Ferdi S. Gani
Abstract
Tabel 1
Lima Strategi
Lima Strategi
Pendongkrak Strategi Pendekatan
Tujuan Strategi inti 1. Kejelasan Tujuan
2. Kejelasan Peran
3. Kejelasan Arah
Insentif Strategi Konsekuensi 1. Persaingan Terkendali
2. Manajemen Perusahaan
3. Manajemen Kinerja
Pertanggungjawaban Strategi Pelanggan 1. Pilihan Pelanggan
2. Pilihan Kompetitif
3. Pemastian Mutu Pelanggan
Kekuasaan Strategi Pengendalian 1. Pemberdayaan Organisai
2. Pemberdayaan Pegawai
3. Pemberdayaan Masyarakat
Budaya Strategi Budaya 1. Menghentikan Kebiasaan
2. Menyentuh Perasaan
3. Mengubah Pikiran
Sumber: (Osborne dan Plastrik, 2000: 44).
a. Kompetitif dalam penyeleng- d. Budaya Birokrasi adalah sistem
garaan pelayanan publik atau seperangkat nilai yang
a) Ada tidaknya kompetisi antar memiliki, simbol, orientasi nilai,
berbagai pelaku dan tingkatan keyakinan, pengetahuan dan
yang terlibat dalam pengalaman kehidupan yang
penyelenggaraan pelayanan terinternalisasi kedalam pikiran,
masyarakat di kabupaten seperangkat nilai yang
b) Ada tidaknya kebijakan dan diaktualisasikan dalam sikap,
program pemda yang tingkah laku dan perbuatan yang
mendorong pengembangan dilakukan oleh setiap birokrat. Hal
semangat kompetisi. ini dapat diukur dari : (1) Bentuk
c) Ada tidaknya Sistem insentif dan tingkat hubungan antara
yang dibangun pemda baik atasan dengan bawahan dalam
terhadap pegawai maupun organisasi pemda seperti hirarki,
dinas dan kantor yang ada bentuk penghormatan pada atasan.
b. Kompetensi Birokrat adalah (2) Etos kerja dan motivasi para
kecakapan dan kemampuan yang pejabat pemda dalam
dimiliki oleh birokrat dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan tugas dan kewajibannya. (3)Bahasa atau
kewajibannya akan diukur dari: komunikasi yang dikembangkan
(1) Tingkat kecakapan dan oleh pejabat pemda dengan
ketrampilan birokrat dalam bawahan seperti menghargai
bekerja dan menyelesaikan perasaan orang lain, tidak asal
masalah yang ada. (2) menyalahkan dan pengungkapan
Kemampuan pejabat pemda dalam ucapan selamat.
melakukan kerjasama antar unit,
bagian dan dinas atau instansi Pembahasan
dalam pelaksanaan tugas. (3)
Kemampuan dalam menyusun Pemahaman Pejabat Tentang
rencana kegiatan. (4)Tingkat Entrepreneur Government di Kantor
kreatifitas dan inovasi yang Pelayanan Terpadu Kabupaten
dilakukan pejabat pemda dalam Gorontalo
melaknanakan tugas a. Aspek Costumer Oriented
c. Sosialisasi adalah proses belajar Berdasarkan hasil penelitian
untuk mengetahui dan mengenal dilapangan, masih banyak aparat
sesuatu yang terefleksi kedalam, birokrasi yang belum mengerti
sikap dan tingkah laku seseorang tentang apa itu entrepreneur
yang dapat diukur dari: (1) government, ditinjau dari aspek
Intensitas diklat, seminar dan customer oriented untuk adanya
workshop yang diikuti oleh citizen carter.Dari ungkapan
pejabat pemda yang berhubungan tersebut dapat diartikan bahwa
dengan penerapan konsep masih ada keragu-raguan dan
Entrepreneur Government. (2) ketidak mengertian dari pegawai
Banyaknya waktu yang digunakan tentang citizen carter itu
dalam mengenalkan konsep sesungguhnya.Selain itu mereka
Entrepreneur Government pada masih menganggap masyarakat
pejabat pemda. (3)Ada tidaknya belum siap dan tidak dewasa dalam
kegiatan untuk mengenalkan menyikapi perubahan dalam hal
konsep Entrepreneur Government pelayanan publik.
yang dilakukan oleh pemda b. Aspek Efisiensi Anggaran
Dari data dan keterangan perlu dimodifikasi sesuai dengan
responden serta hasil observasi konteks birokrasi di Indonesia..
dilapangan terlihat bahwa sebagian b. Aspek Kompetensi
besar pejabat sudah mengetahui Kesimpulan yang dapat ditarik
sedikit banyaknya mengenai adalah bahwa inovasi masih
anggaran yang berbasis merupakan sebuah “uthopia”
kinerja.Tetapi banyak juga yang bahkan menjadi momok yang
tidak mengetahui apalagi untuk menakutkan jika tidak ingin dicap
menerapkannya, dikarenakan sebagai aparat pembangkang yang
berbagai hal terutama yang tidak loyal dan taat kepada atasan
menyangkut dengan komplik dan aturan formal yang ada.
kepentingan. Sehingga melahirkan istilah
c. Aspek Inovasi dan Kreatifitas “hidup segan mati tak mau”
Pemerintah perlu membuat dimana pada prinsipnnya jajaran
rencana-rencana strategis dalam birokrasi ingin melakukan yang
setiap kebijakan dan program- terbaik bagi peningkatan
program. Ide perlunya setiap pelayanan akan tetapi karena
pemerintah daerah mempunyai tersandung oleh keberadaan aturan
rencana strategis dalam perencanaan formal dan loyalitas buta kepada
pembangunannya menggantikan atasan dan aturan formal membuat
model REPELITA gaya orde baru mereka tidak bisa berbuat banyak.
mulai dilaksanakan sejak c. Aspek Sosialisasi Dari Prinsip
berlakunya otonomi daerah. Entrepreneur Government
d. Aspek Kompetitif dalam Aspek sosialisasi dari
Penyelenggaraan Pelayanan prinsip Entrepreneur Government
Kompetitif dan daya saing, ini semestinya sering dilakukan
itulah ungkapan yang sering kita guna memenuhi kebutuhan akan
dengar, memang saat ini hal itu tak pengetahuan sumber daya manusia
dapat ditawar-tawar lagi jika kita aparat birokrasi. Untuk menambah
tidak kompetitif kita akan pengetahuan tersebut aparat
ketinggalan. Agak pesimis memang, birokrasi diberikan kesempatan
bila pemerintah, swasta dan untuk mengikuti acara-acara yang
masyarakat kita belum siap membahas konsep-konsep
menghadapi pasar bebas. Dibidang pemerintahan yang bergaya
pelayanan publik kita tertinggal jauh wirausaha.
dari singapura dan Malaysia. d. Aspek Budaya
Pemerintahan yang bergaya
Faktor-Faktor Yang Menjelaskan wirausaha tidak memberikan
Entrepreneur Government Dalam tempat pada budaya paternalistik,
Persepsi Pejabat Birokrasi hirarki yang kaku dan terpaku
a. Aspek Pengetahuan Dan Sikap pada aturan-aturan yang
Terhadap Entrepreneur permanen. Keluwesan pada aturan,
Government inovasi, kreatifitas, efisiensi,
Pada dasarnya konsep tentang efektifitas dan akuntabilatas selalu
Entrepreneur Government ini bisa menjadi pendorong untuk
diterapkan kedalam birokrasi di terciptanya pemerintahan yang
Indonesia. Masalahnya adalah bergaya wirausaha selama tidak
apakah para birokrat dan bertentangan dengan misi yang
masyarakat kita sudah siap dengan diemban organisasi.
konsep tersebut. Pengaplikasian Pengembangan jiwa serta
konsep Entrepreneur Government spirit kewirausahaan dalam
budaya kerja menjadi pendorong alisasikannya kepada pegawai, dan
dan motivasi bagi aparat birokrasi. hal ini butuh waktu yang lama,
Salah satu strategi dalam agar pegawai dapat memahaminya
mengembangkan kewirausahaan dengan baik.
adalah strategi budaya. Strategi ini 2. Faktor-faktor yang menjelaskan
dilakukan dengan mengubah entrepreneur government dalam
kebiasaan, menyentuh perasaan birokrasi di Kabupaten Gorontalo,
dan mengubah pikiran atau bila ditinjau dari pengetahuan dan
pandangan seseorang terhadap sikap pejabat terhadap konsep ini
suatu hal. Mengembangkan bentuk belum begitu banyak yang
dan sifat komunikasi dua arah dan memahaminya, masih terbatas
terbuka dalam suasana kerja yang pada pejabat saja dan masih ada
kondusif adalah hal mutlak dalam keragu-raguan dari para pejabat
sebuah organisasi. Pembentukan terhadap konsep ini, juga
budaya komunikasi yang dua arah rendahnya kompetensi mereka
dan terbuka belumlah dikemba dalam menerapkan konsep-konsep
Hal ini dikarenakan pemerintahan wirausaha
pengembangan budaya merupakan (Entrepreneur Government).
suatu yang sangat sulit dan Dilihat dari aspek budaya
memerlukan waktu yang cukup birokrasi yang sangat kental
lama. dengan budaya paternalistik dan
Kesimpulan perkoncoan dapat menjelaskan
Berdasarkan hasil penelitian dan begitu sulitnya konsep ini untuk
pembahasan, disesuaikan dengan apa dikembangkan.
yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini, bahwa “Bagaimanakah Saran
ImplementasiEntrepreneur 1. Perlunya bagi pemerintah daerah
GovernmentDi Kantor Pelayanan Kabupaten Gorontalo untuk
Terpadu Kabupaten Gorontalo”, maka mengirimkan pejabat-pejabatnya
dapatlah disimpulkan sebagai berikut: sebanyak mungkin pada
1. Rendahnya pemahaman Pejabat pendidikan formal khususnya S-2
Tentang Entrepreneur Government yang mengajarkan tentang
di Kantor Pelayanan Terpadu pemerintahan yang bergaya
Kabupaten Gorontalo, wirausaha (Entrepreneur
sebagaimana ditunjukkan dengan Government) ataupun yang
rendahnya pemahaman dan mengajarkan tentang konsep-
pengetahuan tentang prinsip konsep baru penyelenggaraan
costumer oriented (pemerintah pemerintahan moderen saat ini.
yang berorientasi pada 2. Perlunya bagi pemerintah daerah
masyarakat). Adanya penolakan Kabupaten Gorontalo untuk
terhadap ide citizen carter (piagam mengikutsertakan pejabat-
warganegara) dan konsep pejabatnya untuk mengikuti acara-
customer choise (pilihan acara seminar, lokakarya,
pelanggan) dalam hal pelayanan simposium, workshop dan diklat-
publik. Selanjutnya mengenai diklat yang mengajarkan dan
konsep efisiensi anggaran, konsep mengenalkan konsep-konsep
inovatif dan kreatif, konsep penyelenggaran pemerintahan
kompetitif masih banyak pegawai modren saat ini khususnya yang
yang memahaminya dengan baik, berkaitan dengan pemerintahan
sehingga yang perlu dan harus wirausaha (Entrepreneur
dilakukan adalah mensosi- Government).
3. Perlunya pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo untuk
mengadakan acara sosialisasi
kepada seluruh pejabat tentang
pengetahuan yang berkenaan
dengan kewirausahaan sektor
publik, sehingga diperoleh
pandangan dan pemahaman yang
sama diantara pejabat dan
memudahkan untuk melakukan
tindakan aksi penerapan konsep-
konsep ini.
4. Perlunya bagi pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo disemua
tingkatan dan organisasi untuk
mengubah budaya birokrasi yang
paternalistik sedikit demi sedikit
menuju birokrasi pelayanan,
menghargai kompetensi, inovasi
dan kreatifitas pegawainya.
Mengembangkan sistem insentif
bagi pegawai dalam rangka
mendorong dan memacu motivasi
dan kreatifitas pegawai untuk terus
mengembangkan dan menambah
pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.Prenada Media Gorup.
Caiden, Gerald.E, 1991.Administrative Reform Comes of Age, Newyork,
N.Y,de Gruyter
Dwiyanto, Agus, 1996.Reinventing Government:Pokok-Pokok Pikiran dan
Relevansinya di Indonesia, Makalah Pada Pelatihan Manajemen
Strategik bagi Direktur RSUD oleh Magister Manajemen Rumah
Sakit, Yogyakarta.
Dwiyanto, Agus, 2001.Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan, Yogyakarta.
Gafar Affan, (2000), Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Goodman, Jon, 1993.Kewirausahaan Dalam Perusahaan, Manajemen,
No.89.
Hariandja, Denny.B.C, 1999, Birokrasi Nan Pongah, Belajar Dari
Kegagalan Orde Baru, Kanisius, Yokyakarta.
Hughes, Edgar, Owen, 1994, Public Management And Administration, St.
Martin’s, United States of America.
John M. Echols dan Hasan Shadily 1992. Kompetensi Birokrat
Kamus Umum Politik Dan Hukum. 2010. Jala Permata Aksara : Jakarta
Kao JJ, 1989, Entrepreneurship Creativity and Organization, Prentise-Hall,
New Jersey.
Lembaga Administrasi Negara (2003). Pedoman Pelayanan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta
Lupiyoadi, Rambat dan Hasan, Bakir, 1999.Disain Struktur Yang
Mendukung Kewirausahaan Organisasi, Man dan Usaha Ind 07.
Moenir,H.A.S, 2000, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi
Aksara, Jakarta.
Moleong, J, Lexy, 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mutis Thoby, 1995.Kewirausahaan Yang Berproses, Grassindo, Jakarta
Nasution.S, 2006.Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif, Tarsito,
Bandung.
Osborne, David dan Gaebler, Ted, 1995.Mewirausahakan Birokrasi :
mentranformasi semangat wirausaha ke dalam sektor publik jilid 2
(terjemahan), PPM, Jakarta.
Osborne, David dan Plastrik, Peter, 2000.Memangkas Birokrasi :
limastrategi menuju pemerintahan wirausaha (terjemahan), PPM,
Jakarta.
Rasyid, Ryaas, Muhammad, 2001, Penjaga Hati Nurani Pemerintahan.
PUSKAP MIPI, Jakarta.
Rush, Michael dan Althoff Phillip, 2000, Pengantar Sosiologi Politik,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Siagian P, Sondang, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1995, Metode Penelitian Survei,
LP3ES, Jakarta.
Sugiyono, 2000. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Rineka
Cipta
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996.Budaya Birokrasi Dalam Konteks
Transformasi Struktural : Antara Harapan Dan Kenyataan, JKAP,
Vol.1 No.1, Yogyakarta.
Sumber Lain :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gorontalo
Keputusan Bupati Gorontalo Nomor 902 Tahun 2003 tentang pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Gorontalo