PE RU MA H AN D A N PE RM U K IM AN
I. P E ND A H UL U AN
411
sehingga perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan serta
peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
412
daerah, koperasi, usaha negara, usaha swasta, dan masyarakat
dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan
permukiman yang layak, sehat, aman, dan serasi dengan
lingkungan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan
memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang
berpenghasilan menengah dan rendah.
413
Titik berat pembangunan program perumahan rakyat selama
PJP I disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan pokok yang
dihadapi masyarakat pada saat itu. Dalam Repelita I orientasi
pembangunan perumahan dan permukiman adalah perintisan
teknologi konstruksi dan rekayasa. Selanjutnya, dalam Repelita II
titik berat pembangunan adalah rehabilitasi perumahan dan
permukiman melalui perbaikan kampung serta pemugaran
perumahan desa. Mulai Repelita III hingga kini, pembangunan
perumahan dan permukiman, selain menangani aspek fisik
konstruksi, juga memasukkan aspek nonfisik secara terpadu. Selain
itu, perhatian Pemerintah makin ditekankan kepada pembangunan
rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah terutama
di kota-kota metropolitan dan kota besar.
414
Dengan terbatasnya anggaran dan rendahnya daya beli
masyarakat, dalam Repelita II dikembangkan konsep subsidi
silang. Dalam konsep itu kapling tanah matang, berupa kapling
ukuran besar, dijual dengan harga tinggi guna memberi subsidi
kepada rumah-rumah inti sederhana. Dalam Repelita III
pembangunan perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh
rakyat banyak makin ditingkatkan. Di samping itu, dirintis pula
pembangunan rumah susun dan pendekatan peremajaan kota.
Dalam Repelita IV diperkenalkan kebijaksanaan baru, yaitu konsep
kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Kemudian dalam Repelita V dikembangkan konsep rumah sangat
sederhana (RSS) yang dilaksanakan dengan subsidi pemerintah,
usaha koperasi dalam pengadaan rumah, dan kemitraan antara
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
415
Di bidang pembangunan perumahan perdesaan, masalah yang
dihadapi lebih kompleks dan melibatkan berbagai instansi di
berbagai tingkatan pemerintahan. Program yang telah ada
ditingkatkan keterpaduannya melalui pendekatan pembangunan
perumahan dan lingkungan desa secara terpadu (P2LDT). P2LDT,
dengan pendekatan pembangunan bertumpu pada masyarakat
ditempuh melalui asas tribina, yaitu bina manusia, bina
lingkungan, dan bina usaha serta asas pembangunan partisipatif.
416
Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep
pelayanan dan pengelolaan dengan cara sanitasi setempat
menggunakan teknologi murah dan tepat guna. Konsep pelayanan
menggunakan jamban keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan
pada kawasan berkepadatan rendah dan memiliki muka air tanah
rendah. Dalam hal penanganan dengan cara sanitasi setempat sudah
tidak memadai, mulai dikembangkan sistem pengelolaan terpusat
dengan menggunakan perpipaan, terutama pada kawasan
berkepadatan tinggi di kota metropolitan dan kota besar.
2. Kelembagaan
417
Melihat makin beratnya permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan perumahan maka dalam Repelita III dibentuk Kantor
Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, yang dalam Repelita IV
ditingkatkan menjadi Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Pada tahun 1974 dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan
Nasional (BKPN) yang berperan memberikan arahan kebijaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman yang diketuai oleh
Menteri Pekerjaan Umum. Pada tahun 1985 diadakan perubahan,
dan selanjutnya BKPN diketuai oleh Menteri Negara Perumahan
Rakyat. Pada tahun 1993 dilakukan penyempurnaan dengan
keanggotaan terdiri dari Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Sosial, Menteri Perindustrian, Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Menteri Negara Kependudukan/Kepala
BKKBN, Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), Menteri Transmigrasi dan
Permukiman Perambah Hutan, Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha Kecil, dan Gubernur Bank Indonesia.
418
jawab atas penyiapan masyarakat beserta kelembagaannya.
Pelaksanaan kebijaksanaan tersebut sepenuhnya dikoordinasikan
dan dikendalikan oleh pemerintah daerah.
3. Peraturan Perundang-undangan
419
selalu mengacu pada keseimbangan sosial dengan mempertimbang-
kan komposisi penghunian perumahan antara kelompok
berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi.
420
b. Perbaikan Kampung
Penanganan perbaikan kampung dimulai dalam Repelita I
(1969) di Jakarta. Rintisan tersebut dalam Repelita II dilanjutkan di
Surabaya. Penanganan perbaikan kampung dalam Repelita V
dilakukan di 470 kota dengan luas 37.000 hektare dan penduduk
yang terlayani mencapai kurang lebih 15 juta jiwa. Selain itu,
melalui program pelayanan sosial dasar terpadu perkotaan telah
ditingkatkan jangkauan pelayanan dan perbaikan kualitas sarana air
bersih dan sarana sanitasi perkampungan kota untuk 13 kotamadya.
421
perbaikan jalan lingkungan, pengadaan sarana MCK dan
pengadaan sarana air bersih, serta dilaksanakan melalui swadaya
masyarakat. Pemugaran perumahan desa mulai dilaksanakan dalam
Repelita II (1973/74 - 1977/78). Dalam Repelita V jumlah rumah
yang berhasil dipugar mencapai sekitar 240.000 rumah di 20.000
desa.
e. Penataan Bangunan
422
Dalam rangka tertib dan keselamatan bangunan, sampai
dengan Repelita V telah disusun Pedoman Bangunan Setempat, dan
telah dilaksanakan di 139 daerah tingkat II (dati II) atau 46 persen
dari seluruh dati II yang ada. Selain itu, telah disusun 48 pedoman
teknis keselamatan bangunan dan 22 standar teknis keselamatan
bangunan.
423
g. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
424
belumlah memadai. Oleh karena itu, dalam PJP II upaya
pembangunan perumahan dan permukiman akan dilanjutkan dan
ditingkatkan. Untuk itu, pembangunan perumahan dan permukiman
perlu memperhatikan berbagai tantangan dan kendala yang akan
dihadapi, serta memanfaatkan setiap peluang yang ada.
1. Tantangan
426
pemerintah pusat dan daerah, serta kerja sama antara pemerintah
dengan masyarakat merupakan tantangan pula dalam melaksanakan
pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan
efisien.
2. Kendala
Dalam menjawab berbagai tantangan dalam pembangunan
perumahan dan permukiman terdapat beberapa kendala yang
dihadapi, antara lain (a) terbatasnya lahan yang tersedia untuk
lokasi pembangunan perumahan dan permukiman; (b) rendahnya
kondisi sosial ekonomi masyarakat; (c) terbatasnya informasi
tentang perumahan dan permukiman; (d) terbatasnya kemampuan
pemerintah dalam penyediaan perumahan dan permukiman.
427
keterbatasan penyediaan prasarana dan sarana merupakan kendala
dalam pembangunan di bidang perumahan dan permukiman.
3. Peluang
428
pembangunan perumahan dan permukiman, yang makin terjangkau
oleh masyarakat banyak.
429
Koperasi, usaha negara, dan usaha swasta yang melayani
pembiayaan pembangunan perumahan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan peranannya sehingga dapat mendorong
terhimpunnya modal yang memungkinkan pembangunan rumah
milik dan rumah sewa dalam jumlah besar. Perlu diciptakan iklim
yang menarik bagi pembangunan perumahan oleh masyarakat dan
perseorangan antara lain dengan penyediaan kredit yang memadai,
pengaturan persewaan dan hipotek perumahan. Perlu didorong
peran serta aktif masyarakat dalam pemupukan dana bagi
pembangunan perumahan.
430
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
b. Sasaran Repelita VI
431
perbaikan kawasan kumuh seluas 21.250 hektare di 125 kota
dikawasan yang kepadatannya cukup tinggi; peremajaan kawasan
kumuh seluas 750 hektare; serta pemugaran perumahan dan
permukiman di 20.000 desa tertinggal. Keseluruhan sasaran
penyediaan serta perbaikan perumahan dan permukiman dapat
dilihat pada Tabel 38-1.
3. Kebijaksanaan
432
TABEL38—1
SASARAN PENYEDIAAN DAN PERBAIKAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1994/85—1988/99
TABEL38—2
SASARAN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH
1994/85—1988/99
A. Perkotaan
1. Tingkat kebocoran
a. Kota metropolitan dan besar % 38 35 32 29 27 25 25
b. Kota sedang dan kecil % 40 35 34 33 32 30 30
2. Peningkatan kapasitas dan
perluasan pelayanan
a. Peningkatan kapasitas produksi liter/detik 20,000 2,300 4,600 8,900 8,100 8,100 30.000
b. Jumlah penduduk terlayani ribu orang 27,600 1,600 3,400 5,000 6,000 6,000 22,000
B. Perdesaan
1. Jumlah desa Desa 14,000 4,200 4,400 4,500 4,500 4,400 22,000
2. Jumlah penduduk terlayani ribu orang 10,500 3,150 3,300 3,375 3,375 3,300 16,500
Catatan : *) Angka perkiraan realisasi (kumulatif selama lima tahun, kecuali untuk A.1.a. dan A.1.b. keadaan tahun terakhir Repelita V)
TABEL36-3
SASARAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
1994/95-1998/99
B. Pengelolaan persampahan
1. Penyediaan prasarana pengelolaan
persampahan sistem kola
a. Jumlah kota metropolitan dan besar kota 16 12 14 16 18 20 20 2)
b. Jumlah penduduk terlayani ribu orang 4,000 960 1,120 1,280 1,440 1,600 6,400
2. Pembinaan pengelolaan persampahan
sistem modul
a. Jumlah kota sedang dan Kecil kota 478 180 170 180 190 200 200 2)
b. Jumlah penduduk terlayani ribu orang 3,800 920 990 1,040 1,100 1,150 5,200
C. Penanganan drainase
1. Sistem makro
a. Jumlah kota metropolitan dan besar kota 16 12 14 16 18 20 20 2)
b. Luas ha 12,800 2,500 2,900 3,300 3,700 4,100 18,500
2. Sistem mikro
a. Jumlah kota sedang dan kecil kota 224 120 140 160 180 200 200 2)
b. Luas ha 9,500 3,760 5,170 6,580 7,990 9,400 32,900
TABEL38—4
SASARAN PENATAAN KOTA DAN PENATAAN BANGUNAN
1994/95—1998/99
1. Penataan kota
a. Penyiapan program jangka menengah kota 170 20 40 50 60 80 250
(PJM) perkotaan
b. Rencana pembangunan sarana dan kawasan — 20 21 22 23 24 110
prasarana (RPSP) dan PJM kawasan
andalan
2. Penataan bangunan
a Rencana tata bangunan dan kawasan 135 34 38 42 48 50 210
lingkungan (RTBL)
437
meningkatkan kondisi lingkungan perumahan dan permukiman
yang sehat melalui pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
seperti penyediaan air bersih, penyehatan lingkungan, dan fasilitas
sosial ekonomi lainnya; meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan
dalam pembangunan perumahan dan permukiman melalui
pembangunan rumah susun di kota-kota besar yang disesuaikan
dengan ketersediaan lahan dan lingkungan sosial setempat serta
upaya pemugaran permukiman di perkotaan dan perdesaan; dan
meningkatkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna
sejalan dengan tuntutan pembangunan dan keterjangkauan
masyarakat.
438
d. Pengembangan Sistem Pendanaan Perumahan dan
Permukiman
439
Dalam rangka itu, diupayakan untuk meningkatkan kerja sama
secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
koperasi, usaha negara, usaha swasta, dan masyarakat dalam
penyediaan perumahan dan permukiman; menyelenggarakan
pengelolaan pembangunan terpadu dengan mengacu kepada
program pembangunan jangka menengah untuk setiap pemerintah
daerah tingkat I dan II; dan memantapkan lembaga pengelola
pembangunan perumahan dan permukiman melalui penyempurnaan
struktur organisasi dan peningkatkan kualitas sumber daya
manusianya.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
440
Permukiman; (4) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air bersih;
(5) Program Penataan Kota; dan (6) Program Penataan Bangunan.
1. Program Pokok
441
Pemerintah dengan dunia usaha dalam pengembangan permukiman
skala besar; (c) pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah yang
meliputi rumah inti, rumah sangat sederhana (RSS), dan rumah
sederhana (RS) dengan luas antara 21 meter persegi sampai dengan
70 meter persegi yang ditujukan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah; (d) pengadaan rumah susun sederhana dan
rumah sewa dengan lebih banyak melibatkan peran serta dunia
usaha dan masyarakat khususnya di kota-kota metropolitan,
kota besar, dan kawasan industri; (e) pemantapan pola
pembiayaan melalui bank pemerintah dan bank swasta bagi
masyarakat berpenghasilan menengah ke atas; (f) pengembangan
dan pemantapan pola pembiayaan khusus bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan pemanfaatan dana pemerintah dan
masyarakat melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan
rumah, kredit perbaikan rumah, kredit pemilikan kapling siap
bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit membangun rumah,
kredit rumah sewa, kredit rumah produktif, kredit perumahan
perusahaan, dan kredit pembangunan perumahan guna mendorong
swadaya masyarakat.
442
b. Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman
443
2) Pemugaran Perumahan dan Permukiman di
Perdesaan
444
limbah (PDAL) serta kemitraan dengan dunia usaha dan
masyarakat; (e) pembangunan sarana pengelolaan air limbah
perdesaan melalui percontohan dan pemasyarakatan pembuatan
sarana sanitasi sederhana seperti jamban keluarga, jamban jamak,
sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana mandi, cuci,
dan kakus (MCK); (f) pembangunan prasarana air limbah di 9 kota
metropolitan dan kota besar, 200 kota sedang dan kota kecil, dan
7.000 desa yang melayani 13 juta penduduk perkotaan dan 4 juta
penduduk perdesaan yang dalam penyelenggaraannya akan
dikembangkan dengan bentuk pola percontohan penerapan prinsip
daur ulang tertentu di kota/kawasan yang sumber dayanya
terbatas; (g) pelaksanaan penyuluhan guna meningkatkan
pemahaman pentingnya kebersihan lingkungan dan pemeliharaan
sarana yang telah dibangun.
2) Pengelolaan Persampahan
Kegiatan ini ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan
pembuangan atau pemusnahan limbah padat untuk menghasilkan
lingkungan yang bersih, sehat, dan aman.
445
3) Penanganan Drainase
446
sebanyak 22 juta jiwa; dan (d) peningkatan efisiensi pengelolaan
dan pengusahaan PDAM.
447
terpadu mengacu pada rencana tata ruang dan rencana
pembangunan kota dan wilayah; (b) penyusunan rencana, program
strategis, dan pengendalian pelaksanaan pembangunan prasarana
dan sarana serta penataan lingkungan bagi 110 kawasan andalan
meliputi kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan
perdagangan, kawasan pertahanan dan keamanan, dan kawasan
tertentu; (c) penyempurnaan dan pemantapan sistem data dan
informasi penataan kota dalam rangka pengadaan dan perbaikan
perumahan dan permukiman.
448
2. Program Pendukung
449
c. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
450
pembangunan perumahan dan permukiman, khususnya
pembangunan kawasan siap bangun dan kota baru.
451
452
Tabel 38—5
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)