Anda di halaman 1dari 62

Penyusunan Rdtr, Zoning

Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 UMUM
Kegiatan “Penyusunan Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs Kawasan
Perkotaan Lubuk Alung” adalah salah satu tugas dan tanggung jawab
pemerintah daerah untuk melakukan pengaturan kegiatan penataan
ruang setempat dalam upaya pembentukan landasan hukum bagi
pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

Untuk memperoleh suatu hasil perencanaan yang optimal, perlu


disiapkan suatu metode pendekatan sebagai kerangka berpikir yang akan
digunakan dalam pekerjaan Penyusunan Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs
Kawasan Perkotaan Lubuk Alung.

Dalam penyusunan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) ini


harus mempertimbangkan 3 (tiga) aspek pokok yaitu :
a. Aspek Strategis, meliputi kebijaksanaan dasar dalam penentuan
fungsi wilayah yang mendukung pengembangan wilayah serta
pengembangan kegiatan utama yang merupakan penjabaran atau
pengisian dari rencana-rencana pembangunan nasional dan daerah
dalam jangka waktu panjang.
b. Aspek Teknis, meliputi kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk
menyerasikan dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang, penyediaan
fasilitas dan utilitas pelayanan secara tepat, pendayagunaan pola
transportasi, peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta
menjaga kelestraian lingkungan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
c. Aspek pengelolaan, harus mendasari pertimbangan dalam
merumuskan rencana pemanfaatan ruang dengan tetap
mempertimbangkan aspek hukum dan perundang-undangan yang

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

berlaku dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan kemampuan


daerah dalam melaksanakan pembiayaan pembangunan.

Selain dari 3 (tiga) aspek pokok di atas, Penyusunan Rdtr, Zoning


Regulation Dan Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung harus tetap
berprinsip pada :
a. Konsisten, tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 24
tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Rencana Tata ruang wilayah Propinsi Sumatera
Barat dan peraturan perundang-undangan lainnya.
b. Operasional, memenuhi tuntunan kebutuhan dan memperhatikan
kemampuan daerah dalam pengimplementasikan program dan
memperhatikan kemampuan daerah dalam pengimplementasikan
program/proyek serta kewenangan Pemerintah Daerah di dalam
pelaksanaan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah.
c. Mudah, materinya mudah dipahami dan tidak rumit, sehingga tidak
mengundang interpresentasi yang keliru dalam rangka pelaksanaan
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
d. Utuh, mencakup semua komponen dan materi penting yang perlu
diakomodasikan dalam penyusunan RDTR ini, sehingga dapat
mendorong berlangsungnya kegiatan pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang lebih berkualitas.
e. Fleksibel, memberikan peluang untuk mengembangkan visi dan
kreatifitas dalam pemanfatan ruang wilayah guna mengoptimalkan
peluang investasi dan peran swasta/ masyarakat.
f. Keberpihakkan, dengan tetap memaut secara spesifik muatan-
muatan kebijaksanaan dan program pemberdayaan ekonomi
masyarakat (usaha kecil, menengah dan koperasi)

3.2 AZAS PENYUSUNAN

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Sesuai dengan undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan


ruang, maka dalam Penyusunan Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs
Kawasan Perkotaan Lubuk Alung didasarkan pada azas-azas sebagai
berikut :
a. Azas fungsi utama, pemanfatan ruang dilakukan berdasarkan fungsi
utama kawasan, yaitu : perlindungan dan budidaya
b. Azas fungsi kawasan dan kegiatan, pemanfatan ruang dilakukan
berdasarkan fungsi kawasan dan kegiatan yang meliputi kawasan
pedesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu yang
diprioritaskan.
c. Azas Keterpaduan,dengan memperhatikan kesatuan kegiatan
pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh Pemerintah (pusat, propinsi
dan kabupaten/kota), sektor swasta/dunia usaha dan masyarakat
berdasarkan pertimbangan menyeluruh.
d. Azas Daya Guna dan Hasil guna, yakni memperhatikan segenap
potensi dan pemanfaatan SDA serta SDM agar dapat menghasilkan
manfaat dan kualitas ruang yang optimal.
e. Azas Keserasian, keseimbangan dan keselarasan, memperhatikan
persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan keterkaitan
antar sektor, antar wilayah agar tercapai keserasian, keselarasan dan
keseimbangan struktur ruang wilayah.
f. Azas Keterbukaan, yakni memperhatikan hak yang ada pada setiap
masyarakat untuk mengetahui rencana-rencana tata ruang wilayah
yang disusun secara terbuka, antara lain melalui seminar/lokakarya,
sarasehan, papan-papan, pengumuman (billboard) atau media masa.
g. Azas persamaan dan keadilan, tetap memperhatikan adanya hak
yang sama pada setiap masyarakat untuk menikmati manfaat ruang
dan atau nilai tambah ruang, serta hak untuk mendapatkan
penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
dari pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana
tata ruang secara adil.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

h. Azas Perlindungan Hukum, yakni memperhatikan perlunya jaminan


perlindungan terhadap setiap hak atas pemanfaatan ruang yang
diberikan kepada masyarakat.
Peraturan zonasi menjadi salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai
dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.

3.3 PENDEKATAN PENANGANAN


Pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan
Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung:
Gambar 3.1
Diagram Kerangka Berpikir

Inventarisasi pemanfaatan ruang

Pemanfaatan Ruang Klasifikasi pemanfaatan ruang


Tata cara penetapan
blok peruntukan dan Hirarki penggunaan lahan Boleh
penetapan zonasi
Kompatibilitas Bersyarat

Inventarisasi intensitas PR Dilarang

Intensitas Klasifikasi intensitas PR berdasarkan


Pemanfaatan Ruang jenis /zona pemanfaatan ruang

Inventarisasi ketinggian, GSB, Orientasi


Tata Massa Bangunan
dan ketentuan lainnya yang terkait.
Peraturan Zonasi
Kodifikasi standar

Inventarisasi prasarana yang perlu


diatur

Prasarana Inventarisasi standar-standar prasarana

Kodifikasi standar

Amandemen/ Inventarisasi standar, pedoman teknis,


perubahan Peraturan Standar-standar
petunjuk teknis terkait.
Pembangunan dan
peta zona
Identifikasi lembaga dan tugas serta
Kelembagaan
kewenangannya

Identifikasi proses dan prosedur

3.3.1 Pendekatan Operasional

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Sebagai acuan dasar pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rdtr, Zoning


Regulation Dan Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung, agar tercapai hasil
kerja yang optimal, Konsultan menyiapkan rencana operasional kegiatan
yang efektif dan efisien. Komponen penghasil rekayasa yang akan
mempengaruhi jalannya kegiatan di antaranya meliputi: (a) personel
(tenaga ahli dan tenaga penunjang), (b) organisasi penyedia jasa, (c)
sistem koordinasi, (d) fasilitas kerja, (e) tempat (kantor dan base camp).
Secara diagramatis, pendekatan operasional pelaksanaan pekerjaan,
lihat Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Diagram Pendekatan Operasional

FASILITAS
LAPANGAN
KANTOR
STUDIO

TRANSPORTASI

TENAGA AHLI KOMUNIKASI


KUALITAS

KAPASITAS

KOORDINASI OPERASIONAL
INTERN
EKSTERN

ORGANISASI

INTERN

EKSTERN

TEPAT WAKTU TEPAT MUTU

3.3.2 Pendekatan Teknis

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

a. Pendekatan Deduksi
Mempertimbangkan teori, kasus, dan preseden peraturan zonasi yang
telah digunakan kebanyakan kota di luar negeri maupun di dalam
negeri. Relatif cepat dihasilkan, tetapi hasilnya tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan pengendalian. Perlu penyesuaian dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah. Cakupan kajian pendekatan ini
meliputi :
 Tata guna lahan dan hirarkinya, kegiatan, pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan ruang, eksterior bangunan, bangunan-
bangunan dan prasarana;
 Kelembagaan, kewenangan, proses dan prosedur pembangunan
(termasuk perijinan), secara konseptual maupun empiris;
 Standar, ketentuan teknis, panduan, dan peraturan perundangan
yang berlaku.
b. Pendekatan Induksi
Kajian yang menyeluruh, rinci, dan sistematik terhadap karakteristik
penggunaan lahan dan persoalan pengendalian pemanfaatan ruang
yang dihadapi suatu daerah/kawasan. Memerlukan waktu, tenaga,
dan biaya yang sangat besar. Cakupan kajian pendekatan ini meliputi
 Kajian penggunaan lahan yang ada;
 Penyusunan aturan untuk masing-masing blok peruntukan;
 Kajian standar teknis dan administrasi yang dapat dimanfaatkan
dari peraturan nasional maupun daerah;
 Penetapan standar teknis dan administratif yang diterapkan untuk
daerah yang bersangkutan.
c. Pendekatan Deduksi dan Induksi
 Memanfaatkan hasil kajian dengan pendekatan deduksi yang
dikoreksi dan divalidasi dengan kondisi dan persoalan empirik
yang ada di daerah yang disusun peraturan zonasinya.
 Kombinasi pendekatan ini mengurangi waktu, dan tenaga yang
dibutuhkan dibandingkan dengan pendekatan induksi.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3.3.3 Pendekatan Pekerjaan


1. Pendekatan Kemitraan
Pendekatan kemitraan bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan
peran kerjasama untuk mendapatkan satu tujuan dalam proses
pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan ini diperlukan untuk
memberikan kesempatan yang sama dan lebih luas terhadap para
pelaku pembangunan (stakeholders), khususnya pemerintah daerah
selaku mitra pelaksanaan pekerjaan dan masyarakat luas dalam
implementasi penataan ruang terhadap pelaksanaan pembangunan
daerah.
2. Pendekatan Keruangan/Penataan Ruang
Kegiatan penataan ruang tidak terlepas dari pendekatan aspek
keruangan (spatial). Dalam pendekatan ini selain melakukan
sinkronisasi kebutuhan ruang/sinkronisasi program pemanfaatan
ruang/lahan, juga bagaimana suatu kawasan mampu menampung
kegiatan yang akan berkembang dimasa mendatang, selain itu juga
untuk melakukan check and balances antara kebutuhan ruang dan
ruang yang tersedia. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui
zona mana saja di dalam kawasan perencanaan dapat dilaksanakan
kegiatan pembangunan dan zona mana saja yang tidak dapat
dilaksanakan kegiatan pembangunan, tentunya setelah melalui
proses pen-zoning-an.
3. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan penataan ruang selama ini hanya dan terus berbasis
pada aspek ekonomi (pembangunan berkelanjutan) atau bahkan
berimbang/berbanding lurus dengan penataan ruang berbasis
lingkungan. Terkait dengan pekerjaan, penerapan pendekatan ini
dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan ekonomi di Kecamatan
Ampek Nagari tersebut telah memenuhi kaidah-kaidah penataan
ruang atau belum.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

4. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan dilakukan untuk mengetahui apakah selama
ini penataan ruang di lokasi yang akan dilaksanakan penataan ruang
tersebut sudah berbasis pada kelestarian lingkungan atau sebaliknya
zona pelestarian lingkungan justru dimanfaatkan, hal ini perlu
dikroscek kembali guna mendapatkan hasil sempurna.
5. Pendekatan Sosial Budaya
Karakteristik masyarakat dan kekentalan adat istiadat penduduk
setempat merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam setiap
penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penataan ruang dalam
bentuk apapun di wilayah NKRI, pendekatan sosial budaya dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana peranserta masyarakat setempat
turut serta dalam membangun, mengembangkan, mengelola, dan
menjaga kualitas tata ruang melalui pelaksanaan kegiatan penataan
ruang ini.
Pendekatan ini dilakukan dengan memandang wilayah sebagai suatu
kesatuan ruang sosial (sosial space) sebagai suatu perwujudan dan
lingkungan masyarakat. Dalam penataan pemanfaatan ruang dan
pengimplementasian ragam budaya dan tata nilai harus ditempatkan
sebagai suatu variable yang penting dalam mendukung
pengembangan wilayah. Pendekatan sosial budaya dan masyarakat
ini diharapkan dapat menghindari kemungkinan terjadinya benturan
sosial dan keterasingan dari kegiatan pembangunan serta
kesenjangan wilayah yang berdampak negatif terhadap kinerja
pertumbuhan wilayah maupun perkembangan sosial budaya
masyarakat.
Mengingat hal tersebut, maka dalam rangka kegiatan Penyusunan
Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung
dilakukan secara terbuka sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan haknya yakni, memberikan masukan berupa informasi,
data, tanggapan, saran-saran dan lain sebagainya. Dengan demikian,

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

rencana yang tersusun akan lebih aspiratif dan dapat mewadahi


berbagai kepentingan setiap lapisan masyarakat.

Pendekatan secara umum dapat dilihat pada bagan 3.3 : Pendekatan


pengembangan Kawasan dibawah ini :

Gambar 3.3
Pendekatan Pengembangan Kawasan

PENDEKATAN
KEMASYARAKATAN
(COMMUNITY BASED)
MASYARAKAT LOKAL
MASYARAKAT NON LOKAL
DLL

KAWASAN
PENDEKATAN KERUANGAN WISATA
/WLAYAH
(SPATIAL BASED)
LOCAL PENDEKATAN
REGIONAL KEBIJAKAN/SEKTORAL
NASIONAL (SECTORAL BASED)
KIMPRASWIL,
SEKTOR TERKAIT,
DINAS PARIWISATA DLL.

6. Pendekatan Legalitas
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengkaji keterkaitan aspek
legalitas dalam penataan ruang atau acuan normatif yang akan
menjadi landasan pelaksanaan pekerjaan. Selain itu juga penetapan
produk akhir rencana detail menjadi produk hukum Peraturan
Daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem
penataan ruang dan diperlukan dalam upaya implementasi
penegakan dan penegasan hukum di lapangan. Pendekatan ini
dilakukan agar masyarakat mengenal, mengetahui dan memahami
produk hukum penataan ruang), demi terwujudnya tertib tata ruang.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3.4 PENDEKATAN KEGIATAN


3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data berupa data fisik, lingkungan, perekonomian,
sosial budaya melalui mekanisme survei primer atau tinjauan lapangan
dan survei sekunder atau mendatangi instansi pemerintah.
Data–data yang dikumpulkan untuk penyusunan laporan dilakukan dengan
cara survey primer dan survey sekunder,survey primer dilakukan
langsung melihat kondisi eksisting kawasan rencana dan survey sekunder
merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melengkapi data yang
bersumber dari instansi berupa perundang-undangan, literatur, dan
lain sebagainya.
a. Data Primer berupa
1. Dalam tahap survey data primer ini konsultan harus benar-benar
melaksanakan dengan seksama terutama yang berhubungan
dengan data-data dasar fisik wilayah, ekonomi wilayah,
penatagunaan lahan existing sehingga secara spatial objekobjek
yang ditemukan dilapangan dapat terakomodasi dengan akurat
dan terpercaya.
2. Dalam melaksanakan survey fisik lapangan Konsultan harus
menghasilkan data-data yang berhubungan dengan kondisi existing
objek-objek amatan melalui pengukuran lapangan seperti:
1. Fisik dasar kawasan, meliputi informasi dan data: topografi,
hidrologi, geologi, klimatologi, dan tata guna lahan;
2. Kependudukan, meliputi jumlah dan persebaran penduduk
menurut ukuran keluarga, umur, agama, pendidikan, dan mata
pencaharian;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3. Perekonomian; meliputi data investasi, perdagangan, jasa,


industri, pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata,
pendapatan daerah, dan lain-lain;
4. Penggunaan lahan, menurut luas dan persebaran kegiatan yang
diataranya meliputi: permukiman, perdagangan dan jasa,
industri, pariwisata, pertambangan, pertanian dan kehutanan
dan lain lain;
5. Tata bangunan dan lingkungan: Tata bangunan meliputi :
intensitas bangunan (KDB, KLB, KDH), bentuk bangunan,
arsitektur bangunan, pemanfaatan bangunan, bangunan
khusus, wajah lingkungan, daya tarik lingkungan (node,
landmark, dll), garis sempadan (bangunan, sungai, SUTT).
6. Prasarana dan utilitas umum:
a. Jaringan transportasi:
a) Jaringan; jalan raya;
b)Fasilitas angkutan jalan raya; (terminal angkutan dan
barang);
c)Kelengkapan jalan; halte, parkir, dan jembatan
penyeberangan;
d) Pola pergerakan (angkutan penumpang dan barang).
b. Air minum (sistem jaringan, bangunan pengolah, hidran);
mencakup kondisi dan jaringan terpasang menurut pengguna,
lokasi bangunan dan hidran, kondisi air tanah dan sungai,
debit terpasang, dll;
c. Sewarage; air limbah rumah tangga;
d. Sanitasi (sistem jaringan, bak kontrol, bangunan pengolah);
jaringan terpasang, prasarana penunjang dan kapasitas;
e.Drainase; sistem jaringan makro dan mikro, dan kolam
penampung;
f. Jaringan listrik; sistem jaringan (SUTM, SUTR), gardu (induk,
distribusi, tiang/beton), sambungan rumah (domistik, non
domistik);

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

g.Jaringan komunikasi (kabel, dan seluler); jaringan, rumah


telepon, stasiun otamat, jaringan terpasang (rumah tangga,
non rumah tangga, umum serta Tower);
i. Pengolahan sampah; sistem pengelolaan (skala individual,
skala lingkungan, skala daerah serta TPA dan TPS), sistem
pengadaan (masyarakat, pemerintah daerah, swasta).
7. Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber
bencana, besaran dampak, kondisi lingkungan fisik, kegiatan
bangunan yang ada, fasilitas dan jalur kendali yang telah
ada.
8. Hasil pengukuran lapangan misal, peta topografi kawasan
perencanaan yang dilakukan pengukuran teristris sehingga
menghasilkan peta skala detail minimal 1 : 5.000.
Data dan informasi disusun dan disajikan dalam bentuk peta,
diagram, tabel statistik, termasuk gambar visual kondisi
lingkungan kawasan yang menunjang perencanaan detail tata
ruang. Identifikasi tersebut harus pula tampak secara jelas dalam
peta dilengkapi dengan wilayah administrasi hingga ke batas
wilayah Jorong/Desa, baik diterapkan dalam peta dengan skala 1 :
5.000 maupun visualisasi digital (kamera, handycamp).
3. Data sekunder yang dibutuhkan
a. Kebijakan dan rencana tata ruang yang terkait dengan
pengembangan kawasan
b. Kondisi sosial budaya
c. Kondisi ekonomi dan investasi
d. Sumber daya buatan, sarana dan prasarana
e. Listrik dasar/unsur alamiah
f. Sumber daya alam dan daya dukung lingkungan
g. Pemanfatan ruang
h. Kelembagaan dan sistem pengelolaan/pengendalian
pembangunan.
i. Peta Administrasi Kawasan

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3.4.2 Metode Kajian Dan Analisis Data


Metode kajian dan analisis data lanjutan berdasarkan pada analisis dalam
tata ruang Lubuk Alung, kondisi eksisting dan fakta informasi dilakukan
melalui mekanisme, diantaranya :
1. Penelaahan dokumen Tata Ruang terkait;
2. Analisis deskriptif;
3. Analisis kuantitatif empiris;
4. Analisis fisik, lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya;
5. Analisis perkiraan pembiayaan pembangunan;
6. Analisis overlay pemetaan (cad/GIS);
Dilanjutkan dengan penyimpulan sementara arah perkembangan
Perkotaan Lubuk Alung berdasarkan hasil dari kajian dan analisis berupa
alat/hipotesa;

Pada tahap analisis yang perlu dilakukan guna memenuhi KAK adalah :
a. Pelaksanaan Sosial Kependudukan
Analisis ini dilakukan untuk aspek-aspek kependudukan yang meliputi
jumlah penduduk, distribusi, kepadatan, struktur penduduk menurut
umur dan jenis kelamin, pertumbuhan dan perkembangan
karakteristik dan sebagainya .
Analisis yang digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk
ditahun rencana adalah :
1. Metode Garis Lurus
Proyeksi garis lurus ini mengikuti model persamaan :
Pt  n  Pt  b. (n)

Keterangan :
Pt  n = Jumlah penduduk pada tahun t + n
Pt = Jumlah penduduk tahun dasar

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

b = Rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun


pada masa lampau
n = Pertambahan tahun

2. Metode Bunga Berganda


Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan
berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah
penduduk akan membawa konsekuensi bertambahnya jumlah
penduduk, yang analog dengan bunga berganda.
Rumus matematis bunga berganda adalah :
Pt  n  Pt  (1  r) n

Keterangan :
Pt+n = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t + n
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun
dasar t
r = rata-rata persentase tambahan jumlah penduduk
yang diselidiki berdasarkan data masa lampau
n = Pertambahan tahun

b. Analisis Peruntukan Blok


1. Prinsip analisis
Analisis peruntukan blok kawasan melakukan kajian terhadap
peruntukan dan pola ruang yang ada, dan pergeseran serta
permintaan dikemudian waktu, berdasarkan pertimbangan distribusi
penduduk, tenaga kerja, aksesibilitas, nilai dan harga lahan, daya
dukung lahan, daya dukung lingkungan, daya dukung prasarana, dan
nilai properti lainnya.
2. Komponen analisis
A. Pembagian Blok

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Tujuan; membagi kawasan dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta


karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan
dalam blok-blok peruntukan lahan, sehingga mudah dalam alokasi
investasi, pengendalian, dan pengawasan dengan Komponen
analisis:
a) Delinasi blok;
b) Alokasi lahan;
c) Rencana sistem prasarana kawasan;
d)Perangkat kelembagaan untuk mendukung pengembangan
kawasan;
e)Kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan terhadap bencana
alam, perlindungan setempat, dan kawasan tertentu/khusus.
Masing-masing blok peruntukkan utama tersebut selanjutnya akan
dibagi menjadi beberapa sub-blok, sesuai pemanfaatan yang
lebih spesifik dan kekhususannya.

B. Peruntukan Lahan
Tujuan; mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan
atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok
peruntukan lahan sehingga tercipta ruang yang produktif dan
berkelanjutan dengan komponen analisis (perumahan, prasarana
lingkungan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata,
pemerintahan, pertambangan, pendidikan, dll:

c. Analisa Perumahan.
1. Kebutuhan perumahan menurut struktur pendapatan masyarakat
(deret dan renggang), dan ukuran rumah tangga (berdasarkan
hasil elaborasi);
2. Kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan.

d. Analisa Industri
1. Lokasi perencanaan pengembangan industri;
2. Potensi tenaga kerja yang ada;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3. Lingkungan; untuk kawasan yang telah berkembang, agar diteliti


dampak terhadap pencemaran lingkungan. Apabila merupakan
kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-jenis
pengembangan industri yang sesuai dengan lingkungan dan
prasarana daerah;
4.Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti
perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau,
prasarana transportasi dan lain sebagainya.

e. Analisa Pengembangan kegiatan perdagangan dan Jasa.


1. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan
hirarkhi dan kebutuhan yang ditetapkan dalam RTRW;
2. Kemungkinan-kemungkinan pengembangan lokasi sentra tersier
yang belum ditetapkan secara definitive dalam RTRW, demikian
juga dengan sentra lokal;
3.Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti
perumahan, fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau dan non
hijau, prasarana transportasi dan lain sebagainya.

f. Analisa Pengembangan pariwisata,


1.Pengembangan pariwisata, dan kawasan tersebut merupakan
kawasan yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan sekitar
yang akan berdampak pada pencemaran lingkungan, dan
kemungkinankemungkinan penanganan nya;
2. Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
3.Pembangunan kawasan wisata, agar diteliti jenis-jenis
pengembangan pariwisata;
4. Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang
berlebihan;
5. Analisis multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.

g. Analisa Kegiatan pusat pemerintahan


BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1.Kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan


kebutuhan yang ditetapkan dalam RTRW;
2.Lingkungan; mempunyai karakter kuat dalam tata lingkungan dan
bangunan;
3.Multiplier effect; jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan
dikembangkan, termasuk juga analisis kegiatan penunjang yang
muncul.

h. Analisa Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian


atau Pusat Pengembangan Teknologi Tinggi.
1. Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau
Pusat Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam
RTRW;
2. Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
3. Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang
berlebihan.

i. Analisis Agropolitan (Pertanian, Perkebunan, Perikanan);


j. Analisis fasilitas pertahanan dan keamanan,
1.Pengembangan kegiatan pertahanan dan keamanan sesuai yang
ditetapkan dalam RTRW;
2. Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
3. Kajian dampak keamanan terhadap permukiman; termasuk juga
analisis kebutuhan kegiatan penunjang, seperti perumahan,
perdagangan dan jasa, ruang terbuka, zona kedap suara serta
zona pengamanan (udara, laut, daratan), prasarana transportasi
dan utilitas lingkungan.

k . Analisa Fasilitas Umum


Tujuan; mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran
fasilitas sosial ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

dan sub blok peruntukan sehingga tercipta ruang yang aman,


nyaman, mudah, produktif dan berkelanjutan dengan komponen
analisis:
a)Fasilitas sosial dan umum; meliputi pengembangan kebutuhan
fasilitas:
1. Sosial : pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi, lapangan
olah raga, dll;
2. Umum : pos keamanan, kantor pos, kantor polisi, taman
pemakaman, pos pemadam kebakaran, dll.
b) Fasilitas ekonomi, pengembangan kebutuhan fasilitas ekonomi:
1. Pusat niaga; supermall, mall, grosir, pertokoan, toko, pasar,
warung;
2. Pusat perkantoran.
c) Fasilitas budaya, pengembangan kebutuhan fasilitas budaya
dikaitkan dengan seni budaya masyarakat dan cagar budaya, dan
peninggalan bersejarah.
1. Bangunan bersejarah;
2. Kampung budaya;
3. Ruang dan bangunan pertujukan.
d) Ruang terbuka hijau, yaitu meneliti kebutuhan ruang terbuka
hijau dengan memperhatikan daya dukung penduduk, potensi
lahan, tingkat polusi kawasan dan gangguan lingkungan, tingkat
kepadatan bangunan, serta kemungkinan cara pengadaan,
pemanfaatan dan pengelolaannya. Kebutuhan ruang terbuka
hijau menurut tingkat dan fungsi pelayanan:
1. Ruang terbuka hijau binaan (Pemakaman, Lapangan Olah raga,
perkebunan, pertanian, dll);
2. Ruang terbuka hijau alami (sempadan sungai, hutan lindung,
dll.).
e) Ruang terbuka non hijau, yaitu meneliti kebutuhan ruang terbuka
non hijau dengan memperhatikan daya dukung penduduk, potensi
lahan, penggunaan lahan sekitar, tingkat kepadatan bangunan,

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

serta kemungkinan cara pengadaan, pemanfaatan dan


pengelolaannya. Kebutuhan ruang terbuka non hijau menurut
tingkat dan fungsi pelayanan:
1. Skala; Lingkungan, kelurahan, kecamatan, kabupaten (sesui
zona rencana);
2. Unsur yang perlu diperhatikan; sosial budaya, ekologis,
arsitektur/estetika, ekonomi;
3. Jenis fasilitas; Plasa, medan nan bapaneh, parkir, lapangan
olah raga (out door), taman bermain, trotoar, median.

l. Analisis Kawasan Mitigasi Bencana,


Tujuan, meniliti dan mengkaji sumber bencana, lingkup atau luasan
dampak, dan kebutuhan pengendalian bencana, agar tercipta
lingkungan permukiman yang aman, nyaman, dan produktif dengan
komponen analisis:
a) Sumber dan macam bencana;
b) Frekuensi bencana;
c) Fasilitas dan jaringan penanggulangan bencana;
d) Cakupan wilayah terkena dampak;
e) Daya dukung dan daya hambat alam.

m. Analisis Prasarana Transportasi


1. Prinsip analisis
Analisis transportasi mengatur dan menentukan kebutuhan
jaringan pergerakan dan fasilitas penunjangnya, menurut struktur
zona, blok dan sub blok peruntukan, sehingga tercipta ruang yang
lancar, aman, nyaman, dan terpadu, berdasarkan pertimbangan
distribusi penduduk, tenaga kerja, daya dukung lahan, daya
dukung lingkungan jalan, daya dukung prasarana yang ada.
2. Komponen analisis (Angkutan jalan raya);
Tujuan: meneliti tentang kemungkinan pengembangan jaringan
jalan dan persimpangan sampai ke tingkat jalan lokal, dengan

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

mempertimbangkan jalan yang telah ada atau direncanakan oleh


rencana diatasnya dengan komponen analisis:
a) Analisis level of service jalan yang sudah ada;
b) Meneliti tingkat bangkitan lalu lintas penumpang dan barang;
c) Meneliti titik-titik kemacetan dan trouble spot lainnya;
d) Meneliti manajemen lalu lintas;
e)Meneliti kemungkinan-kemungkinan dimensi jalan dengan
mempertimbangkan volume lalu lintas dan sirkulasinya;
f) Selain itu meneliti juga tentang sarana transportasi seperti
parkir;
g) Trotoar/pedestrian, jembatan penyeberangan orang, halte, dan
lainnya;
h) Meneliti kinerja terminal, cargo dan kebutuhan pengembangan
dan penataannya.

n. Analisis Utilitas Umum


1. Prinsip Analisis
Analisis pengembangan jaringan utilitas sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan, termasuk sistem makronya. Meneliti
kemungkinan dimensi, lokasi, pemanfaatan ruang jalan sebagai jalur
distribusi, dengan mempertimbangkan topografi, volume, debit,
lokasi/lingkungan perencanaan, tingkat pelayanan, dsb.
2. Komponen Analisis
A. Air Minum:
Tujuan; mengatur dan menentukan kebutuhan jaringan dan fasilitas
air minum, menurut blok dan sub blok permukiman, sehingga
tercipta ruang ekonomis, sehat, dan produktif dengan komponen
analisis :
Sistem Pelayanan:
(a) Sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM;
(b) Air tanah terutama melalui sumur dangkal dan sumur pompa
dangkal.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Komponen Analisis:
(a) Kebutuhan air domistik;
(b) Kebutuhan non domistik;
(c) Pelayanan perkotaan dan perdesaan;
(d) Sistem pelayanan yang tersedia.

B. Drainase
Tujuan; pemenuhan kebutuhan untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air penerima atau bendungan resapan
buatan, agar terhindar pengikisan aliran hujan terhadap badan jalan
dan genangan air hujan pada kawasan tertentu dengan komponen
analisis:
a) Kebutuhan pengendalian banjir dan genangan;
b) Sistem jaringan makro dan jaringan distribusi;
c) Volume air hujan dan debit aliran;
d) Kondisi dan kapasitas saluran yang tersedia.

C. Air limbah
Tujuan; pemenuhan kebutuhan untuk mengalirkan air limbah
domistik yang berasal dari perumahan dan non perumahan dengan
komponen analisis:
a) Sistem jaringan: kebutuhan pengendalian air limbah rumah tangga
dan non rumah tangga;
b) Sistem pengelolaan : Individual, dan komunal;
c) Volume air imbah dan debit aliran;
d) Sistem pengolahan dan pengangkutan.

D. Persampahan
Tujuan; pemenuhan kebutuhan untuk pembuangan limbah non B3
yang berasal dari perumahan dan non perumahan dengan komponen
analisis:

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

a) Sistem jaringan dan pengolahan : bak sampah, TPS, dan TPA;


b) Skala penanganan: skala individu, skala lingkungan, dan skala
daerah;
c) Volume dan sumber sampah: perumahan, fasilitas komersial,
fasilitas umum, dan fasilitas sosial.

E. Kelistrikan
Tujuan; pemenuhan kebutuhan penerangan melalui sistem
pelayanan jaringan, dan komponen prasarana kelistrikan dengan
komponen analisis:
a) Skala pelayanan: domistik dan non domistik;
b) Sistem pelayanan: perkotaan dan perdesaan;
c) Sistem jaringan: gardu induk, saluran udara ( SUTT, SUTM, SUTR),
gardu tiang dan sambungan rumah;
d) Penataan ruang bawah jaringan.

F. Telekomunikasi
Tujuan; pemenuhan kebutuhan telekomunikasi melalui sistem
pelayanan jaringan telepon, dan komponen prasarana telepon
dengan komponen analisis:
a) Skala pelayanan:
- Sambungan telepon rumah tangga;
- Sambungan telepon non rumah tangga;
- Sambungan telepon umum.
b) Sistem jaringan :
- STO dan rumah kabel;
- Penataan sistem jaringan.
- Penataan Tower.

o. Analisis Amplop Ruang

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1. Prinsip Analisis
Terciptanya ruang yang akomodatif terhadap berbagai jenis
kegiatan yang direncanakan, dalam mewujudkan keserasian dan
keasrian lingkungan, dengan menetapkan intensitas pemanfaatan
lahan didalam kawasan (image arsitektur, selubung bangunan, KDB,
KLB, KDH, KDNH) dengan komponen Analisis:
A. Intensitas pemanfaatan ruang
Tujuan: Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran
pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan batasan KDB, KLB,
KDH atau kepadatan penduduk dengan komponen analisis:
a) Koefisien Lantai Bangunan (KDB), Prosentase berdasarkan
perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan
gedung dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan.
b) Koeffisien Lantai Bangunan (KLB), adalah angka perbandingan
antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan gedung
terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan, dengan
indikator analisis :
(a) harga lahan;
(b) ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan);
(c) dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan;
(d) ekonomi dan pembiayaan.
c) Koeffisien Dasar Hijau (KDH), adalah angka prosentase
perbandingan antara luas ruang terbuka di luar bangunan yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas
tanah daerah perencanaan, dengan indikator analisis:
(a) tingkat pengisian/peresapan air (water recharge);
(b) besar pengaliran air (kapasitas drainase);
(c) rencana tata ruang (RTH, tipe zonasi, dll).
d) Koefisien Tapak Basement (KTB), Penetapan besar KTB
maksimum didasarkan pada batas KDH minimum yang
ditetapkan.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Contoh: bila KDH minimum = 25%, maka KTB maksimum = 75%


e) Koeffisien Wilayah Terbangun (KWT) Prinsip penetapan KWT
sama dengan penetapan KTB, tetapi dalam unit blok
peruntukan atau tapak (bukan dalam unit persil).
f) Kepadatan Bangunan dan Penduduk Adalah angka prosentase
perbandingan antara jumlah bangunan dengan luas tanah
perpetakan/ daerah perencanaan.
Catatan:
Kepadatan penduduk = kepadatan bangunan/ha x besar
keluarga rata-rata Standar atau interval KDB dan KLB dapat
merujuk pada aturan yang berlaku, dan dapat disesuaikan
dengan kondisi di daerah.

B. Tata massa bangunan


Tata masa bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan
tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai.
Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:
a. Pertimbangan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Jarak
Bebas Bangunan GSB minimum ditetapkan dengan memper-
timbangkan keselamatan, risiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan dan estetika.
Faktor yang dianalisis adalah:
a) Garis sempadan bangunan;
b) Garis sempadan pagar.
c) Garis sempadan samping bangunan
Rumus dasar :
a) Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8m, GSB minimum = V2
rumija;
b) Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = Y2 rumija +
1 m;
c) Jarak antara bangunan gedung minimal setengah tinggi
bangunan gedung.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

b. Pertimbangan Garis Sempadan Sungai (GSS) dan Jarak Bebas


Bangunan GSS minimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan keselamatan, kenyamanan dan estetika,
serta kesehatan. Dengan mempertimbangkan :
a) Kedalaman sungai;
b) Lokasi di/luarKota;
c) Daerah cakupan aliran sungai;
d) Ketersediaan fasilitas pengaman sungai (tanggul);
e) Fasilitas jalan yang ada di sungai/pemanfaatan lahan.
c. Pertimbangan tinggi bangunan
Tinggi bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, risiko kebakaran, teknologi, estetika, dan
prasarana.
d. Pertimbangan Selubung Bangunan Selubung bangunan
ditetapkan dengan mempertimbangkan GSB, tinggi bangunan
maksimum, dan bukaan langit.
e. Pertimbangan Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan ditetapkan dengan melihat karakter
budaya setempat dan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat, seperti penentuan wajah bangunan, gaya
bangunan, keindahan, dan keserasian dengan lingkungan
sekitar.
Hasil analisis yang diperoleh haruslah dapat menyimpulkan
pokok persoalan dalam perwujudan ruang kawasan seperti :
a. Perbaikan kawasan, seperti penataan lingkungan
permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung),
perbaikan kawasan pusat pertumbuhan, urban heritage,
kampong budaya, serta pelestarian kawasan;
b. Pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan
kawasan, pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi
kawasan, serta rehabilitasi dan konstruksi kawasan pasca
bencana;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

c. Pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan


permukiman, pembangunan kawasan terpadu, kota tepi air,
pembangunan kawasan perbatasan, pembangunan kawasan
industri, dan pembangunan kawasan pengendalian ketat
jalan sistem primer, daerah aliran sungai, dll);
d. Pelestarian/pelindungan kawasan, seperti pengendalian
kawasan pelestarian, revitalisasi kawasan, serta
pengendalian kawasan rawan bencana.
Data dan informasi analisis disusun dan disajikan dalam
bentuk peta, diagram, tabel statistik, termasuk gambar visual
kondisi lingkungan kawasan yang menunjang perencanaan detail
tata ruang. Khusus penyajian dalam bentuk peta, rencana detail
tata ruang dibuat dalam peta kerja berskala 1 : 5000, sedangkan
kegiatan yang memerlukan pendetailan yang lebih rinci dibuat
dalam peta kerja 1 : 1000. Sebaliknya pada ruang bersifat
ektensif seperti kawasan hutan, perkebunan, pertanian skala
kerja dapat menggunakan peta 1.25.000.

p. Analisis Kelembagaan dan Peran Masyarakat


1. Prinsip Analisis
Analisis kelembagaan dan peran serta masyarakat, dengan mengkaji
struktur kelembagaan yang ada, fungsi dan peran lembaga,
meknisme peran masyarakat, termasuk media serta jaringan untuk
keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan,
dan pengendalian serta pengawasan.
2. Komponen analisa :
1. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan;
2. Analisis perilaku lingkungan: masyarakat perkotaan dan
perdesaan yang memiliki kultur dan tingkat pendidikan yang
berbeda;
3. Analisis perilaku kelembagaan: perlu dianalisis subtansi tugas
dan tanggungjawab;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

4. Analisis metode dan sistem: perlu dianalisis alat dan


perlengkapan, termasuk pendanaan bila diperlukan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

q. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana


Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
hubungan kawasan perencanaan dengan kawasan lainnya, jangkauan
pusat-pusat pelayanan dalam kawasan perencanaan dan unsur-unsur
pembentuk kawasan perencanaan.
Analisa yang digunakan mengetahui tingkat kebutuhan sarana dan
prasarana mengacu kepada standar PU yang ada. Untuk menghitung
kebutuhan sarana digunakan rumus : standar kebutuhan dari
kebutuhan prasarana.

Untuk menghitung kebutuhan prasarana digunakan rumus :

STANDAR KEBUTUHAN X JUMLAH PENDUDUK PADA TAHUN RENCANA

r. Analisis Daya Dukung Lingkungan dan Kepadatan


Analisis ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan daya
dukung lahan untuk dapat menampung jumlah bangunan,
ketinggian bangunan dan kepadatan untuk tiap blok-blok
peruntukan

s. Analisis Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Analisis pengelolaan sarana dan prasarana ini terkait dengan
kelembagaan dan sistem pengelolaan/ pengendalian lingkungan.
Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
kelembagaan, peran serta struktur pembangunan dalam
pembangunan kawasan (pemerintah, swasta dan masyarakat) dan
sistem pengelolaan/pengendalian pembangunan.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Analisis disini cendrung kepada analisis evaluasi dari setiap


pengelolaan sarana dan prasarana yang ada. Melihat manajemen
pengelolaan selama ini, dan menganalisis apakah perlu
pembenahan, perbaikan atau mempertahankan sistem
pengelolaan terhadap sarana dan prasarana yang ada.

3.4. 3 Rencana Struktur Ruang Wilayah


1. Rencana Persebaran Penduduk
Muatan rencana persebaran penduduk harus memperhatikan sifat-
sifat ruang kawasan,yaitu: ketersediaan lahan, kondisi fisik
kawasan, besaran kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan,
serta pertumbuhan penduduk yang direncanakan oleh rencana di
atasnya.
Rencana jumlah dan kepadatan penduduk kawasan dirinci dalam
blok-blok peruntukan seperti :
Pola distribusi penduduk;
Tingkat kepadatan penduduk per blok.
a) Kepadatan tinggi : 200 – 400 jiwa/ha
b) Kepadatan sedang : 100 – 200 jiwa/ha
c) Kepadatan rendah : 50 – 100 jiwa/ha
d) Kepadatan sangat rendah : 0 – 50 jiwa/ha

2. Struktur Kawasan Perencanaan


Muatan struktur kawasan disusun menurut simpul dan sentra
kegiatan fungsional dari fungsi kawasan, dan dirinci menurut
blokblok perencanaan. Faktor membentuk utama struktur kawasan
perencanaan dapat berupa: struktur zona perencanaan, struktur
pelayanan kegiatan dan sistem jaringan pergerakan, dan sistem
utilitas. Struktur kawasan perencanaan merupakan jenjang fungsi
dan peran kawasan yang melekat pada kawasan atau yang akan
dicapai dalam pengembangan kawasan tersebut. Struktur fungsi
dan peran kawasan yang diformat dalam zona pemanfaatan lahan,

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

sesuai daya dukung dan daya hambat ruang, tingkat perkembangan


bagian kawasan.
Pembagian struktur zona perencanaan dapat dipisahkan dalam pola
zona menurut kawasan fungsional, pertama yaitu pola
pengembangan kawasan yang terkait dengan perlindungan
setempat, dan kedua pola pengembangan kawasan fungsional
permukiman.
a.Struktur kawasan perencanaan pada kawasan berciri
perlindungan setempat/konservasi/Mitigasi Bencana, adalah
kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan
daerah aliran sungai dan lainnya.
a) Zona utama; pemanfaatan lahan merupakan objek/kegiatan
utama dari fungsi kawasan, yang harus dilindungi dan
dibatasi aktifitas diluar kegiatan utama (seperti zona
konservasi, rawan bencana);
b) Zona pendukung; pemanfaatan lahan merupakan kegiatan
yang menunjang dan memperkuat sekaligus melindungi
fungsi kawasan (seperti zona pembangunan);
c) Zona pelengkap; Pemanfaatan lahan merupakan kegiatan
yang melengkapi fungsi kawasan: permukiman dan
pelayanan skala yang lebih luas (seperti zona
pengembangan).
b. Struktur kawasan perencanaan pada kawasan berciri
permukiman, adalah kawasan perumahan, perdagangan dan
jasa, kawasan industri, kawasan kota mandiri, dan lainnya.
a) Zona utama; pemanfaatan lahan merupakan objek/kegiatan
utama dari fungsi kawasan, yang mempunyai intensitas
tinggi, dan kegiatan yang produktif dengan skala pelayanan
wilayah, kawasan atau lebih luas;
b) Zona pendukung; pemanfaatan lahan merupakan kegiatan
transisi yang menunjang dan mempunyai intensitas sedang
s/d tinggi, dan kegiatan bersifat campuran;
BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

c) Zona pelengkap; pemanfaatan lahan merupakan kegiatan


yang melengkapi fungsi kawasan utama dengan intensitas
rendah sampai sedang, yaitu kegiatan perumahan, rekreasi,
dan skala pelayanan kegiatan lokal atau lingkungan.

3. Rencana Blok Kawasan


Dasar pertimbangan dalam penetapan unit blok perencanaan
didasarkan atas perencanaan pembagian lahan dalam kawasan
menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas unit lingkungan
dengan konfigurasi tertentu dengan kriteria pengaturan blok:
a. Menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia
dan atau kegiatan alam;
b. Setiap blok memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik yang
akan dibentuk;
c. Memiliki homogenitas pemanfaatan ruang dan kesamaan
karakteristik serta kemungkinan pengembangannya (unit
lingkungan);
d. Kebutuhan pemilahan dan strategi pengembangannya;
e. Secara fisik : mengikuti morfologi blok, pola/pattern dan
ukuran blok, kemudahan implementasi dan prioritas strategi;
f. Pertimbangan lingkungan: keseimbangan dengan daya dukung
lingkungan, dan perwujudan sistem ekologi;
g. Tercipta peningkatan kualitas lingkungan kegiatan yang aman,
nyaman, sehat dan menarik, serta berwawasan ekologis (ruang
terbuka dan tata hijau);

Ukuran blok dan sub blok :


a. Ukuran terkecil 100 M X 100 M; dibatasi oleh dua jalan lokal
atau lingkungan.
b. Ukuran sedang 200 M X 100 M; dibatasi oleh dua jalan lokal.
c. Ukuran besar 500 M X 200 M; dibatasi oleh dua jalan kolektor.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

d. Ukuran sub blok, minimal 50 M X 50 M; dibatasi oleh dua jalan


lingkungan/ setapak.

4. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan


Rencana Skala Pelayanan Kegiatan Fungsional meliputi semua
sistem kegiatan primer, dan sistem kegiatan sekunder; sampai
pada kegiatan lokal dan lingkungan. Struktur pelayanan kegiatan
merupakan komponen perencanaan yang bertujuan dalam
distribusi jenis dan pelayanan kegiatan yang ditetapkan dalam
struktur ruang kawasan.
Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan dalam kawasan sampai
pada pusat pelayanan lingkungan permukiman.
a. Kegiatan sentra primer, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi
berskala regional, pusat kegiatan pemerintahan dan skala
sarana wilayah (daerah)
b. Kegiatan perdagangan dan jasa:, terutama melayani perdagangan
besar meliputi grosir, pasar induk, supermall, pusat perdagangan
barang eceran primer, pergudangan, pusat perkantoran;
c. Kegiatan pemerintahan: meliputi kantor bupati dan perkantoran
pemerintah setingkat bupati;
d. Kegiatan fasilitas umum: masjid agung, taman kota, terminal Kelas
A, stasiun KA, bandara udara, pelabuhan samudera, taman parkir,
kantor pelayanan umum, Rumah Sakit tipe A dan B, dan stadion;
e. Kegiatan pendidikan: perguruan tinggi, balai latihan dan penelitian;
f. Perumahan, wisma susun, ruko, rukan.
g. Kegiatan sentra sekunder, yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi,
pusat pemerintahan dan sarana daerah skala sub wilayah, dengan
jangkauan pelayanan beberapa kecamatan. Corak pelayanan
mengarah kepada kegiatan perdagangan eceran, kegiatan jasa
pribadi dan jasa perdagangan :

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

a) Kegiatan perdagangan dan jasa: terutama melayani perdagangan


eceran, barang-barang kebutuhan sekunder, bengkel mobil, pusat
onderdil kendaraan,dan lainnya;
b) Kegiatan pemerintahan, meliputi kantor camat, dan lembaga
setingkat kecamatan;
c) Kegiatan fasilitas umum: masjid kecamatan, taman lingkungan,
terminal Kelas B, taman parkir, kantor pelayanan umum, RS
pembantu tipe C, puskesmas, apotik, laboratorium, lapangan bola;
d) Kegiatan pendidikan: SLTA, SLTP, dan kursus;
e) Perumahan: ruko, dan rukan.
f)Kegiatan sentra tersier/lokal, yaitu sebagai pusat kegiatan
ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah berskala
lingkungan, dengan jangkauan pelayanan kelurahan/desa atau
beberapa RW. Corak pelayanan perdagangan eceran dan kegiatan
pribadi:
a) Kegiatan perdagangan dan jasa: terutama melayani perdagangan
eceran, seperti toko, warung dan lainnya;
b) Kegiatan pemerintahan, meliputi kantor kelurahan atau desa;
c)Kegiatan fasilitas umum: masjid, taman lingkungan, balai
pengobatan, klinik, puskesmas pembantu, jalur hijau;
d) Kegiatan pendidikan: sekolah dasar, taman kanak-kanak;
e) Perumahan: tunggal dan deret.

5. Rencana Sistem Jaringan


A. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
Rencana sistem jaringan pergerakan meliputi materi yang
direncanakan dan materi yang diatur. Materi yang diatur
meliputi sistem jaringan primer dan sekunder, sedangkan materi
yang direncanakan adalah sistem jaringan lokal. Rencana sistem
jaringan pergerakan meliputi materi yang direncanakan dan
materi yang diatur. Materi yang diatur meliputi sistem jaringan

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

primer dan sekunder, sedangkan materi yang direncanakan


adalah sistem jaringan lokal (Kepmen PU No. 375/KPTS/2004).
a) Rencana jalan menurut fungsinya : jalan arteri, kolektor,
lokal dan lingkungan;
b) Keterpaduan dengan lingkungannya;
c) Jalan dapat memberikan sumbangan postif kepada corak
lokasinya;
d) Jalan hendaknya memaksimalkan manfaat sosial dan ekonomi;
e) Jalan hendaknya dapat memperbaiki kualitas lanskap dan
sistem ekologi;
f) Penyediaan hubungan yang baik dengan sistem jalan lokal
atau, sehingga keutuhan lingkungan sekeliling jalan yang
didesain dapat dipertahankan;
g) Penyediaan persilangan-persilangan yang aman bagi para
pejalan kaki;
h) Penyediaan jalan-jalan setapak yang cukup lebar dan nyaman
bagi para pejalan kaki;
i) Penyediaan jalan-jalan bagi akses lokal dan untuk memarkir
kendaraan;
j) Menyesuaikan letak georafis dan visual dimana warisan
budaya dan lingkungan budaya berada;
k) Mengembangkan cara-cara alternative untuk melindungi
keseluruhan, meliputi lokasi dan pembentukan rute,
lanskap, dan disain lingkungan binaan;
l) Memaksimalkan potensi kepariwisataan suatu daerah warisan
budaya atau objek warisan budaya melalui bentang jalan
(streetscape) yang memperkuat arti penting budaya dari
daerah warisan budaya dan objek warisan budaya.

B. Fasilitas Jalan Raya, terdiri dari:


a. Trotoar/Pedistrian

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Pedoman bagi fasilitas-fasilitas pejalan kaki harus dapat


sama-sama diterapkan pada sistem jalan. Jadi, pergerakan-
pergerakan pejalan kaki yang lazim berlangsung dalam suatu
kawasan yang lebih luas dari koridor jalan (SNI. 03-2443-1991;
Permen PU No.30/PRT/M/2006). Dimana sistem pejalan kaki
bersilangan dengan sistem sirkulasi kendaraan bermotor, ada
beberapa cara untuk melindungi para pejalan kaki:
a) Dapat disediakan tempat penyeberangan pejalan kaki,
seperti zebra cross;
b) Dapat disediakan tempat penyeberangan pejalan kaki yang
terintegrasi dengan sistem lampu lalu lintas
c) Tempat perlindungan pejalan kaki;

b. Persimpangan (IHCM 1992)


Persimpangan dirancang berdasarkan pertimbangan teknis:
(a) Tingkat antrian dan tundaan;
(b) Penggunaan lahan;
(c) Manajemen lalu lintas.
(d) Persimpangan dirancang berdasarkan pertimbangan sosial
budaya
(e) Sebagai tempat pertemuan sosial;
(f) Keterkaitan dengan adapt istiadat setempat;
(g)Persimpangan dirancang memperhatikan unsure
estetika/citra kawasan;
o Jalur hijau;
o Taman.
 Persimpangan dirancang menurut bentuk pengendalian :
o Sebidang (sistem rambu, pulau jalan);
o ak sebidang (jembatan/fly over).

c. Parkir

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Pada umumnya beberapa tempat parkir di jalan dan di luar


jalan harus disediakan untuk jalan dalam banyak tata letak.
Penyediaan tempat parkir harus ditentukan sebagai sebuah
komponen dari rancangan jalan kendaraan untuk menjamin
bahwa parkir yang akan datang tidak mempunyai dampak
negative tempat - parkir di luar jalan yang diletakkan baik di
belakang atau di pusat suatu tempat dan tidak di bagian
jalan. Meskipun demikian, untuk keadaan tertentu seperti
jalur belanja komersial, tempat parkir di depan jalan mungkin
tidak terhindarkan. Tempat parkir di depan jalan harus
dimasukkan sebagai komponen dari rancangan jalan dan
merupakan bagian dari tempat masyarakat.

d. Terminal
Meliputi rencana :
a) Penata lokasian terminal penumpang dan barang;
b) Penataan pergerakan kendaraan inter moda di kawasan
terminal;
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/1995,
terminal penumpangberdasarkan fungsi pelayanannya dibagi
menjadi :
a) Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan
kota dan angkutan pedesaan;
b) Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan
kota dan/atau angkutan pedesaan;
c) Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan
umum untuk angkutan pedesaan.

6. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Rencana sistem jaringan utilitas meliputi materi yang


direncanakan dan materi yang diatur. Materi yang diatur meliputi
semua sistem jaringan makro/pengumpul, dan sistem jaringan
sekunder (jalur distribusi); sedangkan materi yang direncanakan
meliputi jaringan distribusi ke konsumen/blok peruntukan. (SNI.
03-2850-1992). Pelayanan jaringan utilitas dirinci sampai
pengukuran pola dan sistem jaringan, kapasitas dan intensitas
pelayanan jaringan utilitas yang meliputi:
a. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan air minum (hingga
jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan);
a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan air minum penduduk dalam
mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.
b.Prinsip :
Kebutuhan air minum suatu kawasan/desa, didasarkan pada
besamya jumlah penduduk yang akan dilayani dikalikan
dengan tingkat kebutuhan air per kapita. (UU No.7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air; PP No.16 Tahun 2005
Tentang Pengembangan SPAM). Untuk daerah
perkotaan/kawasan tertentu kebutuhan air bersih harus
mempertimbangkan kebutuhan domestik (pemukiman) non-
domestik (kawasan fungsional non pemukiman), seperti
untuk : sosial, komersial, industri, dan sektor lain serta
kehilangan air.
Standar kebutuhan per orang per hari di Indonesia adalah 60
liter, 90 liter, 120 liter. Asumsi kebutuhan untuk domestik
sebesar lO % dan non domestik 20% dan kepasitas kebutuhan
suatu daerah/kota, tingkat kebocoran 20%. Tingkat
pelayanan = 10% -100%. Perencanaan kebutuhan air minum
meliputi kegiatan penyediaan air minum perkotaan dan
penyediaan air minum perdesaan dapat disediakan oleh
Pemerintah Daerah melalui PDAM, dan swasta atau swadaya

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

masyarakat (SNI:AB-K/RE-RI/TC/011/98 AB-K/RERI/ TC/


008/98. AB-K/RERI/ TC/010/98).

c. Komponen yang diatur:


(a).Kegiatan Penyediaan Air Minum Perkotaan Kegiatan
penyediaan dan pengelolaan air minum di daerah
perkotaan , meliputi beberapa hal yaitu :
(b) Peningkatan dan perluasan prasarana air bersih dengan
sistem perpipaan dan sistem non perpipaan;
(c) Peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang telah
terpasang, melalui perluasan :
- Jaringan distribusi
- Sambungan rumah
- Hidran umum
- Terminal
- Peningkatan kapasitas produksi sistem terpasang, dan
- Pengembangan sistem distribusi baru
(d) Peningkatan efisiensi pengelolaan dan penguasaan PDAM;
(e) Penataan lokasi bangunan pengelolaan dan distribusi;
(f) Pengembangan sistem perpipaan bagi kawasan.
(g) Kegiatan Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum
Perdesaan
(a) Peningkatan penyediaan jumlah sarana produksi dan
mengoptimalkan pemantaatan sarana produksi yang
sudah ada;
(b) Pengembangan sistem perpipaan bagi wilayah
perdesaan;
(c) Pengembangan penerapan teknologi tepat guna
termasuk pemanfaatan tenaga air, surya dan angin.
(d) Peningkatan swadaya masyarakat desa dalam
penyediaan dan pengelolaan air bersih.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

(e) Pengupayaan penyediaan secara komunal untuk


menjaga kualitas air tanah.
(f) Peningkatan penyuluhan tentang pentingnya air bersih
bagi kesehatan masyarakat.
(h) Pengendalian Sistem Penyediaan Air Minum
(a). Sistem Penyediaan Air Minum, adalah suatu sistem
supplai air bersih yang meliputi sistem :
- Pengambilan air baku,
- Proses pengolahan air baku,
- Reservoir,
- Transmisi air baku,
- Transmisi dan distribusi air bersih, serta
- Pelayanan pelanggan (sambungan rumah dan hidran
umum).
Sistem penyediaan air minum terdiri dari : unit
produksi, unit perpipaan, dan pelayanan kepada
pelanggan, di tata dan dirancang.
(b) Unit Produksi adalah unit bangunan yang mengolah
jenis-jenis sumber air menjadi air bersih, teknik
pengolahan disesuaikan dengan jenis-jenis sumber
air yang ada. Teknik pengolahan sendiri ada 2 (dua),
yaitu pengolahan tidak lengkap dan pengolahan
lengkap.
Mata Air :
Sistem pengolahan tidak lengkap dengan cara
Filtrasi dan pembubuhan disinfektan.
Sumur Dangkal/dalam
Sistem pengolahan tidak lengkap , yaitu :
pengolahan besi, mangan dan pembubuhan
disinfektan.
Air Sungai :

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Sistem pengolahan lengkap, umumnya dengan cara


proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi,
penyaringan dan pembubuhan desinfektan.
Air Danau/Telaga :
Pengolahan lengkap bila kekeruhan-nya > 50 NTU,
dan pengolahan tidak lengkap bila kekeruhannya <
50 NTU.
(c) Unit Perpipaan
Terdiri dari jaringan pipa transmisi dan distribusi
termasuk perlengkapannya, antara lain : katub,
jembatan, pipa, sambungan pelayanan, meteran,
distribusi termasuk perpompaannya.
(d). Sistem jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu
distribusi);
a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yanq
berfungsi dalam mendorong pertumbuhanekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
kaitannya dengan kegiatan pengembangan/
pembangunan daerah.

b. Prinsip
Dalam perannya sebagai penyedia kebutuhan energy
listrik didukung dengan suatu sistem penyediaan dan
pendistribusian listrik yang meliputi: tenaga
pembangkit, sistem jaringan, dan komponen prasarana
kelistrikan.
c. Kriteria
Sistem jaringan listrik dibagi menjadi :

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1) Kelompok jaringan listrik dengan kategori bangunan


gedung, banyak (superblok), yang kawasan niaga,
kawasan industry umumnya padat beban, yaitu 20
MVA setiap 5 Ha;
2)Kelompok jaringan listrik yang meliputi perumahan
tidak bertingkat termasuk daerah periksaan dengan
padat beban 5.000 W tiap 600 m2.
Komponen prasarana listrik meliputi bangunan
pembangkit sampai pada komponen rumah (SR) yang
terdiri dari :
1) Gardu Induk Tegangan Tinggi 170/70 KV;
2) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM);
3)Gardu Distribusi -Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR);
4) Gardu Tiang/Beton -Sambungan Rumah (SR).
d. Komponen yang diatur
Untuk mengetahui kebutuhan listrik di masa
mendatang di suatu kawasan diperlukan asumsi-asumsi
sebagai dasar perkiraan. Asumsi-asumsi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
(a) Katagori Domestik (daerah perumahan);
(b)Katagori Non-Domestik (industri, perkantoran,
penerangan jalan umum, dan fungsional lainnya);
Kebutuhan (awal/standar) domestik, akan
dibedakan menurut tipe rumah, yaitu sebagai
berikut:
- Tipe rumah mewah 1 bagian (diasumsikan 220
VA);
- Tipe rumah menengah 3 bagian (diasumsikan 1300
VA);

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

- Tipe rumah sederhana 6 bagian dan pemukiman


yang sudah ada 1 bagian (diasumsikan 900 VA
dan 450 VA).
c. Prasarana Telekomunikasi
a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana
komunikais yanq berfungsi dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dalam kaitannya
dengan kegiatan pengembangan/ pembangunan
daerah.
b. Prinsip
1)Prioritaskan pada pengembangan jaringan
telepon yang sudah ada;
2)Rencana pengembangan diarahkan ke kawasan
perkotaan;
3)Lokasi penempatan telepon umum diarahkan
pada pusat-pusat lingkungan, pusat-pusat
bagian kawasan serta di pusat kawasan;
4)Disesuaikan dengan asumsi jumlah penduduk
serta kebutuhan, sedangkan pemasangan
jaringan telepon, sebaiknya mengikuti jaringan
jalan;
5)Diperlukan sistem perencanaan jaringan
telepon yang terintegrasi atau terpadu.

c. Kriteria
Di dalam rencana dan pengembangan sistem
telekomunikasi akan menggunakan kriteria,
standar, dan asumsi-asumsi dalam setiap
perhitungan (analisis kuantitatif) kebutuhan
pelayanan telekomunikasi.
BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

d. Komponen yang diatur


1) Pembangunan Telepon
Pembangunan atau pun pengembangan
prasarana komunikasi meliputi pengaturan dan
penataan :
•Satuan sambungan terpasang rumah tangga
• Satuan sambungan terpasang industri
• Satuan sambungan terpasang komersial
• Jaringan
2)Pembangunan Menara Telekomunikasi Pola
penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi
dibagi dalam kawasan berdasarkan pola sifat
lingkungan, kepadatan bangunan dan bangun
bangunan serta kepadatan jasa telekomunikasi
yang lokasi persebarannya ditetapkan dengan
keputusan Gubernur. Dilarang membangun
menara telekomunikasi pada:
• Lokasi pada peruntukkan tanah spesifik
perumahan kecuali pada peruntukkan tanah
perumahan renggang dengan ketentuan
harus dilengkapi dengan persyaratan tidak
berkeberatan dari tetangga di sekitar
menara dan diketahui oleh lurah setempat;
• Bangunan bertingkat yang menyediakan
fasilitas helipad;
• Bangunan bersejarah dan cagar budaya.

d.sistem jaringan drainase;


a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yanq
berfungsi rnenqalirkan air permukaan ke badan air

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

penerima atau bendungan resapan buatan, dalam


mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.

b. Prinsip
a) Drainase Perkotaan. adalah drainase di wilayah
kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan
air permukaan, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia;
b) Sistem Drainase Utama, adalah sistem drainase
perkotaan yang melayani kepentingan sebagian
besar warga masyarakat perkotaan yang
melayani kepentingannya yang berfungsi
menerima aliran drainase sistem lokal untuk
dibawa ke badan air penerima.

c. Komponen yang diatur :


Penanganan pada sistem drainase ini (SNI : 02-
2406- 1991,SNI: 03-3424-1994) :
a) Sistem Drainase Lokal, adalah sistem drainase
perkotaan yang melayani kepentingan sebagian
kecil warga masyarakat atau yang melayani
kepentingan sebagian kecil masyarakat atau
jaringan saluran dan perlengkapannya yang
berfungsi mengumpulkan air hujan yang jatuh
pada suatu kawasan/areal tertentu (daerah
permukiman, perdagangan, industri, dll) yang
akan dibawa ke sistem utama;
b) Sistem Drainase Terpisah, adalah sistem
drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang terpisah dengan air
permukaan atau air limbah;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

c) Sistem Drainase Gabungan, adalah sistem


drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air
permukaan maupun air limbah yang diolah.
Penanganan pada sistem jaringan drainase ini:
a) Saluran primer, melalui program kali bersih,
normalisasi dan perawatan lainnya;
b) Saluran sekunder, saluran teknis dengan
berbagai dimensi yang mengikuti sistem
jaringan jalan baik on atau off run;
c)Waduk penampungan, dapat berupa
waduk/pond pengumpulan untuk
pengendalian kawasan padat, kawasan
pembangunan baru; juga dapat berupa
sumur resapan untuk skala lingkungan dan
perumahan.

e. Sistem jaringan air limbah;


a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yanq
berfungsi mengalirkan adalah air limbah
domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal
dari perumahan dan permukiman, dalam
mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.

b. Prinsip
Untuk mengembangkan pengelolaan air limbah
sesuai dengan kondisi wilayah diperlukan :
- Perangkat Lunak, seperti periundang-undangan,
pedoman, petunjuk teknis dan standar-standar;

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

- Kelembagaan. yaitu keberadaan lembaga


pengelolaan lengkap dengan sumberdaya manusia
yang trampil;
- Perangkat Keras, yaitu peralatan dan bangunan,
seperti: Truk tinja (Vacuum Truck), Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), saluran air
limbah, dan Instansi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
c. Kriteria
a) Integral (menyeluruh dan terpadu) ;
b) Efektif (mangkus, tepat guna) ;
c) Efisien (sangkil, berdaya guna) ;
d) Affordable (terjangkau oleh masyarakat) ;
e) Sustainable (berkelanjutan, beroperasi secara
terus menerus);
f) Partnership (kemitraan antara pemerintah
dengan masyarakat, swasta dan dunia usaha).
d. Komponen yang diatur
Air limbah domestik ini dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu :
a) Black Water, yaitu air limbah manusia (human
waste) yang berasal dari toilet/jamban;
b) Gray Water, yaitu air buangan rumah tangga
yang berasal dari kamar mandi, dapur, dan
tempat cuci (sullage).
Penanganan air limbah di perumahan dan
permukiman pada dasarnya merupakan tanggung
jawab masyarakat sendiri, sedangkan sarana
penunjangnya dapat dibantu atau disediakan oleh
pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa
bantuan pemerintah pusat maupun kerja sama
dengan sektor swasta.
BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

a) Teknologi/Sistem Sanitasi
Secara teknis ada beberapa jenis pembuangan
limbah domestik ini. Secara umum sistem
pembuangan ini dapat digolongkan menjadi,
setempat (on-site) atau bukan setempat (off-
site), basah atau kering. Sistem setempat
membuang limbah pada lokasi rurnah. Sistem
bukan setempat mencakup pengumpulan oleh
truk, pipa, atau saluran untuk pengelolaan dan
pembuangan di tempat lain. Sistem basah
memerlukan air untuk pengeluaran, sistem kering
tidak perlu air (lihat SNI 19-6410-2000 ; SIN 03-
6368-2000 ).
b) Pembuangan Air Limbah Sistem Setempat
Pembuangan air limbah sistem setempat. (on-
site). dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan
dengan :
(a)Individual oleh masinq-masing keluarga pada
setiap rumah;
(b) keluarga, yang biasanya berupa jamban jamak,
MCK, atau tangki septik komunal.

f. Sistem jaringan persampahan (hingga TPS komunal).


a. Tujuan
Memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang
berfungsi mengelola persampahan kota ang berasal dari
perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang
hidup yang sehat dan produktif.
b. Prinsip
Sampah dapat dibagi dalam kategori, yaitu:
(1) Sampah perkotaan adalah sampah non B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun),

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

(2) Sistem pengolahan sampah adalah suatu kegiatan


penanganan sampah yang ditinjau dari beberapa
aspek terkait seperti : institusi, teknik operasional,
pembiayaan, pengaturan dan peran serta
masyarakat,
(3) Lingkup program peningkatan pengelolaan sampah
adalah peningkatan manajemen, peningkatan
pengelolaan sampah (3 R : Reduce, Reuse, Recycle)
dan peningkatan kualitas Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) (SNI 03-3241-1994, SNI 03-3242-1994,
SNI 19-2454-2002, SNI 19-3983- 1995 ).
c. Kriteria
Kriteria Skala Penanganan Sampah
a) Skala individu
- Pewadahan (bin plastik 40 liter, kantong plastik);
- Pemisahan sampah disumber;
- Pengolahan setempat (comoster, vermi compost).
b) Skala lingkungan/kawasan
- Pewadahan;
- Pengumpulan (gerobak/TPS);
- Pemindahan (Transfer depo);
- UDKP (kompos & daur ulang, kapasitas 15 m3/hari);
- Incenerator (kapasitas 250 kg/jam);
- Vermi compost.
d. Komponen yang diatur
Kegiatan yang diatur :
a) Perumahan (mewah, menengah, rendah/kumuh);
b)Fasilitas komersial (toko, hotel, pasar, bioskop,
restoran dll);
c) Fasilitas umum (kantor pos, pos polisi, dll);
d) Fasilitas sosial (masjid, sekolah, fasilitas kesehatan
dll).
BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

7. Rencana Fasilitas Umum.


a. Tujuan; mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran
fasilitas sosial ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan
blok dan sub blok peruntukan sehingga tercipta ruang yang
aman, nyaman, mudah, produktif dan berkelanjutan.

b. Materi yang diatur :


a.Fasilitas sosial dan umum; meliputi pengembangan kebutuhan
fasilitas:
1) Sosial : pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi,
lapangan olah raga, dll;
2) Umum : Perkantoran, pos keamanan, kantor pos, kantor
polisi, taman pemakaman, pos pemadam kebakaran, dll.
b. Fasilitas ekonomi, pengembangan kebutuhan fasilitas
ekonomi:
1) Pusat niaga; mall, grosir, pertokoan, toko, pasar, warung;
2)Fasilitas budaya, pengembangan kebutuhan fasilitas budaya
dikaitkan dengan seni budaya masyarakat dan cagar
budaya, dan peninggalan bersejarah.
c. Bangunan bersejarah;
1) Kampung budaya;
2) Ruang dan bangunan pertujukan.
d. Ruang terbuka hijau, yaitu meneliti kebutuhan ruang terbuka
hijau dengan memperhatikan daya dukung penduduk, potensi
lahan, tingkat polusi kawasan dan gangguan lingkungan,
tingkat kepadatan bangunan, serta kemungkinan cara
pengadaan, pemanfaatan dan pengelolaannya.
Kebutuhan ruang terbuka hijau menurut tingkat dan fungsi
pelayanan:
1) Ruang terbuka hijau dengan binaan (Pemakaman,
Lapangan Olah raga, perkebunan, pertanian, dll);

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

2) Ruang terbuka hijau alami (sempadan sungai, hutan


lindung, dll.).
e. Ruang terbuka non hijau, yaitu meneliti kebutuhan ruang
terbuka non hijau dengan memperhatikan daya dukung
penduduk, potensi lahan, penggunaan lahan sekitar, tingkat
kepadatan bangunan, serta kemungkinan cara pengadaan,
pemanfaatan dan pengelolaannya.
Kebutuhan ruang terbuka non hijau menurut tingkat dan
fungsi pelayanan:
1)Skala; Lingkungan, kelurahan, kecamatan, kabupaten
(sesui zona rencana);
2)Unsur yang perlu diperhatikan; sosial budaya, ekologis,
arsitektur/estetika, ekonomi;
3)Jenis fasilitas; Plasa, parkir, lapangan olah raga (out
door), taman bermain, trotoar, median.

8. Rencana Peruntukan Blok


Muatan peruntukan blok dituangkan dalam bentuk rencana
peruntukan, dan dirinci menurut blok-blok perencanaan. Rencana
peruntukan tersebut merupakan peruntukan umum, oleh karena itu
disebut sebagai zoning plan (rencana kegiatan fungsional). Materi
yang dibahas adalah pengaturan kegiatan fungsional dalam kawasan
fungsional binaan dan kawasan fungsional alami/perlindungan
setempat baik yang terletak dalam zona utama, zona pendukung,
atau zona pelengkap, termasuk penataan serta pengaturan kegiatan
fungsional pada kawasan transisi antara kawasan utama dan
pendukung, kawasan pendukung dan pelengkap, atau kawasan utama
dengan kawasan pelengkap (mengikuti konsep struktur ruangnya).
Kedalaman materi mengatur intensitas dan luas lahan kegiatan
sosial, ekonomi, prasarana dan sarana umum dalam kawasan
fungsional binaan, dan kegiatan ruang terbuka dalam kawasan

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

fungsional alami yang terdistribusi secara rinci dalam blok-blok


peruntukan.
Pengaturan kelompok materi pola ruang terdiri kawasan fungsional
binaan meliputi : kawasan fungsional perumahan, kawasan
fungsional industri, kawasan fungsional pusat pemerintahan,
kawasan fungsional perdagangan dan jasa, kawasan fungsional
pertambangan, kawasan fungsional pariwisata, sedangkan kawasan
fungsional alami/ perlindungan :
kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai, sungai,
waduk/danau, hutan kota), dan kawasan cagar alam (cagar budaya,
ilmu pengetahuan/teknologi tinggi).

9. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan


Penataan Bangunan dan Lingkungan atau dikenal istilah Amplop
Ruang, merupakan hasil analisis daya dukung lahan, daya tampung
ruang dan kekuatan investasi serta ekonomi setempat, memuat
gambaran dasar penataan pada lahan kawasan perencanaan yang
selanjutnya dijabarkan dalam pengaturan bangunan, pengaturan
antar bangunan, dan penataan lingkungan fungsional, sehingga
tercipta lingkungan hunian yang harmonis, serasi, seimbang, aman
dan nyaman.
Maksud dan Tujuan rencana tata bangunan dan lingkungan adalah:
a. Memberikan arahan pengaturan rancangan lingkungan sehingga
berdampak baik, terarah dan terukur terhadap suatu kawasan
yang direncanakan;
b. Mengintegrasikan elemen-elemen lingkungan yang berpengaruh
pada suatu perencanaan kawasan;
c. Penguatan elemen-elemen lingkungan yang berkarakter dan
pelestarian setempat.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Pengendalian pemanfaatan ruang RDTR diselenggarakan melalui kegiatan


pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan
mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian
kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme
evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.

Komponen Pengendalian
1. Zonasi
Klasifikasi zonasi adalah jenis dan hirarki zona yang disusun
berdasarkan kajian teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian
empirik untuk digunakan di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya.
Tujuan penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk :
1. Menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu bagian
wilayah/kawasan;
2. Menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya.
Rencana pengembangan blok dan sub blok kawasan perencanaan akan
ditentukan oleh klasifikasi kegiatannya, yang dapat dipisahkan dalam
3 (tiga) kawasan yaitu :
1. Peruntukan lahan dasar
2. Peruntukan lahan spesifik
3. Peruntukan lahan teknis
Peruntukan lahan dasar merupakan pokok kegiatan permukiman yang
melandasi aturan pemanfaatan lahan. Sedangkan peruntukan lahan
spesifik adalah kegiatan yang menunjukan penggunaan ruang yang
diperbolehkan dalam pemanfaatan lahannya. Aturan teknis yang
menunjukkan dimensi serta pola dari kegiatan spesifik diatur dalam
pedoman teknis pemanfaatan antar ruang. Selanjutnya pengaturan blok
dan sub blok perencanaan dengan memberlakuan aturan dasar yang
meliputi aturan wajib, aturan anjuran utama dan aturan anjuran, dalam
konsep penataan kawasan, serta mempermudah dalam pengontrolan
implementasi atas aturan dasar tersebut.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

3.4.3 Metode Pelaksanaan


Untuk mengoperasionalisasikan pendekatan dan metodologi penanganan
pekerjaan “Penyusunan Rdtr, Zoning Regulation Dan Klhs Kawasan
Perkotaan Lubuk Alung”, maka tim konsultan akan melakukan beberapa
tahapan pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Melakukan Persiapan dan Koordinasi dengan SKPD Prasarana Jalan,
Tata Ruang dan Permukiman untuk menyamakan persepsi mengenai
output yang diinginkan dari pelaksanaan kegiatan ini. Koordinasi juga
dilakukan dengan stakeholders (LSM dan Pemerintah Padang
Pariaman) yang dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual serta
permasalahan-permasalahan yang mungkin ditemui di lapangan.
a. Mobilisasi personil;
b. Koordinasi awal pekerjaan;
c. Tools dan cheklist survei;
d. Rencana kerja (secara rinci);
e. Pemantapan metodologi;
f. Penyiapan peta dasar kawasan perencanaan (berbasis world view);
dan
g. Review beberapa dokumen penataan ruang terkait (RDTR Lubuk
Alung).
2. Melakukan Survey Lapangan, dalam rangka pengumpulan data dan
informasi aktual yang diperlukan dari Kawasan Perencanaan , selain
itu juga dilakukan untuk memahami karakteristik kawasan, sehingga
tim pelaksana (konsultan) dapat melakukan kroscek data antara data
primer dengan data sekunder. Teknik-teknik survei dapat dilakukan
dengan cara, diantaranya :
a. Observasi;
b. Plotting/tracking;
c. Visualisasi gambar bergerak (video), dan visualisasi gambar tidak
bergerak (foto);
d. Wawancara terstruktur (langsung/tidak langsung);

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

e. Diskusi;
f. Citra satelit;
g. Dilanjutkan dengan kompilasi, verifikasi dan validasi data, serta
pembahasan.
3. Melakukan kompilasi dan analisis data lanjutan, makro : sektoral
dan spasial, fisik lingkungan, sumberdaya alam, sumberdaya buatan,
sumberdaya manusia, sosial budaya/kependudukan, ekonomi;
analisis mikro : analisis tapak, analisis zonasi, analisis blockplan;
kajian terhadap potensi, permasalahan dan kecenderungan
perkembangan.
4. Melakukan penyusunan substansi materi rencana pengaturan zona,
melalui penerapan rumusan/konsepsi.
Jenis-jenis variansi yang diperbolehkan antara lain minor variance
atau izin untuk bebas dari aturan standar demi menghilangkan
kesulitan akibat kondisi fisik lahan, non conforming dimension yaitu
kelonggaran berupa pengurangan ukuran dari yang ditetapkan seperti
perubahan koefisien dasar bangunan, non conforming use adalah izin
yang diberikan untuk melanjutkan penggunaan lahan,
bangunan/struktur yang telah ada waktu peraturan zonasi ditetapkan
dan tidak sesuai dengan peraturan zonasi, interim development yang
berupa izin pembangunan yang diberikan untuk melaksanakan
pembangunan antara tahapan dari pembangunan secara keseluruhan,
dan terakhir interim temporary use atau izin penggunaan lahan
sementara yang diberikan dalam jangka waktu tertentu sebelum
pemanfaatan ruang final direalisasikan.
Aturan kedua adalah aturan insentif dan disensitif. Aturan insentif
adalah aturan untuk mendorong pembangunan yang memberikan
manfaat yang besar bagi masyarakat dan sejalan dengan rencana
tata ruang sehingga dapat pula mendorong partisipasi masyarakat
dan pengembang dalam pelaksanaan pembangunan. Sedangkan
aturan disensitif adalah aturan-aturan untuk menghambat atau

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata


ruang atau pembangunan yang menimbulkan dampak cukup besar
untuk masyarakat di sekitarnya.
Tujuannya adalah untuk mengakomodasi fleksibilitas pemanfaatan
ruang sehingga membuka peluang yang lebih besar bagi pihak swasta
untuk berpatisipasi dalam pembangunan secara seimbang dengan
tetap berorienstasi pada usaha melindungi kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan masyarakat. Jenis perubahan yang biasanya
dilakukan adalah seperti perubahan penggunaan lahan, intensitas
pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, dan perunahan
ketentuan prasarana minimum juga perubahan lainnya yang masih
ditoleransi tanpa menyebabkan perubahan keseluran blok/sub blok
peruntukan.

Penyediaan prasarana lainnya direncanakan sesuai kebutuhan


pengembangan BWP, misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan
bencana wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur
evakuasi dan tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk
skala kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan. Jalur evakuasi
bencana dapat memanfaatkan jaringan prasarana dan sarana yang sudah
ada.Peta rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Peta rencana jaringan prasarana memuat jaringan jalan dan
sistem prasarana wilayah lainnya yang digambarkan pada satu
lembar peta secara utuh dan dapat digambarkan secara tersendiri
untuk masingmasing rencana jaringan prasarana;
2) Rencana jaringan prasarana digambarkan dalam peta dengan skala
atau tingkat ketelitian minimal 1: 5.000 dan mengikuti ketentuan
mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh
kementerian/lembaga yang berwenang;
Rencana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (apabila ada,
disusun sesuai kepentingannya) dapat disiapkan sebagai bagian

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

dari rencana jaringan prasarana, atau sebagai rencana pada bab


tersendiri, yang memuat rencanarencana mitigasi dan/atau
adaptasi untuk mewujudkan daya tahan dan mengatasi
kerentanan terhadap perubahan iklim pada suatu BWP.
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata
ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP
yang diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan,
melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan
yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi
dibandingkan Sub BWP lainnya.
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi
pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi
sebagai:
1) dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan
sektoral;
2) dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program
prioritas RDTR.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
ditetapkan berdasarkan:
1) tujuan penataan BWP;
2) nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan;
3) kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang
akan ditetapkan;
4) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP; dan
5) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
ditetapkan dengan kriteria:

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1) merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana


pola ruang dan rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan
peraturan zonasi di BWP;
2) mendukung tercapainya agenda pembangunan dan
pengembangan kawasan;
3) merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut
kepentingan ekonomi, sosial-budaya, pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang
sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP; dan/atau
4) merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan,
diperbaiki, dilestarikan, dan/atau direvitalisasi agar dapat
mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan
ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

3.5 PELAPORAN
3.5.1 Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga


ahli konsultan RDTR segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan
tayang yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan yang
setidaknya memuat materi sebagai berikut :
- Metodologi pekerjaan;
- Gambaran awal profil kawasan (data sekunder);
- Observasi awal sekitar deliniasi kawasan studi;
- Format, lokasi, jadwal dan target data survey lokasi;
-Agenda acara, lokasi acara, target data dan daftar undangan
pelaksanaan focus group discussion (FGD) di daerah;
- Identifikasi awal potensi dan permasalahan lokal kawasan;
-Identifikasi komunitas masyarakat lokal yang terkait dengan
penyusunan RDTR;
- Studi data peraturan daerah terkait dengan penyusunan RDTR.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1. Rapat Pembahasan Laporan Pendahuluan


Menyelenggarakan Rapat Pendahuluan dalam bentuk
seminar/presentasi dengan mengundang seluruh tim teknis.
2. Sosialisasi RDTR di Tingkat Kawasan
Sosialisasi RDTR di tingkat kawasan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa untuk menjelaskan kegiatan RDTR
kepada pelaksana dan warga masyarakat yang terpengaruh oleh
penyusunan peraturan RDTR.
3. Pelaksanaan Survey Pemetaan oleh Tim Konsultan Sesuai dengan
jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli konsultan
RDTR segera melaksanakan survey lokasi sesuai dengan rencana
survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Laporan
Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan
dapat mengidentifikasi kemungkinan spot-spot prioritas yang
berpotensi menjadi lokasi percontohan untuk pembangunan
konstruksi di tahun anggaran selanjutnya sebagai tindak lanjut
penyusunan dokumen RDTR, dan dapat melakukan pendetilan peta
RDTR skala 1 : 5000.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 hari kerja sejak
SPMK diterbitkan sebanayak 5 (lima) Buku laporan.

3.5.2 Laporan Data dan Analisa


Segera setelah laporan pendahuluan di sahkan, tim tenaga ahli
konsultan RDTR segera menyusun Laporan Data dan Analisa serta
bahan tayang yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Data dan
Analisa yang setidaknya memuat materi sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Padang Pariaman
c. Gambaran Umum Perkotaan Lubuk Alung
d. Data dan Analisa

1. Rapat Pembahasan Laporan Data dan Analisa

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim


tenaga ahli konsultan RDTR segera mengagendakan dan
menyelenggarakan Rapat Laporan Data dan Analisa dengan
mengundang tim teknis, serta unsur Pemerintah Daerah termasuk
diantaranya Bappeda, Dinas Prasjal Tarkim dan Dinas terkait
lainnya, unsur kecamatan dan nagari, unsur masyarakat umum
serta unsure asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan
studi RDTR di tingkat lokal.
2. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD-I)
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli
konsultan RDTR segera mengagendakan dan menyelenggarakan
Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) dengan mengundang tim
teknis daerah dan seluruh pemangku kepentingan terkait di
daerah. Focus Group Discussion Pertama (FGD-I) diadakan di
Perkotaan Lubuk Alung pada kawasam studi, dengan melibatkan
unsur Bappeda, Dinas Prasjal Tarkim dan Dinas terkait, unsur
kecamatan dan Nagari, unsur masyarakat umum serta komunitas
masyarakat yang terkait dengan studi RDTR di tingkat lokal.

Dalam pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGDI) wajib


disusun Berita Acara FGD-I yang ditandatangani bersama oleh peserta
yang memuat kesepakatan bersama sebagai berikut:
 Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang
Pemerintah Daerah;
 Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta
penetapan visi dan misi pada kawasan RDTR;
 Kesepakatan pihak-pihak terkait dalam rangka melegalkan Dokumen
RDTR dalam bentuk penyusunan rancangan Peraturan Bupati
Kabupaten Padang Pariaman;
 Kesepakatan perlibatan komunitas masyarakat lokal (bila ada) yang
dapat memperkaya materi penyusunan RDTR termasuk di dalamnya

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

aturan bersama (melalui perdes/peraturan kelurahan, PJM


Pronangkis, RPKPP, PNPM-ND);
 Rencana investasi kegiatan pengembangan infrastruktur kawasan
dari masing-masing pemangku kepentingan ditingkat Pemerintah
Daerah baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang.
 Penetapan daftar kegiatan serta lokasi pembangunan sarana dan
prasarana lingkungan pada spot-spot kawasan yang prioritas.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 60 hari sejak laporan
pendahuluan diserahkan diterbitkan sebanyak 5 (lima) Buku laporan.

3.5.3 Laporan Rencana Penyusunan Draf Laporan Rencana


Setelah pelaksanaan Focus Group Discussion Kesatu (FGD-I), tim
tenaga ahli konsultan segera menyusun Draf Laporan Rencana serta
bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Pembahasan Draf
Laporan Rencana yang memuat materi sebagai berikut:
a. Draf Laporan Rencana mencakup materi dokumen RDTR sesuai
dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
20/PRT/M/20111 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten / Kota
b. Draft Dokumen Prinsip – Prinsip Pengembangan Rancangan;
panduan rancangan tiap blok kawasan perencanaan dan spot
prioritas;
c. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman tentang
Penetapan RDTR Perkotaan Lubuk Alung;
1. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Draf Laporan Rencana
Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan menyampaikan paparan
yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi Dokumen
RDTR, Dokumen Perencanaan Detail Tata Ruang dan Draf
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman
tentang Penetapan RDTR pada Kawasan Studi dihadapan Tim
teknis dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Kabupaten Padang Pariaman. Keseluruhan dokumen tersebut


dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Draf Laporan
Rencana dan ditandatangani bersama oleh Tim Teknis dan BKPRD
serta Tim Tenaga Ahli Konsultan RDTR.
Segera setelah pelaksanaan Rapat Pembahasan Draf Laporan
Rencana, tim tenaga ahli konsultan segera bekerja
menyempurnakan seluruh dokumen penyusunan RDTR
berdasarkan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama
pada saat dilaksanakannya rapat pembahasan Draf Laporan
Rencana.
2. Pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II)
Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tim tenaga ahli
konsultan RDTR segera mengagendakan dan menyelenggarakan
Focus Group Discussion Kedua (FGDII) dengan mengundang tim
teknis daerah, BKPRD dan seluruh pemangku kepentingan terkait
di daerah. Focus Group Discussion (FGD) kedua diadakan di
Kawasan Kota Tapan pada lokasi studi, dengan melibatkan
unsure Bappeda, Dinas Prasjal Tarkim dan dinas terkait unsure
kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta
komunitas masyarakat yang terkait dengan studi RDTR di tingkat
lokal.
Dalam Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tersebut tim
konsultan menyampaikan hasil pekerjaan sementara sebagai
berikut:
a. Rancangan Draf Laporan Rencana mencakup materi dokumen
RDTR sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20/ PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Perkotaan Lubuk Alung
b.Draft Naskah Akademis dan Peraturan Daerah Kabupaten
Padang Pariaman tentang Penetapan RDTR pada Kawasan
Studi.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Kedua (FGD-II) tim


tenaga ahli konsultan RDTR wajib menyusun Berita Acara FGD-II yang
ditandatangani bersama oleh peserta FGD-II yang memuat catatan
dan masukan serta kesepakatan bersama terhadap dokumen-dokumen
tersebut diatas.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 hari sejak laporan
Antara diserahkan diterbitkan sebanyak 5 (lima) Buku laporan.

3.5. 4. Final Laporan Rencana


Final laporan akhir dilaksanakan oleh konsultan setelah pembahasan
Draft Laporan Akhir selesai dilaksanakan dan penyusunan final
laporan akhir ini menyesuaikan dengan hasil pembahasan
sebelumnya, adapun materi yang mencakup :
a. Laporan Rencana mencakup materi dokumen RDTR sesuai dengan
ketentuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyususnan Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
b. Dokumen Prinsip–Prinsip Pengembangan Rancangan kawasan
perencanaan dan spot prioritas dalam bentuk Peta;
c. Rancangan Naskah Akademis dan Peraturan Daerah Kabupaten
Padang Pariaman tentang Penetapan RDTR pada Perkotaan Lubuk
Alung.
d. Proses Legalisasi / Penandatanganan Produk Dokumen RDTR.
Setelah seluruh catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama
yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Rencana
ditindaklanjuti oleh tim tenaga ahli konsultan, seluruh dokumen
produk penyusunan RDTR tersebut diatas segera disampaikan ke
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman untuk mendapat legalisasi
dalam bentuk penandatanganan oleh pihak-pihak terkait sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.

BAB III-
61
Penyusunan Rdtr, Zoning
Regulation Dan
Klhs Kawasan Perkotaan Lubuk Alung Tahun 2015

1. Laporan Rencana harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 hari


sejak Laporan draf akhir diserahkan diterbitkan sebanyak 10
(sepuluh) Buku laporan.
2. Laporan Draf Ranperda harus diserahkan selambat lambatnya: 15
(lima belas) hari setelah laporan rencana diserahkan sejak SPMK
diterbitkan sebanayak 10 (sepuluh) Buku laporan.
3. Laporan Exsecutif Summary harus diserahkan selambat-lambatnya:
7 (tujuh) hari sejak draft ranperda diserahkan diterbitkan sebanyak
10 (sepuluh) Buku laporan.
4. Album peta A3 harus diserahkan selambat-lambatnya: 7 (tujuh)
hari setelah eksekutif diserahkan diterbitkan sebanyak 5 (lima)
Buku Album.
5. Album peta A2 diterbitkan sebanyak 5 (lima) Buku Album.
6. Album peta A1 diterbitkan sebanyak 5 (lima) Buku Album.
7. Compek Disk harus diterbitkan sebanyak 5 (lima) keping

BAB III-
61

Anda mungkin juga menyukai