Berdasarkan data statistik, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bertempat tinggal kepariwisataan di Kawasan Mandeh ini, maka perlu dibuat event-event tahunan, enam
di Kawasan Perencanaan pada tahun 2015 adalah sebanyak 1.311 Jiwa, dan pada tahun bulanan, tiga bulanan, dan bahkan bulanan. Event tahunan biasanya dapat disinergikan
2016 sebesar 1.318 Jiwa. Jadi, pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun adalah 17 Jiwa, dengan acara HUT Kabupaten Pesisir Selatan, misalnya dalam bentuk Pameran, Acara
atau sebesar 0,02% Dengan demikian, jumlah penduduk di Kawasan Perencanaan hingga Konser Musik, Acara Seni dan Budaya lainnya, Promosi Produk, dan lain-lain
P(2020) = 1.349 kabupaten. Pertimbangan dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kabupaten Pesisir
P(2021) = 1.363 Selatan adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan
prasarana transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya alam.
Jadi, jumlah penduduk di Kawasan Perencanaan pada Tahun 2021 adalah sekitar 1.363
Disamping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarkhi pusat-pusat kegiatan
Jiwa atau 320 KK.
sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perKabupatenan dan jaringan
pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah
dalam satuan ruang.
2.2 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Penataan dan pengembangan kegiatan perekonomian (perdagangan dan jasa) yang berupa
Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1 dan gambar 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Analisis daya tampung lahan adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
lahan untuk menampung penduduk untuk tiap hektarnya.
Berikut ini adalah tabel analisis daya tampung lahan di Kawasan Nagari Mandeh
Tabel 2.2 Daya Tampung Lahan Kawasan Mandeh
Uraian Perhitungan
Lahan Efektif (Ha) 20,15
Standar Daya Tampung (Ha/jiwa) 0,02
Daya Tampung (jiwa) 18.173
Penduduk 2021 (jiwa) 1.363
Keterangan Tertampung
Sumber: Hasil Analisis, 2017
mencakup sumber daya alam dan sumber daya binaan. Setelah dilakukan analisis, daya
dukung di Kawasan Nagari Mandeh terbagi menjadi dua. Yaitu daya dukung sedang (55,29
Ha) dan daya dukung rendah (20,15 Ha).
Untuk kawasan perencanaan saat ini, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) rata-rata bangunan
yang ada umumnya melebihi dari ketentuan yang ditetapkan karena kawasan ini adalah
kawasan konservasi dan kawasan pariwisata dengan indek KLB maksimum 0,3 pada
kawasan yang diizinkan untuk pengembangan fisik, sementara KLB kawasan yang telah 1. Kurang tertatanya penempatan bangunan kawasan yang disebabkan :
berkembang untuk kawasan permukiman adalah 0,8 – 1,8. • Pembangunan yang dilakukan secara individual
• Tidak tegasnya pengaturan fungsi ruang pada kawasan
C. Ketinggian Bangunan
• Tidak jelasnya aturan tata bangunan pada kawasan
Tinggi bangunan di kawasan ini rata-rata memiliki ketinggian bangunan satu lantai. KLB dan
• Tidak jelasnya aturan tentang pemunduran bangunan, jarak antar bangunan,
juga ketinggian serta tata letak bangunan perlu diperhatikan karena dipengaruhi dengan
proporsi dan arah hadapan fasade, volume massa bangunan.
kondisi kontur kawasan dan ini sangat dibutuhkan penataaan bangunannya sehingga tidak
2. Kurang tertatanya penampilan bangunan kawasan yang disebabkan tidak adanya
terkesan sebraut dan kumuh.
karakter yang jelas tentang bangunan untuk kawasan perencanaan sebagai fungsi
Pengaturan ketinggian pada kawasan perencanaan dan sekitarnya perlu dilakukan untuk
yang ditetapkan.
menjamin daya dukung lahan atas kegiatan yang terjadi diatasnya. Disamping itu juga untuk
membentuk garis langit (skyline) kawasan sehingga tercipta estetika kawasan.
Pertimbangan pengaturan ketinggian bangunan di kawasan perencanaan bertujuan untuk:
a. Efisiensi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan bangunan kearah vertikal
b. Daya dukung lahan
c. Penciptaan iklim mikro dan estetika lingkungan
bangunan, keselamatan bangunan, serta keserasian dengan lingkungannya. diarahkan untuk meningkatkan kualitas visual kawasan melalui penataan wajah
bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan, fungsi bangunan, daya dukung lahan
D. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan karakter jalan, dengan:
Kawasan perencanaan terletak diantara jalan lingkungan dan kawasan sungai. Dengan 1. Menciptakan karakter yang spesifik pada masing-masing karakter jalan dengan
adanya jaringan jalan dan Aliran Sungai, maka di kawasan perencanaan ada pengaturan mengatur: pemunduran, jarak antar bangunan, volume massa bangunan, proporsi
Garis Sempadan Bangunan (GSB) yaitu jarak antara bangunan dengan jalan dan Garis dan arah hadapan fasade, bentuk dan siluet bangunan, serta skala bangunan.
Sempadan Sungai (GSS) yaitu jarak antara bangunan dengan sungai. Untuk Garis Sempadan 2. Menyesuaikan pengendalian fungsi, massa bangunan di sepanjang jalan dengan
Sungai pada umumnya bangunan yang berfungsi untuk permukiman belum memiliki jarak peraturan daerah tentang garis sempadan bangunan dan garis Sempadan Sungai.
GSS tersebut dengan adanya jaringan jalan sedangkan untuk GSB bangunan, pada kawasan 2. Konsep streetwall dapat diwujudkan dengan mengatur letak sisi muka bangunan
perencanaan umumnya tidak memiliki garis sempadan bangunan terutama permukiman yang pada batas GSB yang berlaku, mengatur orientasi bangunan.
terletak di lokasi aliran sempadan sungai Dengan melihat kondisi lapangan atau eksisting 3. Mengendalikan fungsi dan aktivitas pada bangunan untuk menjaga kualitas ruang
kawasan saat ini, permasalahan tata bangunan yang terdapat dikawasan perencanaan dan Kabupaten.
sekitarnya antara lain :
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
10 | B a b - 2
4. Memanfaatkan halaman muka kapling (sesuai dengan aturan GSB) sebagai ruang irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum
terbuka hijau. Aktivitas pada halaman muka kapling tidak boleh mengganggu ruang nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
publik. rencana Kabupaten). Untuk memberikan kemudahan dalam proses zonasi maka, pada
pembagian blok atau peruntukan blok diberi penomoran. Pembagian blok di kawasan
Untuk perencanaan ke depan diharapkan pada bangunan yang telah ada ini diperlukan
perencanaan dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan analisa dan tahap rencana.
pengaturan dan pengendalian terhadap pengembangan fisik pada kawasan ini agar tidak lagi
Berikut ini adalah tabel pembagian blok dikawasan mandeh adalah dapat dilihat pada gambar
terjadi penambahan bangunan terutama untuk permukiman
2.6 dibawah.
penggunaan lahan sesuai dengan fungsi dan kemampuan lahan dalam jangka panjang,
menengah dan jangka pendek, dengan demikian diharapkan selain untuk menunjang
BLOCK
pengembangan penggunaan lahan juga menghindari terjadinya tumpang tindih penggunaan C
daerah maupun kabupaten (RTRWP/RTRWK) yang berisi tentang pengaturan kawasan BLOCK
A
lindung, kawasan budidaya dan kawasan lainnya secara menyeluruh.
Berdasarkan ketetapan tersebut diatas, maka secara teknis dalam penetapan arahan fungsl No Pembagian Blok Luas (Ha) Fungsi Blok
kawasan ditentukan berdasarkan kondisi topografi, kelas kemampuan lahan tingkat 1 Blok_A 25,74 Konservasi
2 Blok_B 15,56 Comersial
kerawanan bencana dan fungsi ruang yang telah ditetapkan. Dari hasil analissi sebelumnya 3 Blok_C 34,14 Pemukiman Nelayan
total
dapat disimpulkan arahan fungsi kawasan perencanaan kedepan selain untuk kawasan wisata 75,44
3.2
3.3
3.1
2.1
2.2
2. Dari segi topografi dan kesediaan lahan kawasan ini terletak pada topografi dengan maka untuk struktur bangunan yang digunakan lebih kepada struktur yang ringan
kemiringan 0 – 25 %. seperti menggunakan bahan kayu, kemudian menggunakan struktur tahan gempa
3. Sedangkan status lahan lokasi site ini adalah tanah milik nagari. dengan memperhatikan fungsi bangunan yang akan direncanakan.
