Anda di halaman 1dari 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG

PENATAAN RUANG

Hal 1-30

Undang-undang tentang penataan ruang dibuat dengan tujuan menghasilkan penataan ruang
yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan
undang-undang penataan ruang yang baru.

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi
utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;

b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi
ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan


pemerintah daerah. Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh seorang Menteri.
Wewenang (pemerintah, provinsi, kabupaten/kota):

a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang


wilayah
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
d. kerja sama penataan ruang antar wilayah dan pemfasilitasannya

Pengaturan dan pembinaan penataan ruang: penetapan ketentuan peraturan perundang-


undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang. Pembinaan
dilaksanakan melalui koordinasi penyelenggaraan penataan ruang, pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang, dsb.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum dan rinci tata ruang.
Rencana umum meliputi wilayah nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Rencana rinci
meliputi pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi,
kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota. Rencana tata ruang dapat ditinjau
kembali berupa rekomendasi rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya atau rencana tata ruang yang ada perlu direvisi. Muatan rencana tata ruang
mencakup rencana struktur ruang (rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem
jaringan prasarana) dan rencana pola ruang (peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi
daya). Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten, dan kota dapat
dilihat secara jelas pada UU no.26 tahun 2007.

Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta


pembiayaannya. Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dilakukan:

a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata
ruang kawasan strategis

b. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang
wilayah dan kawasan strategis

c. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan


kawasan strategis

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,


pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Peraturan zonasi ditetapkan dengan:

a. peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional

b. peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi

c. peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi

Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai