KABUPATEN JAYAWIJAYA
BAB
8
HAK, KEWAJIBAN, DAN
PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
P
endekatan konvensional penataan ruang yang dianut selama ini
cenderung memandang masyarakat sebagai objek pembangunan
atau suatu kelompok objek fungsional perencanaan. Menurut
Charles E. Lindblom dalam The Science of Muddling Through, cara
pandang tersebut disebut sebagai pendekatan pola piker 'functionalism'.
Pengertian tentang hal ini menjelaskan bahwa rencana tata ruang yang telah
disusun oleh para perencana, kemudian disahkan oleh Pemerintah Daerah
bersama DPRD, yang selanjutnya menjadi dokumen formal yang berfungsi
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan yang harus dipatuhi oleh semua
pihak termasuk masyarakat setempat. Berikutnya, kewenangan pengaturan
pelaksanaan rencana tata ruang didominasi oleh pemerintah, kalaupun
masyarakat terlibat hanya diwakili oleh anggota legislative yang memiliki daya
control yang lemah.
Dalam era reformasi dan otonomi luas sekarang ini, diperlukan perubahan
pola pikir pendekatan penataan ruang. Selanjutnya, pergeseran pola pikir
pendekatan penataan ruang yang semula masyarakat dipandang sebagai objek
peraturan dan homogen, dirubah dengan memandang masyarakat sebagai
BAB VIII - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN JAYAWIJAYA
BAB VIII - 2
III-2