Anda di halaman 1dari 11

Paper

Dampak Sosial Ekploitasi Evalusi Relokasi Pemukiman Penduduk Di Sungai


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Dosen Pembimbing:
Ir. Ricky Hartonio, M.M.

Disusun Oleh:
Aldo Setiawan
(2022330050034)

KELAS B
PROGRAM STUDI PENGANTAR SOSIOLOGI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAYABAYA
BAB I

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian sebelumnya
sebagai referensi dan bahan penelitian. hasil penelitian yang subjek pembanding
tidak dapat dibedakan dari subjek studi dampak Pemukiman kembali
permukiman masyarakat bantaran anak sungai Bengawan Solo Desa Balun,
Kecamatan Cepu. perbedaan dalam penelitian ini Studi sebelumnya yang sama
mengamati pemukiman kembali manusia Tepi sungai Jurnal Nourma Yumita DS
Pertama, Universitas Mulawarman (2014) “Peninjauan legislatif terhadap
dampak lingkungan dari perpindahan penduduk Singai Karang Mumus
kecamatan Samarinda Ilir. Hasil studi transplantasi Sebagaimana kebijakan
Pemerintah Kota Samarinda untuk mengatur tata ruang Kota Samarinda dengan
berpindah-pindah penduduk Masyarakat di bantaran Kali Karang Mumus, Desa
Sidomulyo, adalah pengaruh sosial. Pemerintah juga harus konsisten dalam
implementasinya Aturan kebersihan dan penanaman pohon di Sungai Karang
Mumus hulu untuk mencegah erosi dan memberikan sanksi kepada penduduk
setempat yang Melakukannya Pencemaran dan juga penduduk yang masih
terpaksa tinggal di pantai.

Pada Tahun 2012-2014 (Studi Kasus Permukiman Migrasi di Tepian Sungai


Bangawan Solo, Desa Sangkrah dan Desa Joyosuran Kota Surakarta). Hasil Riset
terkait pelaksanaan transfer program ini dilakukan secara langsung Salah satunya
adalah pembentukan kelompok kerja (Pokja) di Kecamatan Sangkrah dan
Joyosuran. Kecuali untuk program relokasi adalah opsional untuk WPH, jadi tidak
ada paksaan untuk menerimanya Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan
keadilan .

2
LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan dalam paper ini adalah Teori Tindakan Sosial pada
masarakat oleh (Yuridis) dan Teori Berisi Tentang Relokasi Pemukiman
Penduduk Di Sungai 2014

Teori Tindakan Sosial

Dimana Menurut Yuridis Dampak Relokasi Warga Terhadap Lingkungan Hidup


Di Sungai Karang Mumus Kecamatan Samarinda Penelitian Relokasi Pemerintah
Kota Mengatur Tata Ruang Dengan Melakukan Kembali Terhadap Masyaraka
Yang Tinggal Diatas Bantaran Sungai Karna Memiliki Dampak Secara Social.
Pemerintah Harus Tegas Dalam Menegakan Aturan Kebersihan Sungai Karang
Mumus, Dan Pemerintah Harus Menegakan Sanksi Terhadap Warga Yang
Melakukan Pencemara Lingkungan Sungai Karang Mumus Dan Juga Warga
Yang Masih Memaksa Untuk Tinggal Di Atas Bantaran Sungai.

1. Teori Eksploitasi Bantaran Sungai

Teori yang di sampaikan oleh kementrian lingkungan bahwa dapat dijelaskanpada


bahwa sehubungan dengan dan dalam pelaksanaan perkara ini ketentuan UU
Pengairan No. 11 Tahun 1974, dianggap perlu dalam kaitannya dengan penggunaan
dan perlindungan sungai mengambil tindakan pencegahan untuk sungai, termasuk
perlindungan, Pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai pembatasan
pemerintah;

Pencemaran sungai ialah kondisi masuknya berbagai zat maupun benda tak terurai
yang mengakibatkan air terkontaminasi dan kehilangan fungsi. Selain dapat menjadi
berbagai sumber penyakit, pencemaran air turut mengakibatkan banjir.

3
I. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, didapat beberapa
rumusan masalah, antara lain

1. Apa yang dimakasup dengan relokasi pemukiman penduduk ?


2. Apa yang dimakasup yang dimakasup dengan relokasi pemukiman
penduduk?
3. Pereaturan Deerah Tentang Rencana Tataruang Kota Pada Taahun 2011-
2031?
4. Bagaimana Upaya pemerintah dalam peran teradap
relokasi di masarakat umum ?

