Anda di halaman 1dari 24

2-24

2.1 UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG


PENATAAN RUANG
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR)
menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang, dimana dalam
pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang. Undang-Undang ini juga
mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat mengharmoniskan
lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan keterpaduan
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapat memberikan
perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang”.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


mengamanahkan tentang tujuan penyelenggaraan penataan ruang untuk mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumberdaya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, yang dimaknai sebagai berikut:
1) Pengaturan Penataan Ruang; Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan
landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan
ruang. Pengaturan penataan ruang yang meliputi ketentuan tentang peraturan yang harus
ditetapkan pada masing-masing tingkatan pemerintahan untuk memberikan landasan
hukum yang kuat bagi penyelenggaraan penataan ruang. Pengaturan penataan ruang
dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang.
2) Pembinaan Penataan Ruang; Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat. Pembinaan penataan rua ng yang mengatur tentang bentuk dan
tata cara pembinaan penataan ruang dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dan
masyarakat, dari pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota
dan masyarakat, serta dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada masyarakat.
Pembinaan penataan ruang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
a) Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan masyarakat.
b) Pembinaan penataan ruang dilaksanakan melalui :

2-24
- koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
- sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang
penataan ruang;
- pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
- pendidikan dan pelatihan;
- penelitian dan pengembangan;
- pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
- penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
- pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
c) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
menyelenggarakan pembinaan penataan ruang menurut kewenangannya masing-
masing.
3) Pelaksanaan Penataan Ruang; Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pelaksanaan perencanaan tata ruang yang
mengatur ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah
dan rencana tata ruang kawasan termasuk kawasan strategis, kawasan perkotaan, dan
kawasan perdesaan, yang dilaksanakan melalui prosedur untuk menghasilkan rencana tata
ruang yang berkualitas dan dapat diimplementasikan. Pelaksanaan pemanfaatan ruang
yang mengatur ketentuan mengenai penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya. Pelaksanaan pemanfaatan ruang melalui sinkronisasi
program yang dituangkan ke dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana
pembangunan jangka menengah, dan rencana pembangunan tahunan sesuai dengan
sistem perencanaan pembangunan nasional, serta pelaksanaan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk
mewujudkan tertib tata ruang yang mengatur ketentuan mengenai peraturan zonasi yang
merupakan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang, perizinan yang merupakan syarat
untuk pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi, yang keseluruhannya merupakan perangkat untuk mendorong
terwujudnya rencana tata ruang sekaligus untuk mencegah terjadinya pelanggaran
penataan ruang.
4) Pengawasan Penataan Ruang; Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengawasan penataan ruang yang meliputi pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan merupakan upaya untuk menjaga kesesuaian penyelenggaraan penataan
ruang dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dilaksanakan baik oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, dimaksudkan;
- Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang, dilakukan
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan
ruang;
- Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
- Pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya;

2-24
- Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan melibatkan
peran masyarakat; dan
Peran masyarakat dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau
pengaduan kepada Pemerintah dan pemerintah daerah.

