Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS HUBUNGAN KEMITRAAN RELOKASI TAMBAK LOROK di KOTA

SEMARANG 2019

Erdiana Afifah, Wijayanto, Neny Marlina


Erdianaafifah8@gmail.com , wijayanto@live.undip.ac.id , nenymarlina@live.undip.ac.id

Departemen Politik dan Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

Jalan Prof. Haji Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269


Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisi hubungan kemitraan relokasi tambak lorok di

Kota Semarang pada tahun 2019. Penelitian ini melibatkan 3 aktor yaitu Pemerintah, warga, dan

Lembaga swadaya masyarakat. Pemerintah dalam menjalankan proses birokrasi setidaknya ada 3

tugas pokok, yaitu: Service (Memberikan pelayanan), Enpowerment (Melakukan pemberdayaan)

dan Development (Menyelenggarakan Pembangunan). Dalam permasalahan yang diangkat, ketiga

fungsi tersebut sudah dijalankan dengan baik oleh pemerintah. Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) berperan membersamai serta mendampingi masyarakat yang berfokus kepada Hak Asasi

Manusia (HAM).

Kata kunci :Analisis Hubungan Kemitraan, Relokasi,Tambak Lorok


PENDAHULUAN Bagi masyarakat yang berdomisili di

A. Latar Belakang Tambak Lorok, kondisi kedatangan

Tambak Lorok merupakan Kampung banjir rob ini seringkali dianggap

Nelayan terbesar yang berada di Kota sebagai sesuatu yang biasa. Tetapi, jika

Semarang, tepatnya berlokasi di kondisi ini dibiarkan secara terus

Kelurahan Tanjung Mas. Lokasi Tambak menerus tentunya akan menimbulkan

Lorok ini termasuk berada di daerah sebuah masalah dan kesulitan bagi para

pesisir, wilayah pesisir merupakan warga. Pada musim hujan, daerah

wilayah yang paling rentan untuk Tambak Lorok juga rentan terkena

terkena dampak perubahan iklim secara penyakit seperti Demam Berdarah

langsung. Dampak-dampak perubahan (DBD), kualitas hunian dan lingkungan

iklim tersebut ialah kenaikan muka air di Tambak Lorok tidak memenuhi

laut, penurunan tanah dan banjir rob. standar hidup sehat karena daerah

Banjir rob merupakan banjir yang tersebut termasuk dalam daerah padat

terjadi akibat perluapan air laut atau air penduduk dan daerah kumuh.

sungai. Hal itu dapat terjadi karena Pemerintah Kota Semarang

faktor curah hujan yang tinggi yang melakukan berbagai upaya untuk

kemudian membuat air yang ada pada penanganan banjir, seperti meninggikan

wilayah tersebut meluap. Dibyosaputra badan, penggerukan sungai hingga

(1984) menjelaskan, bahwa selain pembangunan infrastruktur pengendali

meluapnya air sungai atau kelebihan banjir. Namun seiring dengan

curah hujan, banjir ini juga disebabkan berjalannya waktu belum terlihat adanya

oleh fluktuasi permukaan air laut. perubahan signifikan terhadap


permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dampak langsung karena terdapat

Pemerintah Semarang mengeluarkan aktivitas manusia disana (hunian dan

kebijakan Normalisasi Sungai Kanal usaha).

Banjir Timur (BKT). Program ini Masyarakat yang berdomisili di

melibatkan beberapa pihak, yaitu: (1) sepanjang bantaran sungai Banjir Kanal

Pemerintah Pusat (BBWS Pemali Juana) Timur tersebut yang berjumlah sebanyak

untuk proses konstruksi; (2) Pemerintah 97 (sembilan puluh tujuh) Kepala

Provinsi (Dinas PU SDA dan Penataan Keluarga terkena relokasi karena

Ruang Provinsi Jawa Tengah/Dinas dampak dari program BKT tersebut.

PSDA Provinsi Jawa Tengah) untuk Kebijakan relokasi karena adanya

studi LARAP; (3) Pemerintah Kota program BKT adalah salah satu upaya

Semarang (Bappeda dan Dinas PU Kota Pemerintah untuk melakukan

Semarang) untuk relokasi warga hunian penanggulangan kemiskinan dan

dan PKL serta penyediaan lahan disposal pengelolaan permukiman kumuh.