4
II. PEMBAHASAN

1. Yang dimakasup dengan relokasi pemukiman penduduk

Relokasi Pemukiman Penduduk menjelaskan bahwa relokasi adalah


pemindahan/ penempatan kembali masyarakat ke lokasi lain sesuai dengan
rencana tata ruang. Disini keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat
adalah perubahan hunian dari lokasi kumuh ke satu lokasi baru dapat
dijelaskan bahwa relokasi pemukiman penduduk merupakan suatu kegiatan
pemindahan kawasan perumahan dan pemukiman ke lokasi baru lengkap
dengan sarana dan prasarana perkotaan yang sesuai dengan rencana umum
tata ruang kota. Ada beberapa kegiatan dalam pelaksanaan relokasi
pemukiman penduduk diantaranya adalah :
1. Pemindahan/ Pembongkaran Kawasan Pemukiman
Perumahan liar yang berada di lokasi yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, terutama yang ada di lokasi yang berbahaya atau yang
dapat membahayakan daerah sekitanya, seperti rumah liar yang ada di
bantaran sungai dan sepanjang jalur pengamanan rel kereta api, tidak
dapat dilakukan perbaikan atau peremajaan pemukiman kumuh.
Perumahan tersebut harus dibongkar dan penghuninya harus pindah ke
tempat lain.
2. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan merupakan aspek pertahanan yang sangat strategis
dalam penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan akan berkelanjutan
bila penyediaan dan pengendalian tanah dilakukan secara berkelanjutan
pula. Penyiapan lahan untuk pemukiman pada umumnya sebagaimana
yang ditempuh saat ini adalah, pertama melalui cara-cara pembebasan
lahan yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ada dan pada
prinsipnya harus dilakanakan secara musyawarah dengan para pemilik/
pemegang hak tanah yang akan dibebaskan, dan kedua adalah dengan cara
transaksi langsung baik antara pengembang badan usaha pemerintah
ataupun pengembang swasta dengan masyarakat pemilik lahan. Dengan
demikian maka perumahan beserta tanah bagi masyarakat yang tidak
memiliki lahan di wilayah permukiman akan dapat memperolehnya
dengan cara membeli rumah maupun dengan sistem KPR (keridit
pemilikan rumah)
5
3. Penyuluhan dan Santunan/ Pola Penggantian Bangunan SKM
Untuk memindahkan warga sekitar sungai itu diperlukan berbagai
pendekatan. Pola hidup, tradisi dan pandangan warga yang selama
bertahuntahun tinggal dipinggir sungai tentu telah terikat oleh lingkungan
itu. Untuk itu perlu persiapan panjang, penyadaran melalui penyuluhan-
penyuluhan secara sangat manusiawi terhadap warga yang tinggal disana
guna menunjang pengembalian fungsi lingkungan sungai. Masyarakat
menerima ganti rugi untuk seluruh jenis kerugian, yang dibayarkan sesuai
dengan nilai pasar dan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Pengadaan Prasarana dan Sarana Lingkungan Perumahan dan Pemukiman
Suatu kawasan perumahan dan pemukimn ideal dapat dilihat apabila
terdapat adanya kelengkapan prasarana dan sarana perumahan dan
pemukiman, hal ini sangat penting didalam pengembangan kawasan
perumahan dan pemukiman. Kelengkapan komponen pemukiman ini
meliputi unsur sarana tempat tinggal dari berbagai golongan; sarana
pelayanan sosial dan pelayaanan umum; prasarana lingkungan seperti
jalan dan fasilitas umum
5. Pengadaan Rumah Sangat
Sederhana Pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) harus tetap
memenuhi persyaratan lingkuangan hunian yang layak dan lokasinya
aksesibel terhadap pusat-pusat kegiatan/ kota sebagai pendukung
perkembangannya. 17 Untuk memenuhi persyaratan tersebut, lokasi untuk
pembangunan RSS harus ditempatkan tidak berjauhan dengan lokasi pusat
kegiataan/ kota. Pertimbangan pengadaan RSS harus sesuai dengan
standar perumahan nasional, antara lain rumah benar-benar sesuai standar,
terjamin haknya, lingkuangan bersih, aman dan jauh dari pencemaran

2. konsep Masyarakat Bantaran Sungai


1. Pengertian Masyarakat
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kolektif dimana manusia
itu bergaul dan berinteraksi. Interkasi antara individu dengan keinginan
dan tujuan yang sama tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan.
Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu
sama lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai
6
yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut.
Melalui kebudayaannya, manusia menciptakan tatanan kehidupan yang
ideal.
2. Pengertian Bantaran Sungai
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. Pasal 38 Tahun 2011 tentang
sungai, disebutkan bahwa sungai adalah saluran air atau waduk alami
dan/atau buatan manusia yang terbentuk berupa jaringan saluran air di
dalamnya dari sumbernya sampai ke muaranya dan dibatasi sampai ke
muara sungai. kanan dan kiri garis batas dibatasi. . Peraturan pemerintah
yang sama juga menyebutkan bahwa sempadan sungai adalah ruang antara
tepian dasar sungai dengan kaki bagian dalam dari tanggul yang berada di
sisi kiri dan/atau kanan dasar sungai. Sementara itu, tepian Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebidang tanah di sisi kanan dan kiri
sungai antara sungai dan gawir, yang juga merupakan daerah sempadan
sungai di kedua sisi sungai yang terkena atau digenangi air luapan. air
sungai Fungsi bantaran adalah tempat mengalirnya sebagian sungai pada
saat banjir.
Komunitas tepi sungai adalah sekelompok orang yang berinteraksi satu
sama lain dan dengan lingkungan. Manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung pada bantuan orang lain.
Masyarakat di sepanjang sungai merupakan masyarakat marjinal yang
dipandang sebelah mata oleh masyarakat lain. Masyarakat tidak tinggal di
tempat yang tepat. Banyak orang lain yang beranggapan bahwa
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tergolong kumuh (slum area).