2.2 UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA NOMOR 11 TAHUN 2020


Pada Tahun 2020 terjadi dinamika lingkungan strategis yang berpengaruh
terhadap muatan rencana tata ruang. Dalam hal ini, Pemerintah telah melakukan kajian
terhadap kebijakan yang diperlukan dalam penciptaan lapangan kerja, serta kebutuhan
atas regulasi yang diperlukan, termasuk mengevaluasi berbagai Undang-Undang yang
perlu dilakukan penyempurnaan. Berdasarkan kajian tersebut, Pemerintah telah
mengidentifikasikan beberapa aspek yang diperlukan dalam cipta kerja, yang dibagi
dalam 11 Klaster permasalahan, yang meliputi:
1. Klaster Penyederhanaan Perizinan,
2. Klaster Persyaratan Investasi,
3. Klaster Ketenagakerjaan,
4. Klaster Kemudahan, Pemberdayaan, dan Perlindungan UMK-M dan Perkoperasian,
5. Klaster Kemudahan Berusaha,
6. Klaster Dukungan Riset & Inovasi,
7. Klaster Administrasi Pemerintahan,
8. Klaster Pengenaan Sanksi,
9. Klaster Pengadaan Lahan,
10. Klaster Investasi dan Proyek Strategis Nasional, dan
11. Klaster Kawasan Ekonomi.
Klaster-klaster permasalahan tersebut dipandang akan cukup kuat untuk
mendorong peningkatan investasi, sehingga akan mampu menciptakan lapangan kerja
baru. Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
termasuk beberapa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri turunannya, merupakan
terobosan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengintegrasikan berbagai klaster
permasalahan tersebut. Pengesahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja memberikan konsekwensi terhadap penyesuaian beberapa praktek di dalam
bidang Penataan Ruang baik dari aspek prosedur maupun aspek proses
penyelenggaraan penataan ruang. Dalam hal ini, pelaksanaan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, saat ini tengah memasuki tahap baru dengan
adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dimana salah satu
materinya adalah berkaitan dengan penataan ruang.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja telah
mengamanahkan bahwa kewenangan penyelenggaraan penataan ruang berada dan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Dalam pasal 9 ayat 2, tertulis bahwa ketentuan
lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan penataan ruang
diatur dengan peraturan pemerintah. Ketentuan ini mengubah dua ayat dalam Pasal 9
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana disebutkan

2-24
bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh seorang menteri. Adapun
tugas dan tanggung jawab menteri dalam penataan ruang mencakup tiga hal. Yaitu
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang. Dalam UU Cipta Kerja,
pemerintah pusat berwenang menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK)
untuk penyelenggaraan penataan ruang. Penataan ruang oleh pemerintah daerah harus
mengacu pada NSPK yang telah dibuat pemerintah pusat. Namun demikian, Undang-
undang Cipta Kerja menyebutkan wewenang pemerintah daerah sesuai NSPK
pemerintah pusat hanya meliputi tiga hal; (1) pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten/kota. (2)
pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi. (3) kerja sama penataan ruang
antarprovinsi dan fasilitasi kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.
Undang-Undang Cipta Kerja merupakan langkah strategis pemerintah dalam
mengatasi berbagai permasalahan investasi dan penciptaan lapangan kerja, yang salah
satunya diakibatkan oleh tumpang tindih pengaturan penataan ruang. Dalam Undang-
Undang Cipta Kerja terdapat berbagai terobosan kebijakan penataan ruang yang
ditargetkan untuk mendorong kemudahan berinvestasi dan pemanfaatan ruang yang
berkelanjutan, antara lain:
1. Integrasi tata ruang melalui satu produk rencana tata ruang (One Patial Planning
Policy). Penataan ruang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan (satu dokumen penataan ruang).
2. Penyederhanaan (Steamlining) hirarki produk Rencana Tata Ruang. Penghapusan
ketentuan penetapan kawasan strategis untuk menghindari tumpang tindih antar
produk Rencana Tata Ruang, sementara subtansi Kawasan Strategis tersebut
diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten Kota.
3. Percepatan penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang. Salah satu upaya
percepatan penyusunan RDTR yaitu merubah dari penetapan dari Peraturan Daerah
menjadi Peraturan Kepala Daerah Bupati/Walikota. Dalam hal ini, kewenangan
pemerintah daerah dalam menyusun dan menetapkan RTR tidak ditarik ke pusat,
hanya saja waktu penetapan yang dibatasi untuk memberikan kepastian bagi
masyarakat. Jika melewati batas waktu, maka Rencana Tata Ruang yang telah
disusun oleh daerah dan mendapat persetujuan subtansi akan ditetapkan oleh
Menteri terkait.
4. Penyediaan Peta Dasar. Untuk percepatan pemenuhan peta dasar dalam
penyusunan RDTR, dapat mempergunakan Peta Dasar Lainnya dengan ketelitian
detail informasi sesuai dengan skala perencanaan RTR, jika Peta Dasar (dari BIG)
tidak tersedia.
5. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dalam perizinan berusaha. Untuk
penyederhanaan perizinan berusaha, Izin Lokasi sudah tidak ada lagi, dan digantikan
dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, yang dapat diperoleh oleh pelaku
usaha melalui sistem OSS untuk berbagai skala dan tingkat risiko kegiatan usaha.
6. Pembentukan Forum Penataan Ruang. Dalam mendorong implementasi penataan
ruang yang lebih inklusif kedepannya, akan dibentuk Forum Penataan Ruang, yang

