Anda di halaman 1dari 12

Implementasi Entrepreneur Government Dalam Birokrasi Pemerintah

Daerah Kabupaten Gorontalo (Studi Di Kantor Pelayanan Terpadu


Kabupaten Gorontalo)

Ferdi S. Gani

Abstract

Upaya merespon dinamika masyarakat dan berbagai tuntutan tersebut


lahirlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah direvisi lagi
menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Keberadaan undang-undang ini
memberikan kewenangan yang besar pada daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri dan menawarkan berbagai kemungkinan untuk
diterapkannya paradigma baru dalam menata kembali sistem pemerintahan
daerah dan menemukan cara-cara baru dalam menjalankan birokrasi publik
dengan efisien, efektif, responsif, transparan dan akuntabel terhadap kebutuhan
masyarakat. Aparat birokrasi yang belum mengerti tentang apa itu
entrepreneur government, ditinjau dari aspek customer oriented untuk adanya
citizen carter, Aspek Efisiensi Anggaran, Aspek Inovasi dan Kreatifitas, Aspek
Kompetitif dalam Penyelenggaraan Pelayanan, apalagi untuk menerapkannya
akan menimbulkan suatu pemerintahan yang tidak sejalan dengan amanat
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Sosialisasi dari prinsip entrepreneur government ini semestinya sering
dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan pengetahuan sumber daya manusia
aparat birokrasi. Untuk menambah pengetahuan tersebut aparat birokrasi
diberikan kesempatan untuk mengikuti acara-acara yang membahas konsep-
konsep pemerintahan yang bergaya wirausaha.
Kata Kunci :

Entrepreneur Government, Birokrasi Pemerintah, Kabupaten Gorontalo

Hal ini merupakan kebutuhan


PENDAHULUAN mendesak untuk segera dilakukan
Gerakan reformasi yang mengingat birokrasi pemerintahan
digulirkan mahasiswa dengan jatuhnya mempunyai kontribusi yang besar
rejim Soeharto bertujuan untuk menata terhadap terjadinya krisis multi
ulang kehidupan berbangsa dan dimensional yang terjadi selama ini.
bernegara. Gerakan reformasi Dalam upaya merespon
diharapkan menjadi jalan bagi dinamika masyarakat dan berbagai
penyelesaian permasalahan bangsa tuntutan tersebut lahirlah Undang-
yang dihadapi dan menjadi harapan Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
bagi masyarakat sebagai momentum telah direvisi lagi menjadi Undang-
untuk menemukan cara baru dalam Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
mendesain jalannya roda pemerintahan, Pemerintahan Daerah dan Undang-
baik yang menyangkut dimensi Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
kehidupan politik, sosial, ekonomi Perimbangan Keuangan antara
maupun kultural. Gerakan Reformasi Pemerintah Pusat dan Daerah.
menuntut adanya perubahan struktur, Keberadaan undang-undang ini
kultur dan paradigma penyelenggaraan memberikan kewenangan yang besar
pemerintahan terutama birokrasinya. pada daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri dan menawarkan jasa, dan terbangunnya suatu orientasi
berbagai kemungkinan untuk pada nilai-nilai untuk mewujudkan
diterapkannya paradigma baru dalam Good Governance dan Entrepreneur
menata kembali sistem pemerintahan Government itu sendiri. Berdasarkan
daerah dan menemukan cara-cara baru latar belakang masalah di atas maka
dalam menjalankan birokrasi publik yang menjadi rumusan masalah adalah
dengan efisien, efektif, responsif, “Implementasi Entrepreneur Govern-
transparan dan akuntabel terhadap ment Di Kantor Pelayanan Terpadu
kebutuhan masyarakat.Daerah dapat Kabupaten Gorontalo
mengembangkan kehidupan demokrasi,
peran serta, prakarsa dan Entrepreneur Government
pemberdayaan masyarakat serta (Pemerintahan bergaya Wirausaha)
terpeliharanya nilai-nilai nilai-nilai Entrepreneur Government adalah
keanekaragaman daerah yang pada suatu birokrasi pemerintahan yang
akhirnya pemerintah daerah dapat memiliki jiwa dan semangat
