Anda di halaman 1dari 37

Prosedur Penyusunan,

Penetapan, dan Peraturan


dalam Penataan Ruang

MK Hukum dan Administrasi Perencanaan | DK


184801
Dosen Pembimbing: Rulli Pratiwi Setiawan, Ph.D.

1
OUR TEAM

Michael Christianus
Aulia Nirmala Widari Giyai
08211840000012 08211840000019

2
TABLE OF CONTENTS
01 02

LATAR BELAKANG PERATURAN


PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG

03 04
PROSEDUR DAN PROSES
PENYUSUNAN DAN
PENETAPAN RENCANA TATA STUDI KASUS
RUANG

3
01
LATAR
BELAKANG
Pentingnya Penyusunan Tata Ruang sebagai
implementasi Perencanaan

4
Pentingnya Penyusunan tata ruang sebagai
implementasi perencanaan
Masalah :
● Jumlah penduduk perkotaan terus
bertambah
● Ruang kota semakin padat dan berkualitas Wilayah negara Indonesia terdiri dari wilayah nasional sebagai suatu kesatuan wilayah provinsi dan wilayah
rendah
kabupaten/kota yang masing-masing merupakan sub-sistem ruang menurut batasan administrasi. Dapat digambarkan
● Lalu lintas yang tidak teratur
bahwa di dalam sub-sistem tersebut terdapat SDM dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan SDA dengan sumber
● Penghijauan sangat kurang
● daya buatan, dengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Aktivitas pembangunan tersebut tentu saja
Terjadi beberapa bencana alam seperti
banjir memerlukan lahan dan ruang sebagai tempat untuk menampung kegiatan pembangunan dimaksud. Penggunaan lahan
● Kerusakan sumberdaya alam dan oleh setiap aktivitas pembangunan sedikitnya akan mengubah rona awal lingkungan menjadi rona lingkungan baru,
ekosistem sehingga terjadi perubahan kesinambungan lingkungan, yang kalau tidak dilakukan secara cermat dan bijaksana.
● dan permasalahan tata ruang lainnya

Pentingnya Penataan Ruang

● Untuk meningkatkan sistem penyusunan rencana tata ruang, pengelolaan pemanfaatan dan pengendalian ruang serta kapasitas kelembagaan
penataan ruang di daerah, maupun dalam masyarakat agar rencana tata ruang ditaati oleh semua pihak secara konsisten.
● Untuk meningkatkan asas manfaat berbagai sumberdaya yang ada dalam lingkungan sehingga tata ruang lingkungan tidak menimbulkan dampak
pada udara dan iklim, perairan, lahan dan lain-lain yang akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
● Untuk memperkokoh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara demi menjaga keserasian dan keterpaduan daerah dengan pusat agar
tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah;

5
02
PERATURAN PENATAAN
RUANG
UU No 26 Tahun 2007

6
PENATAAN RUANG
UU No 26 Tahun 2007

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Tujuan penataan ruang untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang


aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional.

Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,


pembinaan, pelaksanaan (perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian), dan
pengawasan penataan ruang.

7
ASAS DAN KLASIFIKASI
UU No 26 Tahun 2007

Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:


a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
Penataan ruang diklasifikasikan sebagai berikut :
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
1. Penataan ruang berdasarkan sistem : sistem wilayah dan sistem
e. Keterbukaan
internal perkotaan.
f. kebersamaan dan kemitraan;
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan : kawasan
g. pelindungan kepentingan umum;
lindung dan kawasan budi daya.
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif : wilayah
i. akuntabilitas.
nasional, wilayah provinsi, dan wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan : kawasan perkotaan
Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan: dan penataan ruang kawasan perdesaan.
1. Kondisi fisik wilayah NKRI yang rentan terhadap bencana; 5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan : penataan ruang
2. Potensi SDA, SDM, dan Sumber Daya Buatan; kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
3. Kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai satu kesatuan;
4. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

8
TUGAS DAN WEWENANG
UU No 26 Tahun 2007

“Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Negara memberikan kewenangan
penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang dimiliki
orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
PEMERINTAH

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
2. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarprovinsi
3. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang wilayah nasional
4. Penetapan kawasan strategis nasional
5. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kawasan strategis nasional

9
TUGAS DAN WEWENANG
UU No 26 Tahun 2007
PEMERINTAH

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota,
PROVINSI
DAERAH

serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota
2. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota
3. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang wilayah provinsi
4. Penetapan kawasan strategis provinsi
5. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kawasan strategis provinsi
KABUPATEN/KOTA
PEMERINTAH

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasanterhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan
DAERAH

strategis kabupaten/kota
2. Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota
3. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang wilayah kabupaten/kota
4. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota
5. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota

10
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
UU No 26 Tahun 2007

PENGATURAN PEMBINAAN
(Pasal 1 Angka 10)

(Pasal 1 Angka 9) Upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam penataan ruang. (Pasal 13 Ayat 1)
Pemerintah melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan masyarakat.

