Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


(RTRW) KOTA

Disusun oleh :

KELOMPOK IV
ADID RAJARISTA
NELVI ANNA PUTRI
PITRI HANDAYANI
RAZIZ PAHMI SYAPUTRA

MADRASAH ALIYAH
PONPES ISLAMIC CENTRE AL HIDAYAH KAMPAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha Penyayang”
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Guru yang telah mengarahkan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini tersusun
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini maupun penyusunan makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kampa, September 2023

Penyusun,
BAB I PENDAHULUAN

Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnya
ketersediaannya tidak tak terbatas. Ruang juga sebagai sumber daya pada
dasarnya tidak mengenal batas wilayah Nasional. Tetapi, buat mewujudkan
wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggungjawab, penataan
ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, penyeimbang, dan keterpaduan antar daerah, antara pusat
dan daerah, antar sektor, dan antar pemangku kepentingan. Berkaitan dengan
kebijakan otonomi daerah tersebut, wewenang penyelenggaraan penataan ruang
oleh pemerintah dan pemerintah daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan,
pembinaan, penerapan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada
pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif.

Penataan ruang sebagai suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan


ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang merupakan suatu kesatuan
sistem yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Untuk menciptakan
suatu penataan ruang yang serasi harus memerlukan suatu peraturan perundang-
undangan yang serasi pula diantara peraturan pada tingkat tinggi sampai pada
peraturan pada tingkat bawah sehingga terjadinya suatu koordinasi dalam
penataan ruang. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang. Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju masa depan yang
diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat digunakan serta memerhatikan keragaman wawasan kegiatan di
setiap sektornya.
Dilaksanakannya perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan
berbagai kegiatan sektor pembangunan, sehingga dalam memanfaatkan lahan
dan ruang dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan
diadakannya suatu perencanaan tata ruang adalah untuk mengarahkan struktur
dan lokasi beserta hubungan fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam
rangka pemanfaatan sumber daya manusia, sehingga terciptanya hasil
pembangunan yang optimal dan efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan
kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan.

Pemanfaatan ruang merupakan suatu upaya untuk mewujudkan struktur


ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Hal ini diatur dalam
ketentuan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
Sedangkan untuk pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang untuk mengurangi adanya pelanggaran atau
ketidaksesuaian sehingga kesesuaian pemanfaatan ruang dapat terjaga.
Pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalui penetapan zonasi,
perizinan, pemberi insentif dan disinsentif serta adanya pengenaan sanksi.

Dalam Pasal 5 ayat (3) UUPR ditegaskan bahwa : “Penataan ruang


berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota.” Ketentuan mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten (RTRWK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW
Kota) tertuang dalam Pasal 25 - Pasal 27 UUPR dan Pasal 28 - Pasal 31 UUPR.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK), penyusunannnya mengacu
pada RTRWN dan RTRWP, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
penataan ruang, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
BAB II PEMBAHASAN

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota
2. Rencana struktur ruang wilayah Kota
3. Rencana pola ruang wilayah Kota
4. Penetapan kawasan strategis Kota
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota
6. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota

A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota


Penataan Ruang Wilayah Kota memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah Kota;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw Kota;
dan
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kota.

B. Fungsi penataan ruang Wilayah Kabupaten


Fungsi-fungsi utama dari Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota meliputi:
1. Pengaturan Penggunaan Lahan: Merencanakan dan mengatur penggunaan
lahan di wilayah kota untuk berbagai tujuan, seperti pemukiman, industri,
pertanian, konservasi alam, rekreasi, dan lainnya.
2. Pembangunan Terencana: Mengarahkan dan mengkoordinasikan
pembangunan fisik, seperti infrastruktur jalan, perumahan, sekolah, rumah
sakit, dan fasilitas umum lainnya agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembangunan lokal.
3. Zonasi:
4. Membagi wilayah kabupaten atau kota menjadi zona-zona dengan peraturan
yang berbeda, seperti zona perumahan, zona komersial, zona industri, dan
sebagainya untuk menghindari konflik penggunaan lahan yang tidak sesuai.
5. Konservasi Sumber Daya Alam: Melindungi sumber daya alam yang
penting di lingkup kabupaten atau kota, seperti hutan, sungai, dan area pantai,
untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekosistem.
6. Penyediaan Layanan Masyarakat: Memastikan penyediaan layanan dasar,
seperti air bersih, sanitasi, listrik, dan pengelolaan limbah di seluruh wilayah
kabupaten atau kota.
7. Pemantauan Pertumbuhan Populasi: Menganalisis pertumbuhan penduduk,
melakukan pemantauan, dan mengidentifikasi kebutuhan fasilitas juga
infrastruktur yang berkaitan dengan pertumbuhan tersebut.
8. Perlindungan Lingkungan: Memastikan bahwa aktivitas pembangunan dan
ekonomi di wilayah kabupaten dan kota tidak merusak lingkungan alam,
udara, air, serta menjaga kualitas lingkungan hidup.
9. Pengendalian Banjir dan Bencana Alam: Merencanakan tata ruang yang
meminimalkan risiko banjir dan bencana alam, serta memfasilitasi respon
cepat (mitigasi) dalam situasi darurat.

Anda mungkin juga menyukai