D
alam Bab II ini akan diuraikan tentang kebijaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman dari skala
nasional hingga regional. Tujuan dari pembahasan ini
adalah untuk mencari 'benang merah' kebijaksanaan
pembangunan Perumahan dan Permukiman dari skala nasional
hingga lokal. Pada umumnya kebijaksanaan yang mempunyai
skala lebih luas dan makro (nasional) akan digunakan sebagai
'payung' untuk menurunkan dan merumuskan kebijaksanaan
yang lebih mikro dan teknis. Untuk memperluas bahasan lingkup
kebijaksanaan ini akan dijelaskan pula beberapa dasar
pendekatan teoritis yang nantinya dapat memperkuat
kebijaksanaan yang telah dikaji dan dirumuskan. Kaijan-kajian
teoritik ini juga digunakan untuk mencari konsep-konsep
pendekatan yang dapat membantu merumuskan strategi
penanganan masalah perumahan dan permukiman. Beberapa
paradigma baru pendekatan permasalahan perumahan dan
permukiman juga akan diungkap, agar koridor pembahasan
persoalan tetap berada pada jalur kekinian (up to date).
Disamping itu, paradigma baru tersebut juga akan membantu
menyelesaikan permasalahan permukiman yang menjadi isu
utama dalam masalah lingkungan permukiman, dewasa ini.
Gambar : 2.5
Diagram Sistem Pengadaan Perumahan Kota Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah oleh Pemerintah
(Sumber : Bambang Panudju, 1999, H-25)
Kebijaksanaan oleh
Pemerintah
Kebijakan dan
perencanaan
Peraturan dan
Perundangan Pelaksanaan
Kelembagaan Pembangunan oleh
Program Pemerintah
Organisasi
Pendanaan
Kapling dan Prasarana
Pembangunan Rumah
PERUMAHAN PENGGUNAA
N OLEH
MASYARAKA
Gambar : 2.6
Diagram Sistem Pengadaan Perumahan dengan Peran Serta
Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
(Sumber : Bambang Panudju, 1999, h-26)
Kebijaksanaan oleh Pelaksanaan Pihak Lain
Pemerintah : Pembangunan Yang
Kebijaksanaan Oleh Masyarakat : Membantu
dan Organisasi
Perencanaan Pendanaan
Peraturan dan Kapling dan
Perundangan Prasarana
Kelembagaan
Pembanguna
Program
n rumah
Perumahan Penggunaan
Gambar 2.9 : Rumah Susun Sewa sebagai salah satu alternatif penyediaan
permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan yang padat, secara vertikal.
TABEL
PERAN DAN PERSYARATAN KOPERASI DALAM PENGADAAN
PERUMAHAN
NO PERAN PERSYARATAN
1 2 3
1 Pelaksanaan Proyek Perumahan Status Badan Hukum Koperasi, paling
(Peproper / Developer) rendah Koperasi Klas B.
Di dalam AD disebutkan usahanya bidang
perumahan atau serba usaha
Terdapat pengelola usaha perumahan
2 Koordinasi bagi anggotanya untuk Semua koperasi yang telah Berbadan
membeli rumah dari proper Hukum Koperasi.
/developer
3 Debitur BTN rumahnya Berbadan Hukum Koperasi, paling rendah
disewa/belikan kepada anggota berstatus Koperasi Klas B.
Mampu menempatkan dana cadangan di
BTN terus menerus minimum tiga kali
angsuran bulanan dari seluruh jumlah
rumah yang dibelinya.
Mengikuti program TUM-KPR
Ada lembaga penjamin dari Perum
Pengembangan Keuangan Koperasi atau
Perusahaan tempat Koperasi itu berada.
Mampu mengelola rumah yang disewa-
belikan.
4 Penjamin / Avalist bagi para Berbadan Hukum Koperasi, paling rendah
anggotanya yang membeli rumah berstatus Koperasi Klas B
dengan fasilitas KPR/BTN Mempunyai kelayakan ekonomi yang
menjamin kelangsungan usaha.
Mampu menempatkan dana cadangan di
BTN
Memiliki dana cadangan yang cukup
sebagai penjamin
5 Berperan ganda, sekaligus Butir-butir persyaratan di atas.
melakukan dua atau lebih peran di
atas
Sumber : Kepmenpera Nomor : 01/Kpts/1989 Tgl 5 Juni 1989, Dalam Komarudin,
1997.
TABEL
AKIBAT BEBERAPA POLUTAN PADA POLUSI UDARA
NO ZAT AKIBAT
1 2 3
1 SO2 Sesak Napas
Menimbulkan asma
Menambah berat asma
2 CO Mata (penglihatan kabur)
Gangguan fungsi berpikir
Gangguan gerakan otot motorik / refleks
Gangguan fungsi jantung
Peracunan tubuh dengan cara mengikat hemoglobin (Hb)
Kekurangan oksigen dan kematian
3 Nox Membentuk methemoglobin dan menyebabkan fibrosis serta
gangguan paru
Melemahkan sistem pertahanan paru dan saluran pernafasan
Mudah terserang infeksi
Gangguan penyumbatan paru
Gangguan jantrung
Gangguan fungsi pembuluh darah
4 Debu partikel debu berukuran 0,3 – 0,8 mikron bisa sampai dikantung
udara paru dan timbullah masalah pernafasan.
Partikel berukuran di atas 0,6 mikron akan tertahan disaluran
pernafasan bagian atas (hidung atau tenggorokan dan
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit).
Sumber : Dasar-dasar Psikologi Lingkungan, Drs. Oman Sukmana, M.Si, 2003, h-
107
4. Pengaruh Kepadatan
Kepadatan (crowded) akan berpengaruh terhadap :
1. Perasaan.
Kepadatan akan menimbulkan perasaan negatif,
mempengaruhi tampilan kerja (merasa terganggu).
2. Pembangkitan Komponen Fisiologis.
Kepadatan akan menimbulkan tekanan darah dan jantung
menjadi meningkat, peningkatan kortison (indikasi stress pada
seseorang).
3. Menimbulkan berbagai penyakit.
4. Mempengaruhi atraksi (daya tarik pribadi).
5. Menimbulkan perasaan untuk penarikan diri terhadap
lingkungan (withdrawal).
6. Mengurangi keinginan untuk menolong dan memberikan
informasi kepada orang lain.
7. Menimbulkan tingkah laku yang agresif.
8. Suasana hati (mood) cenderung lebih murung, hasil usaha dan
prestasi kerja menurun
9. Kecenderungan untuk lebih banyak melihat sisi jelek dari
orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lain di
tempat yang padat dan sesak.
PROPOSAL Hal. IV - 10