas masyarakat yang dapat meningkatkan

kemandirian dan perekonomian masyarakat sebagai bentuk

kepedulian dan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat.

3. Plannet, selain tanggung jawab kepada masyarakat, perusahaan

juga memiliki tanggungj jawab terhadap lingkunganagar dapat

menciptakan keberlanjutan keragaman hayati, dimana biasanya

program kepedulian perusahaan terhadap lingkungan di

ejawantahkan dala bentuk penghijauan, penyediaan sarana air

bersih, dan pengembangan pariwisata. (Porter, 2002:5) dalam

(Bing Bedjo Tanudjaja, 2006)

32
Seiring perkembangannya proses berjalannya CSR dijalankan

melalui beberapa tahapan yang saling berkaitan dan sistematis untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai agar pelaksanaan program

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan dampak

bagi kelompok yang disasar. Menurut Suharto (2002) dalam

(Prabawani, 2019) menjelaskan terdapat lima tahapan proses

pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) yakni sebagai

berikut :

1. Tahap Pendekatan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pendekatan, menjalin

komunikasi dan sosialisasi dan memberikan penyadaran terhadap

masyarakat, dan membangung kepercayaan terhadap masyarajat

yang menjadi sasaran program CSR, dalam tahap ini dilakukan

kontak sosial antara perusahaan dengan masyarakat

2. Tahap Identifikasi

Tahap identifikasi adalah tahap melihat,

menganalisispermasalahan, kebutuhan dan potensi yang dimiliki

oleh masyarakat, sebelum nantinya merumuskan program yang

akan dijalankan. Harus dipastikan bahwa program yang

direncanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masyarakat,

pada tahap ini yang digunakan adalah pendekatan berbasis pada

kebutuhan masyarakat (need-based approach).

33
3. Tahapan Tahap Perumusan Program (Rencana Aksi)

Dalam perumusan program atau rencana aksi dijalankan setelah

menemukan hasil identifikasi terkait kebutuhan dan potensi yang

dimiliki oleh masyarakat, dimana perumusan ini dijalankan dengan

menarik benang merah atau memberikan titik tengah pada

kepentingan pihak-pihak terkait. Terutama pada visi misi

perusahaan dan kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran

program CSR.

4. Tahap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan adalah tahap pengimplementasian dari peogram yang

telah dirumuskan sebelumnya. Tahap ini dijalankan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan perusahaan berdasarkan potensi

masyarakat yang menjadi sasaran program, dalam tahap

pelaksanaan sangat perlu adanya fasilitator untuk memantau

apakah program yang dijalankan sesuai dengan konsep yang telah

direncanakan atau tidak.

5. Tahap Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut.

Evaluasi merupakan tahapan penilaian yang dilaksanakan,tahapan

ini sangat diperlukan, karena denganadanya tahapan ini dapat

dilakukan penilaian apakah program yang telah dilaksanakan

berhasil atau gagal.tahap ini menjadi tahap penentuan apakah

program yang dijalankan perlu dihentikan atau dilanjutkan, apabila

programnya harus dihentikanmaka, perlu adanya strategi untuk

pihak-pihak terlibat sedangkan apabila programnya tetap

34
dilanjutkan, maka poin-poin evaluasi perlu dicatat untuk menjadi

bahan perbaikan dalam program yang akan datang.

Uraian tahapan diatas adalah langkah-langkah penting yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program Corporate Social

Responsibility (CSR), dimana uraian diatas dapat menjadi bahan

analisis yang nantinya sebagai pedoman pelaksanaan program bagi

perusahaan agar tepat sasaran dan mampu memberikan dampak

positif terhadap kelompok yang disasar.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak

hanya melalui tahapan pelaksanaan saja, tetapi juga memiliki

beberpa model yang biasanya ditetapkan di perusahaan-perusahaan

yang ada di Indonesia, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

pada masing-masing perusahaan yang menjalankan program

Corporate Social Responsibility (CSR), adapun model-model

tersebut antara lain :

1. Keterlibatan secara langsung pihak perusahaan dalam

menjalankan proses CSR, dimana perusahaan

menyelenggarakan sendiri proses kegiatan sosial atau

menyerahkan bantuan sosialnya tanpa perantara.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Model ini

merupakan adopsi dari model perusahaan di negara maju,

dimana perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah

groupnya.

35
3. Bermitra dengan oihak lain yang mampu memberikan profit

baik berupa materi atau kerjasama, baik dengan lembaga

sosial/non pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, media

massa, universitas, yang mampu membantu mengelola dana

mapun mengelola kegiatan sosialnya.

4. Bergabung dan mendukung dalam suatu konsorsium, atau

mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk suatu

tujuan sosial tertentu, dimana model ini merupakan model yang

lebih berorientasi dibandingkan dengan model lainnya, karena

dalam model ini biasanya diberikan dana hibah berupa “hibah

pembangunan dan kemudian pihak konsorsium atau lembaga

yang bersangkutan secara pro aktif mencari mitra kerjasama.

Empat model pelaksanaan diatas memiliki sisi negative dan

positifnya masing-masing, akan tetapi model yang biasanya paling

sering digunakan dan diterapkan di perusahaan-perusahaan yang

ada di Indonesia adalah model pertama, dengan menyerahkan

bantuan atau program secara langsung kepada masyarakat tanpa

melalui perantara, hal tersebut dapat menjadi nilai tambah

sekaligus branding terhadap perusahaan yang menjalankannya.

Dalam pelaksanaan tiap program pasti memiliki manfaat

baik bagi pemberi program maupun penerima program,

sebagaimana program CSR yang dijalankan oleh perusahan,

terdapat beberapa manfaat yang didapatkan dalam proses

pelaksanaan CSR, Menurut Yusuf Wibowo (2007:99), salah

36
manfaat CSR dalam masyarakat adalah menumbuhkan citra baik

perusahaan dimata masyarakat sehingga mengalami keberlanutan

usaha dan mempermudah perusahaan memperoleh modal sosial

dari masyarakat, dengan program CSR yang diberikan perusahaan

nantinya akan mudah dalam melakukan peningkatan pengambilan

keputusan bila terjadi hal-hal krisis. Selain berdampak bagi

masyarakat, program juga berdampak bagi lingkungan yaitu ikut

serta dalam upaya menjaga lingkungan serta membantu proses

reklasi pada wilayah yang telah digunakan.

37

Anda mungkin juga menyukai