menentukan disain dan model birokrasi kewirausahaan dengan karakteristik
publik yang tepat untuk merespon berorientasi pada kebutuhan
tuntutan, aspirasi dan dinamika yang masyarakat (customer oriented),
terjadi dimasyarakat. Kegagalan dalam efisien, inovatif, responsive dan
merespon tuntutan perubahan itu bisa kompetitif dalam rangka
menciptakan sumber konflik baru penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
antara pemerintah dengan masyarakat Setiap pejabat birokrasi memiliki
yang pada akhirnya bisa mengganggu kompetensi yaitu pemahaman dan
legitimasi dan jalannya roda pengetahuan pejabat pemerintah daerah
pemerintahan. kabupaten terhadap ide dan konsep dari
Perubahan birokrasi publik yang Entrepreneur Government. Kompetensi
diperkenalkan para teorisi tersebut Birokrat yaitu kecakapan dan
merupakan perubahan birokrasi publik kemampuan yang dimiliki oleh birokrat
melalui pendekatan NPM (New Public dalam melaksanakan tugas dan
Management) sebagai paradigma baru kewajibannya. Dalam menjalankan
dalam upaya ‘mentransformasi tugas sebagai abdi negera dan abdi
birokrasi yang kaku, hirarkis, pejabatis masyarakat pelaksanaan birokrasi tidak
bentuk adminsitrasi publiknya menjadi luput dari Budaya Birokrasi adalah
suatu birokrasi yang fleksibel dan sistem atau seperangkat nilai yang
berorientasi pasar -pengguna jasa / memiliki, simbol, orientasi nilai,
pelanggan- bentuk manajemen keyakinan, dan pengetahuan yang
publiknya’ (Hughes, 1994,1). diaktualisasikan kedalam sikap, tingkah
Pendekatan NPM ini bila ditarik laku dan perbuatan yang dilakukan oleh
benang merahnya (Hughes, 1994, setiap birokrat.
Ferlie, et.al, 1996, Osborne dan
Entrepreneur Government yang
Gaebler, 1992) menghendaki suatu
berorientasi pada masyarakat (customer
birokrasi publik yang memiliki kriteria
oriented) dapat diukur dengan
Good Governance dan Entrepreneur
menggunakan indikator. (1) Ada
Governmentdengan kemampuan
tidaknya mekanisme mendengarkan
memacu kompetisi, akuntabilitas,
suara dan keluhan masyarakat seperti
responsip terhadap perubahan,
customer carter. (2) Kebebasan
transparan, berpegang pada aturan
masyarakat dalam memilih penyedia
hukum, mendorong adanya partisipasi
jasa dibidang sosial dan ada tidaknya
pengguna jasa, mementingkan kualitas,
peningkatan kualitas pelayanan yang
efektif dan efisien, mempertimbangkan
dilakukan pemerintah kabupaten. (3)
rasa keadilan bagi seluruh pengguna
Ada tidaknya keikutsertaan masyarakat
dan swasta dalam kegiatan pelayanan pada saat produktifitas, kreatifitas dan
publik seperti kemitraan dan performansi dipentingkan
privatisasi. (4) Ada tidaknya program (Goodman,1993:42).
dan institusi pemda yang
David Osborne dan Ted Gaebler
memberdayakan masyarakat seperti
(1997) dengan karyanya yang
forum bersama. (5) Efisiensi dalam
monumental“Reinventing Government,
penggunaan anggaran dapat diukur
How the Entrepreneur Spirit is
dengan : (a) Ada tidaknya pengukuran
Transforming the Public Sector”
kinerja dari dinas dan kantor yang ada.
mencoba untuk menemukan kembali
(b) Alokasi anggaran yang didasarkan
pemerintahan dengan mengembangkan
pada kinerja dinas atau kantor. (c)
konsep pemerintahan yang bergaya
Sistem insentif berdasarkan pada
wirausaha (Entrepreneur Government).
kinerja dari dinas maupun kinerja
Esensi dasar yang sangat strategis dari
pegawai. (d) Inovasi dan kreatifitas
pemikiran Osborne dan Ted tersebut
dapat diukur dengan pengembangan
berkaitan erat dengan birokrasi
alternatif sumber pelayanan yang
pemerintahan yang tidak lagi
dilakukan oleh pemda untuk
berorientasi pada budaya sentralisasi,
masyarakat seperti kemitraan dengan
strukturalisasi, formalisasi dan apatistik
pihak swasta, Ada tidaknya mekanisme
melainkan pada desentralisasi
untuk tidak mensakralkan peraturan
pemberdayaan, kemitraan,
seperti, Sunset Law (undang-undang
fungsionalisasi dan demokratisasi.
matahari terbenam) dan Review
Fungsi pemerintahan yang modren
Commissions (komisi peninjauan)
strateginya harus diarahkan pada daya
seperti pembatasan waktu berlakunya
dukung dan daya dorong untuk
sebuah peraturan yang dilakukan oleh
meningkatkan peran serta masyarakat
sebuah komisi, Ada tidaknya penerapan
dalam dalam proses kebijakan,
Manajemen Strategis dalam kebijakan,
penyelenggaraan pemerintahan dan
program dan kegiatan yang dilakukan
pelaksanaan pembangunan.
oleh pemerintah daerah seperti
penyusunan rencana strategis disetiap Menurut Dwiyanto (1996)
unit organisasi pemda, Ada tidaknya Reinventing Government adalah suatu
pengembangan organisasi yang lebih pemikiran dan gerakan untuk
flat, matriks dan team work yang mengembangkan pemerintah yang
dilakukan pemda terutama dalam memiliki jiwa dan semangat
penyusunan struktur organisasi pemda entrepreneur. Ciri penting dari
diera otonomi, Kegiatan pemerintah pemerintah yang entrepreneur adalah
daerah dalam mencari profit dan kemampuannya menggunakan
sumber pendapatan yang baru. resourses yang ada secara efisien,
inovatif dan responsif terhadap
Kewirausahaan dikenal sebagai
kebutuhan masyarakatnya. Pemerintah
suatu proses penciptaan nilai dengan
hanya akan bisa mengembangkan
menggunakan berbagai sumber daya
semangat entrepreneur jika membuang
tertentu untuk mengeksploitasi peluang
jauh-jauh sifat dan mental birokratis
(Lupiyoadi,1999:10). Konsep
yang selama ini mengangkanginya.
kewirausahaan telah mendapat
Karakteristik birokrasi pemerintah yang
perhatian yang sangat luas dan intensif
sentralistik, hirarkhis, monopolistik,
dikalangan pakar akademis maupun
reaktif dan formalistik harus diganti
dikalangan praktisi baik ekonomi,
dengan desentralistik, organik-adaptif,
manajemen bisnis serta para birokrat
kompetitif, antisipatif dan partisipatif.
yang bergerak disektor publik.
Kewirausahaan dianggap sebagai obat Osborne dan Gaebler (1996)
yang mujarab dan sesuatu yang manjur mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip
pemerintahan wirausaha yaitu : (1) adanya misi yang jelas, hal ini
Pemerintahan Katalis (Mengarahkan dimaksudkan karena sistem
Ketimbang Mengayuh). (2) perencanaan lama tidak mampu lagi
Pemerintahan katalis menghendaki merespon perubahan yang terjadi
peran pemerintah sebagai aktor dan begitu cepat. Pemerintah hanya bisa
pelaksana urusan publik perlu adaptif dan responsif terhadap
dikurangi dan pemerintah sebagai dinamika yang terjadi dalam
pengarah serta memusatkan paranannya masyarakat, kalau pemerintah
dalam membuat kebijakan, peraturan berorientasi pada misi. (6)
dan undang-undang. (3) Pemerintahan Pemerintahan berorientasi pada hasil
Milik Masyarakat (Memberi (Membiayai Hasil Bukan Masukan).
Wewenang Ketimbang Melayani). Pemerintahan yang goal-oriented
Pemerintahan milik masyarakat mengubah fokus dari input menjadi
diartikan sebagai pengalihan wewenang akuntabilitas pada output atau hasil,
kontrol pemerintah ketangan mengukur kinerja organisasi publik,
masyarakat dan adanya perubahan misi menetapkan target, memberi imbalan
dari pemerintah untuk pemberdayaan kepada organisasi yang mencapai atau
masyarakat dan bukan sebagai melebihi target. (7) Pemerintahan
pelayanan sehingga fungsi utama dari berorientasi pada pelanggan (Mematuhi
pemerintah adalah memberikan Kebutuhan Pelanggan Bukan
kesempatan kepada masyarakat untuk Birokrasi). Pemerintahan berorientasi
mengambil kendali atas pelanggan memperlakukan masyarakat
penyelenggaraan pelayanan publik. (4) yang dilayani sebagi pelanggan,
Pemerintahan Yang Kompetitif menetapkan standar pelayanan,
(Menyuntikkan Persaingan Ke Dalam memberi jaminan. Dengan masukan
Pemberian Pelayanan). Pemerintahan dan insentif ini, mereka meredesain
kompetitif mensyaratkan persaingan organisasinya untuk menyampaikan
diantara para penyampai jasa atau nilai maksimum kepada pelanggan. (8)
pelayanan untuk bersaing berdasarkan Pemerintahan Wirausaha (Menghasil-
kinerja dan harga. Pemerintah dikenal kan Ketimbang Membelanjakan).
sangat monopolistik dalam Pemerintah wirausaha menfokuskan
menyelenggarakan urusan publik, energinya bukan sekadar untuk
akibatnya terjadi inefisiensi, menghabiskan anggaran, tetapi juga
kelambanan dan buruknya kualitas menghasilkan uang. Mereka meminta
pelayanan. Untuk itu pemerintah harus masyarakat yang dilayani untuk
mampu merangsang, mendorong dan membayar, menuntut return of
menciptakan sistem kompetisi antar investmen. Mereka memanfaatkan
berbagai pelaku yang terlibat dalam insentif seperti dana usaha dan dana
penyelenggaraan pemerintahan dan inovasi untuk mendorong para
pembangunan. (5) Pemerintahan Yang pimpinan badan pemerintah berpikir
Digerakkan Oleh Misi (Mengubah mendapatkan dana operasional. (9)
Organisasi Yang Digerakkan Oleh Pemerintah Yang Antisipatif
Peraturan). Pemerintah yang (Mencegah Daripada Mengobati).
berorientasi misi dilakukan dengan Pemerintahan yang antisipatif adalah
deregulasi internal, menghapus banyak pemerintahan yang berpikir kedepan,
peraturan internal dan secara radikal mencoba mencegah timbulnya masalah
menyederhanakan sistem administrasi daripada memberikan jalan untuk
seperti anggaran memberikan menyelesaikan masalah. Mengadopsi
pandangannya tentang perencanaan pemikiran Bryson (2001) bahwa salah
strategis yang harus dimiliki oleh satu cara mengantisipasi masa depan
organisasi nirlaba dengan berawal dari dengan menggunakan perencanaan
strategis, penetapan visi dan misi masa masyarakat untuk mengelola sumber-
depan dan berbagai metode lain untuk sumber ekonomi yang lebih efektif dan
menetapkan masa depan. (10) efisien guna mengejar ketertinggalan
Pemerintahan Desentralisasi (Dari ekonomi dan peningkatan
Hirarki Menuju Partisipasi Dan Tim kesejahteraan rakyat.
Kerja). Untuk mewujudkan
Untuk menggerakkan dan
pemerintahan yang desentralisasi perlu
membuat Kabupaten Gorontalo lebih
dikembangkan manajemen partisipatif.
maju, maka prinsip entrepreneur
Kewenangan pembuatan keputusan
government adalah model alternatif
harus didesentralisasikan kepada unit-
untuk percepatan pembangunan
unit lokal yang lebih menguasi masalah
Kabupaten Gorontalo ke depan. Itu
dan memahami aspirasi masyarakat.
juga sesuai dengan gaya dan model
Birokrasi yang hirarkhis harus diganti
reiventing government yang sedang
dengan tim kerja. Birokrasi pemerintah
dikembangkan dewasa ini.
pada umumnya sangat hirarkhis dan
sentralistik, hal ini menyebabkannya Faktor-Faktor Yang Menentukan
menjadi tidak adaptif dan inovatif. Keberhasilan Entrepreneur
Model birokrasi semacam ini tidak Government Dalam Birokrasi
dapat lagi dipertahankan dalam
menghadapi perubahan dan dinamika a. Kompetensi Birokrat
serta kompleksnya kebutuhan Kompetensi berasal dari bahasa
masyarakat saat ini. (11) Pemerintah inggris yaitu competence yang
Berorientasi Pasar (Mendongkrat secara sederhana berarti kecakapan,
Perubahan Melalui Pasar). kemampuan dan ketangkasan (John
Penyelenggaraan pelayanan publik M.Echols dan Hasan
pada umumnya lebih sering Shadily,1992:132). Menurut
menggunakan mekanisme administratif pengertian ini terlihat bahwa
daripada mekanisme pasar. Mekanisme kompetensi berhubungan dengan
administratif seringkali memiliki sesuatu kemampuan yang harus
banyak kelemahan seperti mahal, dimiliki seseorang berupa kualitas
lamban dan tidak berkualitas. yang terdiri dari keahlian dan
Sebaliknya mekanisme pasar karena ketrampilan. Selanjutnya menurut
sifatnya yang terbuka dan kompetitif Moenir (2000) yang dimaksud
cenderung lebih berhasil dalam dengan kemampuan dalam
menyediakan pelayanan yang murah, hubungannya dengan pekerjaan
responsive dan inovatif. adalah suatu keadaan pada
seseorang yang secara penuh
kesungguhan berdaya guna dan
Menerapkan Kewirausahaan Dalam berhasil guna melaksanakan
Birokrasi pekerjaan, sehingga menghasilkan
Dengan entrepreneur sesuatu yang optimal. Keadaan yang
government, sebuah pemerintahan yang dimaksud menuntut adanya kualitas
mempunyai kebiasaan menggunakan yang harus dimiliki seorang
sumber daya dengan cara baru untuk birokrat.
mempertinggi efisiensi dan efektivitas
kinerja serta pelayanan terhadap b. Budaya Birokrasi
masyarakat, dan pada akhirnya akan Seperti yang dikatakan oleh Edgar
mendorong peningkatan pendapatan H. Schein (1992 :12) kultur
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi merupakan pola asumsi dasar
daerah. Pengelolaan pemerintahan bersama yang dipelajari oleh
dengan model entrepreneur government kelompok dalam suatu organisasi
akan memungkinkan pemerintah dan sebagai alat untuk memecahkan
masalah terhadap penyesuaian Lingkungan Eksternal, 10. Riwayat
faktor eksternal dan integrasi faktor dan tradisi, 11. Praktek manajemen,
internal, dan telah terbukti sahih, 12. Predisposisi Pemimpin, 13.
dan oleh karenanya diajarkan Predisposisi Pegawai.
kepada para anggota organisasi Osborne dan Plastrik (2000)
yang baru sebagai cara yang benar mengemukakan beberapa strategi
untuk mempersepsikan, memikirkan yang harus diperhatikan untuk dapat
dan merasakan dalam kaitan dengan menuju pemerintahan yang bergaya
masalah-masalah yang dihadapi itu. wirausaha yaitu :
David Osborne dan Peter Plastrik (1) Strategi Inti.
(2000 : 260) mengemukakan faktor (2) Strategi Konsekuensi.
yang membentuk budaya organisasi: (3) Strategi Pelanggan.
1. Tujuan, 2. Sistem Insentif, 3. (4) Strategi Pengendalian.
Sistem pertanggung jawaban, 4. (5) Strategi Budaya
Struktur kekuasaan, 5. Sistem Strategi yang telah dikemukakan
Administrasi, 6. Struktur tersebut dapat di sedarhanakan
organisasional, 7. Proses kerja, 8. dalam tabel berikut ini:
Tugas organisasional, 9.

Tabel 1
Lima Strategi
Lima Strategi
Pendongkrak Strategi Pendekatan
Tujuan Strategi inti 1. Kejelasan Tujuan
2. Kejelasan Peran
3. Kejelasan Arah
Insentif Strategi Konsekuensi 1. Persaingan Terkendali
2. Manajemen Perusahaan
3. Manajemen Kinerja
Pertanggungjawaban Strategi Pelanggan 1. Pilihan Pelanggan
2. Pilihan Kompetitif
3. Pemastian Mutu Pelanggan
Kekuasaan Strategi Pengendalian 1. Pemberdayaan Organisai
2. Pemberdayaan Pegawai
3. Pemberdayaan Masyarakat
Budaya Strategi Budaya 1. Menghentikan Kebiasaan
2. Menyentuh Perasaan
3. Mengubah Pikiran
Sumber: (Osborne dan Plastrik, 2000: 44).
a. Kompetitif dalam penyeleng- d. Budaya Birokrasi adalah sistem
garaan pelayanan publik atau seperangkat nilai yang
a) Ada tidaknya kompetisi antar memiliki, simbol, orientasi nilai,
berbagai pelaku dan tingkatan keyakinan, pengetahuan dan
yang terlibat dalam pengalaman kehidupan yang
penyelenggaraan pelayanan terinternalisasi kedalam pikiran,
masyarakat di kabupaten seperangkat nilai yang
b) Ada tidaknya kebijakan dan diaktualisasikan dalam sikap,
program pemda yang tingkah laku dan perbuatan yang
mendorong pengembangan dilakukan oleh setiap birokrat. Hal
semangat kompetisi. ini dapat diukur dari : (1) Bentuk
c) Ada tidaknya Sistem insentif dan tingkat hubungan antara
yang dibangun pemda baik atasan dengan bawahan dalam
terhadap pegawai maupun organisasi pemda seperti hirarki,
dinas dan kantor yang ada bentuk penghormatan pada atasan.
b. Kompetensi Birokrat adalah (2) Etos kerja dan motivasi para
kecakapan dan kemampuan yang pejabat pemda dalam
dimiliki oleh birokrat dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya. (3)Bahasa atau
kewajibannya akan diukur dari: komunikasi yang dikembangkan
(1) Tingkat kecakapan dan oleh pejabat pemda dengan
ketrampilan birokrat dalam bawahan seperti menghargai
bekerja dan menyelesaikan perasaan orang lain, tidak asal
masalah yang ada. (2) menyalahkan dan pengungkapan
Kemampuan pejabat pemda dalam ucapan selamat.
melakukan kerjasama antar unit,
bagian dan dinas atau instansi Pembahasan
dalam pelaksanaan tugas. (3)
Kemampuan dalam menyusun Pemahaman Pejabat Tentang
rencana kegiatan. (4)Tingkat Entrepreneur Government di Kantor
kreatifitas dan inovasi yang Pelayanan Terpadu Kabupaten
dilakukan pejabat pemda dalam Gorontalo
melaknanakan tugas a. Aspek Costumer Oriented
c. Sosialisasi adalah proses belajar Berdasarkan hasil penelitian
untuk mengetahui dan mengenal dilapangan, masih banyak aparat
sesuatu yang terefleksi kedalam, birokrasi yang belum mengerti
sikap dan tingkah laku seseorang tentang apa itu entrepreneur
yang dapat diukur dari: (1) government, ditinjau dari aspek
Intensitas diklat, seminar dan customer oriented untuk adanya
workshop yang diikuti oleh citizen carter.Dari ungkapan
pejabat pemda yang berhubungan tersebut dapat diartikan bahwa
dengan penerapan konsep masih ada keragu-raguan dan
Entrepreneur Government. (2) ketidak mengertian dari pegawai
Banyaknya waktu yang digunakan tentang citizen carter itu
dalam mengenalkan konsep sesungguhnya.Selain itu mereka
Entrepreneur Government pada masih menganggap masyarakat
pejabat pemda. (3)Ada tidaknya belum siap dan tidak dewasa dalam
kegiatan untuk mengenalkan menyikapi perubahan dalam hal
konsep Entrepreneur Government pelayanan publik.
yang dilakukan oleh pemda b. Aspek Efisiensi Anggaran
Dari data dan keterangan perlu dimodifikasi sesuai dengan
responden serta hasil observasi konteks birokrasi di Indonesia..
dilapangan terlihat bahwa sebagian b. Aspek Kompetensi
besar pejabat sudah mengetahui Kesimpulan yang dapat ditarik
sedikit banyaknya mengenai adalah bahwa inovasi masih
anggaran yang berbasis merupakan sebuah “uthopia”
kinerja.Tetapi banyak juga yang bahkan menjadi momok yang
tidak mengetahui apalagi untuk menakutkan jika tidak ingin dicap
menerapkannya, dikarenakan sebagai aparat pembangkang yang
berbagai hal terutama yang tidak loyal dan taat kepada atasan
menyangkut dengan komplik dan aturan formal yang ada.
kepentingan. Sehingga melahirkan istilah
c. Aspek Inovasi dan Kreatifitas “hidup segan mati tak mau”
Pemerintah perlu membuat dimana pada prinsipnnya jajaran
rencana-rencana strategis dalam birokrasi ingin melakukan yang
setiap kebijakan dan program- terbaik bagi peningkatan
program. Ide perlunya setiap pelayanan akan tetapi karena
pemerintah daerah mempunyai tersandung oleh keberadaan aturan
rencana strategis dalam perencanaan formal dan loyalitas buta kepada
pembangunannya menggantikan atasan dan aturan formal membuat
model REPELITA gaya orde baru mereka tidak bisa berbuat banyak.
mulai dilaksanakan sejak c. Aspek Sosialisasi Dari Prinsip
berlakunya otonomi daerah. Entrepreneur Government
d. Aspek Kompetitif dalam Aspek sosialisasi dari
Penyelenggaraan Pelayanan prinsip Entrepreneur Government
Kompetitif dan daya saing, ini semestinya sering dilakukan
itulah ungkapan yang sering kita guna memenuhi kebutuhan akan
dengar, memang saat ini hal itu tak pengetahuan sumber daya manusia
dapat ditawar-tawar lagi jika kita aparat birokrasi. Untuk menambah
tidak kompetitif kita akan pengetahuan tersebut aparat
ketinggalan. Agak pesimis memang, birokrasi diberikan kesempatan
bila pemerintah, swasta dan untuk mengikuti acara-acara yang
masyarakat kita belum siap membahas konsep-konsep
menghadapi pasar bebas. Dibidang pemerintahan yang bergaya
pelayanan publik kita tertinggal jauh wirausaha.
dari singapura dan Malaysia. d. Aspek Budaya
Pemerintahan yang bergaya
Faktor-Faktor Yang Menjelaskan wirausaha tidak memberikan
Entrepreneur Government Dalam tempat pada budaya paternalistik,
Persepsi Pejabat Birokrasi hirarki yang kaku dan terpaku
a. Aspek Pengetahuan Dan Sikap pada aturan-aturan yang
Terhadap Entrepreneur permanen. Keluwesan pada aturan,
Government inovasi, kreatifitas, efisiensi,
Pada dasarnya konsep tentang efektifitas dan akuntabilatas selalu
Entrepreneur Government ini bisa menjadi pendorong untuk
diterapkan kedalam birokrasi di terciptanya pemerintahan yang
Indonesia. Masalahnya adalah bergaya wirausaha selama tidak
apakah para birokrat dan bertentangan dengan misi yang
masyarakat kita sudah siap dengan diemban organisasi.
konsep tersebut. Pengaplikasian Pengembangan jiwa serta
konsep Entrepreneur Government spirit kewirausahaan dalam
budaya kerja menjadi pendorong alisasikannya kepada pegawai, dan
dan motivasi bagi aparat birokrasi. hal ini butuh waktu yang lama,
Salah satu strategi dalam agar pegawai dapat memahaminya
mengembangkan kewirausahaan dengan baik.
adalah strategi budaya. Strategi ini 2. Faktor-faktor yang menjelaskan
dilakukan dengan mengubah entrepreneur government dalam
kebiasaan, menyentuh perasaan birokrasi di Kabupaten Gorontalo,
dan mengubah pikiran atau bila ditinjau dari pengetahuan dan
pandangan seseorang terhadap sikap pejabat terhadap konsep ini
suatu hal. Mengembangkan bentuk belum begitu banyak yang
dan sifat komunikasi dua arah dan memahaminya, masih terbatas
terbuka dalam suasana kerja yang pada pejabat saja dan masih ada
kondusif adalah hal mutlak dalam keragu-raguan dari para pejabat
sebuah organisasi. Pembentukan terhadap konsep ini, juga
budaya komunikasi yang dua arah rendahnya kompetensi mereka
dan terbuka belumlah dikemba dalam menerapkan konsep-konsep
Hal ini dikarenakan pemerintahan wirausaha
pengembangan budaya merupakan (Entrepreneur Government).
suatu yang sangat sulit dan Dilihat dari aspek budaya
memerlukan waktu yang cukup birokrasi yang sangat kental
lama. dengan budaya paternalistik dan
Kesimpulan perkoncoan dapat menjelaskan
Berdasarkan hasil penelitian dan begitu sulitnya konsep ini untuk
pembahasan, disesuaikan dengan apa dikembangkan.
yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini, bahwa “Bagaimanakah Saran
ImplementasiEntrepreneur 1. Perlunya bagi pemerintah daerah
GovernmentDi Kantor Pelayanan Kabupaten Gorontalo untuk
Terpadu Kabupaten Gorontalo”, maka mengirimkan pejabat-pejabatnya
dapatlah disimpulkan sebagai berikut: sebanyak mungkin pada
1. Rendahnya pemahaman Pejabat pendidikan formal khususnya S-2
Tentang Entrepreneur Government yang mengajarkan tentang
di Kantor Pelayanan Terpadu pemerintahan yang bergaya
Kabupaten Gorontalo, wirausaha (Entrepreneur
sebagaimana ditunjukkan dengan Government) ataupun yang
rendahnya pemahaman dan mengajarkan tentang konsep-
pengetahuan tentang prinsip konsep baru penyelenggaraan
costumer oriented (pemerintah pemerintahan moderen saat ini.
