Anda di halaman 1dari 18

RENCANA TINDAK

PENANGANAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN


TRADISIONAL
KABUPATEN TELUK WONDAMA

KONTRAKTUAL

Tahun Anggaran 2011


Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Pekerjaan Umum
Unit Organisasi : SNVT Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi
Papua Barat
Program : Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Kegiatan : Penataan Lingkungan Permukiman
Sub Kegiatan : Penataan Lingkungan Permukiman
Detail Kegiatan : Rencana Tindak Penanganan Lingkungan
Permukiman Tradisional
1. Latar Belakang (why)
a. Dasar hukum
 Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang
 Undang-Undang RI. No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
 Undang-Undang RI. No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
 Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah nasional
 Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No. 28/2002.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
 RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) /RIK (Rencana Induk Kota)
 RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) /RBWK (Rencana Bagian Wilayah
Kota)
 RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota) / RTK (Rencana Terinci Kota) / RTBL
(Rencana Tata bangunan dan Lingkungan)
 Produk pengaturan ruang kota lainnya yang mengikat pada kawasan yang
bersangkutan

b. Gambaran Umum
1) Dampak negatif akibat diabaikannya nilai-nilai yang lebih
esensial pada pembangunan dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
bangunan dan kawasan bersejarah di sebagian besar kota-kota di Indonesia
dari tahun ke tahun. Akibatnya, kegiatan pembangunan yang cenderung
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi secara betahap dapat menghilangkan
jejak sejarah yang antara lain berwujud suatu lingkungan binaan.

2) Dengan ‘hilangnya’ lingkungan permukiman bersejarah berarti


lenyap pula bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya telah
menciptakan suatu aset penting bagi daerah yang bersangkutan berupa “jati
diri lingkungan binaan” yang memberikan identitas tersendiri bagi
keanekaragaman budaya di Nusantara. Sangat dikhawatirkan, suatu saat nanti
generasi mendatang tidak akan lagi dapat melihat dan mengetahui sejarah dan
budaya suatu daerah yang tercermin dalam lingkungan binaannya. Pada
umumnya, nilai kesejarahan dari suatu tempat/daerah berkaitan erat dengan
aspek tradisional yang sudah eksis dan berkembang di daerah tersebut. Setiap
upaya pelestarian terhadap “nilai kesejarahan serta eksistensi tradisional”
pada suatu lingkungan binaan bukan berarti dapat menghambat pembangunan
ekonomi melainkan justru harus dapat saling bersinergi serta menciptakan
suatu ikatan yang kuat dalam pembangunan. Maka aspek pelestarian
merupakan hal yang sangat relevan untuk dilestarikan dalam pengembangan
suatu lingkungan binaan.

3) Lebih lanjut Undang-undang RI. Nomor 28 Tahun 2002 tentang


Bangunan Gedung pasal 38 mengamanatkan bahwa bangunan gedung dan
lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,
pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan
lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau
karakter cagar budaya yang dikandungnya dan dilaksanakan secara tertib
administratif, menjamin kelaikan fungsi bangunan gedung dan lingkungannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan dan pelestarian
meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran,
serta kegiatan pengawasannya yang dilakukan dengan mengikuti kaidah
pelestarian serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

4) Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan penataan


lingkungan permukiman tradisional adalah:

3
 Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
 Pendekatan TRIDAYA sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek
manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
 Azas “BERKELANJUTAN” sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
 Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi
masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Adapun beberapa kriteria dasar lokasi kegiatan Rencana Tindak Penanganan
Permukiman Tradisional yaitu :
 Lingkungan permukiman yang memiliki/terdiri dari bangunan-bangunan
tradisional (kedaerahan), bersejarah, perdagangan, kelompok industri rumah
tangga yang mempunyai ciri khas tertentu.
 Secara sosial-budaya perlu untuk di revive (pernah “hidup dan dikenal”)
 Secara ekonomi, pernah dan punya potensi untuk dikembangkan.
 Lingkungan permukiman dan bangunan yang bercirikan heritage
(pusaka).

c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


Alasan kegiatan penyusunan Rencana Tindak Penanganan Lingkungan
Permukiman Tradisional/bersejarah di Indonesia ini adalah agar setiap upaya
pelestarian (konservasi) sangat selaras dengan maksud dan tujuan yang tersurat dan
tersirat dalam Undang-Undang RI. Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya. Konservasi merupakan istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan
pelestarian (The Burra charter for the conservation of place cultural significant,
1981, hal 2). Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar
makna kultural yang dikandungnya dilindungi dan terpelihara dengan baik.
Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan perlindungan dan pemeliharaan,
pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan. Penyelenggaraan konservasi dapat mencakup preservasi,
restorasi, rekonstruksi, pemugaran dan revitalisasi