2-24
beranggotakan perwakilan dari pemerintah dan masyarakat. Kelembagaan Forum
Penataan Ruang akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri.

2.3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 2021 TENTANG


PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Berikut ini dijabarkan tinjauan kebijakan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggraan Penataan Ruang.
1. Perencanaan Tata Ruang
a. Pengaturan penataan ruang diselenggarakan untuk:
o Mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan penataan ruang;
o Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta Hak dan kewajibannya dalam
penyelenggaraan penataan ruang; dan
o Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh aspek
penyelenggaraan penataan ruang.
b. Peraturan Pemerintah mengatur penyelenggraan penataan ruang meliputi :
o Perencanaan Tata Ruang;
o Pemanfaatan Ruang;
o Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
o Pengawasan Penataan Ruang;
o Pembinaan Penataan Ruang; dan
o Kelembagaan Penataan Ruang.
c. Perencanaan tata ruang menghasilkan :
o Rencana Umum Tata Ruang; dan
o Rencana Rinci Tata Ruang.
d. Rencana umum tata ruang secara hierarkis terdiri atas :
o Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
o Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
o Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan
o Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
e. Rencana rinci tata ruang terdiri atas :
o RTR Pulau Kepulauan, RTR KSN, RZ KSNT, RZ KAW, dan RDTR KPN sebagai
rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
o RDTR Kabupaten sebagai rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten; dan
- RDTR Kota sebagai rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah kota.
f. Perencanaan tata ruang meliputi penyusunan dan penetapan RTR sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan
o Penyusunan RTR dilakukan melalui tahapan : Persiapan penyusunan RTR;
o Pengumpulan data;

2-24
o Pengolahan data;
o Pengolahan dan analisis data;
o Perumusan konsepsi RTR; dan
o Penyusunan rancangan peraturan tentang RTR.
g. RTR sebagai Hasil dari perencanaan Tata Ruang merupakan acuan bagi :
o Penertiban kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
o Pemanfaatan ruang untuk seluruh kegiatan pembangunan sektoral dan
pengembangan wilayah dan kawasan yang memerlukan ruang
o Penertiban perizinan berusaha terkait pemanfaatan di Laut serta pemberian Hak
atas tanah dan Hak pengelolaan
h. Penyusunan rencana umum tata ruang meliputi :
o Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional;
o Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
o Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota.
i. Rencana tata ruang wilayah nasional memperhatikan :
o Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
o Rencana pembangunan jangka menengah nasional;
o Wawasan nusantara dan ketahanan nasional;
o Ketentuan hukum Laut internasional;
o Perjanjian internasional;
o Perkembangan permasalahan regional dan menengah global serta Hasil
pengkajian implikasi penataan ruang nasional;
o Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi;
o Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
o Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
o Kondisi dan potensi sosial Masyarakat;
o Pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi;
o Kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis; dan
- Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten,
dan/atau rencana tata ruang wilayah kota.
j. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional paling sedikit memuat :
o Tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang wilayah nasional;
o Rencana Struktur Ruang wilayah nasional yang meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana;
o Rencana Pola Ruang wilayah nasional yang meliputi Kawasan Lindung yang
memiliki nilai strategis nasional termasuk kawasan konservasi di Laut, dan
Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai strategis nasional termasuk Kawasan
Pemanfaatan Umum;
o Alur migrasi biota laut
o Penetapan lokasi KSN;

