Anda di halaman 1dari 58

BUPATI NUNUKAN

PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN BUPATI NUNUKAN


NOMOR 32 TAHUN 2020

TENTANG

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN NUNUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NUNUKAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan daya dukung dan


daya tampung lingkungan, mencegah dampak negatif
pembangunan, serta untuk mewujudkan tertib tata ruang,
perlu dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang;
b. bahwa Peraturan Daerah nomor 19 tahun 2013 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan masih
belum operasional untuk penyelenggaraan pengendalian
pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Nunukan;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 4 Ayat 3
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, pengaturan penataan
ruang oleh pemerintah daerah kabupaten/kota meliputi
penyusunan dan penetapan ketentuan tentang perizinan,
bentuk dan besaran insentif dan disinsentif, serta sanksi
administratif yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Nunukan tentang Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Nunukan;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
4. Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
132);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
77);
6. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6398);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
90);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 19 Tahun
2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Nunukan Tahun 2005-2025;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 7 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Nunukan Tahun 2016-2021 (Lembaran
Daerah Kabupaten Nunukan Tahun 2012 Nomor 7)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabuapten Nunukan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah
Kabupaten Nunukan Tahun 2018 Nomor 11);
13. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Nomor 1 Tahun
2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2017-2038;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 19 Tahun
2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Nunukan Tahun 2013 – 2033 (Lembaran Daerah Kabupaten
Nunukan Nomor 19);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BUPATI NUNUKAN TENTANG


PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERKOTAAN NUNUKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Nunukan.
2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nunukan.
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Nunukan.
4. Kawasan perkotaan adalah bagian dari Pulau Nunukan yang di dominiasi
kawasan non pertanianberada di sebagian Kecamatan Nunukan dan
Kecamatan Nunukan Selatan.
5. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
6. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek fungsional baik lindung maupun budi daya serta
memiliki ciri tertentu.
7. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
9. Rencana tata ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
perencanaan tata ruang.
10. Ketentuan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang Persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
detail tata ruang.
11. Zonasiadalah pembagian kawasan kedalam beberapa zona sesuai
denganfungsi dan karakteristik semula atau diarahkan
bagipengembanganfungsi-fungsi lain.
12. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
sesuai peruntukkan.
13. Sub zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
14. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang selanjutnya disingkat
KKOP, adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
15. Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu
yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan
(KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Ketinggian Bangunan, Koefisien
Dasar Hijau (KDH)tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya dalam pembangunan kota.
16. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB, adalah
koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dengan
luas persil/kavling.
17. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH, adalah angka
prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dengan luas persil/kavling.
18. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB, adalah
koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
luas persil/kavling.
19. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB, adalah jarak
minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan.
20. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik kota yang diperlukan penduduk
dan/atau untuk pelayanan dan/atau jasa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
21. Sarana adalah kelengkapan lingkungan permukiman berupa fasilitas:
pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan
pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olahraga dan
lapangan terbuka, dan lainya.
22. Insentif adalah perangkat pengendalian pemanfaatan ruang untuk
memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik, dan/atau memberikan
imbalan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yanga sejalan dengan RTR.
23. Disinsentif adalah perangkat pengendalian pemanfaatan ruang untuk
mencegah, membatasi, dan/atau mengurangi kegiatan pemanfaatan ruang
yang berpotensi mengganggu upaya perwujudan RTR.
24. Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh tanah yang diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya
dan berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan
tanah tersebut untuk keperluan usaha dan/atau kegiatannya.
25. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
26. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada pelaku usaha dan/atau
kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebgai prasyarat memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
27. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat
TKPRD adalah tim ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang di daerah
provinsi dan di daerah kabupaten/kota, dan mempunyai fungsi membantu
pelaksanaan tugas gubernur dan bupati/walikota dalam pelaksanaan
koordinasi penataan ruang di daerah.
28. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non
pemerintah lain dalam penataan ruang.
29. Setiap orang adalah orang perseorangan dan/atau badan usaha baik yang
berbadan hukum maupun tidak korporasi.

Pasal 2

Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam kegiatan


pengendalian pemanfaatan ruang oleh pemerintah daerah, masyarakat
danpemangku kepentingan dalam pemanfaatan ruang.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Bupatiini meliputi:


a. ruang lingkup materi; dan
b. ruang lingkup wilayah.

Pasal 4

Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi:


a. ketentuan zonasi;
b. pemberian insentif dan disinsentif;
c. perizinan;
d. pengenaan sanksi;
e. peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang; dan
f. ketentuan peralihan.

Pasal 5

Ruang lingkup wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b


mencakup sebagian Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Nunukan Selatan
dengan luas 2.635,79 (dua ribu enam ratus tiga puluh lima koma tujuh puluh
sembilan) hektar meliputi:

a. 7 (tujuh) kelurahan;
b. 1 (satu) desa; dan
c. 22 (dua puluh dua) blok.
BAB II
KETENTUAN ZONASI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6

Ketentuan zonasi pada Kawasan Perkotaan Nunukan terdiri atas:

a. zonasi ruang; dan


b. Persyaratan pemanfaatan ruang.

Bagian Kedua
Zonasi ruang
Pasal 7

(1) Zonasi ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a terdiri atas:
a. zona lindung; dan
b. zona budidaya.
(2) Zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. zona perlindungan setempat (Zona PS), meliputi:
1. sub zona sempadan pantai (SP);
2. sub zona sempadan sungai (SS); dan
3. sub zona kawasan sekitar embung (DW).
b. zona ruang terbuka hijau (Zona RTH), meliputi:
1. sub zona hutan kota (RTH-1);
2. sub zona taman kota (RTH-2);
3. sub zona taman (RTH-3); dan
4. sub zona pemakaman (RTH-7).
c. zona konservasi (Zona KS) terdiri atas sub zona suaka alam dan cagar
budaya (KS-1).
(3) Zona budi daya sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b terdiri atas:
a. zona perumahan (Zona R), meliputi:
1. sub zona perumahan kepadatan tinggi (R-2);
2. sub zona perumahan kepadatan sedang (R-3); dan
3. sub zona perumahan kepadatan rendah (R-4).
b. zona perdagangan dan jasa (Zona K) terdiri atas subzona perdagangan
dan jasa (K);
c. zona perkantoran (Zona KT) terdiri atas sub zona perkantoran (KT);
d. zona sarana pelayanan umum (Zona SPU), meliputi:
1. sub zona sarana pendidikan (SPU-1);
2. sub zona sarana transportasi (SPU-2);
3. sub zona sarana kesehatan (SPU-3);
4. sub zona sarana olah raga dan rekreasi (SPU-4); dan
5. sub zona sarana peribadatan (SPU-6).
e. zona industri (Zona I), meliputi:
1. sub zona kawasan industri (KI); dan
2. sub zona sentra industri kecil menengah (SIKM).
f. zona peruntukkan lainnya (Zona PL), meliputi:
1. sub zona pertanian (PT);
2. sub zona perikanan (PI);
3. sub zona pertahanan dan keamanan (PL-7);
4. sub zona pembangkit listrik tenaga gas (PL-11);
5. sub zona pariwisata (PL-13); dan
6. sub zona prasarana penyediaan air minum (PL-14).
(4) Zonasi ruangsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan ayat (3)
digambarkan pada peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 (lima ribu) pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Bagian ketiga
Persyaratan Pemanfaatan Ruang
Pasal 8

Persyaratan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


huruf bmemuat:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus;
f. ketentuan pelaksanaan; dan
g. teknik pengaturan zonasi.

Paragraf 1
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

Pasal 9

(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahansebagaimana dimaksud dalam


pasal 8 ayat (2) huruf a merupakan ketentuan kegiatan pemanfaatan ruang
untuk menyatakan kelayakan suatu kegiatan tertentu pada suatu jenis
zona tertentu.
(2) Ketentuan kegiatan pemanfaatan ruang dikelompokkan sebagai berikut:
a. kegiatan diizinkan dengan kode I;
b. kegiatan pemanfaatanbersyarat secara terbatas dengan kode T;
c. kegiatan pemanfaatan bersyarat tertentu dengan kode B; dan
d. kegiatan tidak diizinkan dengan kode X.
(3) Kegiatan diizinkan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan pemanfaatan yang diperbolehkan dengan persyaratan
perizinan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Kegiatan pemanfaatanbersyarat secara terbatas sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. T1 yaitu kegiatan yang dibatasi jumlahnya;
b. T2 yaitu kegiatan yang dibatasi jam operasionalnya; dan
c. T3 yaitu kegiatan yang dibatasi luas kapling dan luas lantai bangunan
dalam suatu kapling.
(5) Kegiatan pemanfaatanbersyarat tertentu sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) huruf c meliputi:
a. B1 yaitu kegiatan yang wajib memerlukan syarat dokumen dan kajian
lingkungan hidup; dan
b. B2 yaitu kegiatan yang wajib menyediakan sarana dan prasarana yang
ditetapkan.
(6) Kegiatan tidak dizinkan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf d
adalah kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan karena tidak
sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan.
(7) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(8) Dalam hal jenis kegiatan tidak termuat dalam Tabel Ketentuan kegiatan
pada Lampiran II sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Bupati
menetapkan jenis kegiatan dimaksud setelah mendapatkan pertimbangan
dari TKPRD.

Paragraf 2
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Pasal 10

(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum;
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum; dan
c. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimum.
(2) Intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan kecuali pada:
a. lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan PKL padabangunan tidak
permanen dan tidak berdinding, tidakdiperhitungkan sebagai KDB;
b. pembebasan perhitungan KLB diberikan pada koridor atau jembatan
penghubung antar bangunan yang digunakan pejalan kaki dan terbuka
untuk umum; dan
c. KDH tidak diperhitungkan untuk perkerasan di permukaan tanah yang
dipergunakan sebagai jalan, prasarana parkir dan plaza.
(3) Dalam hal ketentuan lahan perencanaan satu kepemilikan berada pada
lebih darisatu zona, intensitas pemanfaatan ruang dapat dihitung secara
proporsional.
(4) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Nunukan
diatur berdasarkan ketentuan yang tercantum pada Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Ketentuan Tata Bangunan

Pasal 11
(1) Ketentuan tata bangunansebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2)
huruf c terdiri atas:
a. garis sempadan bangunan;
b. jarak bebas antar bangunan minimum;
c. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang; dan
d. ketinggian bangunan.
(2) Ketentuan tata bangunan Kawasan Perkotaan Nunukan diatur
berdasarkan ketentuan yang tercantum pada Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 12

(1) Garis sempadan bangunan ditetapkan berdasarkan peranan jalan


penghubung dalam suatu jaringan jalan di daerah.
(2) Batas garis sempadan ditetapkan berdasarkan lebar jalan dan diukur dari
As jalan ke sebelah kanan dan kiri tepi jalan.
(3) Garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. peraturan mengenai garis sempadan bangunan dibuat agar di
sepanjang jalan tercipta keteraturan, keamanan dan meningkatkan
kualitas estetika kota;
b. penentuan garis sempadan bangunan mempertimbangkan ruang milik
jalan (RUMIJA) dan karakter kawasan;
c. Besaran garis sempadan bangunan, meliputi:
1. Jaringan jalan arteri dengan lebar 30 meter, GSB diukur25 meter
dari as jalan;
2. Jaringan jalan kolektor dengan lebar jalan 8 - 12 meter, GSB
diukur 12,5 meter dari as jalan;
3. Jaringan jalan lokal dengan lebar jalan 6 - 8 meter, GSB diukur 8
meter dari as jalan; dan
4. Jalan gang atau semenisasi dengan lebar jalan kurang dari 5 meter,
GSB diukur 2,5 meter dari tepi jalan.

Pasal 13

(1) Jarak bebas antar bangunan minimum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 ayat (1) huruf b merupakan jarak bebas di samping kiri dan
kanan bangunan yang berbatasan dengan batas persil;
(2) Jarak bebas di samping kiri dan kanan bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) jarak bebas yang diatur dalam ketentuan masing-masing sub
zona;
(3) Dalam hal jarak bebas antar bangunan yang sudah ditetapkan dan
mendapatkan rekomendasi dinas teknis terkait dapat diperkenankan jika
ketentuannya sudah mengacu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 14

(1) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c jarak minimum antara garis batas petak
belakang dan batas petak samping terhadap dinding bangunan
terbelakang.
(2) Ketentuan yang diatur dalam jarak bebas samping dan jarak bebas
belakangsebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak minimum antara batas
petak samping terhadap dinding bangunan terdekat; dan
b. Jarak Bebas Belakang (JBB) merupakan garis batas petak belakang
terhadap dinding bangunan terbelakang.

Pasal 15

Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf


dmerupakan tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan pada lokasi
tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap
permukaantanah yang dinyatakan dalam satuan meter.

Paragraf Keempat
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Pasal 16

(1) Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 ayat (2) huruf d adalah ketentuan yang mengatur jenis prasrana
dan sarana minimal yang harus ada pada setiap zona peruntukan yang
ditentukan berdasarkan sifat, tuntutan kegiatan utama, dan perkiraan
jumlah orang yang menghuni zona peruntukan tersebut agar zona dapat
berfungsi secara optimal.
(2) Prasarana minimal sebagaimana dimaksud dalamayat (1), meliputi:
a. prasarana parkir;
b. prasarana fasilitas pendukung;
c. aksesibilitasuntuk difabel;
d. jalur pedestrian;
e. jalur sepeda; dan
f. kelengkapan jalan.
(3) Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf Kelima
Ketentuan Khusus

Pasal 17

(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf e,
meliputi:
a. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
b. pertahanan dan keamanan; dan
c. kawasan peruntukan industri.
(2) Ketentuan KKOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. kawasan permukaan transisi ditentukan kemiringan 14,3 % atau 20 %
(sesuai klasifikasi landas pacu) arah keatas dan keluar, dimulai dari
sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti permukaan utama
dan permukaan pendekatan menerus sampai memotong permukaan
horizontal dalam pada ketinggian (45+H) meter diatas elevasi ambang
landas pacu terendah;
b. kawasan pendekatan di bawah permukaan kerucut ditentukan
kemiringan 5 % arah keatas dan keluar, dimulai dari tepi luar
kawasan di bawah permukaan horizontal-dalam pada ketinggian
(45+H) meter diatas elevasi ambang landas pacu terendah sampai
ketinggian (80+H) atau (100+H) atau 105+H) atau (120+H) atau
(145+H) (sesuai klasifikasi landas pacu);
c. kawasan permukaan horizontal dalamditentukan (45+H) meter diatas
elevasi ambang landas pacu terendah;
d. kawasan permukaan horizontal luar ditentukan (150+H) meter diatas
elevasi ambang landas pacu terendah; dan
e. Ketentuan pemanfaatan ruang yang berada pada kawasan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, meliputi:
a. dalam keadaan darurat militer atau bencana maka zona RTH, zona
peruntukan lainnya, dan zona sarana pelayanan umum yang bersifat
publik dapat diprioritaskan pemanfaatan ruangnya untuk fungsi
pertahanan dan keamanan; dan
b. dalam keadaan darurat militer atau bencana makazona lainnya dapat
digunakan sesuai dengan rekomendasi instansi yang berwenang.
(4) kegiatan peruntukan industri yang berada berdekatan dengan area
permukiman harus membuat area greenbelt untuk menghindari dampak
negative terhadap kawasan permukiman tersebut.

Paragraf Keenam
Ketentuan Pelaksanaan

Pasal 18

(1) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)


huruf f terdiri atas:
a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang; dan
b. ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan Ketentuan zonasi.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a ditetapkan dalam ketentuan Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ).
(3) Penambahan variansi baru selain yang sudah ditetapkan dapat ditetapkan
oleh Bupati setelah mendapatkan pertimbangan dari TKPRD.
(4) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan Ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
diberlakukan dengan ketentuan:
a. penggunaan lahan yang telah memiliki izin mendirikan bangunan dan
fungsi bangunan atau kegiatan serta massa bangunan yang ada sesuai
izin mendirikan bangunan yang diterbitkan, maka izin tersebut tetap
berlaku; dan
b. penggunaan lahan yang telah memiliki izin mendirikan bangunan tetapi
massa bangunan, garis sempadan, dan jarak bebas bangunan yang ada
tidak sesuai izin mendirikan bangunan yang diterbitkan maka izin
tersebut tidak berlaku lagi.

Paragraf Ketujuh
Teknik Pengaturan Zonasi
Pasal 19

(1) Teknik pengaturan zonasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)


huruf g ditetapkanuntuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan
zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam
penerapan Ketentuan zonasi dasar dengan mempertimbangkan kondisi
konstektual kawasan dan arah penataan ruang.
(2) Penerapan TPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. TPZ khusus dengan kode a;
b. TPZ pengendalian pertumbuhan dengan kode b; dan
c. TPZ pengambangan dengan kode c.
(3) Lokasi penerapan TPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan
dalam peta TPZ pada Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 20

(1) TPZkhusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf


abertujuan untuk mengendalikan kawasan lindung sekitar sempadan
pantai dan menata kembali kawasan permukiman yang berdekatan dengan
sempadan pantai.
(2) TPZ khusussebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
melakukan penataan dan peremajaan kawasan permukiman melalui upaya
kemitraan dengan masyarakat.
(3) TPZ Khusus berlaku padasub zona perumahan kepadatan tinggi padablok
II.1.
(4) TPZ Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. melakukan penataan dan peremajaan kawasan permukiman yang
berdekatan dengan area sempadan pantai;
b. tidak diperkenankan pembangunan baru di kawasan permukiman; dan
c. penurunan performa sub zona perumahan kepadatan tinggi menjadi sub
zona perumahan kepadatan sedang.

Pasal 21

(1) TPZ pengendalian pertumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


19ayat (2) huruf bbertujuan untuk mencegah dampak lalu lintas yang
menghambat akses menuju Bandara Nunukan dan Pelabuhan Tunontaka.
(2) Pengendalian pertumbuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengendalikan atau membatasi pembangunan di zona
tersebut.
(3) TPZ Pengendalian pertumbuhan berlaku pada sub zona perdagangan dan
jasapada blokII.1, blokII.2, blok II.4 dan blok II.5.
(4) Pengendalian pertumbuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan pemanfaatan ruang untuk fungsi perdagangan (komersil)
dibatasi KDB maksimal 70%, KLB maksimal 2.4 dan jumlah lantai
maksimal 4 (empat) lantai;
b. ketinggian bangunan maksimal mengikuti bangunan tertinggi di blok
tersebut dan menyesuaikan ketentuan KKOP;
c. tidak menyediakan pagar bangunan pada kegiatan yang berada di area
koridor jalan kolektor;
d. menyediakan jalur pejalan kaki menerus serta kelengkapan jalan
dengan lebar minimal 2 (dua) meter; dan
e. menyediakan prasarana parkir dalam persil.

Pasal 22

(1) TPZ pengambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf
c bertujuan untuk memberikan alokasi pemanfaatan ruang terhadap jenis
kegiatan yang memiliki kecenderungan berubah atau berkembang yang
ditetapkan diatas lahan yang merupakan aset pemerintah daerah sampai
dengan ada penelitian mengenai pemanfaatan ruang tersebut yang paling
tepat.
(2) TPZ Pengambangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan
membatasi pembangunan di zona tersebut dengan tetap menjadikannya
sebagai fungsi ruang terbuka hijau sementara.
(3) TPZ Pengambangan berlaku pada zona RTH-2 pada blok IV.2.
(4) TPZ Pengambangan sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai ketentuan
sebagai berikut:
a. luasan yang dapat dimanfaatkan maksimal 15 Ha;
b. pembangunan di kawasan yang ditetapkan untuk mengakomodir
kepentingan pemerintahan; dan
c. menyediakan ruang terbuka hijau untuk kepentingan publik.

BAB III
PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 23

(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


huruf b didasarkan pada zonasi ruang dan muatan pengendalian
pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati ini.
(2) Pemberian insentif dan disinsentif ditetapkan pada kawasan yang didorong
dan dikendalikan.
(3) Tujuan pemberian insentif diKawasan Perkotaan Nunukan adalah:
a. menjaga dan melindungisub zona sempadan pantai;
b. mempromosikan kawasan yang akan dibangun dengan cepat pada
sektor industri perikanan dan kelautan kepada para investor sebagai
pusat industri pengolahan dan perikanan;
c. mendorong dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arahan
pemanfaatan ruang; dan
d. meningkatkan daya tarik pariwisata.
(4) Tujuan pemberian disinsentif di Kawasan Perkotaan Nunukanadalah:
a. membatasi pemanfaatan ruang yang merusak dan mencemari area
zona lindung;
b. menahan laju pencemaran dengan memelihara fungsi zona lindung dan
mencegah timbulnya kerusakan pada area konservasi; dan
c. menahan pertumbuhan pemanfaatan ruang disepanjang koridor jalan
dari dan menuju Bandar Udara Nunukan dan Pelabuhan Tunontaka.
(5) Peta lokasi dan jenis kegiatan yang berhak mendapatkan insentif dan
disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran
VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 1
Tata Cara Penyusunan Insentif dan Disinsentif

Pasal 24

(1) Penyusunan besaran insentif dan disinsentif dilakukan oleh OPD


Pemerintah Kabupaten.
(2) Besaran insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya mempertimbangkan:
a. ketersediaan sumber daya;
b. kapasitas kelembagaan;
c. kebutuhan penerima;
d. keberdayaan dan keberhasilgunaan; dan
e. kemitraan.
(3) Hasil perumusan besaran insentif dan disinsentif dibahas dalam rapat
TKPRD.
(4) Besaran insentif dan disinsentif ditetapkan dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 2
Tata Cara Pelaksanaan Insentif dan Disinsentif

Pasal 25

(1) Pelaksanaan pemberian insentif dan disinsentif meliputi:


a. pengusulan pemberian insentif dan disinsentif;
b. pembahasan usulan pemberian insentif dan disinsentif; dan
c. pengajuan rekomendasi pemberian insentif dan disinsentif.
(2) Pengusulan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diajukan oleh OPD Pemerintah Kabupaten atau
masyarakat kepada TKPRD.
(3) TKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan pembahasan
terhadap usulan pemberian insentif dan disinsentif yang diterima.
(4) Pembahasan usulan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)melalui rapat pleno pengkajian pemberian insentif
dan disinsentif berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
(5) Rapat pleno sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihadiri unsur TKPRD
Kabupaten/Kota dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten
Nunukan.
(6) Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menghasilkan
rekomendasi TKPRD pemberian insentif dan disinsentif.
(7) Pengajuan rekomendasi pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan kepada Bupati berdasarkan
rekomendasi TKPRD.

Bagian Kedua
Ketentuan Pelaksanaan Insentif

Paragraf 1
Bentuk dan Jenis Insentif

Pasal 26

(1) Bentuk insentif yang diatur dalam Peraturan Bupati ini terdiri atas insentif
nonfiskal.
(2) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. insentif kemudahan perizinan;
b. insentif imbalan;
c. insentif penyediaan prasarana dan sarana; dan
d. insentif promosi dan publikasi.

Paragraf 2
Kemudahan Perizinan

Pasal 27

(1) Insentif kemudahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat


(2) huruf b merupakan kemudahan pemberian izin pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pemanfaatan ruang prioritas yang mendukung upaya
perwujudan pemanfaatan ruang.
(2) Insentif kemudahan perizinan sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan
untuk mempercepat perwujudan ruang yang mendukung kegiatan ekonomi
serta pertahanan dan keamanan, khususnya pada kawasan yang belum
berkembang.
(3) Insentif kemudahan perizinan diberikan pada kegiatan dengan syarat:
a. kegiatan kawasan yang didorong perkembangannya.
b. kegiatan kawasan yang ditetapkan untuk pelaksanaan program
pembangunan nasional.
c. kegiatan kawasan yang menunjang pertahanan dan keamanan negara.
(4) Kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. pasar modern;
b. pasar tradisional;
c. penginapan hotel;
d. terminal;
e. bandar udara;
f. gedung parkir;
g. kantor militer;
h. helipad;
i. stasiun telekomunikasi satelit;
j. radar surveillance;
k. tempat pelelangan ikan;
l. industri kimia dasar;
m. industri mesin dan logam dasar;
n. industri kecil; dan
o. aneka industri.
(5) Insentifkemudahan perizinanberlaku pada:
a. sub zona perdagangan dan jasa (K);
b. sub zona sarana transportasi (SPU-2);
c. sub zona pertahanan dan keamanan (PL-7); dan
d. sub zona kawasan industri (KI).
(6) Insentif kemudahan perizinan di sub zona perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diberikan pada:
a. blok III.7; dan
b. blok III.8.
(7) Insentif kemudahan perizinan di sub zona transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b diberikan pada:
a. blok I.1; dan
b. blok I.2.
(8) Insentif kemudahan perizinan di sub zona pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c diberikan pada:
a. blok II.3; dan
b. blok III.8.
(9) Bentuk insentif kemudahan perizinandapat berupa :
a. Percepatan jangka waktu penyelesaian izin pemanfaatan ruang; dan
b. Pengurangan persyaratan izin pemanfaatan ruang.