4
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (What)
a. Uraian Kegiatan
Kegiatan ini diselenggarakan secara kontraktual, dimana secara garis besar dapat
dijabarkan sebagai berikut:
 Lingkup Pekerjaan, meliputi :
- Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Permukiman
Tradisional Kabupaten Teluk Wondama
- Penyusunan program pembangunan dan Investasi kawasan, yang disepakati
oleh pemerintah Kabupaten Teluk Wondama
- Penyusunan Detail Engineering Design (DED), untuk kegiatan fisik
penanganan permukiman tradisional/bersejarah.
 Lingkup substansi, meliputi:
 Review dokumen-dokumen pengaturan terkait (RTRW, RDTR dll).
 Menyiapkan format-format pendataan secara lengkap dan dapat
mengakomodir permasalahan lapangan.
 Melakukan kajian dan evaluasi terhadap literatur.
 Melakukan kajian dan evaluasi terhadap Permukiman
Tradisional/bersejarah yang ada saat ini (eksisting), termasuk
pengelolaannya saat ini.
 Melakukan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data
primer maupun sekunder sebagai bahan analisis.
 Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar
penyusunan Rencana Tindak Penanganan Lingkungan Permukiman
Tradisional/bersejarah.
 Perumusan Potensi dan Masalah, berdasarkan analisa di lapangan perlu
dirumuskan potensi dan masalah yang pemecahannya dapat didekati dengan
analisis SWOT.
 Menetapkan kawasan percontohan yang akan dibuatkan rencana detail
teknisnya (DED).
 Menyusun Rencana Tindak Penanganan Permukiman
Tradisional/bersejarah yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
1) Rencana dan Program Permukiman Tradisional/bersejarah

5
di Kabupaten Teluk Wondama. Meliputi:
- Kebutuhan prasarana dan sarana penunjang permukiman
tradisional yang disyaratkan (berdasarkan justifikasi tertentu).
- Peta rencana tindak Permukiman Tradisional/bersejarah di
Kabupaten Teluk Wondama
2) Ketentuan dan Pedoman Pengendalian Rencana (development
guidelines) Untuk mengendalikan berbagai rencana, program maupun
kelembagaan serta tanggung jawab semua pemangku kepentingan
terkait pelaksanaan Rencana Tindak Penanganan Lingkungan
Permukiman Tradisional / bersejarah.
 Menyusun Program Investasi Pembangunan Permukiman
Tradisional/bersejarah untuk lima tahun kedepan.
 Menyusun DED kawasan percontohan Permukiman
Tradisional/bersejarah di Kabupaten Teluk Wondama.

b. Batasan Kegiatan
1) Program Bangunan dan Lingkungan
2) DED (rancangan)
3) Rancangan Investasi
4) Pengendalian
5) Adanya komitmen kepala daerah untuk implementasi program
pembangunan dan investasi.
6) Sudah tertuang dalam RPIJM.
7) Memiliki RTRK
8) Memiliki RTRW kab/kota

3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran


a. Maksud Kegiatan
Maksud dari kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah
dalam menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman tradisional dan
pemberdayaan komunitas perumahan terutama dalam penataan lingkungan
permukiman tradisional.

6
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan disusunnya Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional di Kws.
Wasior adalah terwujudnya penataan bangunan dan lingkungan di kawasan tersebut
dengan baik. Adapun Sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi
Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama dalam penanganan tata bangunan dan
lingkungan kawasan permukiman tradisional.
2. Tersusunnya masukan teknis bagi Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama dalam
bentuk rincian pengendalian perwujudan bangunan dan lingkungan kawasan
permukiman tradisional.
3. Tersusunnya master plan pembangunan permukiman tradisional Kawasan
Wasior.
4. Teridentifikasinya bangunan-bangunan serta arsitektur tradisional sebagai
kekayaan cagar budaya.
5. Tersusunnya DED lokasi fisik percontohan pada kawasan permukiman
tradisional Wasior.
6. Tersusunnya rencana investasi selama lima tahun ke depan bagi Pemerintah
Kabupaten Teluk Wondama dalam mengarahkan peran serta seluruh pelaku
pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat lokal, investor) dalam
mewujudkan lingkungan yang dikehendaki

c. Sasaran Kegiatan
Terciptanya permukiman tradisional dan bersejarah yang dapat meningkatkan
pariwisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

4. Indikator Keluaran dan Keluaran


a. Indikator Keluaran (kualitatif)
 Pokok-pokok isi dokumen rencana tindak penataan ruang terbuka hijau memuat
tentang :
 Gambaran umum kawasan permukiman tradisional/bersejarah
 Lingkup kegiatan;
 Identifikasi kawasan;

7
 Analisis kawasan potensi;
 Elemen permukiman tradisional;
 Rekomendasi; dan
 Lampiran
 Lampiran dokumen sekurang-kurangnya memuat hal sebagai berikut :
 Dokumen Rencana Tindak Penanganan permukiman tradisional/bersejarah
yang terdiri dari:
a. Program dan Rencana Permukiman Tradisional/Bersejarah
b. Peta Rencana Pengembangan Prasarana dan sarana Permukiman
tradisional/bersejarah di Kabupaten Teluk Wondama
c. Administrasi Pengendalian Program dan Rencana
 Dokumen Program Investasi Jangka Menengah
 DED Permukiman Tradisional/Bersejarah percontohan yang berskala kota.
 Usulan kegiatan berdasarkan tahapan ....... tahun;
 Usulan skenario kelembagaan
 Dokumen dilengkapi dengan program pelaksanaan kegiatan lanjutan yaitu :
 Penetapan komitmen Pemerintah Daerah (yang disyahkan oleh
Bupati/Walikota).
 Program pembangunan dan Investasi.

b. Keluaran (kuantitatif)
 Data data pertumbuhan vitalitas ekonomi dan non ekonomi kawasan
 Gambaran umum dan kondisi eksisting Kawasan potensi dan prioritas,
yang dilengkapi dengan peta tematik kawasan.
 Penajaman maupun revisi Konsep perencanaan (Rencana Konservasi
kawasan / Indikasi rencana Konservasi, Penataan Kawasan/Indikasi
Penataan Kawasan, dan Penanganan/Indikasi Penanganan).
 Hasil pembahasan didaerah (kesepakatan program dan lampiran
lainnya).
 Skenario penanganan kawasan berupa (Rencana Konservasi
kawasan/Indikasi rencana Konservasi, Penataan Kawasan/Indikasi
Penataan Kawasan, dan Penanganan/Indikasi Penanganan).

8
 Rencana Detail Pelaksanaan yang akan dijadikan pedoman dalam
pengembangan kawasan secara bertahap.
 Rencana pembangunan dan investasi yang terintegrasi dengan rencana
maupun program pembangunan daerah.
 Detail Engineering Design (DED) untuk lokasi percontohan, yang
minimal memuat:
1. Gambar perencanaan
2. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
3. Spesifikasi teknis

Untuk mencapai keluaran tersebut, maka kegiatan ini harus diselesaikan secara
bertahap melalui penyusunan laporan yang terdiri dari :
1) Laporan Pendahuluan, berisi :
 Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
 Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
 Konsep penanganan permukiman tradisional/bersejarah

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak


SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
2) Laporan Antara, berisi:
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan :
 Identifikasi penanganan kawasan;
 Kajian literatur dan peraturan perundang-undangan terkait
 Survey lapangan

Harus dilaporkan selambat-lambatnya 2,5 (dua setengah) bulan


sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan
3) Laporan Draft Akhir, berisi :
 Metodologi/pola pikir (menjelaskan tahapan)
 Gambaran umum dan kondisi eksisting Kawasan potensi dan prioritas,
yang dilengkapi dengan peta thematik kawasan.
 Penajaman maupun revisi Konsep perencanaan (Penataan
Kawasan/Indikasi Penanganan permukiman tradisional/bersejarah, dan
Penanganan/Indikasi Penanganan).
 Hasil pembahasan didaerah (kesepakatan program dan lampiran lainnya).