2-24
o Penetapan lokasi KSNT;
o Penetapan lokasi kawasan antar wilayah;
o Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan;
o Strategi kebijakan pengembangan KSN;
o Strategi kebijakan pengembangan pulau/kepulauan;
o Strategi kebijakan pengembangan KSNT;
o Strategi kebijakan pengembangan kawasan antar wilayah;
o Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi
arahan zonasi sistem nasional, arahan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang,
arahan insentif; dan
o Disinsentif, serta arahan sanksi; dan arahan kebijakan peruntukan ruang pada
sempadan pantai, sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata air.
k. Rencana tata ruang wilayah nasional menjadi acuan untuk
o Penyusunan RTRpulau/kepulauan;
o Penyusunan RTR KSN;
o Penyusunan RZ KSNT;
o Penyusunan RZ KAW;
o Penyusunan RDTR KPN;
o Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi;
o Penyusunana rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang
wilayah kota;
o Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
o Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
o Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
dan
o Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor.
l. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional meliputi :
o Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional;
o Pelibatan peran masyarakat di tingkat nasional dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional; dan
o Pembahasan rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional oleh Pemangku
Kepentingan di tingkat nasional.
m. Proses penyusunan tata ruang wilayah nasional dilakukan melalui tahapan :
o Persiapan penyusunan meliputi :
- Penyusunan kerangka acuan kerja
- Penetapan metodologi yang digunakan
o Pengumpulan data paling sedikit
- Data wilayah administrasi;
- Data dan informasi kependudukan;

2-24
- Data dan informasi bidang pertanahan;
- Data dan informasi kebencanan;
- Data dan informasi kelautan; dan
- Peta dasar dan peta tematik yang dibutuhkan.
o Pengolahan data dan analisis paling sedikit :
- Analisis potensi dan permasalahan regional dan global; dan
- Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang terintegrasi
dengan kajian lingkungan hidup strategis.
o Perumusan konsepsi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
o Penyusunan rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
n. Rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada :
o Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
o RTR pulau/kepulauan;
o RTR KSN;
o RZ Kawasan; dan
o RZ KSNT.
o. Rencana tata ruang wilayah provinsi memperhatikan :
o Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
o Rencana pembangunan jangka menengah nasional;
o Rencana pembangunan jangka panjang provinsi;
o Rencana pembangunan jangka menegah provinsi;
o Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten
dan/atau rencana tata ruang wilayah kota yang berbatasan;
o Wawasan nusantara dan ketahanan nasional;
o Perkembangan permasalahan regional dan global serta Hasil pengkajian
implikasi penataan ruang nasional;
o Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi;
o Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
o Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
o Kondisi potensi sosial masyarakat;
o Pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam
bumi; dan
o Kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.
p. Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat :
o Tujuan, kebijakan, strategi Penataan Ruang wilayah Provinsi;
o Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana; dan

2-24
o Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan Lindung yang
memiliki nilai strategis provinsi termasuk kawasan konservasi di laut dan
kawasan budi daya.
2. Pemanfaatan ruang:
Optimasi pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi.
3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Penyusunan rencana umum tata ruang meliputi :
a. Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional;
b. Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi;
c. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten; dan
d. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota.
4. Pengawasan Penataan Ruang
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut Pemerintah membentuk Badan
Nasional Penanggulangan Bencana yang merupakan Lembaga Pemerintah Non
departemen setingkat menteri, ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tugas dari BNPB
adalah:
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara;
b. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat;
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
internasional;
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran
pendapatan dan belanja negara;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
h. Menyusun pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana daerah.
5. Pembinaan Penataan Ruang
Pelaksana tanggung jawab tersebut adalah Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah, ditetapkan melalui Peraturan
Daerah. Tugas dari BPBD adalah:
a. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah
daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan
darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;

2-24
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya;
f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;
g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran
pendapatan belanja daerah; dan

i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 2017


TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan pemerintah mengenai kebijakan
pengembangan struktur ruang dengan
1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki;
2. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi telekomunikasi energi dan sumber daya
air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional;
3. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki;
4. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah d
sekitarnya;
5. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan;
6. Mengembangkan pusat pertumbuhan kota maritim yang berkelanjutan;
7. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitamya;
8. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan
sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan; dan
9. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan
terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan;
10. Peningkatan Kualitas dan Jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi telekomunikasi energi dan sumber daya
air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasonal meliputi :

2-24
a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi;
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik;
d. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumi nasional yang optimal; dan
e. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air.

2.5 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 88 TAHUN 2011 TENTANG


RENCANA TATA RUANG WILAYAH PULAU SULAWESI
Tinjauan Kebijakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi (Peraturan
Presiden No. 88 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pusat Kegiatan: Pusat Kegiatan Lokal Kota Terpadu Mandiri Mahalona di
Kabupaten Luwu Timur.
2. Rencana Infrastruktur Wilayah Pengembangan jaringan transportasi danau Matano di
Kabuapaten Luwu Timur.
3. Rencana Sistem Jaringan Energi
Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Minihidro (Minihidro) Malili Kabupaten
Luwu Timur dengan kapasitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di
kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan.
4. Rencana Pola Ruang
a. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung nasional yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya dengan rehabilitasi kawasan hutan
lindung yang mengalami degradasi di Kabupaten Luwu Timur;
b. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang
berpotensi mengganggu dan/atau merusak kawasan sekitar dilakukan pada
Danau Matano Kabupaten Luwu Timur;
c. Pengembangan pengelolaan kawasan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan
dan satwa pada Cagar Alam Faruhumpenai, Cagar Alam Kalaena, aman Wisata
Alam Danau Matano (Kabupaten Luwu Timur), Taman Wisata Alam Danau
Mahalona, Taman Wisata Alam Danau Towuti;
d. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan
bencana alam dan penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui
penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana, pembangunan sarana pemantauan
bencana kawasan rawan banjir, gempa bumi di Kabupaten Luwu Timur;
e. Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikan
bentang alam;

2-24
f. Pemertahanan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan
berkelanjutan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional;
g. Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan pertanian yang berada di
sekitar kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi;
h. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat;
i. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi yang
didukung oleh industri pengolahan yang berdaya saing dan ramah lingkungan;
dan
j. Pengembangan kawasan peruntukan permukiman dengan prinsip mitigasi
bencana untuk meminimalkan potensi kerugian akibat bencana.

2.6 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2020-2024
Kebijakan pembangunan Wilayah Sulawesi tahun 2020-2024 diarahkan untuk:
1. Memperkuat peran Sulawesi sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam
perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia;
pengembangan industri berbasis logistik; lumbung pangan nasional dengan
pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; pengembangan industri
berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi dan gas bumi; percepatan pembangunan
ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan
dan pariwisata bahari. Transformasi ekonomi di Wilayah Sulawesi diarahkan untuk
mewujudkan hilirisasi industri berbasis pertanian, perkebunan, perikanan dan
tambang untuk menciptakan nilai tambah melalui pengolahan bahan baku menjadi
bahan setengah jadi atau bahan akhir.
2. Penguatan pusat-pusat pertumbuhan dilakukan melalui antara lain: (a)
pengembangan komoditas unggulan Wilayah Sulawesi yaitu kelapa, kelapa sawit,
lada, cengkeh, pala, kakao, kopi, tebu, emas, nikel, bijih besi, batu bara, minyak dan
gas bumi, perikanan tangkap dan perikanan budidaya; (b) pengembangan sentra
produksi perikanan di SKPT (Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu)/WPP (Wilayah
Pengelolaan Perikanan) ; (c) pengembangan sentra produksi pertanian dan
perkebunan yang tersebar di beberapa KPPN (Kawasan Perdesaan Prioritas
Nasional); (d) revitalisasi kawasan transmigrasi; (e) pengembangan ekonomi
kawasan perbatasan berbasis komoditas unggulan; (f) pengembangan komoditas
unggulan dan industri pengolahan (hilirisasi) sumber daya alam (pertanian,
perkebunan, logam dasar, dan kemaritiman) melalui pemanfaatan dan keterpaduan
pembangunan infrastruktur pada KEK dan KI; dan (g) pengembangan Kawasan
strategis prioritas berbasis pariwisata pada Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP); (h)
pengembangan kawasan perkotaan termasuk WM sebagai pemacu pertumbuhan
ekonomi Pulau Sulawesi dan pembangunan kota baru serta pengembangan kota

2-24
lainnya; dan (i) penguatan keterkaitan desa-kota yang mendukung pusat
pertumbuhan wilayah.
3. Pembangunan desa terpadu yang mencakup peningkatan kapasitas aparatur desa
untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik termasuk pemanfaatan
dana desa dan tata kelola aset desa; penguatan pendamping desa yang fokus pada
desa tertinggal dan peran serta masyarakat desa yang inklusif; penetapan batas
desa, pengembangan desa wisata, desa digital dan produk unggulan desa dan
Kawasan perdesaan; transformasi ekonomi desa dan peningkatan peran Badan
UsaHa Milik Desa (BUMDes); perbaikan pelayanan dasar air minum, sanitasi dan
listrik desa; serta pemanfaatan dana desa untuk mendorong sektor-sektor
produktif dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendamping lokal desa.

2.7 PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2018-2023
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Jangka Menengah
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016-2021 menyebutkan visi Kabupaten Luwu
Timur Tahun 2018-2023 yaitu “Sulawesi Selatan Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif,
dan Berkarakter “ Adapun visi pembangunan dapat terwujud melalui penjabaran misi
untuk pembangunan Kabupaten Luwu Timur 2018-2023 terdiri atas:
1. Mewujudkan Pemerintahan yang Berorientasi Melayani dan Inovatif;
2. Mewujudkan Infrastruktur yang Berkualitas dan Aksesibel;
3. Mewujudkan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru yang Produktif;
4. Mewujudkan Kualitas Manusia yang Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter; dan
5. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Produk Sumberdaya Alam yang
Berkelanjutan.
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2018-2023 disebutkan bahwa Kabupaten Luwu Timur :
1. Kabupaten Luwu Timur ditetapkan sebagai pengembangan kawasan pertanian
tanaman pangan dan hortikultura.
a. Kabupaten Luwu Timur dijadikan sebagai pengembangan komoditas tanaman
pangan yaitu lokasi pengembangan komoditas tanaman padi dan lokasi
pengembangan komoditas tanaman jagung
b. Kabupaten Luwu Timur dijadikan sebagai pengembangan komoditas
hortikultura, yaitu kakao dan lada
2. Kabupaten Luwu Timur ditetapkan sebagai pengembangan kawasan perikanan
budidaya laut dan budidaya air payau.
3. Kabupaten Luwu Timur ditetapkan sebagai pengembangan kawasan industri
khusus yang mengolah bahan baku komoditas pertambangan.

2-24
4. Kabupaten Luwu Timur ditetapkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata,
terdapat Taman Wisata Alam Danau Matano, Danau Mahalona, dan Danau Towuti.
5. Sistem perkotaan provinsi berupa Pusat Kegiatan Lokal.