Paragraf 3
Imbalan

Pasal 28

(1) Insentif imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf c
merupakan perangkat balas jasa yang diberikan kepada masyarakat atas
penyediaan fasilitas publik, dukungan program prioritas, dan/atau
pembangunan komponen guna lahan tertentu untuk mendukung
perwujudan pemanfaatan ruang.
(2) Insentif imbalan sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan untuk
mendorong peran masyarakat dalam menjaga dan menyediakan ruang
terbuka hijau sesuai dengan rencana tata ruang.
(3) Insentif imbalan diberikan pada kegiatan dengan syarat merupakan
kegiatan yang berkontribusi pada penyediaan RTH publik.
(4) Kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. hutan kota;
b. taman kota; dan
c. taman RW.
(5) Insentif imbalan berlaku padazona ruang terbuka hijau (RTH).
(6) Insentif imbalan di zona ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diberikan pada:
a. blok I.3; dan
b. blok III.2.
(7) Bentuk insentif imbalan dapat berupa:
a. peningkatan intensitas pemanfaatan ruang;
b. program peningkatan kapasitas;
c. pemberian barang kebutuhan;
d. penyediaan sarana dan prasarana;
e. kemudahan perolehan hak atas tanah; dan/atau
f. uang.

Paragraf 4
Penyediaan Prasarana dan Sarana

Pasal 29

(1) Insentif penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam


pasal 26 ayat (2) huruf d merupakan bantuan pembangunan prasarana
dan sarana untuk mendorong pengembangan kawasan.
(2) Insentif penyediaan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) betujuan untuk mempercepat perwujudan sarana dan prasarana
dalam kawasan yang mendukung kegiatan ekonomi serta pertahanan dan
keamanan.
(3) Insentif penyediaan prasarana dan sarana diberikan pada kegiatan dengan
syarat:
a. kegiatan yang mendukung kekuatan pertahanan keamanan di kawasan
perbatasan negara;
b. kegiatan yang mendukung pariwisata;
c. kegiatan yang mendukung kawasan perindustrian; dan
d. kegiatan yang mendukung penguatan struktur ruang dalam mendorong
perwujudan pola ruang yang sesuai.
(4) Kegiatanpemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. terminal;
b. dermaga;
c. pelabuhan;
d. bandar udara;
e. lapangan parkir umum;
f. kantor militer;
g. menara pandang;
h. stasiun telekomunikasi satelit;
i. radar surveilance;
j. gudang amunisi;
k. gudang logistik;
l. garasi militer;
m. penginapan hotel;
n. restoran, pusat jajan, jasa boga, bakeri;
o. resort;
p. taman hiburan rakyat;
q. industri kimia dasar;
r. industri mesin dan logam dasar;
s. industri kecil; dan
t. aneka industri.
(5) Insentif penyediaan prasarana dan sarana berlaku pada:
a. sub zona pertahanan dan keamanan (PL-7);
b. sub zona pariwisata (PL-13); dan
c. sub zona kawasan industri (KI).
(6) Insentif penyediaan prasarana dan saranadi sub zona pertahanan dan
keamanan (PL-7) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diberikan
pada:
a. blok II.3; dan
b. blok III.8.
(7) Insentif penyediaan prasarana dan sarana di sub zona pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b diberikan pada blok III.1.
(8) Insentifpenyediaan prasarana dan sarana di sub zona kawasan industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c diberikan pada blok IV.4
(9) Bentuk insentif penyediaan sarana dan prasarana dapat berupa:
a. sistem jaringan prasarana;
b. fasilitas umum;
c. fasilitas sosial; dan
d. prasarana dan sarana lain yang dibutuhkan.

Paragraf 5
Promosi dan Publikasi

Pasal 30

(1) Insentif promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 26ayat
(2) huruf g merupakan perangkat balas jasa yang diberikan kepada
masyarakat atas penyediaan fasilitas publik, dukungan program prioritas,
dan/atau pembangunan komponen guna lahan tertentu untuk
mendukung perwujudan RTR.
(2) Insentif promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan
untuk mendorong perwujudan RTR melalui publikasi yang dapat menarik
investasi di sub zona kawasan industri.
(3) Insentifpromosi dan publikasi diberikan pada kegiatan dengan syarat:
a. kegiatan yang mendorong hasil dari pengolahan industri; dan
b. kegiatan yang mendorong kemajuan ekonomi daerah.
(4) Kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. pasar tradisional;
b. pusat perbelanjaan/mall/plaza
c. tempat pelelangan ikan;
d. industri kimia dasar;
e. industri mesin dan logam dasar;
f. industri kecil; dan
g. aneka industri.
(5) Insentif promosi dan publikasi berlaku pada:
a. sub zona perdagangan dan jasa (K); dan
b. sub zona kawasan industri (KI).
(6) Insentif promosi dan publikasi di sub zona perdagangan dan jasa (K)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diberikan pada:
a. blok III.5;
b. blok III.6; dan
c. blok III.7.
(7) Insentifpromosi dan publikasi di sub zona kawasan industri (KI)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b diberikan pada blok IV.4.
(8) Bentuk insentif promosi dan publikasi dapat berupa:
a. Media cetak;
b. Media elektronik; dan
c. Media lainnya.

Bagian Ketiga
Ketentuan pelaksanaan Disinsentif

Paragraf 1
Bentuk dan Jenis Disinsentif

Pasal 31

(1) Disinsentif yang diatur dalam Peraturan Bupati ini terdiri atas disinsentif
nonfiskal.
(2) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas
kewajiban membayar kompensasi (D1).

Paragraf 2
Kewajiban Membayar Kompensasi

Pasal 32

(1) Disinsentif kewajiban membayar kompensasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan kewajiban pelaku kegiatan untuk
membayar ganti kerugian terhadap pihak-pihak yang dirugikan akibat
dampak negatif pemanfaatan ruang.
(2) Disinsentif kewajiban membayar kompensasisebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untukmengantisipasi kerusakan dan/atau degradasi
lingkungan serta dampak negatif lainnya dari pemanfaatan ruang di
Kawasan Perkotaan Nunukan.
(3) Disinsentif membayar kompensasidiberikan pada kegiatan dengan syarat:
a. kegiatan pemanfaatan ruang yang menimbulkan kerusakan pada
lingkungan di Kawasan Perkotaan Nunukan; dan
b. kegiatan pemanfaatan ruang yang menghambat akses pedestrian.
(4) Kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. lapangan parkir umum;
b. tempat parkir;
c. APMS, SPBU dan/atau SPBG;
d. penginapan hotel;
e. penginapan losmen;
f. aneka industri;
g. industri kecil;
h. pusat transmisi/ pemancar telekomunikasi;
i. instalasi pengolahan air limbah/ kotor;
j. pelabuhan; dan
k. dermaga.
l. taman hiburan rakyat
m. pasar tradisional
n. pasar lingkungan
(5) Disinsentif membayar kompensasiberlaku pada berlaku pada:
a. sub zona sempadan pantai (SP);
b. sub zona taman kota (RTH-2);
c. sub zona taman (RTH-3); dan
d. sub zona perumahan kepadatan tinggi (R-2).
(6) Disinsentif kompensasi di sub zona sempadan pantai (SP)sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf a diberikan pada blok III.1, blokIII.4dan
blokIII.5
(7) Disinsentif kompensasi di sub zona taman kota (RTH-2) sebagaimana
dimaksud pada ayat 4 huruf b diberikan pada blok III.1,blok III.3,blok III.4
dan blokIII.5.
(8) Disinsentif kompensasi di sub zona taman sebagaimana dimaksud pada
ayat 4 huruf c diberikan pada blok III.3,blok III.4 dan blokIII.5.
(9) Disinsentif kompensasi di zona perumahan kepadatan tinggi (R-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf d diberikan pada blok III.1,blok
III.3,blok III.4,blokIII.5 dan blokIII.8.
(10) Bentuk disinsentif membayar kompensasi dapat berupa:
a. uang;
b. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang; dan/atau
c. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
(11) Bentuk besaran dan mekanisme kewajiban membayar kompensasi diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IV
PERIZINAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 33

(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c harus


mendapatkan rekomendasi izin dari Pemerintah Daerah
(2) Izin dapat diterbitkan berdasarkan peraturan Bupati ini selama tidak
bertentangan dengan Perda RTRW Kabupaten Nunukan;
(3) Tujuan pengaturan izin pemanfaatan ruang untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
(4) Izin pemanfaatan ruang yang diatur dalam Peraturan Bupati ini,
terdiriatas:
a. izin lokasi;
b. izin lingkungan; dan
c. izin mendirikan bangunan.
(5) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a merupakan izin
yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memperoleh tanah yang
diperlukan untuk usaha dan/atau kegiatannya dan berlaku pula sebagai
izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut untuk
keperluan usaha dan/atau kegiatannya.
(6) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan
Izin yang diberikan kepada pelaku usaha yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan; dan
(7) Izin mendirikan bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c merupakan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis
yang berlaku.
(8) Ketentuan lebih lanjut terkait persyaratan perizinan diatur dalam
peraturan tersendiri.
Bagian Kedua
Izin Lokasi
Pasal 34

Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (4) huruf a diberikan
kepada setiap kegiatan pemanfaatan ruang dengan memperhatikan:

a. peruntukan ruang dan lokasi pemanfaatan ruang dalam Ketentuan zonasi;


dan
b. ketersediaan tanah dalam pertimbangan teknis pertanahan.
Pasal 35

Penilaian kesesuaian lokasi dan kegiatan yang dimohonkan dengan Zonasi


ruang dan Persyaratan pemanfaatan ruang dilakukan denganketentuan:

a. Melakukan pertampalan antara peta atau sketsa permohonan Izin Lokasi


yang telah dilengkapi dengan koordinat terhadap zonasi ruang;
b. Dalam hal lokasi dan kegiatan yang dimohonkan sesuai dengan lokasi dan
kegiatan pada zonasi ruang, Izin Lokasi dapat diberikan;
c. Dalam hal lokasi dan kegiatan yang dimohonkan tidak sesuai dengan
lokasi dan kegiatan pada zonasi ruang, dilanjutkan dengan melihat
kesesuaian berdasarkan muatan Persyaratan pemanfaatan ruang pada
bagian ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
d. Dalam hal kegiatan yang dimohonkan termasuk dalam klasifikasi kegiatan
pemanfaatan bersyarat secara terbatas, Izin Lokasi dapat diberikan
dengan persyaratan kegiatan dan penggunaan lahan dibatasi;
e. Dalam hal kegiatan yang dimohonkan termasuk dalam klasifikasi kegiatan
pemanfaatan bersyarat tertentu, Izin Lokasi dapat diberikan dengan
persyaratan kegiatan dan penggunaan lahan harus memenuhi persyaratan
tertentu; dan
f. Dalam hal kegiatan yang dimohonkan termasuk dalam klasifikasi kegiatan
yang tidak diperbolehkan, Izin Lokasi tidak dapat diberikan.

Bagian Ketiga
Izin Lingkungan
Pasal 36

Izin lingkungan sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat (3) huruf b diberikan


kepada pelaku usaha yang usaha dan/atau kegiatannya diwajibkan memilik
amdal atau UKL-UPL.

Pasal 37

Penilaian kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan dengan Zonasi ruang


dan Persyaratan pemanfaatan ruang dilakukan dengan ketentuan:

a. melakukan overlay antara peta atau sketsa permohonan Izin Lingkungan


yang telah dilengkapi dengan koordinat dengan zonasi ruang;
b. dalam hal lokasi usaha dan/atau kegiatan yang dimohonkan sesuai
dengan lokasi dan kegiatan pada zonasi ruang, rekomendasi kesesuaian
lokasi usaha dan/atau kegiatan dapat diberikan;
c. dalam hal lokasi usaha dan/atau kegiatan yang dimohonkan tidak sesuai
dengan lokasi dan kegiatan pada zonasi ruang, dilanjutkan dengan
melihat muatan Persyaratan pemanfaatan ruang pada bagian ketentuan
kegiatan dan penggunaan lahan;
d. dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang dimohonkan termasuk dalam
klasifikasi kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, rekomendasi
kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan dapat diberikan dengan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan; dan
e. dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan yang tidak diperbolehkan, rekomendasi kesesuaian
lokasi usaha dan/atau kegiatan tidak dapat diberikan.

Bagian Keempat
Izin Mendirikan Bangunan

Pasal 38

(1) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


ayat (4) huruf c diberikan untuk melakukan kegiatan pembangunan fisik
bangunan yangdiberikan kepada orang atau badan yang akan melakukan
mendirikanbangunan.
(2) IMB diberikan berdasarkan hasil kesesuaian lokasi dan penggunaan lahan
yang dimohonkan dengan Zonasi ruang dan Persyaratan pemanfaatan
ruang.
(3) Kesesuaian lokasi dilakukan dengan melakukan pertampalan peta atau
sketsa lokasi permohonan IMB dengan Zonasi ruang dan Persyaratan
pemanfaatan ruang.
(4) Kesesuaian ketentuan Persyaratan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan:
a. kegiatan dan penggunaan lahan;
b. intensitas pemanfaatan ruang;
c. tata bangunan;
d. prasarana dan sarana minimal; dan
e. ketentuan khusus.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimuat dalam Surat
Keterangan Rencana Kota (SKRK) sebagai syarat penerbitan IMB.

Bagian Kelima
Mekanisme Perizinan
Pasal 39
(1) Penilaian kesesuaian lokasi dan kegiatan dengan Ketentuan zonasi
dituangkan dalam bentuk rekomendasi teknis.
(2) Rekomendasi teknis menjadi dasar dalam pemberian persetujuan
perizinan oleh kepala Perangkat Daerah yang membidangi penanaman
modal dan perizinan terpadu satu pintu.
(3) Dalam hal Perangkat Daerah yang membidangi penataan ruang tidak
dapat memberikan penilaian kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan
dengan Ketentuan zonasi, maka penilaian tersebut dilakukan melalui
forum TKPRD.

Bagian Keenam
Pertimbangan TKPRD

Pasal 40

(1) Pertimbangan TKPRD diberikan untuk izin pemanfaatan ruang, meliputi:


a. Penggunaan TPZ;
b. kegiatan pemanfaatan ruang yang belum diatur dalam Ketentuan
zonasi;
c. pemanfaatan ruang dibawah, diatas prasarana dan/atau RTH;
d. pemanfaatan ruang diatas permukaan air dan sempadan sungai;
e. penetapan insentif dan disinsentif;
f. penataan kegiatan dalam pemanfaatan ruang; dan
g. izin lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Ketua TKPRD menerbitkan surat pertimbangan pemanfaatan ruang dan
penetapan kewajiban sebagai dasar untuk mendapatkan persetujuan
Bupati.
(3) Persetujuan Bupati mengenai pemanfaatan ruang dan penetapan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh TKPRD
kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu untuk
selanjutnya diterbitkan izin pemanfaatan ruang.
(4) Apabila berdasarkan hasil pertimbangan TKPRD tidak dapat diterima,
Ketua TKPRD mengeluarkan surat penolakan disertai alasannya, untuk
disampaikan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu.
BAB V
PENGENAAN SANKSI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41

(1) Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan


terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Peraturan Bupati
ini.
(2) Indikasi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dapat diketahui melalui:
a. laporan masyarakat; atau
b. temuan oleh petugas.
(3) Laporan masyarakat atau temuan oleh petugas ditindaklanjuti dengan
evaluasi terhadap dugaan pelanggaran di bidang penataan ruang.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam rangka:
a. menganalisis penyebab terjadinya dugaan pelanggaran di bidang
penataan ruang yang timbul;
b. memperkirakan besaran dampak atau kerugian akibat dugaan
pelanggaran di bidang penataan ruang yang timbul; dan
c. menganalisis merumuskan tindakan dan langkah tindak lanjut yang
diperlukan dalam pengenaan/penerapan sanksi apabila pelanggaran di
bidang penataan ruang dugaan pelanggaran di bidang penataan ruang
memenuhi unsur pelanggaran di bidang penataan ruang.
(5) Evaluasi yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menghasilkan Berita Acara hasil evaluasi untuk dilampirkan dalam surat
peringatan.
(6) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sanksi
administratif.
(7) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

Bagian kedua
Sanksi Administratif

Pasal 42

Sanksi administratif dapat berupa:


a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan
i. denda administratif.
Pasal 43

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 huruf a


dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang.
(2) Surat peringatan tertulis memuat:
a. peringatan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang beserta
bentuk pelanggarannya;
b. peringatan untuk segera melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang;
dan
c. batas waktu maksimum yang diberikan melakukan penyesuaian
pemanfaatan ruang.
(3) Surat peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dengan
jangka waktu penerbitan masing-masing paling lama 7 (tujuh) hari
kalender/7 (tujuh) hari kerja.
(4) Pengenaan sanksi peringatan tertulis dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pelanggar mengabaikan peringatan pertama, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan pertama;
b. pelanggar mengabaikan peringatan kedua, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan pertama dan kedua;
c. pelanggar mengabaikan peringatan pertama, peringatan kedua, dan
peringatan ketiga, pejabat yang berwenang melakukan penerbitan surat
keputusan pengenaan sanksi yang dapat berupa penghentian sementara
kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi,
pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan, pemulihan
fungsi ruang, dan/atau denda administratif;
d. surat peringatan tertulis ketiga dapat disertai dengan pemasangan
papan/stiker/spanduk peringatan; dan
e. pemasangan papan/stiker/spanduk peringatan sebagaimana dimaksud
pada huruf d dilakukan sampai dengan orang yang melakukan
pelanggaran memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan kegiatan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan ruang.

Pasal 44

(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42


huruf b dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan Surat Peringatan Tertulis;
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf
a diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Keputusan
Penghentian Sementara Kegiatan pemanfaatan ruang dan/atau surat
penyegelan;
c. dalam hal pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan Surat Keputusan Penghentian Sementara Secara Paksa
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
d. berdasarkan Surat Keputusan Penghentian Sementara Secara Paksa,
pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar bahwa
akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang
secara paksa; dan
f. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang
yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan
ruang.
(2) Surat keputusan penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b memuat:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang
beserta bentuk pelanggarannya;
b. peringatan kepada pelanggar untuk menghentikan kegiatan sementara
sampai dengan pelanggar memenuhi kewajiban untuk mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka penyesuaian
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang;
c. batas waktu maksimum yang diberikan kepada pelanggar dengan
kesadaran sendiri melakukan penghentian sementara kegiatan dan
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya penghentian kegiatan sementara
secara paksa apabila pelanggar mengabaikan surat keputusan.

Pasal 45

(1) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 42 huruf c dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang dengan menerbitan Surat Peringatan Tertulis;
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf
a diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Keputusan
Penghentian Sementara Pelayanan Umum;
c. berdasarkan Surat Keputusan Penghentian Sementara Pelayanan
Umum, pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada
penyedia jasa pelayanan umum untuk menghentikan sementara
pelayanan kepada orang yang melakukan pelanggaran, disertai
penjelasan secukupnya;
d. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
e. setelah pelayanan umum dihentikan kepada orang yang melakukan
pelanggaran, perangkat daerah bidang penataan ruang melakukan
pengawasan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum
kepada orang yang melakukan pelanggaran tersebut sampai dengan
terpenuhinya kewajiban.
(2) Surat keputusan penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang
beserta bentuk pelanggarannya;
b. rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;
c. peringatan kepada pelanggar untuk mengambil tindakan- tindakan yang
diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang;
d. batas waktu maksimum yang diberikan kepada pelanggar dengan
kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
e. konsekuensi akan dilakukannya penghentian sementara pelayanan
umum apabila pelanggar mengabaikan surat keputusan.

Pasal 46

(1) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf d


dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan Surat Peringatan Tertulis.
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan Surat
Keputusan Penutupan Lokasi;
c. berdasarkan Surat Keputusan Penutupan Lokasi, pejabat yang
berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai penutupan
lokasi yang akan segera dilaksanakan;
d. pejabat yang berwenang melakukan penertiban melakukan penutupan
lokasi secara paksa; dan
e. setelah penutupan lokasi dilakukan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak
dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata
ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang.
(2) Surat Pemberitahuan Penutupan Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b memuat:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang
beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara
evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk mengambil tindakan- tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatanruang;
c. batas waktu maksimum yang diberikan kepada pelanggar untuk
dengan kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan
ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya penutupan lokasi secara paksa
apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.
Pasal 47

(1) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e dilakukan


melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan Surat Peringatan Tertulis;
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan Surat
Keputusan Pencabutan Izin;
c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada orang yang
melakukan pelanggaran mengenai status izin yang telah dicabut
sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dicabut izinnya;
d. pejabat yang berwenang mengajukan permohonan pencabutan izin
kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pencabutan izin;
e. penerbitan keputusan pencabutan izin oleh pejabat yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
f. pemberitahuan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang
telah dicabut sekaligus perintah untuk secara permanen
menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah dicabut
izinnya;
g. dalam hal pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan ruang maka pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban sesuai dengan ketetentuan peraturan
perundang-undangan; dan
h. dalam melakukan tindakan penertiban sebagaimana dimaksud pada
huruf g perangkat daerah bidang penataan ruang dapat meminta
bantuan Satpol PP.
(2) Surat Keputusan Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan dalam bentuk surat oleh pejabat yang berwenang memuat:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang
beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara
evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadarannya sendiri
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang;
c. batas waktu maksimum yang diberikan kepada pelanggar untuk
dengan kesadaran sendiri melakukan penyesuaian pemanfaatan
ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya pencabutan izin apabila pelanggar
mengabaikan surat peringatan.

Pasal 48

(1) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf f dilakukan


melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan Surat Peringatan Tertulis;
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, kepala perangkat daerah yang membidangi
penataan ruang memberikan rekomendasi kepada gubernur atau
bupati/walikota untuk menerbitkan Surat Keputusan Pembatalan
Izin;
c. pemberitahuan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal
rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil
langkah-langkah diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang
diakibatkan oleh pembatalan izin;
d. penerbitan Surat Keputusan Pembatalan Izin oleh pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
dan
e. Berdasarkan Surat Keputusan Pembatalan izin, pejabat yang
berwenang memberitahukan kepada orang yang melakukan
pelanggaran mengenai status izin yang telah dibatalkan sekaligus
perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang yang telah
dibatalkan izinnya.
(3) Surat Keputusan Pembatalan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d memuat:
a. dasar pengenaan sanksi;
b. hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pemanfaat ruang hingga
pembatalan izin dinyatakan secara resmi oleh pejabat yang berwenang
melakukan pembatalan izin; dan
c. hak pemegang izin untuk mengajukan penggantian yang layak atas
pembatalan izin, sejauh dapat membuktikan bahwa izin yang
dibatalkan telah diperoleh dengan itikad baik.

Pasal 49

(1) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 huruf g


dilakukan melalui tahapan:
a. kepala perangkat daerah bidang penataan ruang menerbitkan surat
peringatan tertulis.
b. apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya surat
peringatan sebagaimana dimaksud pada huruf a diabaikan, kepala
perangkat daerah bidang penataan ruang menerbitkan surat
keputusan pembongkaran bangunan.
c. berdasarkan surat keputusan pembongkaran bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, perangkat daerah bidang penataan ruang
melakukan tindakan penertiban sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
d. dalam melakukan tindakan penertiban sebagaimana dimaksud pada
huruf c, perangkat daerah bidang penataan ruang dapat meminta
bantuan Satpol PP.
Pasal 50

(1) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 huruf h


dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan Surat Peringatan Tertulis;
b. dalam hal Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud pada
huruf a diabaikan, kepala perangkat daerah bidang penataan ruang
menerbitkan Surat Keputusan Pemulihan Fungsi Ruang;
c. berdasarkan Surat Keputusan Pemulihan Fungsi Ruang sebagaimana
dimaksud pada huruf b, pejabat yang berwenang memberitahukan
kepada orang yang melakukan pelanggaran mengenai ketentuan
pemulihan fungsi ruang dan cara pemulihan fungsi ruang yang harus
dilakukan dalam jangka waktu tertentu;
d. dalam hal pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan tindakan pemulihan
fungsi ruang secara paksa;
e. Pejabat yang berwenang melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan pemulihan fungsi ruang; dan
f. dalam hal orang yang melakukan pelanggaran dinilai tidak mampu
membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah daerah
dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan fungsi ruang
dilakukan oleh pemerintah daerah atas beban orang yang melakukan
pelanggaran tersebut di kemudian hari.
(2) Surat Keputusan Pemulihan Fungsi Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d memuat:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran pemanfaatan ruang
beserta bentuk pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita acara
evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri
pemulihan fungsi ruang agar sesuai dengan ketentuan pemulihan
fungsi ruang yang telah ditetapkan;
c. batas waktu maksimum yang diberikan kepada pelanggar untuk
dengan kesadaran sendiri melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
d. konsekuensi yang diterima pelanggar apabila mengabaikan surat
peringatan.

Pasal 51

Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif diatur lebih lanjut


melalui Peraturan Bupati dengan mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VI
PERAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 52

Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan


melalui:
a. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan;
b. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalamhal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang rencana rinci tata ruang; dan
c. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yangberwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai tata ruang.
Pasal 53

Pelaksanaan tata cara peran Masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan


ruang Kawasan Perkotaan Nunukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 54

(1) Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, izin pemanfaatan ruang
yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Bupati ini
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Apabila dalam peraturan Bupati ini terdapat hal yang bertentangan
dengan RTRW atau peraturan perundang-undangan lainnya, ketentuan
mengacu pada pola ruang RTRW atau peraturan perundang-undangan
diatasnya.
(3) Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, bagi pemohon yang masih
dalam proses pembangunan akan tetapi masih dalam proses mengajukan
izin dan permohonan informasi dan/atau rekomendasi tata rung, maka
wajib untuk menyesuaikan dengan isi informasi dan/atau rekomendasi
tata ruangnya yang berdasarkan pada ketentuan Ketentuan zonasi dan
pertimbangan lingkungannya.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 55

Peraturan Bupati ini mulai berkalu pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nunukan.

Ditetapkan di Nunukan
pada tanggal 17 September 2020

BUPATI NUNUKAN

Tt ttd

ASMIN LAURA HAFID

Diundangkan di Nunukan
pada tanggal 17 September 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

ttd

SERFIANUS
BERITA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2020 NOMOR 32
LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI NUNUKAN
NOMOR 32 TAHUN 2020
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN PERKOTAAN NUNUKAN

BUPATI NUNUKAN,

ttd

ASMIN LAURA HAFID


LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI NUNUKAN
NOMOR 32 TAHUN 2020
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERKOTAAN NUNUKAN

Kawasan Lindung Kawasan Budidaya


Perda
ZONA Wilayah Kons Perka
Ruang ganga Sarana pelayanan
Perlindunga erva Perumahan ntora Peruntukan lainnya Industri
Terbuka Hijau n dan Umum
n Setempat si n
Jasa
Sempadan danau/waduk/embung

Sentra Industri Kecil Menengah


Cagar Alam dan Suaka Alam

Pertahanan Keamanan

Penyediaan Air Minum


Perdagangan dan Jasa
Kepadatan Rendah
Kepadatan Sedang
Sempadan Sungai

Kawasan Industri
Sempadan Pantai

Kepadatan Tinggi

Transportasi
Perkantoran
Pemakaman
Taman Kota

Peribadatan
Hutan Kota

Pendidikan

Kesehatan

Pariwisata
Perikanan
Pertanian
Olahraga

PLTMG
Taman

SUBZONA

R R R R S P
T T T T SP P SP L-
KEGIATAN
D H- H- H- H- U- U U- SPU SPU PL- 1 SIK
SP SS W 1 2 3 7 KS-1 R-2 R-3 R-4 K KT 1 -2 3 -4 -6 PT PI PL-7 11 PL-13 4 M KI
Perumaha
n
T
Rumah T 1,
X X X X X X X X I I I I I X X T3 T3 T3 T3 T1 X T1 T3
Tunggal 3 T
3 T3
Rumah
X X X X X X X X I I I I X X X X T3 T3 X X T1 X X X T3
Kopel X
Rumah
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X T1 X X X T3
Deret X
Townhouse X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X T3 X
Rusun
Rendah B1,B
X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X
(maks 4 2
lantai) T3
Rusun
B1,B
Sedang (5- X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X
2
8 lantai) X
Rusun
Tinggi B1,B
X X X X X X X X I T3 X X X X X X X X X X X X X X
(Apartemen 2
) X
Asrama X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X I X X X T3 T3
T
1,
Wisma X X X X X X X X I I X I X X X X X X X X T1 X X X
T
3 X
Rumah
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X
Kost X
Panti
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X
jompo X
Panti
asuhan
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X
dan Yatim
Piatu x
Guest
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X I X X X X
House x
Apartemen B1,B
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X I X X X X
Rakyat 2 x
T3 T3
Rumah T
X X X X X X X X I I I I I , , T3 T3 X X I X X X T3
Dinas 3
B1 B1 T3
Pusat
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X T2 X X X X
Rehabilitasi X
Rumah
X X X X X X X X I I I X I X X X X I X X X X I X X X
adat
Perdagang
an dan
Jasa
T1 T1
Warung X X X X X X X T1 I I I I ,T I ,T I I X x I X X X T1
x 3 3 T1
Toko X x x X X X X X T1,T3 T1,T3 I I I X I X I I X x X X X X T1 T1
Ruko X x x X X X X X T1,T3 T1,T3 I I I X T X I X X T1 X X X X T1 T1
3 ,
B1
,
B2
T2,T3 T2,T3
Pasar
X x x X X X X X ,B1,B ,B1,B X I X X X X X X X X X X X X X
Tradisional
2 2 X
T
3,
Pasar
T1,T2 T1,T2 B
Lingkunga X x x X X X X X I I X X X X X X X X X X X X
,B1 ,B1 1,
n
B
2 X
Penyaluran
X x x X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X
Grosir X
Pusat
Perbelanjaa
X x x X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X
n/Mall/Pla
za X
T
Pasar 1, T1,
X x x X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X
Modern T T3
3 X
Supermark T T1,
X x x X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X
et 2 T3 X
T
PKL X x x X X X X X X X T1 T1 X X X T2 X X X X X X X X
2 X
Jasa
X x x X X X X X I I I I I X X X X X X X X X X X I
Bangunan I
Lembaga
X x x X X X X X I I I I I I I I I X X X I X X X I I
Keuangan
Jasa
Komunikas X x x X X X X X I I I I I X I X X X X X I X X X I
i I

Perawatan/
perbaikan/
X X X X X X X X I I I I I X I X X X X X X X X X T1
renovasi
barang
T1
Bengkel X X X X X X X X I I I I I X I X X X X X X X X X T1 T1
APMS, T1, T
SPBU T3, T1,B 3,
X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X T3
dan/atau B1, 1,B2 B
SPBG B2 1, T3
B
2
Kantin X X X X X X X X X X X I I I I I I I X X T1 X X X I I
Travel dan
Pengiriman X X X X X X X X I I I I X X I I I X X X X X X X T1
Barang T1
Pemasaran T1,
X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X
properti T3 X
Warnet dan
Game X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X
Center X
T1, T1,T3
Penginapan
X X X X X X X X B1, X X I I X X X X X X X X X ,B1, X X
Hotel
B2 B2 X
T1, T1,T3
Penginapan
X X X X X X X X B1, B1 X I I X X X X X X X X X ,B1, X X
Losmen
B2 B2 X
Pangkas
Rambut/Sa
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X I
lon/Salon
Kecantikan X
Laundry X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X X
Tukang
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X X
Jahit X
Penitipan
X X X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X
Hewan X
Penitipan
X X X X X X X X I I I I X I X I I I X X X X X X I
Anak X
T
Pencucian T1,
1,
Mobil/Moto X X X X X X X X B1, B1 X I I X X X X X X X X X X I
T
r B2
3 T1
Perkantora
n/ bisnis T3,
X X X X X X X X X X X I I X I X X X X X X X X I
Profesional B2
lainnya T3
Ruang
Penyimpan
X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X I
an (barang
jadi) I
Pusat
Olahraga
dan X X X X X X X X T1 X X I I X X X I X X X X X X X T1
Kesehatan
Jasmani T1
Bola
Gelinding/ X X X X X X X X X X X I X X X X I X X X X X X X T1
Bola Sodok T1
Panti
Mandi Uap,
X X X X X X X X T1 X X I I X X X X X X X X X I X T1
Griya
Pijat/Spa T1
Musik
Hidup/Kar X X X X X X X X X X X I I X X X X X X X X X I X T1
aoke T1
Restoran,
Pusat
Jajan, Jasa X X X X X X X X X X X I I X X X X X X X X X I X T1
Boga,
Bakeri T1
Kolam T1,
Pemancing I I X X X X X X X X I X X X X X X X I X X B1, X X
an I B2 X
T1,
Bioskop X X X X X X X X B1, X X I I X X X X X X X X X X X X X
B2
T1,
Teater X X X X X X X X B1, I I I I X X X X X X X X X X X X
B2 X
Taman
X X X X X X X X I I I X X X X X I X X X X X I X X
hiburan X
Taman
Perkemaha X X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X
n X
Resort X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X I X X X
Klab
T1,T
malam/Dis X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X I X I
2
kotek/Bar I
Jasa
X X X X X X X X I I I I X X X X X X X X X X X X I
Percetakan I
Pemerinta
han
Kantor
T1 T1
pemerintah T T1,
X X X X X X X X I T3 T3 I I , , X X X I X X X I I
pusat/nasi 1 B2
B2 B2
onal
Kantor T1 T1
T T1,
kota/kabu X X X X X X I X I T3 T3 I I , , X X X I X X X I I
1 B2
paten B2 B2
Kantor
X X X X X X X X I T3 T3 I I X X X X X X X I X X X X X
Kecamatan
Kantor
Kelurahan/ X X X X X X X X I T3 T3 I I X X X X X X X I X X X X X
Desa
Pertahana
n dan
Keamanan
Kantor
X X X X X X X X I I I I I I X I I X X X I X X X I I
Polisi
Helipad X X X I I I I X X X X X I I I I I X I X I I I X I I
Kantor T3,
X X X X X X X X X X X X I X X X X X X X I X X X X
Militer B2
Menara T T T T T T
T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 I T3 T3 X X T3
Pandang 3 3 3 3 3 3
Stasiun T1
T1, T1,
Telekomuni I X I X X X X I I X X T1 X X X X X X X I , X X X
B1 B2
kasi Satelit B2
T1, T1,
Radar I X I I I X X I X X T1 X T1 X X X X X X X I T1 X X B1, B1,
B2 B2
T1
Gudang T1,
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I , X X X
Amunisi B2
B2
T1, T1,
T1
Gudang T3, T3,
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I , X X
Logistik B1, B1,
B2
B2 B2
T1
Garasi T1,
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I , X X X
Militer B2
B2
Bengkel T3, T3,
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I X X X
Militer B2 B2
Instalasi
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I T1 X X X X
Latpur
Bunker X X X X X X X X B1 B1 B1 B1 B1 X X X X X B1 X I T1 X X X X
Fasilitas
Pendidika
n
Kelompok
T1, T1, T1,
Bermain,
X X X X X X X X T1 T2, T2, T1 T1 I X I I T3, X X X X X X X X
PAUD dan
T3 T3 B1
TK
T1, T1, T1,
SD/sederaj
X X X X X X X X T1 T2, T2, T1 T1 I X I I T3, X X X X X X X X
at
T3 T3 B1
SLTP/seder T2, T2, T
X X X X X X X X T1 T1 T1 I I I X X X X X X X X X
ajat T3 T3 1
SMU/seder T2, T2, T
X X X X X X X X T1 T1 T1 I I I X X X X X X X X X
ajat T3 T3 1
Pondok T2, T2,
X X X X X X X X T1 T1 T1 I I I I X X X X X X X X X
pesantren T3 T3
Perguruan
X X X X X X X X X X X T1 T1 I X X X X X X X X X X X X
tinggi
Perpustaka
X X X X X X X X I I I I T1 I X I I I X X I X X X X X
an
Pusat Riset
dan
X X X X X X X I X X X X I I X X X X X X I X X X I I
Pengemban
gan IPTEK
Pusat
pendidikan
X X X X X X X X I I I X X I X X X X X X I X X X X I
dan
pelatihan
Tempat
Bimbingan
T1,T2,
Belajar, X X X X X X X X I I I I X I X X I I X X X X X I X
T3,
Kursus dan
Pelatihan
Sanggar
T3, T3,
Seni/Gedu T1,T2,
X X X X X X X X T1 B1, B1, I X I X X X X X X X X X X X
ng Olah T3,
B2 B2
Seni
T3,
Museum X X X X X X X X X X B1, X T1 T3 X X T3 X X X X X X X X X
B2
Fasilitas
Kesehatan
T1
,
RS Umum
X X X X X X X X X X X X T1 B1 X I X X X X X X X X X X
Kelas A
,
B2
T1
,
RS Umum
X X X X X X X X X X X X T1 B1 X I X X X X X X X X X X
Kelas B
,
B2
T1
,
RS Umum
X X X X X X X X X X X X T1 B1 X I X X X X X X X X T3 X
Kelas C
,
B2
T1
T1, T1,
,
RS Umum T3, T3,
X X X X X X X X X X T1 B1 X I X X X X X X X X T3 X
Kelas D B1, B1,
,
B2 B2
B2
Laboratoriu
X X X X X X X X I X X T1 I X I I X X X X X X X I I
m T1
Klinik
X X X X X X X X X T1 I T1 T1, X X I X X X X X X X X I I
Rontgent
Puskesmas X X X X X X X X T1 T1 T1 T1 T1 X I X X X X X X X X I I
T1
Puskesmas
X X X X X X X X X T1 T1 X T1 X I X X X X X X X X I I
Pembantu T1
Dokter
X X X X X X X X T1 I I T1 T1 X I I X X X X X X X I I
umum T1
Dokter
X X X X X X X X T1 I I T1 T1 X I X X X X X X X X I I
spesialis T1
Praktek
X X X X X X X X I I I T1 T1 X I X X X X X X X X I I
Bidan T1
Klinik X X X X X X X X T1 T1 I I T1, X I X X X X X X X X I I
T1
Apotek/Tok
o
Obat/Toko X X X X X X X X T1 T1 I I T1 X I I X X X X X X X X I I
Alat
Kesehatan
Dokter
X X X X X X X X T1 T1 I T1 T1 X X I X X X X X X X X I I
Hewan
Fasilitas
Peribadata
n
Masjid I X X I I I I X I T3 I I I I X I I I X X X X T1,T3 X T1 T1
Musholla I X X I I I I X I I I I I I I I I I X I I X T1,T3 I I I
Gereja I X X I I I I X I T3 I I I I X I I I X X X X T1,T3 X T1 T1
Pura I X X I I I I X I T3 I I I I X I X I X X X X T1,T3 X T1 T1
Kelenteng I X X I I I I X I T3 I I I I X I X I X X X X T1,T3 X T1 T1
Vihara I X X I I I I X I T3 I I I I X I X I X X X X T1,T3 X T1 T1
Fasilitas
Sosial
T1
Gedung T1, T1,
X X X X X X X X I I I T1 X , I I X X I X X X I I
serba guna B2 B2
B2
Pusat
X X X X X X X X X X I I X X X X I I X X I X I X X I
informasi
Pos
keamanan T2
T T T T1,T
lingkungan X X X X X I I I I T1 X X X X X , T1 X I X I I
2 2 2 3
(Poskamlin B2
g)
Lembaga
sosial/orga
nisasi X X X X X X X X T1 X I I I X X X I I X X X X X X X X
kemasyara
katan
Olah
Raga/Hibu
ran/
Rekreasi
Tempat
T1,
bermain X X X I I I X X I I I X X I I I I X X X I X X X X
B2
lingkungan
T1
Wisata ,
T1,
budaya/bu X X X X X X X B2 X X I T1 X X X X I X B2 B1 T1 X X X X
B2
atan ,
B2
Transporta
si
Terminal X X X X X X X X X X X X X X I X X X X X I X X X X X
Dermaga T3, T3 X X X X X T3 X x x T1 X x I X X X X X I X I X X X
B1, ,B
B2 1
T3,
Pelabuhan B1, X X X X X X X X x x X X x I X X X X X I X X X X
B2 X
Bandar
X X X X X X X X X X X X X X I X X X X X I X X X X
udara X
T
Lapangan T1
B B B T 1,
parkir X X X X X X B1 I I I I I I T1 X X T1,T3, , T1 I
1 1 1 3 B
umum B1
1 I
T1,T3
Gedung
X X X X X X X X X X X I I X I X I X X X X X , B1, X T3 T3
Parkir
B2
RTH
Hutan Kota I I I I I I I I I I I X X I X X I X I I X X X X I I
Taman
I I I I I X X I I I I I I X I I I I I X X I X I I
kota X
Taman RW I I X I I I X X I I I I I I I I I I I I X X I X I I
Jalur hijau
dan pulau I I I I I X X I I I I I I I I I I I I I I I I I I
jalan I
Pemakama
X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
n Adat X
TPU X X I X X X I X X I I X X X X X X T1 X X X X X X X X
Sabuk
I I I I I X I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
hijau I
Pertanian
Sawah I I I X X X X X X X I X X X X X X X I X X X X X X X
Ladang I I I X X X X X X X I X X X X X X X I X X X x X X X
Kebun I I I X X X X X X X I X X X X X X X I X X X T1 X X X
Hortikultur
dan rumah I I I X X X X X X X I X X X X X X X I X X X T1 X X X
kaca

Pembibitan I X X X X X X X X I I X X X X X X X I X X X x X I I
Pengolahan
hasil X X X X X X X X X I I X X X X X X X I X X X X X I I
pertanian
Pergudanga
n hasil X X X X X X X X X T3 T3 X X X X X X X I X X X X X I I
panen
Perikanan
Tambak I I X X X X X X X X T1 X X X X X X X X I X X x X I I
Kolam I I X X X X X X X X I X X X X X X X I I X X I X I I
Penjemura
n hasil x x x x x x x x x x x x x x x x x x x I x x X X I I
kelautan
Tempat
Pelelangan X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I I
Ikan

Persampah
an
TPS+3R/IT
F(Tempat T
X X X X X X X B1 B1 T1 X X X X X X T2 X T2 X X X I I
Pengolahan 3
Sementara)
Industri
Industri
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x I I
kimia dasar
Industri
mesin dan
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x I I
logam
dasar
T3,
Industri T3,B1 T3,B1
x x x X X X X X B1, X X X X X X X X X X X X X I I
kecil ,B2 ,B2
B2
T3,
Aneka T3,B1 T3,B1 T3,B
x x x X X X X X B1, X X X X X X X X X X X X I I
Industri ,B2 ,B2 1,B2
B2
Energi
Pembangkit B
B1 B1 X X X X X X B1 B1 B1 B1 X X X X X B1 X B1, B2 I x X B1 B1
Listrik 1

Pemanfaata
n air serta
T1,
energi air, X X X X X X X I X X X X X X X X X X B1 X T3, B1 I x X
B1
panas, dan
angin
B1
Pusat
transmisi /
X X X X X X X B1 I B1 B1 X X X X X X X B1 X T3, B1 I X X I I
Gardu
Induk
T1,
Depo BBM X X X X X X X X X X X B1,B X X X X X X X X I X X X I
2 I
Ruang
Terbuka
Non Hijau
Lapangan I I I I I I X X I I I X I I X I I T1 X T1 I X I I I I
Tempat T T T
I I X X I I I I I I X I I T1 I T1 I X I I I I
Parkir I 3 3 3
Danau/Em
bung/Wad I I I I I X X X X X X X X X X X X I I X X X X X X
uk X
Trotoar X X I I I I I X I I I I I I X I I I X I I X I I I I
Kegiatan
Pengemba
ngan
Kebudayaa
n
Taman
T T T
Hiburan X X X X X T2 T2 T2 T2 X B1 X X I X X X X X T1 X X X
3 3 3
Rakyat
Sarana
Komunika
si
Pusat
transmisi/
T B B
pemancar X X X X X X T1 X X T1 T1 X X X X X B1 X I I x I I
1 1 1
telekomuni
kasi

Menara
T T1, B
Telekomuni X X X X X X X X X I T1 X X X X X X X I I x I I
1 B1 1
kasi

Stasiun
X X X X X X X X T1 X X I T1 X X X X X X X I X X X I I
Radio/TV
Utilitas
Lainnya
Instalasi
T1,B T1,
Pengolahan B1 B1 X X X X X B1 B1 B1 B1 X X X X X X B1 X X I I I I
1,B2 B1
Air Minum
Instalasi
Pengolahan
Air X X X X X X X X B1 B1 B1 B1 X X X X X X X X X I X X I I
Limbah/
Kotor
Reservoar/
Kolam I I X I I I X I I I I X X X X X X X I I I I X I I I
Retensi
Stasiun
T
Pemadam X X X X X X X X I I I I I X X X X X X I X X X T3 T3
3
Kebakaran

Ruang
Evakuasi I I I I I I I I I I I I I I I I X X I I I I I I I I
Bencana
Kegiatan
Lainnya
T1
,
Pertamban
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X B1 X X X X
gan
,
B2
Kegiatan
survei dan I I X I I I X I I I I I I I I I I T2 I I T1 I I I T2 T2
eksplorasi

T1 Kegiatan yang dibatasi jumlahnya


T2 Kegiatan yang dibatasi jumlah operasionalnya
T3 Kegiatan yang dibatasi luas kapling dan luas lantai bangunan dalam satu kapling

B1 Kegiatan yang wajib memerlukan syarat dokumen dan kajian lingkungan hidup
B2 Kegiatan yang wajib menyediakan sarana dan prasarana yang ditetapkan
BUPATI NUNUKAN,

ttd

ASMIN LAURA HAFID


LAMPIRAN III
PERATURAN BUPATI NUNUKAN
NOMOR 32 TAHUN 2020
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN PERKOTAAN NUNUKAN

KDH Min KDB KLB


ZONA SUB-ZONA
(%) Maks (%) Maks.
Sempadan Pantai (SP) 90 10 1
Perlindungan Sempadan Sungai (SS) 90 10 1
Setempat (PS)
Sempadan Embung (DW) 90 10 1

Hutan Kota (RTH-2) 90 10 1


Ruang Terbuka Taman Kota (RTH-2) 90 10 1
Hijau (RTH) Taman (RTH-3) 90 10 1
Pemakaman (RTH-7) 90 10 1
Cagar alam dan Suaka
Konservasi (KS) 90 10 1
Alam (KS-1)
Kepadatan Tinggi (R2) 20 80 4.8

Kepadatan Sedang (R3) 30 70 2.4


Perumahan (R)

Kepadatan Rendah (R4) 40 60 1.8

Perdagangan (K) Perdagangan dan Jasa (K) 10 90 3.6

Perkantoran (KT) Perkantoran (KT) 20 80 4


Pendidikan (SPU-1) 30 70 2.8
Transportasi (SPU-2) 60 40 0.8
Sarana Pelayanan
Kesehatan (SPU-3) 40 60 2.4
Umum (SPU)
Olahraga (SPU-4) 50 50 1
Peribadatan (SPU-6) 50 50 1.5
Pertanian (PL) 40 60 0.6
Perikanan (PI) 40 60 0.6
Pertahanan Keamanan(PL-
40 60 2.4
Penggunaan 7)
Lainnya PLTMG (PL-11) 40 60 1.8
Pariwisata (PL-13) 30 70 0.7
Penyediaan Air Minum
40 60 1.8
(PL-14)
Kawasan Industri (KI) 40 60 2.4
Industri (I) Sentra Industri Kecil
40 60 1.2
Menengah (SIKM)

BUPATI NUNUKAN,

ttd

ASMIN LAURA HAFID


LA M PIRA N IV

P E R A T U R A N B U P A TI N U N U K A N

NO M OR 32 TAHUN 2020

TENTANG

P E N G E N D ALIAN P E M A N F A AT A N R U A N G K A W A S A N
PERKOTAAN NUNUKAN

KETENTUAN TATA MASA BANGUNAN

SEMPADAN
JARAK SAMPING
KETINGGIAN
BEBAS DAN
ZONA SUBZONA BANGUNAN KETERANGAN
ANTAR BELAKANG
MAKSIMAL
BANGUNAN BANGUNAN
MINIMUM
Zona Lindung
SempadanPantai 15 m 3m Jenis bangunan tunggal dan non permanen
Jenis bangunan tunggal dan konstruksi bangunan
Sempadan Sungai 15 m 3m 5 m (setara 1
Perlindungan Setempat panggung
lantai)
Jenis bangunan tunggal dan konstruksi bangunan
SempadanEmbung 15 m 3m
panggung
Hutan Kota 15 m 3m
Taman Kota 3m 3m 5 m (setara 1 Jenis bangunan tunggal, kecuali bangunan kios untuk
Ruang Terbuka Hijau
Taman Kelurahan 3m 3m lantai) pendukung bangunan RTH.
Pemakaman 3m 3m
Zona Budi daya
30 m (setara
KepadatanTinggi 1,5 m 1,5 m
6 lantai)
20 m (setara Diperkenankan berhimpit pada dua sisi atau
Perumahan KepadatanSedang 1,5 m 1,5 m
4 lantai) bangunan deret dengan panjang maksimum 60 m.
15 m (setara
KepadatanRendah 2m 2m
3 lantai)
3 m berupa
Perdagangan dan 25 m (setara Diperkenankan berhimpit pada dua sisi atau
Perdagangan dan Jasa - jalur
Jasa 4 lantai) bangunan deret dengan panjang maksimum 60 m.
kebakaran
Berupa bangunan tunggal.
25 m (setara
Perkantoran Perkantoran 2m 2m
5 lantai)
20 m (setara
Pendidikan 2m 1,5 m
4 lantai)
15 m (setara
Transportasi 3m 3m
2 lantai)
Sarana Pelayanan Umum 20 m (setara
Kesehatan 2m 1,5 m Berupa bangunan tunggal.
(SPU) 4 lantai)
15 m (setara
Olahraga 3m 3m
2 lantai)
15 m (setara
Peribadatan 2m 1,5 m
3 lantai)
8 m (setara 1
Pertanian - - Berupa bangunan hunian.
lantai)
8 m (setara 1
Perikanan - - Berupa bangunan hunian.
lantai)
Untuk bangunan yang memiliki prioritas untuk
Pertahanan dan 25 m (setara
1,5 m 1,5 m pertahanan dan keamanan negara diperkenankan
Keamanan 4 lantai)
melebih selama menerapkan batas aman bangunan
Peruntukan Lainnya
Pembangkit Listrik
18 m (setara
Tenaga Minyak 2m 1,5 m Tidak termasuk prasarana.
3 lantai)
dan Gas
8 m (setara 1
Pariwisata - - Tidak termasuk prasarana.
lantai)
Instalasi 18 m (setara
2m 1,5 m Tidak termasuk prasarana.
Pengolahan Air 3 lantai)
Sentra Industri 25 m (setara Diperkenankan berhimpit pada dua sisi atau
1,5 m 1,5 m
Kecil Menengah 4 lantai) bangunan deret dengan panjang maksimum 120 m
Industri
15 m (setara
KawasanIndustri 3m 3m Berupa bangunan tunggal.
2 lantai)

B U P A TI N U N U K A N,

ttd

AS MIN LA U R A HAFID
LA M PIRA N V

P E R A T U R A N B U P A TI N U N U K A N

NO M OR 32 TAHUN 2020

TENTANG

P E N G E N D ALIAN P E M A N F A AT A N R U A N G K A W A S A N
PERKOTAAN NUNUKAN

KETE NTUA N PRASA RANA DAN SA RA NA MINI MA L

N O. SUB ZONA KETENTUAN SARANA PRASARANA

1. a. S e m p a d a n P a nt ai 1) S a r a n a p e n g a m a n a n s u n g ai b e r u p a t a n g g ul (a p a b il a m e m e n u h i s y ar a t k e w aji b a n y a n g dite n t u k a n p e r a t u r a n

b. S e m p a d a n S u n g ai p e r u n d a n g - u n d a n g a n y a n g b e rl a k u ) d a n p a g a r p e n g a m a n ;

c. Se mpadanE m bung 2) T a n a m a n p eli n d u n g s e s u ai at u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n te r k ait je nis d a n k e r a p a t a n p e n a n a m a n v e g e t a si; d a n

3) S a r a n a p r a s a r a n a p e n d u k u n g y a n g s e m i p e r m a n e n d a n d iiji n k a n p e r a t u r a n y a n g b e r l a k u s e p e r ti: p e d e s t ri a n ,

te m p a t p a r kir hij a u, la m p u p e n e r a n g a n d s b .

2. a. H uta n Kota 1) D a p a t b e r u p a t a m a n b u a t a n d e n g a n ti n g k a t p e n y e r a p a n air y a n g ti n g gi;

b. Ta m a n Kota 2) D a p a t b e r u p a t a m a n b e r m ai n a n a k at a u r u a n g s o si ali s a si p u b li k y a n g m e m ili ki ti n g k a t p e n y e r a p a n ai r ti n g gi ;

c. T a m a n K el ur a h a n 3) D a p a t di s e r t ai l a p a n g a n p a r k ir te r b a t a s y a n g m e m ili ki ti n g k at p e n y e r a p a n air ti n g gi ;

4) D a pat dis ertai T oil et, J og gi ng Tra c k dan Sarana Pend ukung Tam an Kota lai n n y a dengan bangunan se mi

p e r m a n e n , a d a p e n g el ol a a n li m b a h d a n p e n a n g a n a n d r ai n a s e y a n g b ai k, d a n ti n g k a t p e n y e r a p a n air ti n g gi ;

5) A k s e si bilita s untuk dif a b el; kegiata n yang diper ke n a n k a n harus me nye diak an a k s e si bilita s untuk dif a b el

b e r u p a pi nt u m a s u k / k el u ar, k orid or, ta n g g a, r a m p , k a m a r m a n di, ar e a p ar kIr y a n g dis ertai d e n g a n p e m b e ri a n

tan d a ata u ra m b u;

6) J al u r p e d e stri a n dis e di a k a n d e n g a n k o n s tr u k si y a n g bis a m e r e s a p air; d a n

7) J al u r s e p e d a di p e r k e n a n k a n b e r u p a j al a n s e t a p a k d a n di ar e al p ar k ir.

3. Pe maka man 1) D a p a t di s e r t ai l a p a n g a n p a r k ir te r b a t a s y a n g m e m ili ki ti n g k at p e n y e r a p a n air ti n g gi ; d a n

2) D a pat dis ertai sara n a pendukun g sarana pe m aka m an dengan bangunan se mi per m a n e n, ada p e n g el ol a a n

li m b a h d a n p e n a n g a n a n d r a i n a s e y a n g b a i k , d a n ti n g k a t p e n y e r a p a n air ti n g gi .

4. K e p a d at a n Ti nggi 1) R T H:

Kepadatan Sedang a) R u a n g te r b u k a hij a u b e r u p a t a m a n b e r m ai n s k al a R T ; dan

Kepadatan Renda h
b ) R u a n g te r b u k a hij a u p riv at b a gi r u m a h b e rla n t ai 2 at a u b e rl a n t ai 1 a t a u le bi h w aji b m e n e r a p k a n k o n s e p

“ p e k a r a n g a n hij a u ”.

2) R T N H:

a) R u a n g te r b u k a n o n hij a u b e r u p a la p a n g a n ol a h r a g a s k al a k e cil d a n la h a n p a r k ir d e n g a n b a h a n y a n g

d a p at m e n y e r a p air.

3 ) F a silit a s P e r k o t a a n :

a) H i d r a n h al a m a n m e m il ki m i m i m a l s u p l ai air s e b e s a r 3 8 liter / d e ti k p a d a te k a n a n 3 , 5 b a r d a n m a m p u

m e n g alir k a n air m i ni m al s el a m a 3 0 m e nit;

b ) H i d r a n u m u m h a r u s m e m p u n y ai ja r a k m a k s i m a l 3 m e t e r d ari g ari s te pi j al a n; d a n

c) J al a n li n g k u n g a n h a r u s m e m e n u h i u n s u r l u a s b a n g u n a n d e n g a n le b a r p e r k e r a s a n m i ni m al 4 m e t e r d a n

m e n g i k u ti m o d el c ul d e s a c, m o d el T, r ot ar y, at a u m eli n g k a r.

4) Pr a s ar a n a Li n g k u n g a n :

M e m ili ki k e m u d a h a n a k s e s yang d a p a t dile w a ti p e m a d a m k e b a k a r a n d a n p e rli n d u n g a n si pil, le b a r ja la n


m i ni m u m 3,5 m eter.
a) T e m p a t s a m p a h v ol u m e 5 0 liter s u d a h di b e d a k a n je nis s a m p a h n y a (or g a ni k d a n n o n or g a ni k) s e rt a dia n g k u t

m e n g g u n a k a n g e r o b a k b e r k a p a sita s 1 , 5 m e t e r k u b i k d e n g a n m e t o d e a n g k u t ti d a k te t a p ;

b ) P e m b u a n g a n s a m p a h or g a ni c dil a k u k a n di d al a m l u b a n g bi o p o ri p a d a s e ti a p bl o k ;

c ) T e r s e d i a p r a s a r a n a p e m b u a n g a n l i m b a h d o m e s t i c s e b e l u m d i a li r k a n k e b a n g u n a n p e n g o l a h a n a i r li m b a h
( sistem off site ) ;
d ) D r ai n a s e li n g k u n g a n te pi jal a n di b u a t s e s u ai k o n d i si to p p g r afi;

e) U n t u k r u m a h t a n a h, s e ti a p r u m a h h a r u s m e m ili ki b a k s e p ti k y a n g b e r a d a di b a gi a n d e p a n k a vli n g d a n jar a k

s e k u r a n g - k ur a n g n y a 1 0 m e ter d ar i s u m b e r air ta n a h;

f) P e n y e d i a a n l a h a n p a r k e r u m u m u n t u k area h u ni a n s k ala R T (2 5 0 p e n d u d u k) m e m il ki sta n d ar pe n y e dia a n

1 0 0 m ² d a n s k ala R W (2.5 0 0 pe n d u d u k) m e m ilki sta n d ar pe n y e dia a n 4 0 0 m ² lo k a si n y a ter se b ar di setiap

p u s a t li n g k u n g a n h u n i a n p a d a s k a l a R T a t a u R W d a n p e n g g u n a a n n y a y a n g s e k a li g u s b e r f u n g s i s e b a g a i

p a n g k ala n se m e nt ar a k e n d ar a a n a n g k ut a n p u blik;

g) P e ny e dia a n la ha n p ar k er u m u m u nt u k are a h u ni a n s k ala kel ur a h a n (3 0.0 0 0 pe n d u d u k) lok a si n n y a terse b ar

d i p u s a t li n g k u n g a n h u n i a n s k a l a k e l u r a h a n , d a n m e m i l k i s t a n d a r p e n y e d i a a n 2 . 0 0 0 m ² , d e n g a n p e n y e b a r a n

lo k a si p a d a ar e a p u s at li n g k u n g a n k el u r a h a n, d a n di pi s a h k a n d e n g a n z o n t e r wil a y a h k el u r a h a n (s el u a s

1. 0 0 0 m²) d a n p a n g k ala n a n g k ut a n k ot a sel u a s 2 0 0 m²; d a n


h) Pe nye diaa n la ha n parker u m u m u nt u k area h u nia n skalak eca m ata n (1 2 0.0 0 0 pe n d u d u k) lok a si n ny a

ter s e b ar di p u s atl ing k u n g a n h u nia n s k ala k e c a m a t a n, d a n m e m ilki sta n d ar p e n y e dia a n 4. 0 0 0 m ², d e n g a n

p e ny e b ar a n lok a si p a d a are a p u s a t li n g k u n g a n k e c a m a t a n , d a n d i p i s a h k a n d e n g a n t e r m i n a l w il a y a h

k e c a m at a n (sel u a s 2.0 0 0 m²) d a n p a n g k ala n a n g k ut a n k ot a sel u a s 5 0 0 m².

5 ) F a silit a s P e n d u k u n g :

a) F a silit a s k e s e h a t a n m i ni m al b e r u p a p u s t u (s k al a k el u r a h a n) ;

b ) F a silit a s p e n d i di k a n d a ri T K hi n g g a S M A y a n g di k e m b a n g k a n s e c a r a te r b at a s j u m l a h n y a; d a n

c) F a silit a s T E S ( T e m p a t E v a k u a s i S e m e n t a r a) d a n T E A ( T e m p a t E v a k u a s i A k hir) u n t u k b e n c a n a b a njir b e s e r t a

j al ur e v a k u a s i n y a

5. Perdagangan dan Jasa 1) K ete nt u a ng R u a ng P ar kir :

a) S e tia p p e m ili k b a n g u n a n y a n g m e m ili ki k e gi at a n p e r d a g a n g a n d a n ja s a di w aji b k a n m e n y i a p k a n l a h a n p a r kir.

L a h a n p ar kir y a n g h ar u s dise dia k a n a nt ar a 1 0 - 3 0 % d a ri l u a s p e r sil; d a n


b ) F a silit a s p a r k e r u n t u k k e gi at a n p e r d a g a n g a n d a n j a s a di a nj u r k a n m e n g g u n a k a n off street park ring
(p ar k ir dil u a r b a d a n j al a n). P e r s y ar a t a n u n t u k p a r k e r dil u a r b a d a n j a la nt i d a k b ole h m e n g u r a n g i d a e r a h

p e n g hij a u a n d a n h a r u s m e m p e r h a ti k a n k el a n c a r a n sir k ul a si k el u a r m a s u k k e n d a r a a n d a n p ej al a n k a k i,

k e a m a n a n, kesela m at a n serta ke n y a m a n a n.

2) R T H :

R u a n g te r b u k a hij a u b e r u p a R T H jal u r hij a u di te pi jal a n .


3) R T N H :

R u a n g te r b u k a n o n hij a u b e r u p a la h a n p a r k e r.
4) J al ur P ej ala n K a ki :

a) L e b ar M i ni m al u nt u k jal ur p ejala n k a ki 4 m eter ; d a n

b ) D i l e n g k a p i d e n g a n f a s ilit a s p e n d u k u n g p e j a l a n k a k i: d r a i n a s e , j a l u r h i j a u , l a m p u p e n e r a n g a n , t e m p a t d u d u k ,

p a g ar p e n g a m a n, te m p at s a m p a h, ra m b u r a m b u d a n p a p a n i nf or m a si.

5 ) U tilita s P e r k o t a a n :

a) P e n e m p a t a n k r a n k e b a k a r a n h a r u s m u d a h d ili h at d a n dic a p ai ole h m o b il p e m a d a m k e b a k a r a n, s e s u a i

d e n g a n p e r at u r a n y a n g b e rl a k u m e n g e n ai T a t a c ar a p e r e n c a n a a n b a n g u n a n li n g k u n g a n ; d a n

b) u n t u k d a e r a h k o m e r sial (k e giata n p e r d a g a n g a n d a n jas a) jar a k a nt ar a k r a n k e b a k ar a n 1 0 0 m e ter.

6) Pr a s ar a n a Li n g k u n g a n

a) M e m ili ki k e m u d a h a n a k s e s y a n g d a p a t dile w a ti p e m a d a m k e b a k a r a n d a n p e rli n d u n g a n si pil, le b a rj al a n

m i ni m u m 3,5 m eter;
b ) M e m ili ki s a r a n a air b e r si h m i ni m a l s u m u r b o r at a u s a m b u n g a n P D A M d e n g a n m e n y i a p k a n s ar a n r e s e r v oir

d a n / a t a u s u m u r b o r / g ali;

c) T o n g s a m p a h s e ti a p R K B d a n ( T P S ) d e n g a n m i ni m al v ol u m e 5 0 liter; d a n

d ) T e r s e d i a p r a s a r a n a p e m b u a n g a n l i m b a h d o m e s t i k s e b e l u m d i a li r k a n k e b a n g u n a n p e n g o l a h a n a i r li m b a h
( sistem off site ) .
7 ) F a silit a s P e n d u k u n g :

a) F a silit a s h alte te m p a t m e n u n g g u k e n d a r a a n u m u m ;

b ) J al u r p ej al a n k a k i;

c) R a m b u p et u nj u k;

d) M u s h ol a/ k a p ela;

e) T oilet U m u m ; d a n

f) A r e a b o n g k a r m u a t b a r a n g .

6. Perkantoran 1) K ete nt u a n R u a n g P ar kir

a) S e tia p b a n g u n a n p e r k a n t o r a n di w aji b k a n m e n y i a p k a n l a h a n p a r k ir. L a h a n p a r k ir y a n g h a r u s dis e d i a k a n

a n t a r a 1 0 - 3 0 % d a r i l u a s p e r s il; d a n
b ) F a silit a s p a r k e r u n t u k k e gi at a n p e r d a g a n g a n d a n j a s a di a nj u r k a n m e n g g u n a k a n off street parkring
( p ar k ir dil u a r b a d a n j al a n). P e r s y ar a t a n u n t u k p a r ki r di l u a r b a d a n j a l a n ti d a k b ol e h m e n g u r a n g i d a e r a h

p e n g hij a u a n d a n h a r u s m e m p e r h a ti k a n k el a n c a r a n sir k ul a si k el u a r m a s u k k e n d a r a a n d a n p ej al a n k a k i,

k e a m a n a n, kesela m at a n serta ke n y a m a n a n.

2) R T H

R u a n g te r b u k a hij a u b e r u p a R T H jal u r hij a u di te pi jal a n .


3) R T N H

R u a n g te r b u k a n o n hij a u b e r u p a la h a n p a r k e r.
4) J al ur P ejala n K a ki

a) L e b ar M i ni m al u nt u k jal ur p ejala n k a ki 3 m eter ; d a n

b ) D i l e n g k a p i d e n g a n f a s ilit a s p e n d u k u n g p e j a l a n k a k i: d r a i n a s e , j a l u r h i j a u , l a m p u p e n e r a n g a n , t e m p a t d u d u k ,

p ag ar pe ng a m a n, te m p at s a m p a h, ra m b u ra m b u, p ap a n infor m asi.

5 ) U tilita s P e r k o t a a n

a) P e n e m p a t a n k r a n k e b a k a r a n h a r u s m u d a h d ili h at d a n dic a p ai ole h m o b il p e m a d a m k e b a k a r a n, s e s u a i

d e n g a n p e r at u r a n y a n g b e rl a k u m e n g e n ai T a t a c ar a p e r e n c a n a a n b a n g u n a n li n g k u n g a n ; d a n

b) u n t u k d a e r a h k o m e r sial (k e giata n p e r d a g a n g a n d a n jas a) jar a k a nt ar a k r a n k e b a k ar a n 1 0 0 m e ter.


6) Pr a s ar a n a Li n g k u n g a n

a) M e m ili ki k e m u d a h a n a k s e s y a n g d a p a t dile w a ti p e m a d a m k e b a k a r a n d a n p e rli n d u n g a n si pil, le b a r jal a n

m i ni m u m 3,5 m eter;

b ) M e m ili ki s a r a n a air b e r si h m i ni m a l s u m u r b o r at a u s a m b u n g a n P D A M d e n g a n m e n y i a p k a n s ar a n r e s e r v oir

d a n / a t a u s u m u r b o r / g ali;

c) T o n g s a m p a h s e ti a p R K B d a n ( T P S ) d e n g a n m i ni m al v ol u m e 5 0 liter; d a n

d ) T e r s e d i a p r a s a r a n a p e m b u a n g a n l i m b a h d o m e s t i c s e b e l u m d i a li r k a n k e b a n g u n a n p e n g o l a h a n a i r li m b a h
( sistem off site ) .
7 ) F a silit a s P e n d u k u n g :

a) F a silit a s h alte te m p a t m e n u n g g u k e n d a r a a n u m u m ;

b ) J al u r p ej al a n k a k i;

c) R a m b u p et u nj u k; d a n

d) M u s h ol a/ k a p ela.

7. a. S a r a n a P e n di dik a n 1) Persayarata n pe m a nfaata n ru a ng:

b. S a r a n a Tr a ns p ortasi a) P e m b a n g u n a n jala n di k a w a s a n p e n didik a n h ar u s m e m e n u hi p er s y ar at a n: d a p at m ele w ati k e n d ar a a n

c. Sarana Kesehatan p e m a d a m k e b a k a r a n , p e r li n d u n g a n s i p il, l e b a r j a l a n m i n i m a l 3 , 5 m e t e r , t e r d a p a t f a s ilit a s p e j a l a n k a k i , R T H

d. Sara na Ola hraga d a n p e n e r a n g a n jala n u m u m ; d a n

e. S ar a n a P erib ad ata n b) M e m ili ki m i ni m u m 6 r u a n g k el a s @ 4 0 m u r i d, dile n g k a p i d e n g a n r u a n g -r u a n g l ai n d a n r u a n g t e r b u k a /

ber m ai n ± 30 0 0-70 0 0 m 2.

2) K e te nt u a n R u a n g P ar kir:

S e tia p s e k ola h h ar u s m i ni m al m e n yia p k a n la h a n p ar kir u nt u k p e g a w ai d a n staf se k ola h .


3) R T H:

R u a n g te r b u k a hij a u b e r u p a R T H jal u r hij a u di te pij al a n d a n R T H p riv at t a m a n li n g k u n g a n s e k ol a h.


4) R T N H:

R u a n g te r b u k a n o n hij a u b e r u p a la p a n g a n ol a h r a g a d a n r u a n g p a r k e r.
5) J al ur P ejala n K a ki

a) J al ur p ejala n k a ki di te pi jala n d e n g a n p elay a n a n m i ni m u m st a n d ar B, L u a s jal ur p ejala n k a ki ≥ 3, 6 m 2 p er

or a n g d e n g a n ar u s p ejala n k a ki >1 6 - 2 3 or a n g p e r m e nit p er m e ter; d a n

b) D i l e n g k a p i f a s ilit a s s e p e r ti j a l u r hi j a u , l a m p u , t e m p a t d u d u k , p a g a r , t e m p a t s a m p a h , si g n a n g e , s h e l t e r d a n

tele p o n u m u m .

6) Pr a s ar a n a Li n g k u n g a n:
a) M e m ili ki k e m u d a h a n a k s e s y a n g d a p a t dile w a ti p e m a d a m k e b a k a r a n d a n p e rli n d u n g a n si pil, le b a r jal a n

m i ni m u m 3,5 m eter;

b) M e m ili ki s a r a n a air b e r si h m i ni m a l s u m u r b o r at a u s a m b u n g a n P D A M d e n g a n m e n y i a p k a n s ar a n r e s e r v oir

d a n / a t a u s u m u r b o r / g ali;

c) T o n g s a m p a h s e ti a p R K B d a n ( T P S ) d e n g a n m i ni m al v ol u m e 5 0 liter;

d) T e r s e d i a p r a s a r a n a p e m b u a n g a n l i m b a h d o m e s t i c s e b e l u m d i a li r k a n k e b a n g u n a n p e n g o l a h a n a i r li m b a h
( sistem off site ) ;
e) S e tia p b a n g u n a n g e d u n g h a r u s m e m ili ki b a k s e p ti k y a n g b e r a d a di b a gi a n d e p a n k a vli n g d a n j ar a k

s e k u r a n g - k ur a n g n y a 1 0 m e ter d ar i s u m b e r air ta n a h; d a n

f) P e ny e dia a n la ha n p ar k er k h u s u s b a gi g ur u d a n p ar k er u m u m b a gi sis w a d a n ta m u.

7 ) F a silit a s P e n d u k u n g :

a) F a silit a s h alte te m p a t m e n u n g g u k e n d a r a a n u m u m ;

b) J al u r p ej al a n k a k i;

c) R a m b u p et u nj u k; d a n

d) Area bongkar m u at barang

8) M u s h ol a / m a sjid.

8. a. P erta nia n J ari ng a n J ala n:

b. P erik a n a n J ari ng a n jala n harus dise dia k a n untuk pergerak an m a n usia dan kendaraa n yang mendukung fu n g si

c. Pertahana n da n Kea m a n a n khusus ber up a J ala n uta m a dan J ala n ko m ple k de ng a n k o nstr u k si ses u ai de nga n sta n d ar keb ut u h a n

d. P e m b a n g kit Listri k Te n a g a m a s i n g - m a s i n g k a r a k t e ri sti k k a w a s a n.

Minyak dan Gas


J a ri ng a n Listri k:
e. P ari wis ata
J ari ng a n li s t ri k s e ti a p kegiata n d il a y a ni dengan k a p a sitas li s t ri k ses u ai denga n kebutu ha n yang
f. I nstalasiP e n g ola h a n Air
mendukung kegiata n pada zo n a ter s e b ut.

J ari ng a n Per s a m p a h a n d a n Air Lim b a h:


- Dise dia k a n siste m p e ng a n g k ut a n s a m p a h sec ar a ber k ala ses u ai ke b ut u h a n
- Di s e di a k a n I P A L b a g i p e n g el ol a h a n li m b a h n o n B 3 s e s u ai d e n g a n s t a n d a r k el a y a k a n li n g k u n g a n .
- P e n a m p u n g a n k h u s u s u n t u k s a m p a h d a n a t a u li m b a h B 3 b a g i k e g i a t a n k h u s u s y a n g m e n g h a s il k a n li m b a h B 3 .
J ari ng a n Dr ai na s e:
H a r u s dis e dia k a n siste m d r ai n a s e d a n p e r e s a p a n air d e n g a n k ete nt u a n :
- Drainase ter h u b u n g dengan syste m dr ai n a s e
RTH:
W a ji b m e n y e di a k a n R T H P u bli k m i ni m al 2 0 %
F a silit a s E v a k u a s i B e n c a n a :
L o k a si eva k u a si, siste m p eri ng ata n di ni, jal ur e v a k u a s i, p e n a n d a a n / r a m b u -r a m b u .
9. a. K a w a s a n I n d u stri 1) Persyarata n Pe ngg u n a a n R u a n g :

b. S e n t r a I n d u s tri K e cil a) S e tia p k a p li n g h a r u s m e n g i k u ti k e te nt u a n B C R s e s u ai d e n g a n k e t e n t u a n s e t e m p a t ( 6 0 : 4 0 )

M e nengah b ) F a silit a s p e n u n j a n g d a p a t b e r u p a K a n ti n, Guest House , T e m p a t I b a d a h , F a silit a s Ol a h R a g a, P M K , W W T P , GI,

R u m a h Tel k o m, are a b o ng k ar m u at b ar a n g

2) R T H:

R u a n g te r b u k a hij a u m i ni m al 1 0 % b e r u p a j al ur hij a u, ta m a n d a n p e ri m e t e r

3) R T N H:

R u a n g te r b u k a n o n hij a u b e r u p a tr ot o a r d a n r u a n g p a r kir

4) J al ur P ejala n K a ki:

a) J al ur p ejala n k a ki di te pi jala n d e n g a n lu a s m i ni m u m 2 m . P elay a n a n m i ni m u m sta n d ar B, lu a s jal ur p ejala n

k a ki ≥ 3, 6 m 2 p er or a n g d e n g a n ar u s p ejala n k a ki > 1 6 - 2 3 or a n g p er m e nit p er m e ter; d a n

b ) D i l e n g k a p i f a s ilit a s s e p e r ti j a l u r hi j a u , l a m p u , t e m p a t d u d u k , p a g a r , t e m p a t s a m p a h , si g n a n g e , s h e l t e r d a n

tele p o n u m u m .

5) Pr a s ar a n a Li n g k u n g a n:

a) J ala n d a n S al ur a n str u kt ur pe ng g u n a a n (8-1 2 % );

b ) U n t u k t e r c a p a i n y a a k s e s s i b ilit a s d i m a n a a d a j a l a n p r i m e r d a n j a l a n s e k u n d e r ( p e l a y a n a n ) ; d a n

c) Te k a n a n g a n d ar pri m er se b aik ny a mi ni m al 8 to n d a n se k u n d er mi nim al 5 to n

P e r k e r a s a n jala n m i ni m al 7 m .

B U P A TI N U N U K A N,

ttd

AS MIN LA U R A HAFID
LAMPIRAN VI
PERATURAN BUPATI NUNUKAN
NOMOR 32 TAHUN 2020
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERKOTAAN NUNUKAN

BUPATI NUNUKAN,

ttd

ASMIN LAURA HAFID


LAMPIRAN VII
PERATURAN BUPATI NUNUKAN
NOMOR 32 TAHUN 2020
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PERKOTAAN NUNUKAN

BUPATI NUNUKAN,

ttd

ASMIN LAURA HAFID

Anda mungkin juga menyukai