A. Analisa Pencapaian
Gambar 2.9 Ilustrasi Bentuk Struktur Kayu di Lokasi Perencanaan
Analisa Pencapaian
Kawasan perencanaan Nagari Mandeh dapat diakses melalui gerbang masuk
.
dicapai melalui laut dan jalan darat. Bila naik kapal/boat bisa dari Pelabuhan
Bungus, Gaung, Teluk Bayur atau dari Pelabuhan Muara Pesisir Selatan serta Teluk
Tarusan. Sedangkan bila melalui jalan darat, terdapat tiga alternatif dari tiga ruas
jalan yang berbeda. Alternatif pertama dari Pasar Tarusan melalui Simpang
Carocok, dan alternatif kedua dari Bungus terus ke Sungai Pinang dan Sungai
Nyalo. Ruas jalan terbaru ialah melewati Carocok terus menyusuri bibir pantai dan
perbukitan yang landai sepanjang 12,5 km
Analisa Sirkulasi
D. Analisa Lansekap
Untuk saat ini jaringan jalan kawasan perencanaan masih berupa jalan tanah dan sebagian
telah dilakukan perkerasan berupa jalan cor beton. Tapak berada dikawasan pesisir pantai dan memiliki karakteristik yang sama
didominasi hutan bakau, sawah dan pemukiman. Konsep lansekap sangatlah
penting dikarenakan lansekap yang diwujudkan sebagai sebuah ruang terbuka
B. Analisa Orientasi Bangunan
untuk publik harus aman, nyaman, dan aksesibel bagi semua kalangan. Penataan
Pengolahan orientasi dilakukan melalui analisis arah pandang bagi pengguna
lansekap berfungsi sebagai ruang publik yang menarik. Desain lansekap dibuat
dengan mempertimbangkan aspek visual sehingga pengunjung mampu mengenali
atraktif dengan desain street furniture yang menarik dengan elemen perancangan
keberadaan kawasan wisata nagari mandeh. Pengenalan ini dilakukan dengan
arsitektur alami modern.
adanya pengolahan point of interest berupa gate sebagai jalur masuk menuju
tapak serta penataan bangunan yang akan direncanakan untuk kawasan ini.
E. Analisa Kebutuhan Pengembangan Kawasan (analisis Daya Tampung Ruang)
Orientasi bangunan digunakan untuk penunjuk aktivitas yang berada didalam Daya tampung ruang diperhitungkan pada masing-masing blok bangunan yang
bangunan. Secara garis besar, orientasi bangunan akan disesuaikan dengan fungsi dan akan di kembangkan serta daya tampungnya berdasarkan persyaratan
view yang ada dikawasan perencanaan. pengembangan ruang dan bangunan yang akan direncanakan. Untuk
pengembangan kawasan Nagari Mandeh dimana berdasarkan fungsi yang telah
C. Analisa Struktur Bangunan ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010-2030, kawasan
Analisa struktur bangunan untuk kawasan ini harus memperhatikan kondisi perencanakan diperuntukan : Kawasan pariwisata.
lingkungan, kondisi fsik tanah, rawan bencana (longsor dan gempa). Dilihat dari
fungsi kawasan yang sebenarnya lebih kepada mendukung kegiatan pariwisata
Asumsi pengembangan kawasan ini dengan ketentuan persyaratan yang ada untuk 2.5.1 Sistem Jaringan Jalan
kawasan ini adalah ; Kondisi eksisting jalan merupakan yang ada saat ini berupa jalan tanah dan cor beton, maka
KDB adalah 20 – 30 %
kedepannya diperlukan penataan kawasan yang baik terutama mengenai rencana sistem
Ketinggian bangunan 1 lantai
sirkulasi serta rencana penggunaan lahan di kiri kanan jalan dan rencana jalur pedestrian dan
Sementara itu secara eksisting, perkembangan kawasan saat ini lebih dominan
sepeda yang akan direncanakan di kawasan ini sebagai penunjang kegiatan pariwisata.
sebagai kawasan permukiman. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan lahan saat ini
masih banyak terdapat bangunan yang berfungsi sebagai rumah. Adapun kondisi Jalan saat ini adalah sebagai berikut :
Masih berupa perkerasan awal (cor beton), dan masih masih berupa jalan tanah.
Sedangkan Untuk kawasan RTH dan rekreasi yang fungsi utamanyapada kawasan
Belum ada jalur hijau.
Nagari Mandeh adalah ruang terbuka hijau maka KDB pada kawasan ini tidak lebih
Belum terdapat fasilitas tempat sampah.yang ada baru Cuma tempat pembuangan
dari 10 % dari total luas blok yang direncanakan. Luas blok yang direncanakan
sampah berupa drum.
untuk peruntukan RTH dan rekreasi ini adalah 7,44 Ha. Dengan KDB 10 % maka
Belum terdapat lampu penerangan.
lahan yang boleh terbangunan untuk fasilitas penunjang kegiatan ini adalah 0,74
Drainase belum memadai.
Ha.
Lokasi yang sesuai dengan jangkauan area pelayanan informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem
Kebutuhan air yang diperlukan kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Perkembangan sektor telekomunikasi
sangat terkait erat dengan perkembangan teknologi. Alat telekomunikasi yang digunakan
Jaringan drainase selanjutnya akan dibedakan menjadi tiga fungsi jaringan, yaitu: jaringan
dalam penyebaran informasi yang dikenal pada saat ini tidak hanya Telepon Rumah, Radio,
tersier, jaringan sekunder dan jaringan primer. Jaringan tersier adalah saluran drainase awal
atau Televisi. Namun telah berkembang pada penggunaan internet yang dapat digunakan
sampai ke saluran sekunder dan bersifat tunggal. Jaringan sekunder adalah saluran yang
untuk mengakses informasi dari seluruh dunia dan telepon genggam.
menerima aliran dari beberapa saluran tersier. Saluran primer merupakan saluran
Di kawasan perencanaan saat ini secara umum pelayanan telekomunikasi relatif belum
pembuangan akhir yang menghubungkan sistem drainase tapak dengan tempat pembuangan.
terpenuhi terutama dengan adanya sistem jaringan telekomunikasi celluler. Kebutuhan
masyarakat pengguna jasa telekomunikasi diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
Penanganan air hujan dalam hal ini air yang mengalir diatas permukaan tanah (run off)
perkembangan dinamika kehidupan sosial ekonomi yang berlangsung.
dengan limpasannya perlu dilakukan penyediaan saluran-saluran drainase, saluran baik
Dalam pengembangan sektor telekomunikasi kini berkembang tidak hanya pada ketersediaan
terbuka maupun tertutup. Sistem pembuangannya mengikuti sistem pembuangan primer dan
jaringan telepon rumah, namun hingga jangkauan sinyal telepon genggam. Peran jaringan
sekunder yang pada prinsipnya dibuat mengikuti rencana jaringan jalan pada sisi kiri dan sisi
telepon rumah pun tidak terbatas pada penggunaan konvensional telepon, namun dengan
kanan jaringan jalan. Sistem primer tentunya merupakan muara daripada saluran sekunder,
perkembangan teknologi, juga dapat digunakan untuk mengakses internet. Dalam peranannya
untuk saat ini saluran primer di kawasan perencanaan adalah Sungai Batang Mandeh.
yang penting pada perkembangan wilayah, jasa telekomunikasi menurut undang-undang
dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , Badan Usaha Milik Daerah Secara umum, saluran drainase di kawasan perencanaan belum melayani seluruh kawasan
(BUMD) atau pihak swasta maupun koperasi. perencaan, saluran drainase yang ada hanya pada jalan yang ada saat ini yakni di sekitar
Secara umum kawasan perencanaan belum terlayani oleh jaringan telekomunikasi dan belakang kawasan pemukiman yang kondisinya tidak terawatt..
jaringan seluler lainnya, namun kebutuhan ini lebih dipengaruhi oleh tingkat jaringan. Dalam
Dengan kondisi topografi yang relatif datar dan berbukit serta dengan ketinggian kawasan
mengestimate akan kebutuhan jaringan yang susah dijangkau oleh telekomunikasi, terdapat
yang rendah dari permukaan sungai Batang Mandeh, maka hal ini dapat memberikan
standar yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut :
keuntungan bagi sebagaian kawasan perencanaan dalam pengaliran air pada sistem drainase
Kebutuhan rumah tangga lebih didasarkan kepada target pelayanan yang dilakukan
sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke Sungai.
pada setiap tahunnya, yang disesuaikan dengan kondisi perwilayahan. Dimana dengan
jumlah 10 % dari jumlah KK. Prinsip dasar dari sistem drainase adalah mengalirkan air secepatnya, sehingga tidak akan
Kebutuhan fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah 1 % dari kebutuhan rumah tangga. terjadi genangan air. Pada wilayah yang memiliki curah hujan tingkat tinggi, sistem penyaluran
Kebutuhan telepon umum adalah 1 sambungan tiap 2.500 penduduk. limbah domestik tidak dapat digabung dengan sistem penyaluran air hujan (drainase). Dalam
kaitannya dengan konservasi sumber daya air, maka berkembang konsep drainase
Untuk kebutuhan prasarana telekomunikasi di kawasan perencanaan, belum tersedia jaringan lingkungan, yaitu limpasan air hujan ditahan selama mungkin untuk memberikan kesempatan
secara baik yang ada saat ini baru ada tower mini yang jaringan nya susah dijangkau. pada air tersebut melakukan infiltrasi ke dalam tanah untuk melakukan recharge ke sistem air
tanah. Hal ini perlu dikembangkan di kawasan perencanaan, terutama pada bagian-bagian
2.5.5 Jaringan Drainase
kawasan dengan tutupan tumbuhan masih tinggi.
Perencanaan sistem jaringan drainase pada dasarnya mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
pengendali banjir dan sebagai pelayanan drainase kawasan. Fungsi pengendali banjir (flood Berdasarkan kondisi jaringan drainase yang ada di kawasan perencanaan maka sasaran yang
control) diperuntukan untuk menangani genangan besar, seperti luapan sungai, sedangkan akan dicapai dalam perencanaan jaringan drainase adalah jaringan yang memenuhi
drainase diarahkan untuk menangani genangan yang terjadi di kawasan terbangun. persyaratan teknis dan ekonomis.
Mengingat potensi perkembangan kawasan perencanaan dimasa mendatang maka pedoman sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya,
yang akan digunakan dalam pengembangan sistem jaringan drainase adalah: sedangkan black water adalah buangan limbah padat yang berasal dari kotoran manusia.
Pengaliran air hujan secepatnya melalui sistem jaringan drainase ke badan air Untuk memperkiraan volume air limbah grey water dihitung sebesar 80% dari pemakaian air
terdekat, sehingga dapat menghemat panjang saluran; bersih, sedangkan air limbah yang berupa lumpur tinja (black water) dihitung dengan asumsi
Menghindari pembongkaran saluran/ bangunan yang ada dan pembebasan tanah tiap orang menghasilkan 40 liter dalam setahunnya.
yang berlebihan;
Berdasarkan data yang ada, sebagaian penduduk di kawasan perencanaan belum memiliki
Ekonomis dalam investasi dan pelaksanaan pembangunan;
septi tank, pembuangan limbah berupa kotoran dengan pembuatan MCK yang dialirkan ke
Mudah untuk dilaksanakan dan berwawasan lingkungan.
sungai, yang berpotensi mencemari lingkungan.
Sedangkan untuk meningkatkan fungsi primer sungai yang ada perlu dilakukan pengawasan
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka air limbah juga akan semakin
di sepanjang pengalirannya dengan memberlakukan pembatasan pembangunan serta
bertambah baik air limbah berbentuk cairan maupun berbentuk padat. Untuk mencegah
penanaman pohon-pohon pelindung yang bermanfaat bagi kebutuhan penyaringan kotoran
terjadinya pencemaran lingkungan diusulkan penanggulangan air limbah ini dengan
buangan dari jaringan sekunder. Standar Kebutuhan Drainase, secara umum kerapatan
menggunakan beberapa sistem sebagai berikut :
saluran drainase suatu kabupaten dapat dihitung berdasarkan standar yang umum digunakan
Sistem septik tank
sebagaimana tabel 2.4.
Sistem pembuangan air limbah lingkungan
Tabel 2.4
Kriteria Drainase Wilayah Perencanaan Untuk sistem pembuangan air limbah lingkungan bagian yang belum dimiliki diusulkan untuk
setiap rumah dilengkapi sebuah septik tank dengan persyaratan sebagai berikut:
Kemiringan Kerapatan Saluran (m/100 Ha)
No Keterangan
Lahan Primer Sekunder Tersier Total Luas halaman untuk bidang resapan minimum 13 m 2.
1 0-2% 800 5.100 14.100 20.000 Vmin 0,6 m/dt
Jarak tangki septik tank dan bidang resapannya minimum 10 meter dari sumur gali.
2 2-5% 600 4.080 11.280 15.960
3 5-15% 480 3.060 8.460 12.000 Muka air relatif dalam agar bidang resapannya minimum 10 meter dari sumur gali.
4 15-40% 320 2.040 5.640 8.000 Vmak 2,5 m/dt
Muka air relatif dalam agar bidang resapan bisa bekerja secara baik Volume tangki
5 >40% Tidak Direkomendasikan
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017 septik tank minimum 1,5 m3.
Tangki septik tank dilengkapi dengan lubang kontrol dan lubang pemeriksaan ukuran
Untuk mempermudah pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase tersebut sebaiknya
45 cm x 45 cm.
diintegrasikan dengan jaringan jalan. Dengan didasarkan pada titik ketinggian, maka terdapat
Selain itu penanganan air limbah membutuhkan sarana pengolahan untuk menguraikan air
titik tertinggi yang mengarahkan aliran hujan berdasarkan prinsip gravitasi. Saluran drainase
limbah tersebut sebelum dibuang ke dalam badan air penerima. Masing-masing jenis limbah
harus tahan erosi dan alirannya berjalan lancar sehingga pada jaringan tersebut dihindarkan
yang dihasilkan (grey water dan black water) mempunyai perlakuan khusus menyangkut
terjadinya pengendapan.
instalasi pengolah yang dibutuhkannya. Untuk kawasan perencanaan dengan keterbatasan
lahan dan kondisi topografinya perlu perencanaan sistem air limbah yang baik agar tidak
2.5.6 Jaringan Limbah
terjadinya pencemaran lingkungan mengingat kawasan berada pada kawasan konservasi.
Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 bentuk, yaitu air kotor (grey water) dan limbah manusia
(black water). Grey water adalah limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari 2.5.7 Jaringan Persampahan
Besar timbulan sampah domestik dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat. dimana Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri No. 4 tahun 1988, yang
masyarakat itu sendiri merupakan penghasil sampah (generator). Adapun karakteristik menyatakan “Ruang Terbuka Hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik
masyarakat di sini meliputi faktor : secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfaatn dan fungsinya adalah sebagai
Perlakuan terhadap sampah; areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga suatu wilayah.
Aktivitas sehari-hari;
Keadaan rumah; Ruang terbuka yang dimaksud disini, adalah sebagai “publik domain” atau ruang milik
Jenis sampah; dan masyarakat dimana dalam penggunaannya digunakan bersama-sama oleh seluruh warga
atau masyarakat. Pada ruang terbuka ini terjadi interaksi sosial antara warga/ masyarakat dan
Kondisi ekonomi.
para pendatang (pengunjung). Pada kawasan perencanaan ini, ruang terbuka dapat juga
Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang harus dikelola. dijadikan sebagai tempat interaksi antara berbagai kegiatan termasuk untuk ruang evakuasi.
Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan Ruang terbuka sebagai publik domain ini merupakan pemersatu kegiatan komersial dan
dalam pengelolaan persampahan. permukiman yang universal serta bersifat rekreatif dan alami yang diperuntukan untuk semua
kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Tujuan diketahuinya timbulan sampah adalah sebagai perkiraan timbulan sampah yang
dihasilkan untuk masa sekarang maupun pada masa yang akan datang yang berguna untuk
Tipikal Desain Ruang Terbuka Hijau
Dasar dari perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan sampah;
Dalam penataan ruang terbuka dan tata hijau perlu memperhatikan aspek peletakan vegetasi.
Menentukan jumlah sampah yang harus dikelola; dan
Maksudnya adalah penempatan pohon/tanaman yang berfungsi sebagai peneduh dan
Perencanaan sistem pengumpulan. perlengkapan aspek ekologi. Adapun tujuannya adalah untuk memberikan iklim mikro untuk
Tempat sampah yang memadai menjadi hal yang sangat langka pada kawasan yang padat konsep perletakan vegetasi di dalam perencanaannya didasarkan pada fungsinya sebagai
penduduknya. Sungai dianggap merupakan salah satu tempat pembuangan sampah yang pembentuk ruang, peneduh dan estetika.
paling mudah bagi masyarakat perKabupatenan. Hal tersebut dilakukan tanpa memikirkan apa A. Pembentuk Ruang
yang akan terjadi kemudian, memang untuk sementara sampah yang dihasilkan tidak Penanaman pohon sepanjang sempadan sungai secara teratur dapat memperkuat
tertimbun pada lokasi penimbunan sampah tetapi untuk jangka panjang akan menyebabkan karakter kawasan serta mendefinisikan ruang di sepanjang sempadan sungai .
berbagai masalah yang tidak kalah besarnya. Kegiatan selanjutnya adalah berkaitan dengan B. Peneduh
pengangkutan sampah dari tempat timbulan sampah ke Tempat Pembuangan Sementara Penanaman pohon dengan tajuk yang cukup rimbun dapat mengeliminir radiasi sinar
(TPS). Kondisi sistem pembuangan sampah di Kawasan Perencanaan masih menggunakan matahari, sehingga dapat memberikan iklim mikro.
cara konvensional yaitu dibakar ataupun di timbun, namun untuk kebutuhan persampahan C. Estetika
masa mendatang tempat pembuangan sementara maupun tempat pemrosesan akhir sampah Dengan adanya keanekaragaman vegetasi yang tumbuh di daerah yang beriklim tropis,
harus benar-benar diperhatikan hal ini terkait juga dengan rencana pengambangan di banyak di antaranya yang karena bentuk atau warnanya dapat berfungsi sebagai
kawasan perencaan. penghijauan.
2.5.8 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan yang mempunyai arti sebagai
suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
18 | B a b - 2
2.6 Analisis Swot 1. Dengan semakin banyaknya kegiatan di kawasan tersebut maka masyarakat
mulai melaksanakan aktivitas ekonomi di kawasan tersebut yang jika tidak di
Untuk membuat suatu kebijakan dan rencana pengembangan Kawasan Nagari Mandeh
tata secara baik akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
terlebih dahulu perlu diketahui kekuatan (potensi) dan kelemahan (kendala/permasalahan)
yang dimiliki berdasarkan karakteristik internal Kawasan perencanaan. Di samping itu, perlu 2. Fungsi kawasan sebagai kawasan sabuk hijau/konservasi
juga mengetahui bentuk peluang dan tantangan/ancaman yang akan dihadapi yang berasal 3. Arahan pengembangan tata ruang dan pembangunan belum jelas dan
dari kondisi eksternal yang terkait dengan pengembangan Kawasan perencanaan. Proses perlunya Penegasan fungsi mikro kawasan yang bisa dibangun.
analisisnya menggunakan metode SWOT yang menganalisis/mengevaluasi faktor-faktor 4. Belum adanya aturan-aturan dasar dalam mengendalikan pertumbuhan
strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (kesempatan), dan threathening kawasan secara fisik maupun non fisik.
(ancaman) dalam pengembangan Kawasan perencanaan.
2. Lingkungan Eksternal
Langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis SWOT terhadap pengendalian
pembangunan adalah melakukan Analisis Lingkungan Strategik terlebih dahulu, yaitu : a. Faktor Peluang (Opportunity) :
(1) melakukan identifikasi sumber-sumber data dan informasi 1. Komitmen Pemerintah Kabupaten untuk mengembangkan Kawasan Nagari
sekunder, Mandeh terkait dengan pengembangan kawasan Wisata nelayan.
(2) mengidentifikasi berbagai kelemahan dan kekuatan instansi 2. Minat masyarakat pada bidang usaha jasa dan pariwisata cukup besar
dari lingkungan internal,
(3) melakukan identifikasi peluang dan ancaman/tantangan dari b. Faktor Tantangan (Threat) :
lingkungan eksternal, 1. Pengaturan dan pengendalian bangunan
(4) melakukan analisa untuk menilai scanning atas dasar hasil 2. Penyalahgunaan fungsi ruang atau bangunan
identifikasi terhadap kelemahan dan kekuatan instansi, penilaian difokuskan pada
Berdasarkan hasil hasil identifikasi potensi dan kendala pengembangan serta peluang
sisi input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan instansi,
dan tatangan/ancaman pengembangan, selanjutnya dikembangkan strategi
(5) melakukan analisa untuk menentukan berbagai kejadian di
perencanaan Kawasan Nagari Mandeh yang akan menjadi dasar bagi penetapan fungsi
luar instansi yang dapat memberikan pengaruh terhadap instansi.
Kawasan perencanaan.
Berdasarkan hasil scanning lingkungan strategis tersebut selanjutnya dilakukan analisis
terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut :
2.7 ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
1. Lingkungan Internal
a. Faktor Kekuatan (Strength): Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Nagari Mandeh merupakan suatu upaya
1). Kawasan perencanaan berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan suatu bagian wilayah kabupaten. Di dalam upaya ini akan terkait berbagai
wisata karena letaknya yang dapat mendukung kawasan pariwisata terpadu komponen perKabupatenan lengkap yang akan mendukung eksistensi tersebut yaitu yang
pesisir selatn. mencakup berbagai unsur komponen kegiatan fungsional perKabupatenan, sarana dan
2). Kawasan Perencanaan merupakan kawasan potensial dan memiliki nilai prasarana perKabupatenan seperti peningkatan jaringan jalan dan utilitas umumnya.
ekonomi dalam pengembangan wilayah kabupaten terutama pariwisata. Pembangunan dengan partisipasi masyarakat dan pemerintah untuk Nagari Mandeh
3) Keberadaan beberapa kawasan/objek wisata (wisata terpadu) merupakan bentuk kerjasama dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
b. Faktor Kelemahan (Weakness): pembangunan yang akan dicapai. Partisipasi masyarakat dalam Rencana Penataan
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
19 | B a b - 2
Secara umum, terdapat tiga pelaku penting yang memegang kendali laju dan keberhasilan
pembangunan yaitu pemerintah (sebagai penentu kebijakan), swasta (sebagai penyedia
modal) dan masyarakat (sebagai aktor yang turut menentukan keadaan ”pasar” dalam
posisinya yang mempengaruhi ”demand” suatu produk). Ketiga pelaku tersebut tidak
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
20 | B a b - 2
terpisahkan satu sama lain dalam arti keberhasilan pemerintah mencapai tujuan 6. Menyiapkan rencana dan pembangunan kemitraan yang mencakup rencana investasi
pembangunan nasional tidak terlepas dari swasta yang membantu pemerintah dalam pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan Kabupaten.
pengadaan sarana prasarana penunjang serta masyarakat sendiri selaku pengguna 7. Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan
sarana/prasarana tersebut. terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.
Pembangunan Kawasan Nagari Mandeh membutuhkan sumberdaya modal yang pelaksanaan Bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan di dalam investasi pengembangan Kawasan
pembangunannya tidak dapat dilakukan oleh salah satu pelaku saja yaitu, pemerintah namun Nagari Mandeh dapat terdiri atas 3 bentuk yakni :
perlu mendapat dukungan dari pihak lain (swasta dan masyarakat) mengingat lokasi kawasan 1. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
dan fungsi kawasan. Pembangunan Kawasan Nagari Mandeh juga berimplikasi pada 2. Kerjasama antara pemerintah dan swasta
perkembangan wilayah sekitar kawasan, yakni akan memacu nilai lahan daerah sekitar serta 3. Kerjasama antara swasta dan masyarakat
memacu tumbuhnya aktivitas lainnya. Adanya implikasi-implikasi tersebut akan menambah Ketiga kelompok stakeholder di atas merupakan pelaku yang memiliki kepentingan maupun
permasalahan pembangunan yang berskala makro, khususnya berkaitan dengan penyediaan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kebijakan, baik dalam penataan ruang maupun
sarana/prasarna dan terbatasnya sumber dana pemerintah. pengelolaan lahan kawasan perencanaan. Hal ini dapat diilustrasikan seperti terlihat dalam
Upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah pembangunan terutama dalam kaitannya Gambar
dengan perencanaan Nagari Mandeh adalah dengan mengupayakan terciptanya kemitraan
Gambar 2.10 Pelaku Utama Kegiatan Penataan Ruang
yang melibatkan ketiga pelaku tersebut. Kemitraan atau peran serta masyarakat dalam
pembangunan kawasan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan
keuntungan dan manfaat, dan pelanggulangan resiko yang timbul dalam kegiatan
pembangunan. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang
setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara
memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggungjawab serta peranan dari
masing-masing pelaku.
Untuk pemerintah daerah harus memiliki beberapa tindakan untuk menciptakan suatu usaha
kerjasama dengan berbagai pelaku pembangunan dengan :
1. Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas (policy
indicator).
2. Menetapkan fungsi dan aturan yang jelas dalam pengembangan kawasan
Bentuk Peran Serta Masyarakat
3. Menetapkan prioritas pembangunan dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah
maupun swasta dan masyarakat. Bentuk peran serta masyarakat yang diindikasikan dalam Peraturan Pemerintah No.69 tahun
4. Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan, karena erat 1996 adalah :
kaitannya dengan tingkat partisipasi masyarakat. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan
5. Membuat beberapa bentuk kerjasama, sehingga masyarakat dapat berperan serta Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah bangunan
dalam kemitraan pembangunan. Pemberian masukan dallam perumusan rencana tata ruang
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
21 | B a b - 2
Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi jalan alternatif, maka kawasan ini dapat menjadi “ Kawasan Wisata Nelayan dan akan
dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang menjadi Aset Daerah dan Berkelanjutan”
Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana Dengan melihat kondisi eksisting dan perkembangan kawasan serta kebijakan tata ruang
Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesisir
Bantuan tenaga ahli Selatan terhadap fungsi ruang yang akan diterapkan dikawasan ini, yakni kawasan wisata
Bantuan dana Mandeh dan sekitarnya berfungsi untuk kawasan wisata, dan sabuk hijau. Prinsip-prinsip
utama yang menjadi tujuan dalam pengembangan pada beberapa bagian di Nagari mandeh
Penerapan bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilakukan mulai dari proses
adalah sebagai berikut:
perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang seperti yang terlihat
a. Menciptakan citra kawasan pembangunan terpadu dalam kawasan menjadikan
pada Tabel 2-6 berikut.
rancangan sebagai satu kesatuan terpadu dalam peruntukan lahan, sistem sirkulasi,
Tabel 2-6
Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang intensitas pemanfaatan lahan, ruang terbuka hijau, arsitektur, fasiltias penunjang dan
utilitas kawasan
PROSES PERENCANAAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUNG
TATA RUANG PEMANFAATAN RUANG b. Mengembangkan pemanfaatan lahan yang jelas berdasarkan peruntukan yang telah
1 Memperjelas status 1 Bantuan pemikiran 1 Pengawasan
hak dan pemilikan 2 Penyelenggaraan kegiatan 2 Pemberian informasi
diatur dan kondisi lingkungan yang tertata dengan baik.
2 Pemberian informasi, pembangunan 3 Bantuan pemikiran/ c. Memperkuat identitas masing-masing blok dengan keberagaman kesan visual dan
pertimbangan/pendapat 3 Pelepasan/pengalihan pertimbangan
3 Pengajuan keberatan hak pemilikan 4 Menjelaskan atas tanah kesatuan karakteristik melalui pengembangan fungsi kawasan.
4 Kerjasama penelitian 4 Konsolidasi pemanfaatan
dan pengembangan SDA (tanah, air, laut, udara)
5 Bantuan tenaga ahli 5 Bantuan teknis Untuk mencapai kondisi tersebut maka diperlukan beberapa penanganan yang mencakup
6 Bantuan dana
Sumber : PP No. 69 Tahun 1996. faktor-faktor yang paling berpengaruh pada keberhasilan penanganan perancangan secara
keseluruhan. Perancangan tersebut merupakan upaya untuk membentuk ruang secara tiga
dimensional agar pemanfaatan ruang dapat terwujud sesuai dengan fungsi yang
2.5 KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN
direncanakan. Tujuannya adalah untuk membentuk wajah Kawasan Nagari Mandeh yang
DAN LINGKUNGAN
dapat mencerminkan keindahan, kenyamanan lingkungan dalam lingkup ruang dan waktu,
Konsep dasar perencanaan ini merupakan konsep awal/alternatif yang selanjutnya akan dengan demikian perancangan Kawasan Nagari Mandeh merupakan rekayasa elemen fisik
dituangkan dan menjadi konsep perencanaan penyusunan RTBL Kawasan Nagari Mandeh. sebagai terjemahan rencana tata ruang Kabupaten/kabupaten.
Keluaran (output) dari proses ini nantinya akan dijadikan sebagai pedoman pemerintah daerah Konsep dasar pengembangan ruang Kawasan Nagari Mandeh dijabarkan dari pertimbangan
Kabupaten Pesisir Selatan dalam pengaturan bangunan dan lingkungan. yang mempengaruhi kawasan tersebut baik secara mikro maupun makro. Hal ini meliputi
kebijakan dan arahan-arahan tata ruang yang sudah ada, potensi dan permasalahan serta
Upaya menegaskan kawasan perencanaan sebagai salah satu koridor/ jalan alternatif dan kecenderungan perkembangan kawasan perencanaan. Untuk mewujudkan misi tersebut
gerbang wajah kawasan wisata terpadu yang dapat meningkatkan citra sekaligus dalam suatu kerangka rancang kawasan maka perlu ditentukan aspek-aspek perancangan
memvitalkannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan yang akan menjadi skenario pengembangan Kawasan Nagari Mandeh. Lebih jelasnya lihat
fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan utama kawasan. gambar 2.11
kawasan yang baik akan tercipta dengan adanya sistem keterkaitan seperti jaringan jalan,
pedestrian, angkutan umum dan jaringan pendukungnya yang tertata baik dan terintegrasi
termasuk perletakan bangunan penyelamatan. Aksesibilitas akan menciptakan keterkaitan
yang baik antar berbagai bagian pada kawasan maupun dengan kawasan lain di
Pemukiman Nelayan sekitarnya.
Menara pandang
Wisata Mangrove
Wisata Mangrove D. Pembentukan fungsi dan aktivitas yang mendukung
Fungsi akan memberikan karakter bagi kawasan. Fungsi perKabupatenan yang
Gambar 2.11 Konsep Kawasan Terpadu
merupakan salah satu magnet utama pergerakan aktivitas perKabupatenan akan
mendorong munculnya berbagai aktivitas pendukung. Kesuksesan pergerakan dalam
2.5.1 Skenario Pengembangan Kawasan
kawasan juga ditentukan oleh penempatan fungsi-fungsi ruang yang mampu menjadi
Prinsip perancangan kawasan yang mendasar adalah adanya keterpaduan antar berbagai
magnet penggerak baik bagi pejalan maupun pengendara. Karena itu, penataan
elemen perancangan. Beberapa elemen perancangan tersebut merupakan suatu perangkat
pedestrian untuk kawasan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya menciptakan
fisik yang berfungsi sebagai alat dalam mewujudkan suatu lingkungan binaan yang sesuai
aktivitas kawasan.
dengan visi-misi kawasan, beberapa skenario yang harus dilakukan adalah :
A. Penetapan peruntukan lahan makro dan mikro E. Perwujudan dimensi sosial kawasan
Peruntukan lahan makro harus direncanakan supaya terbentuk suatu hubungan yang Pengembangan kawasan juga selayaknya tetap memberi kesempatan bagi berbagai
dapat saling bersinergi, mendukung satu sama lain sehingga menjadi suatu kawasan yang golongan masyarakat untuk beraktivitas dan terlibat di dalamnya. Karena itu perlu
maju,yang tetap mempertahankan keasrian lingkungan. Konsep peruntukan lahan makro penataan kawasan yang lebih inklusif, terbuka dan memberikan ruang untuk berbagai
dapat direncanakan dengan hierarki peruntukan yang sesuai dengan pola rencana tata kegiatan dalam beraktivitas bagi publik (public use on private property). Selain itu
ruang yang ada, dimana terdapat pembagian ruang-ruang publik, semi-publik/semi-privat, pemberian kesempatan kepada pelaku kegiatan pada kawasan juga akan menciptakan
dan privat yang jelas. kawasan yang memiliki nilai sosial yang tinggi.
B. Pembentukan aksesibilitas dan sistem keterkaitan F. Penataan bentuk massa bangunan yang ”Green” dan ramah lingkungan
Aksesibilitas ini mencakup pencapaian baik secara fisik maupun visual. Lingkungan
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
23 | B a b - 2
Dalam mendorong terciptanya perkembangan kawasan wisata yang transparan dapat f. Memenuhi persyaratan bangunan gedung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28
dicerminkan dari sistem penataan bangunan, terutama pada bagian fasadenya, dimana tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005
dapat dibentuk bukaan-bukaan yang memadai sehingga terjadi interaksi antara pengguna tentang pelaksanaan UUBG No. 28 tahun 2002 serta ketentuan-ketentuan teknis sesuai
bangunan pada level lantai dasar dengan pengguna jalan. Transparansi ini juga akan dengan Peraturan Menteri yang sedang berlaku.
mendorong terjadinya ruang publik yang hidup, dimana pejalan akan merasa nyaman dan
aman dengan adanya interaksi visual dengan bangunan-bangunan yang dilaluinya. Untuk
antisipasi Pengrusakan alam pola penataan bangunan akan mengadopsi konsep konsep Pengaturan fungsi bangunan gedung dalam RTBL ini bertujuan agar bangunan dan
“Green” , baik dari segi bahan, penempatan bangunan, pola parkir ataupun pemanfaatan lingkungan yang didirikan dari awal telah ditetapkan fungsinya sehingga Pemerintah
lahan. Kabupaten Pesisir Selatan yang akan mendirikan bangunan gedung dapat memenuhi
persyaratan baik administratif maupun teknis bangunan gedungnya dengan efektif dan efisien.
2.5.2 Konsep Struktur Peruntukan Lahan Makro
Apabila Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan bermaksud mengubah fungsi yang ditetapkan
Lingkungan binaan di kawasan perencanaan merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan
harus diikuti dengan perubahan persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.
ruang. Oleh karena itu, pengaturan bangunan dan lingkungan tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin Pengaturan persyaratan administratif bangunan gedung dalam RTBL ini bertujuan agar
kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan dan lingkungan, kawasan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengetahui lebih rinci persyaratan administratif yang
perencanaan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis tata ruang diperlukan untuk menata bangunan dan lingkungan, baik dari segi kejelasan status tanahnya,
dan tata bangunan. Pengembangan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan kejelasan status kepemilikan bangunan gedungnya, maupun kepastian hukum bahwa
perencanaan didasari oleh perencanaan makro. Data dan informasi yang bersifat kebijakan bangunan gedung yang didirikan telah memperoleh persetujuan dari pemerintah daerah
maupun spasial dalam pengembangan makro diperoleh dari RTRW Kabupaten Pesisir dalam bentuk izin mendirikan bangunan gedung.
Selatan.
Struktur ruang kawasan perencanaan RTBL dikembangkan juga dengan memperhatikan
Beberapa ketentuan dalam mempertimbangkan peruntukan lahan makro, secara garis besar fungsi koridor ini sendiri sebagai salah satu poros ekonomi regional dan lokal maupun
dijelaskan sebagai berikut : keterkaitannya dengan struktur ruang kawasan Pesisir Selatan dan kawasan objek wisata
a. Sesuai dengan jenis peruntukan dan penggunaan yang ditentukan, apabila Rencana yang ada. Integrasi struktur ruang kawasan ini diharapkan akan dapat mendukung fungsi dan
Detail Ruang Kabupaten (RDTR) dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah peran Nagari Mandeh. Pengembangan struktur ruang kawasan perencanaan memegang
ada, maka harus dijadikan referensi peranan yang penting dalam pengendalian pembangunan dimana hasil akhirnya nanti dapat
b. Memenuhi/atau tidak melampaui batasan Intensitas bangunan yang ditentukan menegaskan citra dan meningkatkan kawasan pariwisata Mandeh.
dengan menjaga keseimbangan lingkungan secara internal maupun eksternal.
2.5.3 Konsep Struktur Peruntukan Lahan Mikro
c. Jaringan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki (pedestrian) tersedia dengan baik
Tujuan yang ingin dicapai dalam menetapkan peruntukan lahan mikro di kawasan
sesuai yang ditentukan.
perencanaan adalah mengupayakan hubungan dan keterkaitan antara peruntukan lahan di
d. Memenuhi penyediaan fasilitas pendukung dan atau fasilitas umum sesuai ketentuan
kawasan perencanaan dengan kawasan sekitarnya.
termasuk juga sarana untuk transportasi umum.
satu ruang dengan ruang yang lainnya. Struktur ruang dapat dipengaruhi oleh berbagai
e. Memenuhi ketentuan-ketentuan Permen PU nomor 06 tahun 2007 tentang Pedoman
macam faktor seperti sebaran fasilitas pelayanan masyarakat, kegiatan ekonomi, aktivitas
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
24 | B a b - 2
masyarakat lainnya, penggunaan lahan dan pengembangan kondisi sosial budaya. Aktivitas b. Menetapkan fungsi baru sebagai pendukung aktifitas yang akan dikembangkan.
yang berkembang di kawasan perencanaan dapat membentuk pola dan struktur ruang c. Mempertegas fungsi-fungsi bangunan pada tiap-tiap blok dan sub blok serta dan
kawasan tersebut, begitu juga sebaliknya pola dan struktur ruang yang ada dapat menunjang mengupayakan fleksibilitas ruang, terutama aktivitas yang berhubungan kuat.
perkembangan aktivitas kawasan. Mengingat besarnya peranan pola dan struktur ruang
wilayah Kabupaten maka pelaksanaan pembangunan harus mengacu pada kebijakan rencana
tata ruang yang telah ada agar perkembangan kawasan lebih terarah, serasi, selaras, dan 2.5.4 Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan
seimbang. Intensitas pemanfaatan lahan adalah perbandingan luas lantai bangunan terhadap luas
tanah/perpetakan yang sesuai dengan rencana Kabupaten/kabupaten, yang dijabarkan dalam
Peruntukan lahan mikro harus disinkronkan dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam
Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan dan Ketinggian Bangunan.
RTRW Kabupaten Pesisir Selatan. Peruntukan lahan mikro di kawasan perencanaan adalah
Sasaran penataan intensitas pemanfaatan lahan adalah untuk mendapatkan distribusi
sebagai kawasan perencanaan yang kemudian dibagi ke dalam beberapa blok peruntukan.
pemanfaatan lahan kawasan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan jenis
Kebijakan peruntukan lahan dikawasan ini harus berdasarkan konsep terpadu dengan
peruntukannya. Tujuan penataan intensitas pemanfaatan lahan adalah:
mempertimbangkan konteks kawasan spesifik dan pola peruntukan lingkungan sekitar. Dari
1. Mendistribusikan secara spasial intensitas pemanfaatan lahan menurut jenis
analisis menunjukan bahwa kawasan perencanaan mempunyai peranan penting dalam
peruntukannya.
konteks peruntukan lahan sekitarnya. Kawasan perencanaan juga harus mengupayakan
2. Mengupayakan ambang intensitas pemanfaatan lahan secara lebih merata (KDB, KLB).
keterkaitan bagi beragam peruntukan lahan yang terdapat dikawasan sekitarnya.
3. Menentukan kepadatan bangunan.
Kawasan perencanaan berada di Kawasan Nagari Mandeh, setiap blok /segmen yang telah
4. Menerapkan sistem insentif (bonus) atau disinsentif (denda)
dibagi memiliki karakteristik yang khas sesuai dengan fungsinya, yang secara umum
Pengaturan intensitas penggunaan lahan akan dilakukan melalui penetapan angka KDB, KLB
mengacu pada lokasi dan peruntukan lahannya yang dominan. Pembagian blok tersebut tidak
dan ketinggian bangunan. Dasar daripada penetapan KDB dan KLB ini adalah ketentuan-
selalu mencerminkan pentahapan pembangunannya, tetapi lebih merujuk kepada hubungan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan.
serta keterkaitan diantara kapling-kapling yang berdekatan.
Keuntungan-keuntungan dari konsep kawasan pembangunan terpadu, antara lain: 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
a. Kelenturan (fleksibilitas) dalam pemanfaatan ruang Koefisien Dasar Bangunan adalah angka persentasi berdasarkan perbandingan luas lantai
b. Keterpaduan pengembangan konsep arsitektural dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan. Pertimbangan rata-rata juga berlaku bagi
c. Peningkatan kemampuan (daya dukung/daya tampung) lahan KDB keseluruhan lahan kawasan.
d. Efisiensi dalam pemanfaatan sistem utilitas Setiap bangunan yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi kepadatan bangunan
e. Pemisahan yang tegas dari berbagai moda sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) yang diatur dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai yang ditetapkan ;
Peruntukan lahan mikro merupakan pendetailan dari peruntukan lahan makro yang dirinci a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
berdasarkan setiap blok peruntukan. Peruntukan lahan mikro berperan menentukan alokasi lingkungan/ resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya
jenis fungsi lahan serta distribusi secara spasial (ruang) di dalam kawasan perencanaan. kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan
dan kenyamanan bangunan;
Penetapan peruntukan lahan mikro dikawasan perencanaan bertujuan untuk : b. Ketentuan besarnya KDB disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
a. Mengupayakan keterkaitan secara fungsional diantara berbagai jenis peruntukan di c. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDB maksimum 60%
kawasan perencanaan. Untuk kawasan perencanaan yang terletak pada kawasan yang difungsikan untuk
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
25 | B a b - 2
pariwisata dan sabuk hijau, rencana pengaturan KDB nya sangat rendah sekali yakni b. Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian
sekitar 20 %. maksimum bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan,
keselamatan bangunan, serta keserasian dengan lingkungannya.
Untuk kawasan perencanaan dengan melihat fungsi dan kondisi dan juga berdasarkan
rencana intensitas ruang dalan dokumen RTRW, bahwa pada kawasan perencanaan yang
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
difungsikan untuk kawasan pariwisata dan sabuk hijau memiliki ketinggian yang boleh
Koefisien Lantai Bangunan adalah angka perbandingan jumlah luas lantai seluruh
pada kawasan tersebut adalah 1-2 lantai dengan memperhatikan kondisi fisik/lahan yang
bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
ada dan konstruksi bangunan yang akan digunakan.
dengan rencana Kabupaten. KLB menetapkan besaran maksimum luas lantai yang dapat
terbangun bagi masing-masing peruntukan lahan. Dalam konsep blok, pumpunan (fokus)
2.5.5 Konsep Tata Bangunan
utama adalah terpenuhinya persyaratan pemerintahan kabupaten bagi KLB rata-rata bagi
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta
keseluruhan lahan kawasan perencanaan.
lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen:
lingkungan/ resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran,
blok, kaveling/petak lahan, bangunan, sereta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang
kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan
dapat menciptakan dan mendefinisikanberbagai kualitas ruang Kabupaten yang akomodatif
bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum; Ketentuan besarnya KLB disesuaikan
terhadap keragaman kegiatan yang ada, teruma yang belangsung dalam ruang-ruang publik.
dengan yang diatur dalam RTRW dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah ada.
Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan
Untuk rencana KLB yang ada di kawasan perencanaan adalah 0,2 yang difungsikan untuk
bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu
bangunan penunjang kawasan wisata.
lingkungan binaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang
yang berlaku dalam rencana Perencanaan, dan rencana rincinya.
3. Ketinggian Bangunan
Tujuan yang ingin dicapai adalah menetapkan bentuk, besaran dan massa yang dapat
Pengaturan ketinggian pada tiap-tiap sub blok di Kawasan Perencanaan dan sebagian
menciptakan serta mendefinisikan ruang (luar) yang akomodatif terhadap berbagai bentuk
disekitarnya untuk menjamin daya dukung lahan atas kegiatan yang terjadi diatasnya.
kegiatan yang mengambil tempat dalam kawasan.
Disamping itu juga untuk membentuk garis langit (skyline) kawasan sehingga tercipta
Penataan bangunan bertujuan untuk:
estetika kawasan. Pertimbangan pengaturan ketinggian bangunan di kawasan
1. Menentukan garis sempadan, ”setback” bangunan dan jarak bebas antar bangunan
perencanaan bertujuan untuk:
2. Menentukan kepadatan (bulk) bangunan
a. Efisiensi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan bangunan kearah vertikal
3. Menentukan besar sosok serta proporsi massa bangunan
b. Daya dukung lahan
4. Menentukan ketinggian bangunan
c. Memperpendek pecapaian dalam suatu kawasan
5. Merekomendasikan ambang volume bangunan (building envelope)
d. Penciptaan iklim mikro Kabupaten dan estetika lingkungan
6. Merekomendasikan tata letak bangunan, dari segi orientasi, ekologi dan iklim
Persyaratan ketinggian bangunan 7. Mengupayakan keterpaduan konsep arsitektural yang selaras antara kinerja dan fungsi.
a. Ketinggian Bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana RTRW atau peraturan
Tata bangunan di kawasan Perencanaan mencakup bentuk dan pengelompokan massa
perencanaan yang telah ditetapkan;
bangunan yang membantu terciptanya suatu lingkungan Kabupaten yang terpadu. Faktor
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
26 | B a b - 2
utama dalam menentukan bentuk dan massa bangunan adalah kaidah-kaidah di balik wujud Bangunan baru, baik untuk fungsi komersial maupun hunian, seharusnya tidak sekadar
fisik kawasan tersebut. Bentuk dan massa bangunan menciptakan batas ruang yang meniru bentuk atau detail arsitektur tradisional. Penjiplakan mentah-mentah akan justru
membantu terwujudnya sistem ruang terbuka. meremehkan arti serta nilai arsitektur tradisional setempat dengan segala aspek sosial-
budayanya. Namun demikian, beberapa pelajaran dapat dipetik dari arsitektur tradisional
setempat, diantaranya menyangkut penyelesaian perancangan terhadap aspek iklim, cuaca,
Secara umum, tata bangunan dibentuk oleh suatu batas khayal ambang volume (building sinar matahari, suhu udara, ventilasi, hubungan antara ruang luar dan ruang dalam, bahan
envelope) yang tercipta dari penggabungan ketinggian maksimum bangunan serta batasan bangunan, tata hijau, kinerja struktur serta ekspresi atap.
luas bangunan. Pendekatan ini dilakukan untuk menjamin terpeliharanya kelenturan
A. Garis Sempadan Bangunan
(fleksibilitas) yang tinggi dalam perancangan bangunan dengan tetap mengupayakan
Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan suatu bangunan yang ditarik
terpenuhinya peruntukan lahan, serta mengenali batasan dari intensitas pembangunan yang
sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai atau as pagar dan merupakan batas antara
dapat ditampung dalam suatu sub-blok.
bagian kapling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun
Gambar 2.12 Batasan Intensitas Sub Blok bangunan; dengan demikian pengertian Garis Sempadan Bangunan (GSB/rooilijn) adalah
batas yang tidak boleh dilampaui oleh tapak bangunan. Di kawasan Perencanaan
mengenai Garis Sempadan Bangunan (GSB) diatur sebagai berikut:
1. Ambang Volume Bangunan/ Selubung Bangunan (Building Envelope)
Persyaratan garis sempadan
Garis Sempadan bangunan dalam sebuah persil dan antar persil perlu diatur
dimensinya. Persyaratan Garis Sempadan bangunan antar bangunan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Garis sempadan pagar terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan
berhimpit dengan batas terluar daerah milik jalan;
Sasaran dari perancangan arsitektur adalah untuk menciptakan citra dan identitas arsitektural (2) Garis pagar disudut persimpangan jalan ditentukan dengan serongan/
di kawasan perencanaan, sehingga terwujud suatu ”sense of place”. Hal tersebut dicapai lengkungan atas dasar fungsi dan peranan jalan.
dengan mengupayakan keterpaduan konsep arsitektur dan konsep ruang luar dalam (3) Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 1,5 meter dari
lingkungan kawasan, serta menyelaraskan kinerja arsitektural berdasarkan fungsi. Diharapkan permukaan halaman/ tratoar dengan bentuk transparan atau tembus pandang.
suatu tingkat kinerja perancangan arsitektur tertentu dapat terwujud pada kawasan (4) Garis sempadan jalan masuk ke kapling bilamana tidak ditentukan lain adalah
perencanaan. Hal ini mencakup citra bangunan, bahan, warna, tekstur, pola tampak dan berhimpit dengan batas terluar garis pagar.
detail. Sebagian besar bangunan di dirancang dalam gaya arsitektur modern yang kurang
Persyaratan Jarak Bebas Bangunan
kontekstual dengan arsitektur setempat. Oleh karena itu bangunan-bangunan yang ada
Jarak antar bangunan dalam sebuah persil dan antar persil perlu diatur dimensinya.
sepanjang bantaran sungai dan disekitarnya harus memiliki kualitas perancangan arsitektural
Persyaratan jarak bebas antar bangunan dapat dijelaskan sebagai berikut:
yang jauh lebih baik dibandingkan bangunan-bangunan lain, namun tetap memperhatikan
1) Persyaratan jarak bebas bangunan gedung meliputi:
keterkaitannya secara arsitektural dengan lingkungan kawasan yang bernuasa wisata nelayan
Tinggi bangunan Rancangan perpetakan lahan akan mengikuti pola blok yang telah ditentukan dalam
maksimum sesuai peruntukan lahan mikro. Pengelompokan kegiatan menjadi dasar dalam penentuan
Massa aturan batas
tinggi perpetakan lahan di kawasan perencanaan.
bangunan
terbentuk oleh
Buildin
KDB dan KLB Batas
g Jarak Antar
Bidang ketinggian Lt- Envelo
oleh bidang 2 Bangunan
bukaan Lt- pe
bukaan 1
udara
udara
Orienta
L APORAN DRAFT AKHIR 4 si
Orienta
Orienta GS
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 5 KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
Batas (RTBL) KAWASAN MANDEH, si D B si
Kapling
0 As
MJ
jalan
28 | B a b - 2
Gambar 2.14
Contoh Penerapan Intensitas Bangunan Pada kawasan Perencanaan
b. Arahan Arsitektur Bangunan
2.5.6 Konsep Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Beberapa faktor yang dapat menentukan Arsitektur bangunan antara lain :
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung, terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi
1. Fungsi bangunan, akan menentukan besaran bangunan dan penyediaan ruang dalam
kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan
maupun ruang luar
sepeda sirkulasi pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem
2. Tipologi bangunan, akan menentukan pola dasar denah ruang dalam dan
dan sarana transit, dan sistem jaringan penghubung. Konsep penataan sirkulasi kawasan
mencerminkan fungsinya.
perencanaan didasarkan pada fungsi pelayanan aktivitas masyarakat serta arus pergerakan
3. Kondisi tapak (site plan), keterbatasan lahan akan menentukan bentuk, tipologi,
kendaraan dan orang. Penataan sirkulasi meliputi sistem pergerakan arus kendaraan baik
arsitekturnya
kendaraan antar Kabupaten maupun dalam Kabupaten serta memperkecil konflik yang terjadi
4. Intensitas yang akan dicapai, aturan-aturan yang telah ditentukan di lokasi akan
akibat arus pergerakan selain itu juga membahas mengenai fungsi dan pengembangan
menentukan batasan rancangan, seperti KDB, KLB dan Garis Sempadan Bangunan.
jaringan jalan, geometrik jalan dan trotoar serta parkir.
Perletakan (posisi) bangunan, terdapat 2 (dua) tipe bangunan yang dapat diterapkan di
atas lahan kawasan tipe bangunan sudut dan bangunan tunggal. 2.5.7 Konsep Pergerakan
Konsep dasar dalam penataan sistem pergerakan dalam kawasan perencanaan antara lain :
1 Memberi kemudahan bagi setiap bentuk pergerakan orang, barang, dan kendaraan.
2 Memberi kehandalan baik dari sudut pandang waktu, keamanan dan kenyamanan.
3 Terpadu dengan sistem transportasi.
4 Memperhatikan pemisahan antara pencapaian untuk pergerakan “public” dan pencapaian
“sevice”
5 Memperhatikan unsur pendukung dan perlengkapan pergerakan seperti rambu-rambu,
papan pengarah, elemen-elemen estetika dan street furniture.
ameniti. Membuat suatu konsep ruang terbuka dan tata hijau yang terintegrasi, sehingga
berpengaruh kepada kegiatan dan penataan koridor jalan yang ada di sekitarnya.
Menurut Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
.
PerKabupatenan (RTHKP), yang dimaksud dengan: Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancangan kawasan, yang
- Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam Kabupaten atau wilayah yang lebih luas baik tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun elemen sisa setelah proses
rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari
dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam
suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik
- Ruang Terbuka Hijau Kawasan PerKabupatenan yang selanjutnya disingkat RTHKP
secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter
adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perKabupatenan yang diisi oleh
terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan
estetika.
Komponen Penataan
- Kawasan PerKabupatenan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan (1) Sistem Ruang Terbuka Umum (kepemilikan publik-aksesibilitas publik),
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman (2) Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi-aksesibilitas pribadi),.
perKabupatenan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan (3) Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum (kepemilikan pribadi-
sosial dan kegiatan ekonomi. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan aksesibilitas publik),
dan pengendalian (4) Sistem Pepohonan dan Tata Hijau,
(5) Bentang Alam,
Ruang Terbuka Hijau bermanfaat sebagai :
(6) Area jalur Hijau, yaitu salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area
a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
preservasi dan tidak dapat dibangun. Pengaturan ini untuk kawasan:
c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;
(a) Sepanjang sisi dalam Ruang Milik Jalan (Rumija);
d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan;
(b) Sepanjang bantaran Sungai;
e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
(c) Jalur hijau yang diperuntukan sebagai jalur Taman Kabupaten.
f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
ii. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas kawasan dengan
g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
menyediakan lingkungan yang aman, sehat dan menarik serta berwawasan
h. Memperbaiki Iklim Mikro; dan
ekologis, melalui penciptaan berbagai jenis ruang terbuka dan pola tata hijau.
i. Meningkatkan cadangan oksigen
Jenis-jenis ruang terbuka dan pertimbangan perancangannya:
iii. 1) Ruang terbuka yang bersifat umum (public),
Konsep penataan dan pengembangan ruang terbuka hijau di Nagari Mandeh ini menjadikan
iv. 2) Ruang terbuka yang bersifat tidak umum (privately-owned) namun terbuka untuk
sebagai sebuah kawasan yang Greeny dan Friendly, dengan beberapa penerapan :
umum,
Memanfaatkan vegetasi sekitar agar terjaga kelestariannya
v. 3) Ruang terbuka yang bersifat tertutup untuk umum (private).
Membuat Konsep Sistem Pergerakan yang mampu mengatur dan mengendalikan
vi. Aspek keterpaduan antara ketiga jenis ruang terbuka ini, secara fungsional, sosial,
sarana pergerakan secara optimal, efisien, aman dan nyaman bagi pengguna serta
iklim, dan ekologi lingkungan.
kemudahan aksesibilitas secara keseluruhan.
sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air
2.5.9 Konsep Tata Kualitas Lingkungan
bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta
Penataan Kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang
jaringan telepon, sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan
penyelamatan atau evakuasi.
yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu.
Komponen Penataan :
a. Sistem jaringan air bersih,
b. Sistem jaringan air limbah dan air kotor,
A. Komponen Penataan
c. Sistem jaringan drainase,
(1) Konsep Identitas Lingkungan, yaitu perancangan karakter ( jati diri ) suatu lingkungan
d. Sistem jaringan persampahan,
yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan non fisik
e. Sistem jaringan listrik,
lingkungan atau sub area tertentu.
f. Sistem jaringan telepon,
Pengaturan ini terdiri atas :
g. Sistem jaringan pengaman kebakaran,
a. Tata karakter bangunan atau lingkungan (built/insignage and directional system),
h. Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi,
b. Tata penanda identitas bangunan,
Kelengkapan sarana dan prasarana lingkungan mempengaruhi kualitas lingkungan dan wujud
c. Tata kegiatan pendukung kegiatan secara formal dan informal (supporting activities),
lingkungan. Kelengkapan ini akan berkaitan dengan layak atau tidaknya suatu lingkungan
(2) Konsep Orientasi Lingkungan,
dihuni dan mencerminkan jati diri dari suatu kawasan. Untuk memacu pertumbuhan dalam
Pengaturan ini terdiri atas :
upaya melayani kebutuhan masyarakat akan utilitas kawasan maka perlu peningkatan
a. Sistem tata informasi (directory signage system)
pelayanan jaringan utilitas. Jaringan utilitas yang terkait erat dengan tata bangunan dan
b. Sistem tata rambu pengarah (directional signage system)
lingkungan antara lain ; jaringan air bersih, hidran umum, drainase, listrik, jaringan air limbah
(3) Wajah Jalan, yaitu perancangan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk
dan telepon.
lingkungan berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang
akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. Beberapa konsep rencana dalam penataan jaringan utilitas pada kawasan perencanaan
a. Wajah penampang jalan dan bangunan; yaitu :
b. Perabot jalan (streer furtiture); 1. Perencanaan harus terpadu dengan penataan ruang antar bangunan seperti jaringan jalan.
c. Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian); 2. Penempatan dan disain mengutamakan kehandalan dan kemudahan dalam
d. Tata hijau pada penampang jalan; perawatannya.
e. Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan; 3. Penataan jaringan utilitas harus mempertimbangkan potensinya sebagai elemen
f. Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan; lingkungan sedapat mungkin disesuaikan dengan penataan ruang luar seperti jaringan
jalan, sungai, lampu penerangan dll.
2.5.10 Konsep Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Sistem Prasarana dan utilitas lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan Pada kawasan perencanaan diarahkan penambahan dan peningkatan pelayanan jaringan
yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi utilitas sehingga pada kawasan tersebut dapat terlayani dengan baik. Pengembangan
jaringan tersebut harus mengacu pada arahan rencana ruang kabupaten. Untuk kawasan
2. Kebutuhan Jaringan Drainase
perencanaan hal yang perlu sekali mendapat perhatian adalah sistem jaringan drainase yang
Berdasarkan kondisi dan permasalahan drainase di kawasan perencanaan, maka
saat ini kondisinya masih berupa saluran alami yang waktu terjadi hujan akan mengakibatkan
pengembangan saluran drainase adalah dengan mengfungsikan parit-parit utama sebagai
genangan dan banjir.
saluran primer. Pengaliran air hujan pada tiap-tiap blok dan sub blok dialirkan secara
Prasarana Dan Utilitas hirarki, yaitu mulai dari saluran tersier yang terdapat pada tiap-tiap tapak bangunan
Sasaran : menyediakan sistem utilitas yang terpadu (integrated) dalam sistem prasarana kemudian dialirkan ke saluran sekunder dan berahir pada saluran primer. Pada setiap
(infrastruktur) kawasan. Penyediaan prasarana umum seperti air bersih, air kotor, limbah saluran memerlukan inlet dan outlet yang tepat.
padat, listrik, telpon dan utilitas lainnya di kawasan perencanaan harus tertanam ditanah Saluran drainase yang akan dikembangkan di kawasan perencanaan merupakan
(underground system), khususnya di bawah ruas jalan. Sempadan (easement) yang memadai kombinasi antara jaringan darinase sistem terbuka.
perlu disediakan di sepanjang jalur-jalur tersebut untuk menampung sistem utilitas terpadu.
Penyediaan air bersih dan pengolahan limbah untuk jangka panjang merupakan aspek yang
3. Kebutuhan Sistem Pengolahan Limbah.
terkait dengan pembangunan di kawasan perencanaan, namun sangat erat hubungannya
Kebutuhan pengembangan pengolahan air limbah dilakukan dengan menggunakan sistem
dengan kemampuan kawasan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di masa mendatang.
pengolahan setempat (On Site Sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem
Pengolahan limbah padat juga merupakan masalah yang semakin meningkat kepentingannya.
penggunaan tangki septik yang ada ditiap-tiap bangunan dan dilengkapi tangki resapan.
Perencanaan yang baik disertai pengambilan keputusan yang dini memungkinkan optimalisasi
Pada bangunan pertokoan dapat disediakan sistem tangki septik komunal. Mengingat
dalam penentuan sistem terbaik bagi di kawasan Perencanaan.
penggunaan tangki septik memerlukan lahan yang cukup maka pada daerah yang dapat
dilakukan sistem perpipaan terlebih dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik
Kebutuhan prasarana utilitas kawasan
komunal. Pada kurun waktu tertentu sistem sanitasi on-site dengan menggunakan tangki
Penyediaan prasarana dan utilitas pada kawasan perencanaan dapat dijelaskan sebagai
septik memerlukan pengurasan secara berkala. Hasil pengurasan ini dilakukan pada sutau
berikut:
lokasi tertentu yang ditetapkan sebagai Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).
1. Kebutuhan Penyediaan Air Bersih .
Dalam menghitung kebutuhan air bersih ini digunakan standar kebutuhan air bersih dari 4. Kebutuhan Sistem Pengolahan Sampah
DPU Cipta Karya sesuai dengan tingkat kebutuhan rata-rata dilwilayah perencanaan , yaitu Pengembangan sistem pengolahan sampah diharapkan mampu menampung minimal 80
a. Rumah Tangga (domestik) : 60 - 250 Liter/orang / hari. % sampah yang ada. Standar perhitungan mengacu pada pedoman teknik tatacara
b. Non domestik : 20-30 dari kebutuhan domestik pemasangan dan pengoperasian komposter rumah tangga dan komunal no:pd-t-15-2003.
c. Hidran umum : 30 Liter/ orang/hari Ketentuan besaran timbunan sampah untuk rumah tinggal adalah 2,1 l/orang, sedangkan
d. Kehilangan air maksimum : 30 % dari kebutuhan total air bersih untuk non rumah tinggal adalah 24 l/unit/hari.
Penyediaan listrik, telepon dan utilitas lainnya harus dipertimbangkan baik untuk jangka
5. Kebutuhan Energi Listrik
panjang maupun jangka pendek, khususnya menyangkut penempatan (alokasi) utilitas
Sebagai acuan dalam pengembangan jaringan listrik, terlebih dahulu diperkirakan
selama masa konstruksi dan pembangunan. Developer bertanggung jawab untuk
besarnya energi listrik maksimum rata-rata yang dibutuhkan setiap keluarga yaitu 900 VA/
menjamin keterkaitan antara layanan utilitas sub-sub blok dengan sistem utilitas terpadu
KK. sedangkan kebutuhan listrik rata-rata untuk kebutuhan sarana sosial dan sarana
umum di kawasan Perencanaan.
umum 150% dari seluruh kebutuhan listrik rumah tangga dalam ukuran kawasan
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
32 | B a b - 2
keseluruhan. Bagian terkecil kebutuhan listrik dimanfaatkan untuk penerangan jalan yang Sistem pengolahan air limbah dibedakan antara grey water (air limbah yang berasal
porsinya mencapai 15% dari kebutuhan rumah tangga untuk ukuran kawasan secara dari MCM) dengan black water (air limbah berasal dari tinja). Air limbah yang berasal
keseluruhan. Sementara untuk pengembangan jaringan listrik bagi penerangan jalan dari mandi, cuci, dan memasak umumnya dibuang kesaluran drainase, sehingga terjadi
dapat juga digunakan dengan sistem solar cell. pencampuran dalam sistem pembuangan air limbah dengan saluran air hujan
(drainase). Untuk air limbah yang berbentuk tinja umumnya dialirkan ke septic tank
6. Kebutuhan Jaringan Telepon.
dengan memperhatikan kedalaman permukaan air tanah, dan kemiringan lahan.
Sebagai acuan, standar pengadaan sarana telepon adalah sebagai berikut :
3. Sistem Penyaluran Air Hujan (Drainase)
a. 4 unit untuk tiap 100 penduduk
Untuk mengatasi permasalahan sistem pembuangan air hujan (drainase) di kawasan
b. Sambungan untuk fasilitas sosial/ fasilitas umum sebanyak 3% dari total sambungan
Perencanaan perlu disusun program-program terpadu antar instansi dengan melibatkan
rumah tangga
masyarakat. Bentuk program yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut :
c. 1 sambungan telepon umum untuk tiap unit lingkungan permukiman (1: 2.500
a. Pematangan lahan dan saluran drainase kawasan
penduduk)
b. Penyiapan prasarana drainase lingkungan
d. Kapasitas rumah kabel (RK) mampu melayani 750 SST.
c. Mewajibkan kepada pemilik bangunan agar menyalurkan air hujan atau air
penggunaan secara hirarki hingga ke saluran utama lingkungan
Persyaratan penyediaan prasarana utilitas kawasan
d. Membatasi pembangunan fisik pada lokasi tertentu di kawasan perencanaan.
1. Air Bersih
e. Pengembangan jalur hijau dan ruang terbuka untuk penyerapan air hujan
Pelayanan sistem penyediaan air bersih di kawasan Perencanaan lebih dititikberatkan
pada pelayanan penduduk sekitar yang sudah ada dan kawasan rest area. Persyaratan sistem penyaluran air hujan
Persyaratan penerapan sistem air bersih dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
a. Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
sumber air bersih, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya. ketersediaan jaringan drainase lingkungan/Kabupaten.
b. Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber b. Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem
air lainnya serta yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai peraturan penyaluran air hujan.
perundang-undangan. c. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah
c. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990. drainase lingkungan/Kabupaten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan gedung harus memenuhi d. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan
debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan. dan penyumbatan pada saluran.
e. Penampungan air bersih dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian rupa
4. Sistem Pengelolaan Sampah
agar menjamin kualitas air dan memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan
Kegiatan pengelolaan sampah sangat dibutuhkan dalam kawasan perencanaan
gedung.
terutama pada kawasan permukiman yang ada yang memiliki sumber timbunan
2. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah
sampah yang potensial. Selain itu juga di perlu banyaknya orang yang akan melewati
jalan ini nantinya baik itu yang sifatnya pengguna maupun bagi pengunjung yang
L APORAN DRAFT AKHIR
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN MANDEH, KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN.
33 | B a b - 2
khusus meleati kawasan ini. Diharapkan tingkat pelayanan sistem penanganan sampah
dilakukan dengan pemanfaatan sistem yang sudah ada serta lebih meningkatkan peran
serta pihak masyarakat dan swasta.
Konsep penangan sampah dengan menyediakan tempat sampah pada jarak tertentu
dan memisahkan antara sampah kering dengan sampah basah dan akan tersedia di
sepanjang jalur Pedestrian Walk