(Agung Wiyono, Farida Ery Murniasih, Tetapi, hal tersebut menimbulkan pro

Waluyo Hatmoko). Namun, dan kontra masyarakat. Dilansir pada

implementasi dari kebijakan Normalisasi halaman website Kompas.com

sungai tidak semudah membalikkan dijelaskan bahwa masyarakat Tambak

telapak tangan. Program Normalisasi Lorok yang terkena dampak relokasi

yang dilakukan di wilayah padat beberapa menolak untuk di relokasi

penduduk seperti Tambak Lorok rawan dengan alasan bahwa mereka tidak bisa

menimbulkan konflik sosial, proses dijauhkan dari tempat mereka bekerja

pembebasan lahan tersebut memberikan yaitu lautan, mengingat bahwa sebagian


besar profesi masyarakat Tambak Lorok (RTH), serta fasilitas umum dan fasilitas

adalah nelayan tradisional dan perajin sosial lainnya. Masyarakat yang terkena

ikan, disamping itu mereka juga dampak relokasi telah dibangunkan

mengatakan bahwa hunian sederhana sebuah Rusun (Rumah Susun) yang

yang ada di bantaran sungai tersebut berlokasi di Kali Mati atau Muara ex

mereka buat dengan hasil dari kerja Kali Banger yaitu Rusunawa Kudu

sendiri tanpa bantuan pemerintah, oleh Transito. Lokasi hunian alternatif bagi

karena itu mereka menolak untuk di warga yang terdampak ini memiliki jarak

relokasi meskipun kondisinya ± 750 m dengan jarak tempuh sekitar 9

masyarakat tidak bisa menunjukkan menit dari Tambak Lorok.

bukti kepemilikan tanah atau hunian. Perdebatan dan opini yang

Pemerintah Kota Semarang tetap bersebrangan antara warga dan

menjalankan kebijakan yang dibuat dan Pemerintah Kota membuat proses

memberikan upaya dalam peningkatan relokasi dan pembangunan berjalan

kualitas lingkungan dengan lambat, oaleh karena itu Lembaga

dilakukannya penataan kawasan Tambak Swadaya Masyarakat yaitu Lembaga

Lorok melalui penataan Bantuan Hukum (LBH) dan Walhi Jawa

hunian/permukiman baru, penataan Tengah hadir untuk membersamai dan

infrastruktur kawasan dan penyediaan membantu masyarakat dalam

atau pemanfaatan lahan RUMIJA (Ruas memperjuangkan hak mereka,

Milik Jalan) berupa penyediaan sarana berdasarkan data di lapangan dan

dan prasarana publik seperti tempat penuturan dari Bapak Nico selaku

peribadatan, Ruang Terbuka Hijau anggota Divisi Sumber Daya Alam


menyebutkan bahwa terdapat laporan B. Rumusan Masalah

pada awal tahun 2018 terkait hak atas Dari latar belakang penelitian yang

perumahan, negara harus menjamin Hak dijabarkan maka penulis membuat

Asasi Manusia setiap warga, harapan nya rumusan permasalahan yaitu:

permasalahan terkait relokasi ini


1. Bagaimana hubungan kemitraan
mendapatkan jalan tengah dan
dalam proses relokasi Tambak Lorok
berlangsung dengan damai. LSM
di Kota Semarang 2019?
membantu dan memberikan
2. Bagaimana perlibatan warga Tambak
pendampingan kepada masyarakat
Lorok dalam proses relokasi Tambak
terkait pendampingan hukum, audiensi,
Lorok di Kota Semarang 2019?
pelaporan, keterbukaan anggaran, dan
C. Tujuan Penelitian
lainnya. Jalan panjang yang ditempuh
Dari rumusan permasalahan diatas
dari awal 2018 sampai dengan
maka penelitian ini bertujuan guna
berjalannya proses relokasi Tambak
mengetahui lebih dalam Peran
Lorok ini membangun sebuah bentuk
Pemerintah Dalam Relokasi, serta isu isu
hubungan kemitraan antara masyarakat
relokasi di Tambak Lorok 2019.
Tambak Lorok selaku pihak yang
1. Untuk medeskripsikan hubungan
terdampak kebijakan, Pemerintah Kota
kemitraan dalam proses relokasi
Semarang selaku pembuat kebijakan dan
Tambak Lorok di Kota Semarang
pelaksana program, dan Lembaga
2019.
Swadaya Masyarakat selaku pihak yang
2. Untuk menjelaskan perlibatan warga
menengahi problematika yang terjadi
dalam proses relokasi Tambak Lorok.
antara warga dan pemerintah.
D. Kerangka Pemikir Teoritis perdagangannya. (Budi

1. Peran Pemerintah Daerah Setiyono,2005:82)

Menurut Rashid, birokrasi 2. Pengertian Relokasi

pemerintah guna menjalankan fungsi itu Tarigan menyebutkan teori lokasi

setidaknya memilik 3 tugas pokok yakni : merupakan sebuah ilmu yang melakukan

1. Memberi pelayanan (service) yang mana penyelidikan tentang tata ruang kegiatan

sifatnya rutin terhadap masyarakatnya ekonomi, atau sebuah ilmu tentang alokasi

misalnya memberikanpelayanan geografis dari berbagai sumber potensial,

perizinan, membuat dokumen, yang memberikan pengaruh terhadap

memelihara kesehatan, dan jaminan keberadaan berbagai macam usaha yang

keamanan & perlindungan untuk dilakukan baik sektor ekonomi maupun

penduduknya. sosial (Setyaningsih, 2014:5).

2. Melaksanakan pemberdayaan 3. Pengertian Kemitraan

(enpowerment) pada masyarakat guna Kemitraan adalah perkumpulan

tercapainya kemajuan kehidupan yang antara dua pihak atau lebih yang

kian baik, sep menjalankan bimbingan, membentuk hubungan kerja sama atas dasar

pendampingan, konsultasi penyediaan kesepakatan dan rasa saling membutuhkan

modal beserta fasilitas usaha, serta dalam tujuan meningkatkan kapasitas dan

menjalankan pendidikan. kapabilitas disuatu tujuan tertentu sehingga

3. Mengadakan pembangunan mendapatkan sebuah tujuan yang di

(developnment)di tengah masyarakatnya, inginkan. Dalam terwujudnya suatu

misalnya menghubungkan infastruktur kemitraan, terdapat syarat yang harus

perhubungannya, telekomunikasinya, dipenuhi yaitu ada dua pihak atau lebih


yang terlibat, mempunyai visi untuk horisontal diantara orang-orang yang

mecapai tujuan, adanya kesepakatan dan memiliki pengaruh terhadap produktivitas

saling membutuhkan satu sama lain. masyarakat setempat. Asosiasi yang

Kemitraan merupakan suatu dimaksud adalah termasuk pertalian warga

kegiatan antara dua pihak atau lebih yang masyarakat (civil engagement) dan norma-

mana pihak pihak terkait dalam suatu norma sosial. Asumsi yang mendasari

kemitraan, sehingga mencapai hal yang di konsep Putnam adalah: (1) jejaring dan

inginkan bersama. Kemitraan menjadi norma-norma secara empiris saling

sebuah alternatif dalam mecapai kesuksesan memiliki keterikatan yanga terkait; (2)

suatu organisasi agar mendapatkan hasil jejaring ekonomi yang dimaksudkan

yang di inginkan serta dapat memperluas memiliki konsekuensi-konsekuensi

networking (Sulistiyani, 2004). ekonomi yang penting. Oleh sebab itu, ciri

4. Modal Sosial kunci dari modal sosial sebagaimana

Modal sosial di yakini sebagai salah definisi yang di jelaskan oleh Putnam

satu komponen utama dalam menggerakkan adalah modal sosial memberikan fasilitas

sebuah kebersamaan, mobilitas, ide, saling koordinasi dan kerja sama bagi keuntungan

percaya, dan saling menguntungkan untuk bersama atau timbal balik dari para anggota

mencapai kemajuan bersama. Teori modal asosiasi (Haridison, 2004).

sosial terutama berakar pada gagasan


HASIL PENELITIAN DAN
kepercayaan, norma, dan jaringan informal.
PEMBAHASAN

Putnam (1993) mendefinisikan 1. ANALISIS HUBUNGAN

modal sosial sebagai suatu kumpulan dari KEMITRAAN RELOKASI TAMBAK

asosiasi-asosiasi yang memiliki sifat LOROK di KOTA SEMARANG 2019


Program relokasi Tambak Lorok ini A. Relasi antar aktor yang terlibat

dijadikan sebuah program yang termasuk Pihak-pihak yang dilibatkan dalam

sebagai usaha pemerintah melakukan proses relokasi Tambak Lorok ini memiliki

pementasan kawasan kumuh yang mana peran nya masing-masing, sebagaimana yang

pembangunannya atas kewenangan tertulis dalam BAB II MoU proses relokasi

Pemerintahan Pusat lewat Kementerian Tambak Lorok, setidaknya melibatkan

PUPR dan diteruskan oleh Pemerintahan beberapa pihak, yaitu Pemerintah selaku

Kota Semarang. KOTAKU atau Kota Tanpa bagian penyelenggara pemerintah daerah

Kumuh merupakan sebuah program kerja yang mana memimpin terlaksananya urusan,

besar yang digagas oleh pemerintah pusat kemudian LBH atau Lembaga Bantuan

dalam upaya mengentaskan wilayah kumuh Hukum yaitu lembaga yang diberikan kuasa

yang tidak layak huni bagi masyarakat. Kota untuk menjadi juru runding dari masyarakat

Semarang dengan ibukota Jawa Tengah ini Tambak Lorok, kemudian yang terakhir

memiliki penduduk yang kurang lebih adalah aktor penting dalam permasalahan ini

mencapai angka 1.175.092 jiwa dengan yaitu warga kampung Tambak Lorok yang

wilayah kumuhnya seluas 415,83 Ha yang berjumlah sebanyak 97 KK.

menyebar di 62 kelurahan. Salah satunya 1. Aktor Pemerintah

adalah Kelurahan Tanjung Mas dimana Pemerintah merupakan pelaksana

masuk dalam wilayah lokasi terkumuh paling dalam berbagai proses kebijakan yang

besar di Semarang. (Sumber : SK Walikota diberikan pada masyarakatnya guna

Semarang No 050/801/2014 serta BPS Kota pemberian bantuan yang prima kepada

Semarang dalam Angka 2017) masyarakatnya termasuk dalam

pembangunan di suatu daearah. Oleh


karena itu, sudah seharusnya pemerintah dan menyadari juga bahwa tempat yang

memiliki peranan yang penting dan mereka tinggali jauh dari kata layak

merupakan kunci dari keberhasilan untuk dihuni, tetapi mereka terpaksa

menciptakan masyarakat yang sejahtera, tetap tinggal karena memiliki alasan dan

nyaman dan aman melalui kebijakan- tidak punya pilihan. Mata pencaharian

kebijakan yang memang ditujukan untuk mayoritas dari masyarakat tersebut

keperluan masyarakatnya. adalah nelayan secara otomatis mereka

2. Aktor Masyarakat menginginkan tempat tinggal yang dekat

Masyarakat merupakan aktor dengan tempat mereka bekerja hal itulah

utama dalam permasalahan ini, karena yang membuat munculnya pro dan

yang menjadi objek penggusuran adalah kontra ketika adanya isu penggusuran.

tempat tinggal mereka. Awalnya Aktor Lembaga Swadaya

masyarakat yang mendiami lokasi Masyarakat (LSM)

Tambak Lorok sebelum adanya relokasi Lembaga Swadaya Masyarakat

berjumlah 160 KK dan saat ini berkurang atau biasa dikenal dengan LSM

menjadi 97 KK. Dilema yang dialami merupakan pihak yang ditunjuk untuk

masyarakat menjadi momok yang menjadi juru runding bagi masyarakat,

harusnya dapat dituntaskan oleh LSM dalam permasalahan ini

pemerintah, karena pemerintah memiliki memberikan bantuan dan pendampingan

peran dan tanggung jawab menjamin bagi masyarakat tambak Lorok, bantuan

keamanan dan kenyamanan warganya. dari LSM ini benar-benar dibutuhkan

Warga menyadari bahwa lokasi hunian oleh masyarakat, karena awal

mereka bukan sepenuhnya milik mereka, munculnya isu mengenai relokasi daerah
tempat mereka tinggal, masyarakat relokasi wilayah Tambak Lorok ini

kebingungan untuk memperjuangkan tercantum dalam isi MoU proses relokasi

hak mereka dan bagaimana Tambak Lorok pada Ketentuan Umum

menyampaikan aspirasi. pasal 1, yaitu:

B. Hubungan Kemitraan 1. Warga kampung Tambak Lorok

Sejalan dengan teori yang sebanyak 97 KK adalah warga yang

dipaparkan dalam BAB I, Kemitraan melaporkan kepada Komnas HAM

merupakan perkumpulan diantara dua terkait Proyek Normalisasi Kanal

pihak ataupun lebih yang mana Banjir Timur Semarang

menciptakan hubungan kerjasama 2. LBH Semarang adalah Lembaga yang

berdasar kesepakatan saling dikuasakan dan ditunjuk sebagai juru

membutuhkan dalam tujuan runding dari masyarakat Tambak

meningkatkan kapasitas atau Lorok sebanyak 97 KK.

kapabilitasnya disuatu tujuan tertentu C. Keterlibatan Warga dalam Proses

sehinga mendapatkan sebuah tujuan yang Relokasi

mana di inginkan. Bentuk kemitraan yang Berdasarkan hasil temuan peneliti di

terjadi diantara Pemerintah, Masyarakat lapangan menjelaskan bahwa antar individu

beserta LSM pada proses relokasi Tambak atau masyarakat Tambak Lorok terdapat

Lorok ini sudah berjalan dan memang jejaring aktor yang berperan dalam relokasi

benar terbukti ada sebuah hubungan ini hingga mencapai tujuan bersama, sesuai

kemitraan yang terbangun serta terjalin. dengan kesepakatan yang dibuat serta

Hubungan kemitraan yang terbentuk adanya hubungan timbal balik dari aktor-

untuk menyelesaikan permasalahan dalam aktor tersebut dan perjuangan masyarakat


yang didapat sangat signifikan, keterlibatan kolektif. Dimana bermakna bahwasannya

masyarakat sangat berpengaruh dalam semakin tingginya peranan atau keterlibatan

terjadinya relokasi ini. anggotanya saat proses diambilnya

Bermacam rancangan sebagaimana keputusan, maka makin tinggi juga

yang sudah direncanakan guna memberi tingkatan kepuasannya atas keputusan

rasa nyaman serta menaikkan kesejahteraan tersebut (Rofers & Shoemakers dalam

untuk masyarakat Tambak Lorok akan Rochajat Harun).

dapat berlangsung dengan sesuai serta PENUTUP

berhasil jika dalam setiap proses relokasi A. Simpulan

yang dilakukan melibatkan para warga. Hubungan Kemitraan yang terjadi di

Untuk ke arah tersebut diperlukannya Tambak Lorok Semarang berjalan dengan

kesesuaian diantara warganya kepada tidak lancar yang mana adanya hambatan

perubahan sosial yang mana terjadi dalam proses relokasi Tambak Lorok ini,

dilingkungannya. Keterlibatan serta tetapi dengan adanya hambatan tersebut

penyesuaiaan ini dapat dijalankan dengan dengan berbagai upaya yang dilakukan dari

sosialisasi sebagai langkah awalnya. Masyarakat, Pemerintah Kota Semarang

Partisipasi merupakan tingkatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

terlibatnya anggota sistem social dalam yang bersinergi untuk mecapai tujuan yang

tahap diambilnya keputusan. Tingkatan telah disepakati yang berguna untuk tujuan

partisipasi anggota sistem social saat bersama, hubungan kemitraan yang terjadi

membuat dan perumusan keputusannya dalam proses relokasi di Tambak Lorok

akan berhubungan positive pada melibatkan 3 aktor yaitu Pemerintah,

kepuasannya pada keputusan inovasi Warga, dan Lembaga Swadaya Masyarakat


(LSM) sudah berjalan cukup baik walaupun berupa hunian sementara atau rumah deret

memiliki kendala dalam prosese relokasi serta membangun rusun permanen yang

Tambak Lorok. Masing-masing aktor nantinya bisa dihuni oleh warga. Lembaga

menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Swadaya Masyarakat (LSM) berperan

Pemerintah dalam menjalankan proses membersamai serta mendampingi

birokrasi setidaknya ada 3 tugas pokok, masyarakat yang berfokus kepada Hak

yaitu: Service (Memberikan pelayanan), Asasi Manusia (HAM) dengan membantu

Enpowerment (Melakukan pemberdayaan) sesuai dengan kapasitas dan masyarakat

dan Development (Menyelenggarakan dalam perannya menerima masukan,

Pembangunan). Dalam permasalahan yang bersedia untuk bekerjasama dan

diangkat, ketiga fungsi tersebut sudah menyuarakan aspirasi dan keinginan

dijalankan dengan baik oleh pemerintah. mereka terkait proses relokasi Tambak

Pemerintah memberikan pelayanan, Lorok ini.

melakukan pemberdayaan dan Keterlibatan warga dalam proses

menyelenggarakan pembangunan dengan relokasi Tambak Lorok telihat dan berjalan

baik, pelayanan yang diberikan berupa tetapi adanya hambatan dalam proses

penyediaan sekolah gratis bagi anak yang relokasi Tambak Lorok sehingga terealisasi

terdampak, kesehatan, dan memberikan hak dari masyarakat yang tidak mau

modal usaha sebesar 5 juta serta fasilitas dijauhkan dari laut karena sebagian dari

lain bagi warga yang membutuhkan, selain masyarakat adalah nelayan, dan masyarakat

itu pemerintah juga telah memberikan akhirnya dilibatkan, proses perencanaan

solusi atas penggusuran yang dilakukan relokasi tidak dilakukan sepihak dan telah

dengan menyelenggarakan pembangunan di sosialisasikan sampai akhirnya kebijakan


relokasi yang tertuang dalam MoU bukan menjadikan halangan dalam

diterbitkan. Meskipun pada awal adanya isu proses pelaksanaan kebijakan dan

tentang relokasi menuai banyak pro dan penanganan sebuah permasalahan yang

kontra dikalangan masyarakat tetapi terjadi di masyarakat.

akhirnya masyarakat mendapatkan 2. Diperlukan adanya kebijakan yang

kelegaan karena permasalahan terkait jelas terkait kepemilikan dan status

hunian dan tempat mereka tinggal tinggal warga di hunian yang dibangun

mendapatkan solusi dari pihak pemerintah oleh pemerintah. Terkait hak dan

atas bantuan dari pihak LSM tentunya. Dari kewajiban apa saja yang didapat serta

proses awal relokasi pemerintah telah dilakukan oleh warga, sehingga hal

melibatkan warga melalui sosialisasi dan tersebut tidak menjadi permasalahan

meminta warga untuk pindah ke rusun. baru yang akan muncul.

Dampak yang ditimbulkan dari proses 3. Meningkatkan peran LSM atau

relokasi ini pun cenderung positif Lembaga Swadaya Masyarakat untuk

masyarakat saat ini telah memiliki hunian mendampingi masyarakat yang

yang lebih layak huni, kebersihan membutuhkan pendampingan, edukasi

lingkungan terjaga dan solidaritas antar dan dukungan.

warga semakin meningkat.


DAFTAR PUSTAKA
B. Saran
Achmad Fama. 2016. Komunitas Masyarakat
1. Diperlukannya peningkatan sikap
Pemukiman Pesisir di Tambak Lorok
responsif dari Pemerintah Kota Semarang, Juurnal Program Studi
Semarang untuk menyelesaikan Magister Manajemen Sumberdaya
Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu
problem sosial yang ada agar hal ini
Kelautan, Universitas Diponegoro.
Akadun. 2007 “Jurnal Sosial Humaniora” Sulistiyani, Teguh Ambar, 2004, kemitraan
Vol 9, No 1 dan Model-Model Pemberdayaan,
Gava Media, Yogyakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang. 2012. Perikanan dalam Syofii, M., & Alfirdaus, L. K. (2020). Koalisi
Masyarakat Sipil Dalam Advokasi
Angka 2011. Pemerintah Kota
Kebijakan Relokasi Warga Tambak
Semarang. Rejo Kota Semarang.
Utama, Dwi. 2010 “Prinsip dan Strategi
Fikadiana. 2001. Penataan Pemukiman
Penerapan Public Private Patnership”
Nelayan Tambak Lorok
Dalam Penyediaan Ifrastuktur
Semarang.Skripsi, Fakultas Teknik,
Transportasi”. Jurnal Sains dan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Teknologi Indonesia. Vol12, No 3
Imanda. (2020). Kebijakan dan Implementasi
Program Relokasi PKL Kawasan Winarno, Drs., MA.,PhD. 2016, Kebijakan
Tlogosari Kota Semarang.
publik era globalisasi teori proses
Istiomah Nurul. (2019). Dampak Relokasi dan studi komparatif, CAPS,
Pemukiman Kumuh Terhadap Yokyakarta.
Kondisi Sosial san Ekonomi di
Web :
Rumah Susun Jatinegara Barat.
Universitas Islam Negri Syarif Https://bappeda.semarangkota.go.id di akses
Hidayatullah Jakarta pada 20 Juni 2021

Musthofa, Z. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Https://semarangkota.bps.go.id diakses pada


Porgram Relokasi Pemukiman 20 Juni 2021
Kumuh (Studi Kasus: Program
Http://www.dispendukcapil.semarangkota.g
Relokasi Pemukiman di Kelurahan
o.id diakses pada 29 Juli 2021
Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota
Surakarta). Https://perkim.id diakses pada 20 Juni 2021.

Nazir, Nasrullah. 2003. Good Governance.

Anda mungkin juga menyukai