2.8 PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG


RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
2.8.1. Rencana Struktur Ruang
Menurut arahan rencana struktur ruang dalam Peraturan Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan No.9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-
2029, Kabupaten Luwu Timur ditetapkan sebagai PKL di Provinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, PKL tersebut diantaranya PKL Malili
sebagai ibukota Kabupaten Luwu Timur dan Kota Terpadu Mandiri Mahalona di
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur. Sistem jaringan prasarana utamanya terdiri
atas jaringan darat dan laut dimana untuk jaringan jalan terdapat jaringan jalan Nasional
Arteri Primer. Jaringan Jalur Kereta api menghubungkan perbatasan Kabupaten Polman
Provinsi Sulawesi Barat dengan perbatasan Provinsi Sulawesi Tenggara yang melintasi
Wotu dan Malili Kabupaten Luwu Timur. Terdapat Pelabuhan Nasional di Kecamatan
Malili. Terdapat simpul jaringan KA antar kota terdiri dari stasiun-stasiun Kereta Api
pengumpul Pinrang PKL Wotu dan Malili. Terdapat Jaringan transportasi sungai, dana
dan peneyeberangan provinsi di Danau Tempe, Danau Towuti dan Danau Matano Towuti
Untuk Sistem Jaringan lainnya yang diarahkan Kabupaten Luwu Timur meliputi:
a. Terdapat PLTM Usu di Kecamatan Malili;
b. Jaringan tranmisi tenaga listrik di wilayah Provinsi meliputi wilayah Angkona dan
Malili;
c. Rencana sistem jaringan sumberdaya air; dan
d. Daerah Irigasi (DI) Kalaena dan DI Tomoni.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang
Provinsi Sulawesi Selatan.

2-24
Gambar 2.1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009

2.8.2. Rencana Pola Ruang

2-24
Menurut arahan rencana struktur ruang dalam Peraturan Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan No.9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-
2029, Rencana Pola Ruang Provinsi merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
Provinsi, baik untuk pemanfaatan ruang yang berfungsi lindung maupun budidaya yang
memiliki nilai strategis Provinsi ditinjau dari berbagai sudut pandang akan lebih berdaya
guna dan berhasil guna dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan Provinsi
apabila dikelola oleh Pemerintah daerah Provinsi dengan sepenuhnya memperhatikan
pola ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Terdapat
Hutan Lindung yang merupakan kawasan lindung di kabupaten Luwu Timur. Kawasan
budidaya terdapat Kawasan hutan produksi, kawasan potensial budidaya padi sawah,
kawasan potensial budidaya kakao, kawasan potensial perternakan sapi kandang,
kawasan potensial budidaya rumput laut, kawasan potensial tambang logam (emas, besi,
kromit), kawasan industri skala besar, Kawasan Pariwisata Taman Wisata Alam Danau
matano, Mahalona dan Danau Towuti, dan Kawasan permukiman Perdesaan. Untuk lebih
jelasnya dapat diliHat Gambar 2.2 Peta Pola Ruang Provinsi Sulawesi Selatan

2-24
Gambar 2.2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009

2.8.3. Rencana Kawasan Strategis

2-24
Kawasan Strategis berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, diantaranya adalah:
1. Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi di Kawasan Sorowako Kecamatan Nuha,
Kabupaten Luwu Timur;
2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya
kawasan Lumbung Beras di Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur,
Mangkutana dan Kalaena;
3. KSP kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditi perkebunan unggulan
kakao, kelapa sawit, kopi Robusta, jambu mete dan jarak;
4. KSP kawasan pengembangan budidaya rumput laut;
5. KSP Kawasan tambang dan pengolahan Nikel di Desa Sorowako, Kecamatan Nuha;
6. KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi Bendungan
Karebbe;
7. KSP Kawasan Andalan darat : pertanian, perkebunan, pertambangan dan
agroindustri; dan
8. KSP Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mahalona.

2.9 PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LUWU
TIMUR

2.9.1 Rencana Struktur Ruang


Berikut ini merupakan rencana struktur ruang di Kabupaten Luwu Timur rencana
pengembangan sistem perkotaan dan sistem jaringan meliputi:
1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
b. PKL meliputi kawasan perkotaan Malili dan Kota Terpadu Mandiri Mahalona;
c. PKLp adalah Wotu;
d. PPK meliputi Tomoni dan Sorowako; dan
e. PPL meliputi kawasan perkotaan Burau, Wonorejo, Kertoraharjo, Wasuponda,
Solo, Kalaena dan Wawondula.
2. Sistem Jaringan
a. Jaringan jalan arteri primer yang melintasi Kabupaten Luwu Timur
b. Peningkatan terminal tipe C menjadi terminal tipe A Tarengge di Kecamatan
Wotu;
c. Peningkatan terminal tipe C di Malili, Nuha, Wawondula dan Tomoni; dan
d. Penyediaan Halte pada pusat kegiatan masyarakat atau kawasan strategis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang
Kabupaten Luwu Timur.

