Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata pemerintahan yang kolaboratif antara para
pemangku kepentingan dalam menyelesaikan banjir pasang surut di Kelurahan Bandengan dan
untuk mengetahui faktor yang menghambatnya. Studi ini menggunakan teori De Seve dan teori
lain yang relevan dengan kolaborasi untuk analisis maslaah ini.Kajian ini merupakan
penenlitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di Kelurahan Bandengan Kota Pekalongan pada
tahun 2015. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling yang kemudian berkembang menjadi
snowball. Data dianalisis dengan menggunakan analisis interaktif. Validasi data dilakukan
dengan menggunaka metode Triangulasi sumber data studi menunjukkan bahwa kolaborasi
masih semi formal, dan tidak tercantum konsensus diantara stakeholder yang ditujukan khusus
untuk menyelesaikan banjir pasang surut. Dalam prakteknya, pemangku kepentingan telah
berkolaborasi secara intensif. Studi juga menunjukkan bahwa beberapa item untuk pertemuan
kolaborasi tidak sukses karena kurangnya kepercayaan antara para pemangku kepentingan, tata
pemerintahan yang buruk, tidak cukupnya sumber daya dan keseimbangan distribusi
akuntabilias dan tanggung jawab, Berbagai faktor menghambat kolaborasi yang melibatkan
perspektif yang berbeda dalam hal keegoisan, tingkat kesadaran yang rendah, dan
ketidakpercayaan antar pemangku kepentingan, ketidakseimbangan akuntabilitas dan
tanggungjawab, dan sumber daya manusia, teknis dan keuangan yang tidak memadahi. Studi
menyimpulkan bahwa kolaborasi untuk menyelesaikan pasang surut banjit di Kelurahan
Bandengan tidak dilakukan secara optimal dan masih dibutuhkan reformasi dengan
mensinergikan berbagai perspektif pemangku kepentingan, lebih dekat dengan masyarakat, dan
memperluas kerjasama dengan piak lain untuk memenuhi kebutuhan sumber daya, dan
perekrutan SDM.
Kata kunci: Pemerintahan kolaboratif, infrastruktur, pasang surut banjir
82
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
83
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
84
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
85
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
manajemen publik pada suatu periode. Pendapat tersebut didukung dengan Kirk
Sehingga pengertian kolaborasi di sini Emerson et.al. (2011:2) yang
sangat luas, namun seluruh stakeholders menyatakan collaborative governance
yang masuk di dalamnya tetap memiliki sebagai:
tujuan yang sama. “the processes and structures
Selain itu, dalam jurnalnya, Ansell and Gash of public policy decision
(2007:544) mendefinisikan collaborative making and management that
governance sebagai: engae people constructively
“A governing arrangement where across the Vol 1 No 2, 2020
one or more public agencies hlm 48 - 62 boundaries of
directly engage non-state public agencies, levels of
stakeholders in acollective government, and/or the public,
decision-making process that is private and civic spheres in
formal, consensus-oriented, and order to carry out a public
deliberative and that aims to make purpose that could not
or implement public policy or otherwise be
manage public programs or accomplished”. (proses dan
assets.” sturktur pengambilan
(sebuah pemerintahan yang keputusan kebijakan publik dan
mengatur satu atau lebih manajemen yang
lembagalembaga publik pemangku melibatkan orang-orang
kepentingan non pemerintah dalam secara konstruktif pada batas-
proses pengambilan keputusan batas lembaga-lembaga publik,
secara kolektif yang bersifat tingkat pemerintahan, dan
formal, berorientasi pada masyarakat, swasta dan sipil
konsensus, dan musyawarah yang untuk melaksanakan
bertujuan untuk membuat atau kepentingan umum yang
melaksanakan kebijakan publik tidak bisa dicapai jika
atau mengelola program atau aset dilakukan satu pihak saja).
publik). Konsep collaborative governance
sendiri mencakup keterlibatan institusi-
institusi mana saja yang tengah
86
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
memulai usaha kerja sama, dan apa inisiatif menjelaskan tujuannya. Namun demikian
dari masing-masing institusi (stakeholders) sebaliknya, jika hubungan kolaboratif
dalam menentukan/mendefinisikan tujuan, dilakukan melalui kesepakatan informal
menilai hasil, menyebabkan perubahan, maka cenderung lebih sulit untuk
dan sebagainya. Dalam hal ini siapa yang menganalisis namun tetap bisa
memulai melakukan inisiatif bisa dilihat dilakukan. Hal ini juga tergantung pada
melalui tiga aspek. Pertama, inisiatif pasti masalah atau isu apa yang sedang
bermula dari pemain/pelaku yang memiliki dihadapi. Jika isu tersebut membutuhkan
tuntutan jelas untuk mencerminkan kesepakatan yang bersifat formal, maka
kepentingan publik yang lebih besar. dilakukanlah hubungan kolaboratif
Kedua, masing-masing stakeholdersatau secara formal. Namun jika isu yang
institusi yang berkolaborasi harus memiliki dihadapi bersifat tak terduga, seperti
peran dalam menenttukan tujuan-tujuan contohnya isu bencana alam. Maka
kolaborasi. Ketiga, hubungan diantara hubungan kolaboratif informal yang
institusi-institusi yang terlibat harus cocok dalam isu tersebut.