(Pasal 12)
(Pasal 13 Ayat 2)
Dilakukan melalui penetapan ketentuan Pembinaan penataan ruang dilaksanakan melalui:
peraturan perundang-undangan bidang a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
penataan ruang termasuk pedoman bidang b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang
penataan ruang. penataan ruang;
c. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
d. Pendidikan dan pelatihan;
e. Penelitian dan pengembangan;
f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
g. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
h. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
11
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
UU No 26 Tahun 2007

PELAKSANAAN
(Pasal 1 Angka 11)
Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

PERENCANAAN TATA RUANG


(Pasal 1 Angka 13) PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN
(Pasal 1 Angka 14) RUANG
Suatu proses untuk menentukan struktur
Upaya untuk mewujudkan struktur ruang (Pasal 1 Angka 15)
ruang dan pola ruang yang meliputi
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata Upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
ruang.
program beserta pembiayaannya.
(Pasal 35)
(Pasal 14 Ayat 1) Pengendalian pemanfaatan ruang
Melakukan penyusunan rencana tata ruang (Pasal 32 Ayat 1) dilakukan melalui penetapan peraturan
berupa rencana umum tata ruang dan Merumuskan program pemanfaatan ruang zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
rencana rinci tata ruang. beserta pembiayaannya. disinsentif, serta pengenaan sanksi.

12
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
UU No 26 Tahun 2007

PENGAWASAN
(Pasal 1 Angka 12)
Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.

(Pasal 14 Ayat 1)
Pengawasan dilakukan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang. Dimana hal ini terdiri dari tindakan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

13
DOKUMEN TATA RUANG
UU No 26 Tahun 2007

RENCANA UMUM TATA ZONASI


RENCANA RINCI TATA RUANG
RUANG

RTR PULAU/KEPULAUAN
ZONASI SISTEM
RTRW NASIONAL NASIONAL

RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

ZONASI SISTEM
RTRW PROVINSI RTR KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
PROVINSI

RTR KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN


PERATURAN ZONASI
RTRW KABUPATEN
RDTR WILAYAH KABUPATEN

NEXT

14
DOKUMEN TATA RAUANG
UU No 26 Tahun 2007

RENCANA UMUM TATA ZONASI


RENCANA RINCI TATA RUANG
RUANG

RTRW RTR KAWASAN PERKOTAAN DALAM


PROVINSI WILAYAH KABUPATEN

RTR BAGIAN WILAYAH KOTA

RTRW KOTA PERATURAN ZONASI

RTR KAWASAN STRATEGIS KOTA

RDTR WILAYAH PERKOTAAN

15
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
UU No 26 Tahun 2007

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk: 1. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
1. mengetahui rencana tata ruang; 2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
2. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan pejabat yang berwenang;
ruang; 3. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
3. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul pemanfaatan ruang; dan
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan 4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
rencana tata ruang; perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
4. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya; Peran masyarakat dalam penataan ruang:
5. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian 1.partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang 2.partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
kepada pejabat berwenang; dan 3.partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
6. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

16
KETENTUAN PIDANA
UU No 26 Tahun 2007

PEMANFAATAN
1. Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana 1. Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana dengan
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak
2. Jika mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling 2. Jika mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana
lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling
miliar lima ratus juta rupiah). banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Jika mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan 3. Jika mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
4. Jika mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
PERENCANAAN
17
KETENTUAN PIDANA
UU No 26 Tahun 2007

1. Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda
paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
3. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Selain sanksi pidana pelaku
dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari
jabatannya.

18
03
PROSEDUR DAN PROSES
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN
RENCANA TATA RUANG

Rencana Tata Ruang Umum dan Rinci

19
Tata Cara Penyusunan RTR Umum
(RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota)
Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2021
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021

Proses Penyusunan Pelibatan Masyarakat Pembahasan rancangan


peraturan oleh Pemangku
Kepentingan Sesuai
● Dilaksanakan paling lama 18 Bulan Adanya pelibatan masyarakat

wilayahnya
Melibatkan Pemangku Kepentingan dalam proses penyusunan
masing-masing daerah.
● Wajib menyediakan dalam bentuk digital
dan sesuai standar Adanya pembahasan oleh
● Proses penyusunan Terdiri dari 5 tahap Pemangku Kepentingan tentang
RTR

20
PROSES PENYUSUNAN

Tahap III
Tahap I ( Persiapan) Tahap II ( Pengumpulan Data)
( Pengolahan Data)

Dalam proses persiapan terdapat 2 kegiatan Dalam proses pengumpulan data, data Dalam prosesnya menganalisis beberapa hal berikut
didalamnya yaitu penyusunan kerangka acuan yang dijelaskan terdiri dari ● Potensi dan permasalahan regional dan global
kerja dan penetapan metodologi yang 1. Data wilayah administrasi ● Kebijakan spasial dan sektoral
digunakan. Kerangka Acuan kerja sendiri terdiri 2. Data dan informasi ● Kedudukan dan peran daerah provinsi,
dari pembentukan tim penyusun dan kependudukan kabupaten dan kota
penyusunan rencana kerja. Sedangkan dalam 3. Data dan informasi bidang ● Fisik wilayah, Sosial kependudukan
penetapan metodologi yang digunakan di pertahanan Ekonomi wilayah, Sarana prasarana
dalamnya menjelaskan kajian awal data 4. Data dan informasi kebencanaan ● Penguasaan tanah
sekunder, persiapan teknis pelaksanaan dan 5. Data dan informasi kelautan ● Sistem pusat permukiman
pemberitaan kepada publik 6. Peta Dasar dan Peta Tematik ● Daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup, pengurangan resiko bencana
● Kemampuan keuangan daerah
● Penatagunaan sumber daya air
● Pemanfaatan ruang darat, laut udara dan
dalam bumi

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021


21
PROSES PENYUSUNAN

Tahap V ( Penyusunan
Tahap IV ( Perumusan Konsepsi)
Rancangan Peraturan Daerah)

Dalam prosesnya, meliputi


Dalam prosesnya terdiri dari
pembahasan terkait alternatif konsep
penyusunan naskah akademik
rencana, pemilihan konsep rencana
rancangan peraturan daerah dan
dan perumusan rencana terpilih
penyusunan rancangan peraturan
menjadi muatan RTRW Provinsi,
daerah tentang RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan Kota
Kabupaten, dan Kota

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021


22
Permen PUPR No 15 Tahun 2009

23
Permen PUPR No 16 Tahun 2009

24
Permen PUPR No 17 Tahun 2009

25
Tata Cara Penyusunan RTR Rinci (RDTR)
Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2021
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021

Proses Penyusunan Pelibatan Masyarakat Pembahasan rancangan


peraturan oleh Pemangku
Kepentingan Sesuai
● Wajib disinkronkan dengan muatan RTR Adanya pelibatan masyarakat
wilayahnya
Umum/ diatasnya dalam proses penyusunan
● Diselesaikan paling lama 8 bulan
● Melibatkan pemangku kepentingan
Adanya pembahasan oleh
melalui konsultasi publik
● Tahapan penyusunan terdiri dari 5 tahap
Pemangku Kepentingan tentang
RDTR Kabupaten/Kota
( Perwakilan DPRD)
26
Tahapan Penyusunan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021

Dalam prosesnya terdapat kegiatan berupa penyusunan kerangka acuan


Persiapan kerja, penetapan metodologi yang digunakan dan penetapan wilayah
perencanaan RDTR.

Pengumpulan data dan Merupakan proses mengumpulkan beberapa informasi berupa


data wilayah administrasi, kependudukan, bidang pertanahan,
informasi kebencanaan dan peta dasar dan tematik

Dalam prosesnya meliputi menganalisis beberapa aspek seperti


Pengolahan data Sosial
LoremBudaya, kependudukan,
ipsum dolor kelembagaan,struktur
sit amet, consectetur wilayah
adipiscing elit.
dan analisis perencanaan
Duis sit amet dan
odiobeberapa
vel purusaspek lainnya
bibendum berdasarkan data
luctus.
informasi yang didapat pada tahap sebelumnya

Dalam prosesnya meliputi perumusan alternatif


Perumusan
konsep rencana, pemilihan konsep rencana dan
konsepsi perumusan rencana terpilih menjadi muatan RDTR

Penyusunan Dalam prosesnya meliputi penyusunan kajian kebijakan rancangan


rancangan peraturan peraturan kepala daerah tentang RDTR dan penyusunan rancangan
kepala daerah peraturan kepala daerah tentang RDTR kab/kota
27
Prosedur Penetapan Rencana Tata Ruang
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 8 Tahun 2017

Pembahasan lintas
Pengajuan Rancangan Perda
Sektor dan Daerah
1 3 memuat bahasan berupa:
Pengajuan meliputi materi: • Rancangan Perda RTR
● Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang • Album peta
● Rencana struktur ruang wilayah • Tabel pemeriksaaan mandiri
● Rencana pola ruang wilayah • Materi teknis (rencana dan fakta analisis)
• Dokumen kajian lingkungan hidup strategis

Penetapan Persetujuan
2 Evaluasi
Substansi
Memperhatikan materi berikut:
• Kebijakan strategis nasional
4 Dilengkapi dengan dokumen
• Tabel pemeriksaan mandiri
• Ruang terbuka hijau publik
• Tabel hasil evaluasi
• Peruntukan kawasan hutan
• Album peta
• Lahan pertanian pangan berkelanjutan
• Berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah 28
• Mitigasi bencana
29
30
Proses Persetujuan Substansi
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021

Penerbitan Surat
Persetujuan Substansi
Proses penerbitan persetujuan substansi
terhadap rancangan peraturan

Persiapan Lintas Sektor


03 daerah/peraturan kepala daerah diberikan
berdasarkan hasil pembahasan lintas
sektor yang telah diperbaiki. Dalam proses
Dilakukan dengan mengirimkan surat penerbitan dilengkapi dengan dokumen:
undangan beserta materi rapat kepada
kementerian/lembaga, pemerintah Daerah,
Dewan perwakilan rakyat daerah dan Tabel hasil persandingan muatan
seluruh pemangku kepentingan terkait rancangan perda sebelum dan sesudah,
tabel evaluasi muatan strategis rancangan
perda, peta rencana struktur ruang dan
Materi rapat memuat naskah akademik pola ruang yang telah diparaf
atau kajian kebijakan, rancangan perda
RTR dan materi teknis berupa buku
rencana dan fakta analisis
01 02 Pembahasan Lintas Sektor
Pembahasan rancangan peraturan
daerah/peraturan kepala daerah tentang
RTR dilakukan untuk memeriksa
kesesuaian materi dan informasi spasial
rancangan peraturan daerah/peraturan
perundang-undangan bidang penataan
ruang dan kebijakan nasional. Dalam
prosesnya pihak kementerian/lembaga
menyiapkan dokumen berupa peta digital. 31
Kegiatan diselesaikan paling lama 20 hari.
04
STUDI KASUS
PROBLEMATIKA
PEMBENTUKAN PERATURAN
DAERAH (PERDA) TENTANG
RENCANA TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI RIAU

32
Latar Belakang Pemprov Riau mengusulkan perubahan kawasan
hutan menjadi 3,49 juta Ha, sehingga kawasan
hutan menjadi 3,65 juta Ha dan kawasan non Hutan
Penyusunan Perda Rencana Tata menjadi 5,39 Ha. Awalnya usulan tersebut direspon
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2012
dimulai sejak adanya pemekaran (dengan membentuk tim terpadu). Tim tersebut
daerah yaitu pemekaran daerah merekomendasikan perubahan kawasan hutan
provinsi Riau menjadi Provinsi seluas 2,76 juta Ha, sehingga luas kawasan hutan
Kepulauan Riau.Dari perubahan menjadi 4,411 juta Ha dan kawasan non Hutan 4,62
tersebut pada tahun 2004 maka juta Ha.
Pemerintah Daerah Provinsi Riau
melakukan revisi terhadap RTRW
khususnya terkait status kawasan
hutan.

33
Permasalahan Muncul ketika

Setelah ditunggu selama 2 tahun tidak ada kemajuan, pada


tahun 2014 Departemen Kehutanan mengeluarkan SK No.673
Tahun 2014 disusul dengan SK No.878 Tahun 2014 yang
keduanya menyatakan bahwa kawasan hutan di provinsi riau
dikabulkan menjadi 5,499 juta atau perubahan hutan hanya
seluas 1,68 juta Ha dari usulan/rekomendasi oleh tim terpadu
seluas 2,726 juta Ha

Sedangkan pada tanggal 20 April 2016, Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerbitkan SK
No.314 (penambahan perubahan peruntukan kawasan hutan
menjadi bukan kawasan hutan seluas 65,125 Ha).
Saat Gubernur Riau mengirimkan Rancangan Perda (Raperda) RTRWP Riau
2018-2038 kepada menteri dalam negeri untuk dievaluasi dan dimintakan
persetujuan kepada lembaga terkait (KLHK). KLHK tidak menyetujui
rancangan tersebut akibat adanya perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
hutan menjadi non kawasan hutan

34
Panitia Khusus DPRD Riau ternyata sudah berulang kali mengundang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) untuk menyelesaikan permasalahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Namun dalam pelaksanaan rapat
beberapa kali pihak KLHK tidak hadir sehingga mempengaruhi proses pengesahan RTRW

Permasalahan mendasar sehingga pembentukan Perda RTRW Provinsi Riau berlarut larut adalah adanya tarik-menarik
kepentingan antara pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan pemerintah
daerah Provinsi Riau terkait dengan peruntukan lahan dari kawasan hutan ke kawasan non hutan.

Usulan pemerintah Provinsi Riau dari hasil rekomendasi Tim Terpadu ternyata tidak diakomodir oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu perubahan peruntukan lahan dari Kawasan Hutan menjadi Kawasan Non
Kehutanan seluas 2.726.901 Ha. Berdasarkan surat Menteri Kehutanan No. SK.673/Menhut-II/2014 tentang
Perubahan Kawasan Hutan menjadi 92 Bina Hukum Lingkungan Volume 4, Nomor 1, Oktober 2019 Bukan Kawasan
Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) hanya menyetujui seluas 1.638.249 Ha. Padahal
faktanya di lapangan areal atau lahan yang dipertahankan oleh Kementerian LHK itu sudah berubah sebagian
besarnya menjadi areal perkebunan kelapa sawit dan peruntukan lainnya.

Pada akhirnya Pemerintah Daerah menyetujui kebijakan yang diajukan oleh Kementerian LHK sehingga Kementerian
LHK merekomendasi Perda RTRW Provinsi Riau. Pada tanggal 25 April 2018, Perda RTRWP Provinsi Riau disetujui
oleh Kemendagri melalui Direktur Produk Hukum Daerah, Ditjen Otonomi Daerah dan memberikan Nomor Registrasi
Peraturan Daerah RTRW Provinsi Riau (10,105/2018) dan setelah itu Gubernur Riau menetapkan menjadi Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau.

35
Kesimpulan

Jika dilihat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, tidak
dijelaskan adanya perbedaan kedudukan antara Perda RTRW Provinsi dengan Perda lain, yang mana dalam Undang-undang
tersebut perda RTRW Provinsi dengan perda lainnya memiliki kedudukan yang sama pada proses pembentukannya. Tetapi
pada kenyataannya dalam proses penyusunan Perda RTRW Provinsi Riau banyak Instansi atau Lembaga dan Kementerian
terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Informasi Geospasial dan Kemendagri yang ikut terlibat
dalam membahas dan menyusun Perda RTRW Provinsi.

Oleh karena pentingnya kedudukan Perda khususnya Perda tentang rencana tata ruang, maka sudah selayaknya peraturan
pelaksanaan dalam pembentukan perda rencana tata ruang provinsi diatur dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres), bukan
dengan peraturan menteri dalam negeri. Hal ini karena dalam penyusunan perda rencana tata ruang provinsi melibatkan
beberapa institusi negara dan kementerian seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Bappenas, Badan Informasi Geospasial, dsb.

36
DAFTAR PUSTAKA
UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
PP No 21 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Permen Agraria No 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang
Permen PUPR No 15 Tahun 2009 Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
Permen PUPR No 16 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Permen PUPR No 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Suparto, 2019. PROBLEMATIKA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) TENTANG RENCANA


TATA RUANG WILAYAH PROVINSI RIAU. Jurnal Bina Hukum Lingkungan. Fakultas Hukum Universitas Islam
Riau. Vol 4.No 1

https://www.mongabay.co.id/2021/02/16/revisi-perda-rtrw-riau-bagaimana-perkembangannya/
https://www.goriau.com/berita/baca/diduga-karena-perda-rtrw-peta-kawasan-hutan-jadi-masalah-mardianto-masy
arakat-sudah-menangisnangis.html
https://www.cakaplah.com/berita/baca/75799/2021/10/03/apa-kabar-rtrw-riau#sthash.KXh9mgbo.dpbs

37

Anda mungkin juga menyukai