9
 Skenario penanganan kawasan ruang terbuka hijau aktif (Rencana
Konservasi kawasan/Indikasi rencana Konservasi, Penataan
Kawasan/Indikasi Penataan Kawasan, dan Penanganan/Indikasi
Penanganan).
 Rencana Detail design yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan
infrastruktur secara bertahap dalam jangka waktu (……..) …….. tahun.
 Rencana pembangunan dan investasi yang terintegrasi dengan rencana
maupun program pembangunan daerah.
 Arahan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan
 Penyusunan Skenario Kelembagaan.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak


SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
4) Laporan Akhir, berisi:
Materi Laporan meliputi perbaikan dan penyempurnaan dari laporan draft

final Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 5 (lima) bulan


sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan CD
sebanyak 10 (sepuluh) buah

5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (How)


a. Metode Pelaksanaan
Dilakukan secara Kontraktual melalui DIPA SNVT PBL Provinsi Papua barat TA
2010
b. Tahapan Kegiatan
(1) Tahapan Persiapan
- Membuat program kerja ( pola pikir + jadwal) kegiatan
- Menentukan sasaran, visi, dan konsep penanganan permukiamn
tradisional/bersejarah.
- Mempersiapkan peta dasar kawasan permukiman tradisional/bersejarah
(konsultan menentukan sendiri sumber datanya)
- Menetapkan metodologi Rencana Tindak penanganan permukiman
tradisional/bersejarah
- Menggali sumber data yang terkait (data primer dan sekunder)

10
(2) Melakukan Survei dan pengumpulan Data
Data Primer, meliputi
- Melakukan survey, mengumpulkan data lapangan terkait dengan tata
guna lahan, sistim struktur kawasan seperti pola hidup, sarana dan
prasarana lainnya serta pendataan permukiman/bangunan bersejarah
yang signifikan di seluruh kawasan yang ada di kota tersebut.
- Pelibatan masyarakat diperlukan untuk menjaring inspirasi / ide
penataan, kebutuhan akan peningkatan ekonomi di kawasan tersebut
termasuk rencana penanganan / pengelolaan kawasan permukiman
tradisional kedepan yang dapat bersinergi dengan program atau kegiatan
pemerintah daerah serta pihak swasta yang dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat.

Data Sekunder, meliputi :


Melakukan survey ke instansi terkait serta kelembagaan formal maupun non
formal, dimana konsultan akan mendapatkan program permukiman
tradisional yang direncanakan oleh pemerintah Provinsi, maupun
pemerintah Kabupaten/kota.

(3) Kompilasi dan Pemrosesan Data.


Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer
maupun sekunder sebagai bahan analisis untuk analisis penyusunan rencana
tindak penanganan permukiman tradisional/bersejarah yang diprioritaskan.

(4) Analisis.
Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif
yang dapat dipakai sebagai dasar penyusunan konsep rencana tindak
penanganan permukiman tradisional/bersejarah yang potensial dan
diprioritaskan.

(5) Perumusan Potensi dan Masalah serta Konsep.


Berdasarkan analisa hasil pengamatan dilapangan perlu dirumuskan potensi
dan masalah dari aspek-aspek penanganan permukiman

11
tradisional/bersejarah yang pemecahannya dapat didekati dengan
penyusunan konsep Perencanaan antara lain :
- Rumusan Potensi dan Masalah yang mencakup aspek yang
mempengaruhi vitalitas (vitalitas ekonomi & non ekonomi).
- Rumusan sistim dan integrasi makro perkotaan yang berpengaruh antara
variabel-variabel vitalitas kawasan potensi dan prioritas.
- Merumuskan justifikasi kebutuhan Perencanaan penanganan
permukiman tradisional berdasarkan : Kebutuhan stakeholder
(community need) ; Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi (basic need).

(6) Skenario Perencanaan Penataan Ruang Terbuka Hijau


- Skenario Rincian penanganan permukiman tradisional/bersejarah
(Indikasi Rencana)
- Skenario Rencana Konservasi kawasan/Indikasi rencana Konservasi
(apabila ada)
- Skenario Penataan Permukiman Tradisional/Bersejarah
- Skenario Penanganan/Indikasi Penanganan lainnya.

(7) Penyusunan Siteplan Permukiman Tradisional/Bersejarah


Perencanaan Penanganan Permukiman Tradisional/Bersejarah dengan
instrumen-instrumen penataan serta mempertimbangkan faktor-faktor
perancangan yang mampu menghidupkan kembali fungsi dan kualitas
lingkungan kawasan permukiman tradisional/bersejarah serta mampu
menunjang kualitas lingkungan daerah tersebut.

(8) Program Investasi


- Tahapan
- Kegiatan
- Waktu penanganan
- Kualitas pekerjaan
- Kuantitas
- Pendanaan

(9) Penyusunan Arahan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan

12
Berupa arahan rumusan substansi teknis yang mencerminkan system dan
metoda penanganan mulai dari sosialisasi desain, pelaksanaan sampai
dengan operasional serta pengelolaannya.
(10) Penyusunan Skenario Kelembagaan
Memuat arahan bentuk kelembagaan yang memuat :
- Konsep kelembagaan
- Indikasi
-
(11) DED
Detail teknis yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan dalam penanganan
permukiman tradisional/bersejarah.

6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan (Where)


Kab/kota yang memenuhi persyaratan kriteria yang bisa difasilitasi, penetapan lokasi
untuk kegiatan disyaratkan sebagai berikut:
- Merupakan kawasan PKSN, PKN, PKW maupun PKL
- Masuk ke dalam RPIJM Kab/Kota
- Kawasan yang memiliki potensi sesuai dengan pedoman teknis Revitalisasi yang
berlaku

7. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan (Who)


a. Pelaksana Kegiatan
1) Ketua Tim (Team Leader)
Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Planologi
Strata 1 (S1) Jurusan Perencanaan Kota lulusan universitas atau perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan
Perencanaan/Study Kawasan. Diutamakan yang telah mempunyai
pengalaman sebagai ketua tim selama 5(Lima) tahun pekerjaan, diutamakan
yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an
dari LPJK. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan

13
pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

2) Tenaga Ahli Arsitektur


Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Arsitek Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman dalam melaksanakan Perencanaan atau Study Kawasan
lebih diutamakan 4(Empat) tahun, diutamakan yang telah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga
tersebut tugas utamanya Arsitek.

3) Tenaga Ahli Sipil


Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Sipil Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan atau Study
Kawasan lebih diutamakan 4(Empat) tahun, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Tenaga tersebut tugas utamanya Sipil atau Struktur

4) Tenaga Ahli Teknik Lingkungan


Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Teknik Lingkungan Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan atau Study
Kawasan lebih diutamakan 4(Empat) tahun, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Tenaga tersebut tugas utamanya Teknik Lingkungan

14
5) Tenaga Ahli Lansekap
Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Lansekap atau Sarjana Arsitektur Strata 1 (S1) lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan Perencanaan atau Study dan Perancangan Lansekap Kawasan
lebih diutamakan 4(Empat) tahun, diutamakan yang telah mengikuti
pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK. Tenaga
tersebut tugas utamanya Lansekap

6) Tenaga Ahli Sosial atau Budaya


Mempunyai keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang Bulan
sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Sosial/Budaya Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus
ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan atau Study
Kawasan lebih diutamakan 4(Empat) tahun, diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK.
Tenaga tersebut tugas utamanya Sosial Budaya

7) Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan


Mempunyai sertifikat keahlian minimal AHLI MUDA dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 1 (satu) OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan seorang Sarjana
Ekonomi Pembangunan Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan
Perencanaan atau Study Kawasan lebih diutamakan 4(Empat) tahun,
diutamakan yang telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi bidang

15
ke-PU-an dari LPJK. Tenaga tersebut tugas utamanya Ekonomi
Pembangunan.

b. Penanggungjawab Kegiatan
Penanggungjawab kegiatan adalah PPK Penataan Lingkungan Permukiman, SNVT
Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Papua Barat
c. Penerima Manfaat Kegiatan
Memfasilitasi masyarakat dalam perencanaan permukiman tradisional sehingga
hasilnya sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri dengan titik berat
penanganan yang dapat meningkatkan kualitas visual, kualitas ekologis dan kualitas
ekonomi seluas 45 ha.

8. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (time)
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 5 (Lima) bulan kalender sejak
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

16
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan (time table)
Matriks Tahapan Pelaksanaan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Laporan Pendahuluan
Mobilisasi tenaga
Koordinasi dengan Pemda terkait
Pembahasan Laporan
2. Laporan Antara
Survey Identifikasi Lapangan
Pembahasan Laporan
3. Laporan Draft Akhir
Koordinasi dengan Pemda terkait
Pembahasan Lap.dgn Tim Teknis Daerah
4. Laporan Akhir
Pembahasan Laporan dan Finalisasi Laporan

17
Matriks Tenaga Ahli
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Ketua Tim (Team Leader)
2. Tenaga Ahli Arsitektur
3. Tenaga Ahli Sipil
4. Tenaga Ahli Teknik Lingkungan
5. Tenaga Ahli Lansekap
6. Tenaga Ahli Sosial atau Budaya
7. Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan

Manokwari, November 2010


Ka. Satker NVT Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Provinsi Papua Barat,

THAMRIN HUSAIN, ST
NIP. 110 046 062

18

Anda mungkin juga menyukai