bersifat strategis, artinya bahwa setiap Berdasarkan beberapa pendapat para
institusi dalam melakukan tindakan selalu ahli, peneliti dapat menarik suatu poin
bisa dilihat secara transparan dan yang pokok mengenai pengertian dan konsep
lainnya memberikan respon terhadap collaborative governance adalah
transparasi tersebut (Donahue dalam sebagai suatu usaha dan respon
Sudarmo, 2011). pemerintah dalam kegiatan penanganan
Terkait dengan sifat kolaborasi atau tingkat masalah publik, manajemen
formalitasnya, hubungan collaborative pemerintahan dan pelaksanaan program
governance bisa berjalan secara terlembaga pemerintahan lainnya dimana
melalui kontrak-kontrak formal atau pemerintah perlu melakukan kerja sama
collaborative relationships bisa berjalan atau kemitraan dalam arti yang lebih
melalui kesepakatan informal. Memang luas dengan masyarakat, instansi swasta
sekarang telah banyak hubungan kolaboratif lainnya karena mengingat
melalui kontrak atau kesepakatan formal program/kegiatan dan masalah yang
sehingga mudah menjelaskan atau dihadapi cukup kompleks. Secara
mendeskripsikan para partisipannya mudah umum collaborative governance
menggambarkan prosedurnya dan mudah muncul secara adaptif atau dengan
87
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
88
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
89
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
90
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
91
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
kualitatif dan juga jenis sumber data yang Masyarakat (BKM) Bandengan dan
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan hambatan apa yang ditemukan dalam
data yang digunakan dalam penelitian ini penanganan infrastruktur akibat rob di
adalah : Kelurahan Bandengan. Peneliti
1. Wawancara Mendalam (in-depth menggunakan delapan indikator
interview) keberhasilan kolaborasi menurut
2. Observasi Langsung DeSeve.
3. Telaah Dokumen Hasil Penelitian
Guna menjamin validitas data yang a. Collaborative Governance dalam
dikumpulkan dalam penelitian ini Penanganan Rob Di Kelurahan
digunakan teknik trianggulasi sumber, Bandengan
yaitu mengsinkronisasi data sejenis dari 1. Tipe Networked Structure(jenis
beberapa sumber data yang digali struktur jaringan)
informasinya Moleong (2011: 331). Dalam Kolaborasi yang terjadi bersifat
penelitian ini digunakan analisis data semiformal (belum ada
model interaktif, dengan tiga komponen kesepakatan/ kontrak tertulis)
analisisnya yaitu reduksi data, sajian sehingga tidak terdapat entitas
data, dan penarikan simpulan atau administratif. Namun
verifikasinya. Teknik analisis data yang masingmasing stakeholders
digunakan dalam penelitian ini mengacu terlibat dan berpartisipasi aktif
kepada teknik analisis data model Miles dalam network. Jaringan yang
and Huberman. ada di sini tidak membentuk
Fokus penelitian ini akan menitikberatkan hirarki, namun lebih cenderung
pada bagaimana kolaborasi Badan flat dan tidak ada monopoli.
Perencanaan Pembangunan Daerah Semuanya setara baik dalam
(BAPPEDA) Kota Pekalongan, Dinas menjalankan hak dan
Pekerjaan Umum (DPU) Kota Pekalongan, kewajibannya juga terkait dengan
Kecamatan Pekalongan Utara, Fasilitator kesempatan aksesibilitasnya.
Senior Kecamatan Pekalongan Utara, Sehingga dapat disimpulkan tipe
Kelurahan Bandengan, Lembaga networked structures yang ada
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam kolaborasi di sini adalah
Bandengan dan Badan Keswadayaan tipe self governance. Namun di
92
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
93
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
94
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
95
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
96
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
97
Jurnal Wacana Publik
Vol 1 No 1, 2021 hlm 82-98
Simulation of Approaches
To Mitigate Power Imbalance.
Journal Public Administration
Research and Theory. JPART 24:
495-518
98