3. Peraturan Daerah Tentang “ Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Tahun 2011-2031”

Pada Bab VIII berisikan tentang HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN


MASYARAKAT pada Bagian Pertama Hak Masyarakat Pasal 77:
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak:
a. Mengetahui RTRW dan rencana rinci di daerah;
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;

7
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangungan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang yang menmbulkan kerugian
Kewajiban Masyarakat terdapat pada bagian kedua perda pasal 81, dalam
pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dan pejabat
berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan
ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Bagian Ketiga Peraturan Daerah mengenai Peran Masyarakat terdapat
pada
pasal 83 s/d pasal 87:
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:
a. Proses perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan lebih lanut tentang peran masyarakat sebagai yang dimaksud pada
ayat, diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 84 menyatakan bahwa: Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata
ruang
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) huruf a dapat berbentuk,
a. Memberi masukan mengenai:
1. Persiapan penyusun rencana tata ruang;
2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. Pengidenfikasikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
8
5. Penetapan rencana tata ruang. 27
b. Kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 85 menyatakan bahwa: peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud daam pasal 83 ayat (1) huruf b dapat berbentuk,
a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan
peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b. Bantuan pemikir dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan
ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu wilayah
kabupaten/kota di daerah;
c. Penyelenggaraan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
dan
rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah;
d. Perubahan atau konservasi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang
wilayah kabupaten yang telah ditetapkan; dan
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara
dan meningkatkan kelestarian fungsii lingkungan hidup dan sumber daya
alam.
Pasal 86 menyatakan bahwa:
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
koordinasikan oleh pemerintah daerah. 28 Pasal 87 menyatakan bahwa: peran
serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) huruf c disampaikan secara lisan atau
tertulis kepada Bupati dan pejabat yang ditunjuk

9
4. Upaya pemerintah dalam peran teradap relokasi

Sektor pemerintah dan sektor non-pemerintah terdapat perbedaan dalam profisi


layanan-layanan kemanusiaan telah menjadi persoalan penting dalam kebijakan
sosial, dan telah membentuk banyak perdebatan tentang apa yang diliahat sebagai
isu-isu kunci kebijakan sosial; pasar verseus negara, peran agen- agen non-
pemerintah, privatisasidan seterusnya. Dilihat dari perspektif berbasis masyarakat
menjadikan perbedaan ini menjadi kurang relevan. Karena memiliki ciri dari
sebagian badan non-pemerintah, mereka tidak akan akuntabel1 pada suatu
konstituensi berbasis keanggotaan yang terbatas, mereka juga tidak akan
termotivasi oleh keinginan untuk laba, seperti layanan berbasis pasar. Mereka
akan tetap berlokasi dalam lingkup suatu struktur pemerintah dan pengambilan
keputusan publik, tetapi dalam sesuatu yang didasarkan atas masyarakat lokal
yang terevitalisasi2 . Sebagian besar peran yang dilakukan pemerintah yaitu
memfasilitasi kebutuhan kesehatan, pendidikan, perumahaan. Serta memiliki
peran penting dalam permainan untuk menyebarkan informasi dan dalam
mendorong pembuatanjaringan. Dalam suatu model berbasis masyarakat,
pemerintah memiliki peran yang penting dan vital, akan tetapi juga memiliki
peran minimal dalam pemberian.

III. KESIMPULAN
didapat bahwa masyarakat pada saat awal-awal pemerintah menjalankan program ini
memang berat karena sempat mendapatkan pertentangan dari masyarakat yang
menolak rumahnya untuk direlokasi dan juga sebagian masyarakat sudah terbiasa
10
hidup di bantaran sungai karena apabila mereka dipindah ketempat yang baru mereka
harus adaptasi lagi dengan lingkungan yang baru selain itu juga masyarakat menilai
lokasi tempat pengganti relokasi itu letaknya sangat jauh dari kota dan sulit untuk
mendapatkan moda transpotasi hal ini menyulitkan bagi mereka yang akan bekerja
maupun bagi anak-anak mereka yang sekolah disisi lain masyarakat menilai
mendukung dari program ini asalkan pemerintah serius menaganinya beri tempat
pengganti yang layak sesuai dengan apa yang udah dijanjikaan dan disosialisasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip oleh para jurlan yang di peruntukan pada masa rakat bantaran sungai

Oleh julnal Jurnal Nourma Yumita DS, Universitas Mulawarman (2014)

https://eprints.umm.ac.id/45516/3/BAB%20II.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai