Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI TRANSPORT DAN PERMUKIMAN

“ Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Permasalahan Permukiman


Jangka Pendek,Jangka Menengah dan Jangka Panjang”

DISUSUN OLEH:
Kelompok 9
Oleh :
Abdullah Situmorang
Hamzah Maulana
Winda Setiaman Zai

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak.Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah
membimbing kami membuat makalah ini.
            Kami menyadari bahwa dari segi penulisan banyak  sekali kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk
langkah-langkah selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan,bimbingan dan arahan yang diberikan 
mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Tuhan yang maha esa.

Medan, Desember 2020

Penulis
Kelompok 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang masih menghadapi permasalahan besar
mengenai kebutuhan perumahan dan pemukiman. Hunian merupakan kebutuhan dasar
manusiadan sebagai hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan
terjangkau sebagamana dinyatakan dalam agenda habitat (deklarasi istambul) yang juga telah
disepakati oleh Indonesia. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusiadan lingkungan
permukimannya terlihat jelas bahwah kualitas sumberdaya manusia dimasa yang akan datang
sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukiman dimana masyarakat tinggal
memenpatinya ( djoko kirmanto, 25 maret 2002). Untuk itu perlu disiapkan tempat tinggal
yang layak bagi semua, perlu terus diperbaiki cara mengelola permukiman, mengatur
penggunaan tanah untuk permukiman, meningkatkan prasarana permukiman, menjamin
ketersedian transortasi dan energy, dan juga perlu dikembangkan industry konstruksi yang
mendukung pembangunan serta pemeliharaan permukiman. Selain itu dalam
penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus mengedepankan strategi pemberdayaan
( enabling strategy ).

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana upaya pemerintah dalam penanganan permasalahan permukiman?
2) Apa kebijakan dan strategi pemerintah dalam permasalahan permukiman?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah dalam menangani permasalahn
permukiman.
2) Untuk mengetahui kebijakan dan strategi pemerintah dalam menangani
permasalahn permukiman.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya dalam menangani permasalahan permukiman.

Upaya mengatasi kekumuhan pada daerah permukiman kumuh legal dapat


dilaksanakan dengan cara berikut :
1. Program perbaikan kampung ( kampung improvement program )

KIP mulai dikenal di Indonesia pada masa penjajahan dan dilaksanakan


pertama kali dibatavia( Jakarta ) program perbaikan kampung ini ditujukan
pada kampung kampung yang kotor dan dianggap sebagai sumber
pangganggu kesehatan. Menurut Roharjo (1988), Upaya perbaikan
lingkungan penduduk yang berdiam didaerah kumuh hendaknya lebih
diarahkan pada pembangunan prasaran lingkungan daerah kumuh bukan
liar, karena permukiman kumuh bukan liar pada dasarnya mempunyai hak
lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk yang bermukim di daerah
kumuh bukan liar. Batasan tersebut menjelaskan bahwah program
perbaikan kampung lebih sesuai diterapkan pada permukiman kumuh pada
lahan illegal, karena awalnya permukiman tersebut merupakan daerah asli
yang telah dipeeruntukan sebagai kawasan permukiman, kemudian tumbuh
menjadi kumuh.
2. Peremajaan permukiman

Peremajaan permukiman adalah upaya pembangunan yang terencana


untuk mengubah atau memperbaharui suatu kawasan, sehingga tatanan
lingkungan fisik dan tatanan lingkungan sosial ekonomi lebih baik.
Pengubahan wajah permukiman bukan sekedar member ganti rugi pemilik
lahan, pemilik rumah atau para penyewa dan membiarkan mereka pergi
mencari tempat tinggal sendiri, karena hal ini sama saja dengan
membiarkan peluang terjadinya permukiman kumuh baru ditempat lain.
Bentuk permukiman yang termasuk dalam kategori ini adalah rumah susun

4
( rusun). Upaya mengatasi kekumuhan pada permukiman ilegal dapat
ditempuh melalui dua cara :
1. Untuk lahan permukiman liar (ilegal) yang masih banyak
ditolelir sebagai lahan permukiman dapat dilakukan “pemutihan”
yang mengubah status lahan dari ilegal menjadi legal, yang
kemudian dapat diikuti oleh aplikasi KIP atau peremajaan
permukiman.
2. Untuk lahan permukiman liar ( ilegal ) yang sama sekali tidak
dapat ditolelir sebagai lahan permukiman, dapat dilakukan
penggosongan atau pengembalian lahan pada fungsi semula.
Walaupun demikian cara ini hendaknya dilakkan secara
manusiawi yaitu dengan memberikan berbagai alternatif yang
dapat ditawarkan kepada para pemukim tersebut adalah relokasi,
transmigrasi, pemulangan kembali ke daerah asal dang anti rugi.

3. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh

Tujuan penanganan kegiatan ini adalah dalam rangka meningkatkan mutu


kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat, dan martabat masyarakat
penghuni permukiman kumuh terutama golongan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah melalui fasilitasi penyediaan perumahan layak dan
terjangkau dalam lingkungan permukiman yang sehat dan teratur; serta
mewujudkan kawasan permukiman yang ditata secara lebih baik sesuai
dengan peruntukan dan fungsi sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata
ruang kota. Disamping itu melalui kegiatan ini diharapkan mampu
mondorong penggunaan dan pemanfaatan lahan yang efisien melalui
penerapan tata lingkungan permukiman sehingga memudahkan upaya
penyediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang diperlukan
serta dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial antar kawasan
permukiman di daerah perkotaan.

4. Pendekatan Pembangunan Yang Bertumpu Kepada Masyarakat

5
peaksanaanPengembangan perumahan dan permukiman di Indonesia
diprogramkan sebagai tanggung jawab masyarakat sendiri yang
diselenggarakan secara multi sektoral dengan menempatkan peran
pemerintah sebagai pendorong, pemberdaya dan fasilitator dalam upaya
memampukan masyarakat dan mendorong peran aktif dunia usaha melalui
penciptaan iklim yang kondusif dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman. Implementasi dari konsep pemberdayaan masyarakat disini
adalah penyelenggaraan pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat
yaitu suatu proses peningkatan peluang kesempatan mandiri dan bermitra
dengan pelaku pembangunan yang lain. Proses pembangunan yang
bertumpu kepada masyarakat merupakan suatu proses yang spesifik sesuai
dengan karakter masyarakatnya, yang meliputi tahapan identifikasi
karakter komunitas, identifikasi permasalahan, perencanaan, pemrograman
mandiri, serta pembukaan akses kepada sumber daya dan informasi.

5. Pelaksanaan Pembangunan

Dalam mengaktualkan rencananya, komunitas perlu melakukan


pengorganisasian peluang dan sumberdaya kunci yang ada. Dalam
kaitannya dengan fasilitasi ini, pemerintah memberikan stimulan dana
kepada komunitas untuk merealisasikan rencananya terutama dalam
penataan lingkungan permukiman kumuh, tanpa menutup kemungkinan
adanya bantuan tidak mengikat dari pihak lain. Selanjutnya fasilitasi
terhadap komunitas dilakukan untuk pengelolaan hasil pembangunan yang
telah dilaksanakannya. Rangkaian fasilitasi ini merupakan bagian dari
konsep dasar Tridaya, khususnya dalam aspek pendayagunaan prasarana
dan sarana lingkungan dan aspek penyiapan masyarakat dalam satu
kesatuan.

Arah Kebijakan Dan Strategi Penanganan Kebijakan:


1) Mewujudkan proses transformasi kapasitas kepada
masyarakat melalui pembelajaran dan pelatihan secara
langsung di lapangan

6
2) Mendorong akses bantuan kepada masyarakat yang tinggal
di lingkungan permukiman kumuh
3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan
Pemerintah/Pemerintah Daerah dan kelompok masyarakat
di bidang perumahan dan permukiman
4) Meningkatkan kesadaran hukum bagi para aparat
Pemerintah/Pemerintah Daerah dan Masyarakat
5) Memberdayakan pasar perumahan untuk melayani lebih
banyak masyarakat
6) Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana umum dan ekonomi lingkungan permukiman.

Strategi:
a) Menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam
penataan lingkungan permukiman kumuh
b) Mendorong usaha produktif masyarakat melalui perkuatan
jaringan kerja dengan mitra swasta dan dunia usaha
c) Mencari pemecahan terbaik dalam penentuan kelayakan
penataan lingkungan permukiman kumuh
d) Melaksanakan penegakkan dan perlindungan hukum
kepada masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman
kumuh
e) Melakukan pemberdayaan kepada para pelaku untuk
mencegah terjadinya permasalahan sosial
f) Menerapkan budaya bersih dan tertib di lingkungan
perumahan dan permukiman.

Sasaran :
a. Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia
masyarakat setempat yang mampu menata lingkungan
perumahan mereka
b. Terciptanya pertumbuhan usaha ekomomi produktif dan
keswadayaan masyarakat dalam mengembangkan
lingkungan permukiman.

7
c. Terbangunnya perumahan dan permukiman yang layak
huni
d. Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang
tinggal di lingkungan permukiman kumuh
e. Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi
lingkungan yang sehat, indah, aman dan nyaman
f. Tercapainya peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
masyarakat.

B. Kebijakan dan Srategi dalam Menangani permasalahan permukiman.

Menurut Yunus ( 2001 ), berkaitan dengan keberadaan permukiman kumuh


dan liar, ada tiga macam kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasinya :

1. Kebijakan Preventif ( preventive policies )


Pelaksanaan kebijakan ini dilakukan dalam jangka panjang dan
jangka pendek. Untuk jangka panjang, kebijakan ini diarah kan untuk
mencegah timbulnya permukiman kumuh atau liar sekecil mungkin
dengan memberdayakan masyarakat perdesaan dengan cara
mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya local beserta fasilitas
hidup kekotaan didesa sehingga tidak terdorong untuk meninggalkan
daerah asalnya menuju kota. Untuk pelaksanaan kebijakan preventif
jangka pendek, ditujukan pada (a). lahan-laha kosong dan (b). daerah
permukiman yang belum terlanjur menjadi permukiman kumuh atau
liar. Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) Konsolidasi dan (2)
perlu mendapatkan pengawasan yang serius dan periodik, agar
pemukiman liar yang kumuh tidak bermunculan kembali. Begitu pula
dengan darah pemukiman yang baru khususnya kompleks RS dan
RSS, peraturan ketat terhadap tata guna bangunan perlu diterapkan
sehingga tertib bangunan, tertib ruang dan tertib arsitektur.

2. Kebujakan Kuratif (Curative Policies)


kajiKebijakan ini hanya berdimensi lokal dan dilaksanakan pada
wilayah permukiman yang terlanjur kumuh. Tujuan dari kebijakan

8
ini adalah untuk menhilangkan sifat kumuh atau mengurangi
tingkatatan kekumuhannya. Daerah yang terlanjur kumuh masih
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Derah pemukiman kumuh
pada lahan legal dengan peruntukan permukiman. b. Daerah
permukiman kumuh pada lahan tidak legal dengan peruntukan bukan
permukiman, misalnya bantaran sungain dan sepanjang rel kereta
api.

3. Kajian Kebijakan Perumahan dan Permukiman


Rekomendasi akan perlunya penetapan prioritas kebijakan di dalam
penyelenggaraan perumahan dan permukiman, secara ringkas dibagi
dalam 4 isu strategis tang perlu secara ditindaklanjuti antara lain
sebagai berikut:
1. Merumuskan agenda kebijakan dan mendorong BKP4N untuk
lebih berperan sebagai lembaga pengambil keputusan,
sekaligus berperan sebagai mengoordinasikan implementasi
berbagai program perumahan dan permukiman. Persoalan
utama yang dihadapi sektor perumahan dan permukiman di
Indonesia adalah masih rendahnya kinerja sektor memenuhi
kebutuhan yang ada. Untuk menangani masalah perumahan
dan permukiman diusulkan untuk mendorong lembaga
koordinasi lintas sektoral dibidang perumahan dan
permukiman (BKP4N) sebagai lembaga yang permanen, yang
mengambil keputusan- keputusan penting dalam mengarahkan
fungsi-fungsi kebijakan perumahan dan permukiman. Adapun
perlu dibentuk anggota kelompok dibawah BKP4N, yaitu
anggota tetap dan anggota sementara seperti para spesialis
dalam bidang tertentu dan dapat berasal dari lembaga
pemerintah swasta amaupun LSM. Tugas kelompok kerja ini
adalah mempersiapkan alternative keputusan kebijakan
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
2. Membuat kebijakan dan peraturan baru yang meningkatkan
partisipasi sektor keuangan dalam pembiayaan perumahan dan
mempelajari penyediaan lahan siap bangun.

9
3. Menyusun program-program bantuan perumahan yang bersifat
komplementer terhadap kebijakan yang ada.
4. Merumuskan sistem pelaksanaan yang efektif untuk program-
program bantuan perumahan nasional. (Anonimous. 2006)

4. Fokus Strategi Kebijakan yang Perlu Dikembangkan


Dengan mengacu urgensi pembangunan perumahan dan
permukiman, masalah penyediaan perumahan dan permukiman bagi
seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan
rendah, sesungguhnya perlu menjadi prioritas dalam kebijakan
perumahan dan permukiman nasional. Hal ini dikarenakan kebutuhan
perumahan yang mendesak pada saat ini lebih dirasakan oleh
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Diperlukan upaya
melalui strategi kebijakan yang terfokus dan menyeluruh untuk
menangani persoalan penyedoaan perumahan dan permukiman yang
rseponsif dan berkelanjutan. Pertama, melembagakan sistem
penyelenggaraan yang transparan yang partisipatif dengan
mengedepankan strategi pemberdayaan.

Kebijakan ini didasarkan pada hakikat pemenuhan kebutuhan


perumahan dan permukiman adalah merupakan tanggung jawab
masyarakat pada umunya. Sebagaimana diatur dalam pasal 5 UU
No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, setiap warga
Negara mempunyai keawjiban dan tanggung jawab untuk berperan
serta didalam pembangunan perumahan dan permukiman, dan pada
pasal 29 juga dinyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak
dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya berperan serta di
dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Permasalahannya
adalah belum didayagunakannya potensi masyarakat secara optimal,
termasuk dunia usaha tersebut.

Pengembangan kelembagaan diarahkan sehingga dapat menurunkan


biaya produksi ramah, seperti melalui pancapaian perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi perumahan,

10
prasarana dan sarana dasar permukiman yang efektif dan afisien.,
pengembangan dan mendorong ketersediaan bahan-bahan dasar
bangunan yang diproduksi daerah secara terjangkau, serta
peningkatan kapasitas local didalam menhasilkan bahan bangunan
dan teknologi konstruksi yang sehat dan ramah lingkungan. Kedua,
mamantapkan system pembiayaan dan peningkatan kualitas pasar
perumahan termasuk pemupukan dana jangka panjang untuk
perumahan dan permukiman. Pada saat ini kita masih menghadapi
belum efisiennya pasar primer, yang menyebabkan harga rumah yang
masih belum secara mudah dijangkau oleh masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah.

Kondisi ini perlu ditekan dengan berbagai peningkatan efektivita


system pembiayaan perumahan dan penyempurnaan mekanisme
pembiayaan perumahan. Oleh karenanya, diperlukan peningkatan
mobilisasi pembangunan dan pengembangan akses kredit
pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
termasuk peningkatan kemudahan mekanisme sistem kredit dibidang
pembiayaan perumahan. Ketiga, mengembangkan syitem bantuan
perumahan dan permukiman sebagai insentif bagi pemerintah daerah,
swasta, dan masyarakat yang responsif terhadap pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman. Perumahan dan permukiman
merupakan persoalan strategis dan masih belum mendapat perhatian
khusus dari berbagai kalangan.

Karenanya, untuk memacu laju pembangunan perumahan dan


permukiman, perlu dikembangkan sistem intensif, yang diharapkan
mampu mendorong berbagai pelaku pembangunan, baik lembaga
formal maupun informal untuk terlibat secara aktif. Upaya yang
dikmebangkan antara lain melalui pengembangan program bantuan
perumahan bagi para pelaku pembangunan yang responsive didalam
penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Keempat,
meningkatkan pelayanan dan pasokan kecukupan kebutuhan lahan
untuk perumahan dan permukiman. Beberapa upaya yang ada pada

11
saat ini terus didorong adalah melalui pengembangan wawasan siap
bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba) di daerah
termasuk Lisiba sendiri (Lisiba BS).

Kasiba/Lisiba ini disusun berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten atau Kota dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman di Daerah yang telah ditetapkan melalui
peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana
sebagai bagian dari kawasan, khususnya diperkotaan, mulai dari
kegiatan seperti penyediaan tanah siap bangun dan kaveling tanah
matang, serta penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,
termasuk utilitas umum, secara terpadu dan efisien dan pelembagaan
manajemen kawasan yang efektif. Penyelenggaraan Kasiba Lisiba
dengan manajemen usaha yang efektif diharapkan akan mampu
berfungsi sebagai instrument untuk mengendalikan tumbuhnya
lingkungan perumahan dan permukiman tang tidak teratur dan
cenderung kumuh melalui peremajaan kawasan perkotaan. Kelima,
mengembangkan inovasi dan pendayagunaan teknologi material
bahan bangunan, sistem konstruksi perumahan layak dan terjangkau,
serta pelestarian arsitektur perumahan yang berbasis pada kondisi
local dalam rangka memperkuat jati diri bangsa.

Penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat ekonmi


lemah tidak terlepas dari dukungan ketersediaan teknologi konstruksi
termasuk material bangunan untuk perumahan. Upaya inovatif perlu
dikembangkan dalam rangka mendukung aspek keterjangkuan
masyarakat umum terhadap system penyediaan perumahan dan
permukiman yang ada. Disamping itu, kagiatan yang bersifat inovatif
untuk memenuhi hakikat perumahan dan permukiman dalam rangka
perwujudan lingkungan yang serasi dan berkelanjutan yang mampu
mengatur keseimbangan aspek social, ekonomi dan lingkungan
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat yang akan memperkuat
jati diri bangsa, termasuk dalam mendukung terwujudnya

12
keseimbangan hubungan antar daerah. Keenam, mengembangkan
system informasi dan jarring komunikasi yang efektif yang dapat
diakses secara mudah, khususnya oleh masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah. (Sugandhy, A dan R. Hakim. 2007)

5. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman


Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan
permukiman tahun 2002 dirumuskan atas dasar berbagai
pertimbangan dari kondisi lingkungan strategis yang ada pada saat
inidan kecenderungan perkembangan kedepan (2020). Rumusan
kebijakan dan strategi tersebut bersifat sangat struktural sehingga
secara nasional diharapkan dapat berlaku dalam rentang waktu yang
cukup dan mengakomodasi berbagai ragam kontekstual masimg-
msing daerah dan dapat memudahkan penjabaran yang sistemis pada
tingkat yang lebih operasional oleh para pelaku pembangunan
dibidang perumahan dan permukiman. Kebijakan nasional yang
dirumuskan terdiri atas 3 struktur pokok :
a) Melembagakan system penyelenggaraan sistem perumahan
dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku
utama, melalui strategi pengembangan peraturan perundang-
undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan
dan permukiman, serta memfasilitasi pelaksanaan penataan
ruang kawasan permukiman yang trnsparan dan partisipatif.
b) Mewujudkan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan
masyarakat, sebagai salah satukebutuhan dasar manusia,
melalui pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan
terjangkau, dengan menitiberatkan pada masyarakat miskin
dan berkemampuan rendah.
c) Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan guna mendukung mendukung pengembangan
jati diri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat melalui
perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang responrif
dan berkelanjutan. Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman merupakan arahan dasar yang

13
masih harus dijabatkan secara operasional oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dibidang penyelenggaraan perumahan
dan permukiman sehinggga nantinya visi yang diharapakan
dapat tercapai. Produk dari implementasi penjabaran kebijakan
dan strategi nasional juga dicerminkan melalui penyiapan
Propeda, RP4D (Rencana Pengembangan dan Pembangunan
Perumahan dan Permukiman Daerah), dan Repetada ditingkat
daerah. (Anonimous. 2008)

14
15
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Upaya penangananpermukiman kumuh telah diatur dalam undang undang No.14


tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, yang menyatakan bahwah untuk
mendukung terwujudnya lingkungan permukiman yang memenuhi persyaratan keamanan,
kesehatan, kenyamanan, dan keandalan bangunan, suatu lingkungan permukiman yang tidak
sesuai dengan tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi, kualitas bangunan sangat
rendah, sarana dan prasaran lingkungan yang tidak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat
membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni, dapat ditetapkan
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan sebagai lingkungan permukiman kumuh yang
tidak layak huni dan perlu diremajakan. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman merupakan arahan dasar yang masih harus dijabatkan secara operasional oleh
berbagai pihak yang berkepentingan dibidang penyelenggaraan perumahan dan permukiman
sehinggga nantinya visi yang diharapakan dapat tercapai. Produk dari implementasi
penjabaran kebijakan dan strategi nasional juga dicerminkan melalui penyiapan Propeda,
RP4D (Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah),
dan Repetada ditingkat daerah.

B.Saran

Sebaiknya permasalahan permukiman yang terjadi di Indonesia dapat di selesaikan


dengan cara-cara yang efisien dan berkelanjutan, agar tidak tumbuh lagi masalah
permukiman kumuh yang tumbuh diperkotaan maupun desa yang menuju kekotaan. Dan bagi
masyarakat juga hendaknya dalam  membangun rumah harus memperhatikan lokasi yang
hendak didirikan rumah agar tidak menjadi suatu masalah baru yang membuat daerah
tersebut menjadi tidak layak huni atau memperjelek citra kota.

16
DAFTAR PUSTAKA

Diktat geografi permukiman, 2016

http://fesigar.blogspot.com/2017/02/makalah-kebijakan-pemerintah-dalam.html

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-2011-perumahan-kawasan-permukiman

file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/1162-1888-1-SM.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai