Oleh :
Nama : FINTANIA VELLINDA
NPM : 8051901011
Dosen : Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, SH., M.H
Page | 1
Misalnya : pemasangan rambu lalu lintas, pelayanan umum, pengenaan sanksi
paksaan pemerintah (bestuurdwang) seperti pembongkaran bangunan karena
menyalahi aturan.
2. Salah satu persyaratan pokok dan penting dalam kegiatan penataan ruang, khususnya
dalam hal penyusunan rencana tata ruang, adalah terpenuhinya prinsip good norm
dan good process.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan good norm dan good process dalam penataan
ruang?
b. Apa manfaat dan implikasinya apabila dalam penataan ruang dilakukan melalui
good norm dan good process tersebut?
Jawaban :
a. Prinsip good norm dan good process dalam penataan ruang artinya semua
ketentuan yang berkaitan dengan penataan ruang mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendailan dan penegakan hukum harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan, dan seluruh stakeholder
(pemangku kepentingan) mulai dari pejabat yang berwenang (dalam menerbitkan
izin), masyarakat (baik yang memanfaatkan ruang atau sebagai pengawas) dan
Page | 2
apparat penegak hukum seluruhnya dalam menjalankan peran dan fungsinya harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Untuk setiap
pelanggaran yang terjadi harus diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Dengan demikian good norm dan good process perlu adanya keterlibatan
dari seluruh unsur pendukungnya.
b. Manfaat dan implikasinya apabila dalam penataan ruang dilakukan melalui good
norm dan good process tersebut tidak akan adanya kesenjangan antar masyarakat
dalam memanfaatkan ruang terlebih lagi apabila antara masyarakat, pejabat yang
berwenang dan aparat penegak hukum secara bersama – sama menjalankan tugas
dan fungsinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan maka
penataan ruang akan berjalan dengan baik, dapat memberikan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat sebesar – besarnya serta dapat memberikan
kepastian hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undang – Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Jawaban :
Page | 3
perlu diterapkan regulasi dalam bidang penataan ruang baik perencanaan
penataan ruang, pemanfaatan penataan ruang, maupun pengendalian
penataan ruang guna mengikat dan memaksa masyarakat untuk mentaati
peraturan perundang – undangan. Dalam regulasi yang bersifat normatif
harus ada kriteria yang bisa ditaati yaitu :
Regulasi harus mengatur secara lengkap, pasti, dalam menjalankan
penataan ruang
Regulasi dapat dijalankan atau dapat di operasionalkan (implementatif)
Regulasi harus dapat ditegakan apabila adanya pelanggaran
Fungsi Instrumental
merupakan instrumen pemerintahan (bestuur midelen) yang dapat
menjalankan suatu hukum. Instrumen yang dapat dijalankan atau dilaksanakan
yaitu:
Instrumen perencanaan (planning) adalah instrumen pemerintah untuk
menjalankan suatu hukum atau peraturan perundang – undangan
Instrument regulasi yang mengatur mengenai keberadaan lembaga, sumber
daya manusia (SDM), anggaran, teknologi.
Fungsi Penjaminan
Setiap hukum pasti memiliki tujuan seperti menciptakan keadilan dan
kepastian hukum. Sehingga fungsi penjaminan ini memastikan atau menjamin
bahwa setiap tujuan hukum dapat diterapkan atau dijalankan oleh setiap orang.
Page | 4
Kekacauan dalam pelaksanaan, baik kegiatan pemerintahan maupun
masyarakat
Lemahnya penegakan hukum
Penyalahgunaan oleh aparatur pemerintahan maupun penegak hukum
Lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum.
Salah satu contohnya adalah seperti yang terdapat dalam Pasal 114 A Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintahan Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional yaitu :
(1) Dalam hal rencana kegiatan pemanfaatan ruang bernilai strategis nasional
dan/atau berdampak besar yang belum dimuat dalam peraturan daerah
tentang rencana tata ruang provinsi, rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan/atau rencana rincinya, izin pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 didasarkan pada Peraturan
Pemerintah ini.
(2) Dalam pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Menteri dapat memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang.
4. Dalam hal terjadi pelanggaran dalam pemanfaatan ruang, maka perlu dilakukan
penegakan hukum secara efektif dan konsisten berupa pengenaan sanksi administratif
dan juga sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Jelaskan perbuatan pelanggaran apa saja yang dapat dikumulasi
(digabung) antara sanksi administrasi dengan sanksi pidana?
Jawaban :
Page | 5
Penegakan hukum administrasi bersifat preventif (pengawasan) dan represif (sanksi
administratif) untuk menegakan peraturan perundang – undangan. Penegakan hukum
lingkungan administrasi dapat diterapkan terhadap kegiatan yang melanggar
persyaratan perizinan dan peraturan perundang – undangan. Terdapat 3 (tiga)
perbedaan antara sanksi administrasi dengan sanksi pidana yaitu:
sasaran penerapan sanksi administrasi ditujukan pada perbuatan, sedangkan
sanksi pidana ditujukan pada pelaku.
Sanksi hukum pidana fokusnya adalah orang (dader, offender) beda dengan
sanksi administrasi yang bertujuan menghentikan pelanggaran dan/atau
memulihkan kepada keadaan semula/reparatoir, sehingga fokus dari sanksi
administrasi adalah pada perbuatan bukan pada orang atau pelaku
Prosedur sanksi administrasi dilakukan secara langsung oleh pemerintah,
tanpa melalui peradilan (preventif-represif non justisial), sedangkan prosedur
penerapan sanksi pidana harus melalui proses peradilan (justisial)
Bahwa dalam Pasal 61 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan :
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Bahwa dalam Pasal 62 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan :
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61,
dikenai sanksi administratif.
Bahwa dalam Pasal 63 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan :
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Page | 6
Bahwa dalam Pasal 69 Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang disebutkan :
Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Bahwa dalam Pasal 73 ayat (1) Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang disebutkan :
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat(7),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Kawasan pemukiman di kota Bandung yang terletak di daerah “X” dibangun dan
diperuntukan untuk kawasan perumahan berbentuk cluster, namun ada ternyata
oleh “A” dibangun untuk GUEST HOUSE di dalam kawasan perumahan tersebut.
Pembangunan GUEST HOUESE ini dibangun pada tahun 2012. Namun saat GUEST
HOUSE ini dibangun ternyata belum ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
diterbitkan oleh pejabat pemerintah yang berwenang dan faktanya IMB GUES
HOUSE baru diterbitkan pada tahun 2018, kemudian pemberitahuan yang
seharusnya disampaikan/diberitahukan kepada tetangga berbatasan langsung
dengan GUEST HOUSE telah dipalsukan dan pemberitahuan tersebut
Page | 7
disampaikan/diberitahukan kepada warga di blok lain, serta sosialisasi
pembangunan GUEST HOUSE baru disampaikan pada tahun 2018 jauh setelah
adanya pembangunan GUEST HOUSE tersebut.
Dari contoh kasus di atas, jelas perbuatan yang dilakukan oleh “A” adalah telah
melanggar ketentuan dalam Pasal 61 huruf a Undang – Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang yang mana pembangunan di kawasan perumahan
tersebut diperuntukan untuk perumahan tempat tinggal berbentuk cluster bukan
diperuntukan untuk GUEST HOUSE, terlebih lagi pembangunan GUEST HOUSE
tersebut belum memiliki IMB yang diterbitkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang. Namun apabila memperhatikan ketentuan peraturan perundang –
undang yang berlaku yang intinya menyatakan “apabila suatu bangunan yang
dibangun belum memiliki IMB maka dalam tempo 1 (satu) sejak diundangkannya
peraturan ini harus memiliki IMB”. GUEST HOUSE tersebut dibangun pada tahun
2012 apabila memperhatikan ketentuan pasal tersebut artinya pada tahun 2013
GUEST HOUSE tersebut harus sudah memiliki IMB yang diterbitkan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang. Namun, pada kenyataanya pejabat pemerintah
yang berwenang baru menerbitkan IMB untuk GUEST HOUSE tersebut pada
tahun 2018 yang mana penerbitkan IMB tersebut tidak sesuai dengan
peruntukannya yaitu PERUMAHAN TEMPAT TINGGAL BERBENTUK CLUSTER,
maka atas hal tersebut seharusnya pejabat pemerintah yang berwenang dapat
menerapkan sanksi administratif kepada “A” selaku pemilik GUEST HOUSE berupa
penghentian semestara kegiatan GUEST HOUSE sebagaimana Pasal 63 huruf b
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Page | 8
Page | 9