2-24
2.9.2 Rencana Pola Ruang
Berikut ini merupakan rencana pola ruang di Kabupaten Luwu Timur meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya:
1. Kawasan Lindung
a. Kawasan hutan lindung seluas 240.775,89 hektar tersebar di Kecamatan Towuti,
Nuha, Wasuponda, Malili, Angkona, Tomoni, Mangkutana, Wotu, dan Kecamatan
Burau
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
350.852 Ha, terdiri atas: kawasan bergambut di Kecamatan Angkona; dan
kawasan resapan air tersebar di semua kecamatan, sekitar pantai dan sekitar
danau Towuti, Matano, dan Mahalona
c. Kawasan perlindungan setempat, yaitu DAS Kalaena, DAS Tomoni, WS Larona,
DAS Malili, Sub DAS Pongkeru. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya sebagaimana terdiri atas: kawasan cagar alam tersebar di Kecamatan
Angkona, Kalaena, Mangkutana, Nuha, Towuti, dan Kecamatan Wasuponda; dan
Cagar Alam Faruhumpenai seluas 91.375,63 Ha, Cagar Alam Kalaena seluas
187,14 Ha, Cagar Alam Ponda-Ponda seluas 80 hektar, TWA Danau Matano dan
Mahalona seluas 18.660,97 Ha, dan TWA Danau Towuti seluas 56.370,66 Ha.
d. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas:
• rawan longsor dan luapan air sungai di Kecamatan Kalaena, Mangkutana,
Towuti, Malili, dan Kecamatan Nuha;
• rawan banjir diarahkan pengendaliannya dikawasan yang sering terkena
banjir seperti di sekitar Kecamatan Malili (Kota Lama Malili), Kecamatan
Wotu, Kalaena, Mangkutana, Burau dan Kecamatan Tomoni; dan
• rawan gempa bumi, diarahkan pengendalian ketat pada wilayah yang berada
tepat pada jalur pataHan (sesar Matano) yang melalui beberapa wilayah
kecamatan seperti Kecamatan Kalaena, Mangkutana, Malili, hingga ke
Kecamatan Wasuponda dan Nuha.
2. Kawasan Budidaya:
a. Pengembangan kawasan budi daya terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan pertanian;
c. kawasan peternakan;
d. kawasan perikanan;
e. kawasan pertambangan dengan luas 37.083,00 Ha
f. kawasan perindustrian;
g. kawasan pariwisata;
h. kawasan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Luwu
Timur.

2-24
2.9.3 Rencana Kawasan Strategis
Kawasan Strategis berdasarkan RTRW Kabupaten Luwu Timur (Peraturan Daerah
No. 07 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a. KSP Kawasan Lumbung Beras di Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur,
Mangkutana dan Kalaena;
b. Kawasan Pengembangan Jagung di Kecamatan Angkona, Wasuponda, Wotu dan
Burau;
c. Kawasan pengembangan komoditas perkebunan di seluruh wilayah kecamatan;
d. Kawasan Tambang Nikel di Sorowako;
e. Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mahalona; dan
f. Kawasan Cagar Alam Faruhumpenai, Cagar Alam Kalaena, Taman Wisata Alam
Danau Matano, Taman Wisata Alam Danau Mahalona, Taman Wisata Alam
Danau Towuti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5 Peta Kawasan Strategis
Kabupaten Luwu Timur.

2-24
Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Luwu Timur
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Luwu Timur tahun 2010

2-24
Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Luwu Timur
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Luwu Timur tahun 2010

2-24
Gambar 2.5. Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Luwu Timur
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Luwu Timur tahun 2010

2-24

Anda mungkin juga menyukai