yang berorientasi pada 2. Perlunya bagi pemerintah daerah
masyarakat). Adanya penolakan Kabupaten Gorontalo untuk
terhadap ide citizen carter (piagam mengikutsertakan pejabat-
warganegara) dan konsep pejabatnya untuk mengikuti acara-
customer choise (pilihan acara seminar, lokakarya,
pelanggan) dalam hal pelayanan simposium, workshop dan diklat-
publik. Selanjutnya mengenai diklat yang mengajarkan dan
konsep efisiensi anggaran, konsep mengenalkan konsep-konsep
inovatif dan kreatif, konsep penyelenggaran pemerintahan
kompetitif masih banyak pegawai modren saat ini khususnya yang
yang memahaminya dengan baik, berkaitan dengan pemerintahan
sehingga yang perlu dan harus wirausaha (Entrepreneur
dilakukan adalah mensosi- Government).
3. Perlunya pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo untuk
mengadakan acara sosialisasi
kepada seluruh pejabat tentang
pengetahuan yang berkenaan
dengan kewirausahaan sektor
publik, sehingga diperoleh
pandangan dan pemahaman yang
sama diantara pejabat dan
memudahkan untuk melakukan
tindakan aksi penerapan konsep-
konsep ini.
4. Perlunya bagi pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo disemua
tingkatan dan organisasi untuk
mengubah budaya birokrasi yang
paternalistik sedikit demi sedikit
menuju birokrasi pelayanan,
menghargai kompetensi, inovasi
dan kreatifitas pegawainya.
Mengembangkan sistem insentif
bagi pegawai dalam rangka
mendorong dan memacu motivasi
dan kreatifitas pegawai untuk terus
mengembangkan dan menambah
pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.Prenada Media Gorup.
Caiden, Gerald.E, 1991.Administrative Reform Comes of Age, Newyork,
N.Y,de Gruyter
Dwiyanto, Agus, 1996.Reinventing Government:Pokok-Pokok Pikiran dan
Relevansinya di Indonesia, Makalah Pada Pelatihan Manajemen
Strategik bagi Direktur RSUD oleh Magister Manajemen Rumah
Sakit, Yogyakarta.
Dwiyanto, Agus, 2001.Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan, Yogyakarta.
Gafar Affan, (2000), Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Goodman, Jon, 1993.Kewirausahaan Dalam Perusahaan, Manajemen,
No.89.
Hariandja, Denny.B.C, 1999, Birokrasi Nan Pongah, Belajar Dari
Kegagalan Orde Baru, Kanisius, Yokyakarta.
Hughes, Edgar, Owen, 1994, Public Management And Administration, St.
Martin’s, United States of America.
John M. Echols dan Hasan Shadily 1992. Kompetensi Birokrat
Kamus Umum Politik Dan Hukum. 2010. Jala Permata Aksara : Jakarta
Kao JJ, 1989, Entrepreneurship Creativity and Organization, Prentise-Hall,
New Jersey.
Lembaga Administrasi Negara (2003). Pedoman Pelayanan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta
Lupiyoadi, Rambat dan Hasan, Bakir, 1999.Disain Struktur Yang
Mendukung Kewirausahaan Organisasi, Man dan Usaha Ind 07.
Moenir,H.A.S, 2000, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi
Aksara, Jakarta.
Moleong, J, Lexy, 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mutis Thoby, 1995.Kewirausahaan Yang Berproses, Grassindo, Jakarta
Nasution.S, 2006.Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito,
Bandung.
Osborne, David dan Gaebler, Ted, 1995.Mewirausahakan Birokrasi :
mentranformasi semangat wirausaha ke dalam sektor publik jilid 2
(terjemahan), PPM, Jakarta.
Osborne, David dan Plastrik, Peter, 2000.Memangkas Birokrasi :
limastrategi menuju pemerintahan wirausaha (terjemahan), PPM,
Jakarta.
Rasyid, Ryaas, Muhammad, 2001, Penjaga Hati Nurani Pemerintahan.
PUSKAP MIPI, Jakarta.
Rush, Michael dan Althoff Phillip, 2000, Pengantar Sosiologi Politik,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Siagian P, Sondang, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1995, Metode Penelitian Survei,
LP3ES, Jakarta.
Sugiyono, 2000. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Rineka
Cipta
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996.Budaya Birokrasi Dalam Konteks
Transformasi Struktural : Antara Harapan Dan Kenyataan, JKAP,
Vol.1 No.1, Yogyakarta.
Sumber Lain :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gorontalo
Keputusan Bupati Gorontalo Nomor 902 Tahun 2003 tentang pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai