Anda di halaman 1dari 16

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG

KAWASAN NAGARI PARIANGAN


TAHUN 2018

BAB I
PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan merupakan landasan pemahaman terhadap substansi pekerjaan Penyusunan


RDTR Kawasan Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Pembahasan pada bab ini
meliputi uraian latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran dan manfaat rencana, ruang lingkup
wilayah dan materi kegiatan serta sistematika pembahasan. Bab ini bertujuan untuk
menjelaskan urgensi, arah dan sistem dari kajian penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR).

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan di Kabupaten Tanah Datar khususnya di kawasan Nagari Pariangan merupakan


bagian integral dari pembangunan regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu
proses yang bersifat integratif baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan maupun
pengendalian yang dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Mengingat ruang lingkupnya yang sangat luas, kegiatan
pembangunan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan harus
didukung oleh seluruh komponen masyarakat.

Oleh karena itu, hubungan kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat merupakan kata
kunci yang strategis dan harus menjadi fokus perhatian terutama untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam pembangunan. Kemitraan yang dijalin dan dikembangkan tentunya harus
berdasar pada aspek dan posisi kesejajaran yang bersifat demokratis dan proporsional.
Implikasinya adalah bahwa pembangunan wilayah harus direncanakan, dilaksanakan dan
dikendalikan oleh seluruh warga masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah kabupaten.

Perkembangan wilayah yang sedemikian pesat menuntut upaya perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis, berkesinambungan dan

1|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

pro lingkungan. Pengembangan serta pemanfaatan ruang dalam rangka menunjang kegiatan
ekonomi dan sosial di Kabupaten Tanah Datar, khususnya di kawasan Nagari Pariangan saat ini
masih dirasakan kurang optimal. Untuk mengantisipasi perkembangan dan pergerakan suatu
wilayah, maka sangat dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang wilayah yang bersifat
partisipatif, antisipatif, strategik dan mampu mengarahkan serta menampung aktivitas penduduk
secara ruang dan waktu.

Penataan ruang merupakan suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Penyelengga-raan penataan ruang di daerah bertujuan untuk memastikan
terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu dan menyeluruh; terwujudnya tertib
pemanfaatan ruang serta terselengga-ranya pengendalian pemanfaatan ruang.

Peninggalan sejarah dan purbakala sebagai salah satu bentuk sumberdaya budaya memiliki nilai
akademik, ideologik dan ekonomi. Salah satu bentuk nilai ekonomi yang dimilikinya adalah
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat secara integral.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dengan segala konsekuensinya akan membawa
atmosfir baru pada kehidupan dan tatanan Pemerintah. Daerah otonom yang tidak memiliki
industri dan miskin sumberdaya alam tetapi kaya akan sumberdaya budaya tentunya akan
mengembangkan sektor pariwisata yang diharapkan dapat menggeneralisasikan Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peninggalan sejarah dan purbakala sebagai salah satu hasil budaya masa
lalu yang ada di Kawasan Nagari Pariangan Batusangkar, diharapkan juga mampu memberikan
sumbangan yang signifikan bagi masyarakat lokal. Pemanfaatan benda cagar budaya diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 yang antara lain dinyatakan bahwa benda cagar
budaya dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Tentunya dalam pemanfaatan benda cagar budaya harus tetap
memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian. Masalah kelestarian ini perlu diperhatikan karena
umumnya benda cagar budaya dan kawasan pusaka memiliki sifat-sifat langka, mudah rusak,
unik dan tidak dapat diperbaharui (non renewable).

Revitalisasi kawasan adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada
masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk
menemukan kembali potensi yang dimililiki, pernah dimiliki atau yang seharusnya dimiliki
oleh sebuah kota sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan kota
yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari penghuninya.

2|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Kawasan perencanaan Nagari Pariangan memiliki potensi kawasan pusaka yang andal meliputi
aspek tangible, terdiri atas permukiman tradisional rumah gadang Minangkabau yang telah
berumur ratusan tahun, rumah kontemporer masyarakat, sarana dan prasarana kawasan, pola
pemanfaatan ruang, landscape dan kriya serta aspek intangible yang terdiri atas pola kehidupan
masyarakat (saujana/cultural landscape), manajemen nagari, kesenian dan budaya. Hal ini
merupakan aset dan potensi budaya (heritage) yang strategis bagi kelangsungan kehidupan
komunitas setempat. Langkah dan kebijakan konstruktif yang dapat dilakukan adalah
pelestarian dan konservasi peninggalan masa lampau dan potensi yang ada pada saat ini secara
holistik guna menunjang eksistensi komunitas lokal.

Secara historis Nagari Pariangan merupakan nagari/daerah asal muasal kehidupan nenek
moyang orang Minangkabau yang berasal dari Gunung Marapi. Di kawasan Nagari Pariangan
terdapat bukti-bukti sejarah yang meliputi Kuburan Panjang, Masjid Tuo, Sawah Satampang
Baniah, Batu Tigo Luhak dan bukti sejarah lainnya serta objek wisata Air Panas. Nagari
Pariangan terletak antara Padang Panjang-Batusangkar dengan jarak ± 14 km dari kota
Batusangkar. Nagari Pariangan memiliki luas 17.92 km2 yang terdiri atas 4 buah jorong yaitu
Pariangan, Sikaladi, Padang Panjang dan Guguak dengan jumlah penduduk 6.145 jiwa.

Kawasan Nagari Pariangan memiliki ketinggian 500-800 m dpl. Kawasan Nagari Pariangan
memiliki bentang alam yang indah dan lingkungan yang sejuk karena berada pada pinggang
Gunung Api. Keberadaan sumber air panas merupakan bukti konkrit dari potensi kawasan ini
sebagai aset yang berharga untuk menumbuhkembangkan sektor pariwisata. Air panas ini
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan pengunjung dari luar kawasan untuk mandi
yang dipercayai dapat menyembuhkan beberapa penyakit tertentu. Masjid tua di Nagari
Pariangan merupakan peninggalan historis yang berumur ratusan tahun dan telah menjadi pusat
religi bagi komunitas masyarakat untuk melaksanakan kegiatan peribadatan.

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Nagari Pariangan adalah bertani. Hamparan
sawah yang hijau serta sistem irigasi yang memadai memberikan kontribusi dalam peningkatan
sektor pangan di kawasan ini. Pada masa dahulu masyarakat Nagari Pariangan telah
mengembangkan sistem pertanian yang berbasis pada kearifan lokal (local wisdom) dengan
adanya artefak Sawah Satampang Baniah. Dalam penuturan tambo dijelaskan bahwa sawah
tersebut hanya diawali dengan serumpun baniah padi tetapi dapat memenuhi seluruh hamparan
sawah dan memberi manfaat yang signifikan bagi masyarakat.

3|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Kawasan Nagari Pariangan juga memiliki artefak Kuburan Panjang Datuak Tantejo Gurhano
dengan panjang ± 25,5 m. Beliau adalah arsitek bangunan pada masa itu. Salah satu mahakarya
Datuak Tantejo Gurhano adalah Balairung Sari Tabek. Konon bangunan tersebut dibangun dan
dirancang sambil duduk. Balairung Sari merupakan bangunan yang berfungsi untuk kegiatan
musyawarah adat. Salah satu keunikan kuburan Datuak Tantejo Gurhano apabila diukur akan
selalu memiliki ukuran yang berbeda.

Pada saat ini artefak peninggalan budaya dan sejarah di Nagari Pariangan telah diregistrasi oleh
Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumbar Riau Kepri yang berkedududkan di
Batusangkar sebagai Benda Cagar Budaya (BCB).

Kawasan Nagari Pariangan juga merupakan tempat pengambilan api untuk kegiatan Pekan
Olah Raga (Porprov) Sumatera Barat. Sebelum pelaksanaan Porprov XII di Kabupaten 50 Kota,
dilaksanakan prosesi pengambilan api yang berlokasi di lapangan sepakbola Nagari Pariangan
yang dihadiri oleh pemangku kepentingan terkait dengan pelaksanaan even dua tahunan
tersebut. Simbolisasi pengambilan api Porprov di Nagari Pariangan memiliki makna untuk
menumbuhkan semangat dan nilai juang yang tinggi untuk menjunjung sportivitas olahraga.

Pada saat pembangunan Istano Basa Pagaruyung, tonggak tuo untuk pilar pembangunan istano
juga didatangkan dari Nagari Tuo Pariangan. Terdapat beberapa rangkaian prosesi adat dan
budaya yang dilakukan untuk membawa tonggak tuo dari Nagari Pariangan ke Pagaruyung.
Keberadaan Nagari Pariangan sebagai titik awal peradaban kehidupan di ranah Minangkabau
memerlukan peningkatan fungsi kawasan secara integral dalam mendukung peran kawasan
secara fungsional. Kawasan Nagari Pariangan merupakan kawasan yang memiliki fungsi
strategis untuk pengembangan pariwisata Kabupaten Tanah Datar dan Provinsi Sumatera Barat
karena memiliki nilai historis dan peninggalan artefak cagar budaya serta keunikan masyarakat
lokal setempat. Perwujudan pengembangan potensi wisata dan budaya di Nagari Pariangan
memerlukan penanganan secara menyeluruh untuk revitalisasi kawasan.

Terdapat serangkaian kendala/permasalahan dalam peningkatan fungsi kawasan sebagai berikut


:

1. Belum adanya dokumen penataan ruang yang mengatur pemanfaatan ruang kawasan secara
rinci.
2. Terbatasnya sarana dan infrastruktur serta akomodasi untuk menunjang pelayanan bagi

4|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

kegiatan wisata. Pada saat ini belum terdapat sarana penginapan, fasilitas parkir, toilet dan
media informasi yang representatif.
3. Sirkulasi jalan yang relatif sempit dan menimbulkan kesulitan apabila dilewati oleh bus
pariwisata dengan ukuran besar.
4. Rendahnya peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan artefak budaya serta
permukiman tradisional. Pada saat ini banyak bangunan masyarakat yang tidak
menonjolkan corak dan model bangunan Minangkabau. Disamping itu juga banyak rumah
gadang yang telah berusia ratusan tahun dengan kondisi tidak terawat.
5. Adanya kawasan potensial dengan fungsi pertanian yang telah beralih fungsi untuk
kegiatan permukiman. Apabila hal ini tidak diantisipasi dikhawatirkan akan menimbulkan
kerentanan dalam penyediaan potensi pangan di kawasan ini.
6. Terdapat beberapa kantong pemukiman di sekitar Gunung Api yang telah bermukim sejak
zaman dulu. Masyarakat cenderung tinggal di kawasan tersebut karena lahan yang subur
dan ketersediaan sumber air bersih yang melimpah, namun berdasarkan mitigasi dan
bencana, kawasan tersebut rentan terhadap bahaya bencana alam.

7. Minimnya upaya promosi dalam menumbuhkembangkan kawasan Nagari Pariangan


sebagai kawasan tradisional Minangkabau pada tataran lokal dan nasional.

8. Kondisi di lapangan untuk prosesi mengambilan api Pekan Olah Raga Provinsi belum
dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai apabila
dilaksanakan perhelatan dan kegiatan lainnya.
Berbagai faktor yang merupakan kendala dalam pengembangan kawasan Nagari Pariangan
merupakan fakta empiris yang riel di lapangan. Perlu adanya upaya pembenahan dan
implementasi program pembangunan yang konstruktif agar peran dan fungsi kawasan dapat
berjalan secara optimal. Potensi wisata dan budaya Nagari Pariangan merupakan aset yang
berharga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar dan Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat.

Berbagai bentuk kendala yang terdapat di kawasan Nagari Pariangan dapat diolah menjadi
potensi yang bernilai sehingga meningkatkan keberadaan kawasan untuk pengembangan
pariwisata yang mampu menggeneralisir ekonomi masyarakat setempat.

Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang, merupakan sebuah langkah reformasi di bidang penataan ruang
5|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

yang cukup signifikan, telah memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota


untuk melakukan peningkatan diri sesuai dengan potensi sumber daya, karakteristik dan budaya
(kearifan lokal) masing-masing. Undang-Undang ini mengamanatkan pentingnya penetapan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pertimbangan untuk mitigasi bencana, persyaratan
minimal ruang terbuka hijau 30% di kawasan perkotaan, pengenaan sangsi yang tegas di bidang
penataan ruang. Dalam konteks penyelenggaraan perencanaan penataan ruang di daerah untuk
menyusun rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang, Kabupaten Tanah Datar
sebagai suatu daerah otonom, belum memiliki RDTR Kawasan Nagari Pariangan yang
dijadikan panduan untuk pembangunan. Oleh karena itu, perlu pula disusun Rencana Detail
Tata Ruang sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang.

Penyusunan Dokumen RDTR dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan


penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi wilayah yang mengatur, menata serta
menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional kota, sebagai penjabaran ‘kegiatan’
ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsi dalam
kawasan, agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu. Penyusunan
RDTR juga dilakukan dalam rangka pengaturan zonasi, perizinan dan pembangunan kawasan
agar tercipta lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu.

Kawasan yang berkembang sendiri secara tepat, tanpa adanya pengendalian pemanfaatan
ruang, membuat kota berkembang tanpa penataan yang jelas.

Keadaan ini menjadikan wilayah/kota tumbuh tanpa arah, dimana pertumbuhan kawasan
cenderung berkembang secara sporadis. Untuk jangka pendek, hal demikian tidak
menjadi permasalahan yang berarti, akan tetapi dalam jangka panjang hal tersebut dapat
merugikan, karena kota tumbuh dan berkembang secara tidak terarah sehingga memerlukan
kerja keras dan dana yang sangat besar untuk menata kawasan-kawasan itu kembali.

Untuk mengatasi agar tidak terjadinya pengisian ruang/lahan yang tidak terarah/tertata, maka
diperlukan suatu rencana penataan ruang sebagai pedoman dan arahan dalam pemanfaatan
ruang, baik oleh Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan maupun oleh masyarakat
secara umum, sehingga keserasian perkembangan pembangunan kawasan perkotaan dengan
wilayah perkembangannya dapat dicapai. Selain itu dapat dimanfaatkan dalam rangka
pengendalian program sektoral maupun daerah serta keserasian pembangunan kawasan
perkotaan dalam jangka panjang.
6|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari penyusunan RDTR adalah untuk mewujudkan rencana detail tata ruang yang
mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif
dan berkelanjutan.

Ada pun tujuannya adalah:


a. Menciptakan arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan.
b. Menciptakan pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, pemberian perizinan,
dan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
c. Menciptakan acuan dalam pengembangan kawasan perkotaan.
d. Menciptakan dasar pengendalian tata ruang
e. Menciptakan dasar penyusunan RTBL.

I.3 SASARAN

Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk:


1. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman
dalam kawasan.
2. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam
kawasan.
3. Mendorongnya investasi masyarakat didalam kawasan.
4. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.

I.4 PEMBERI TUGAS

Pemberi tugas dalam kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Pekerjaan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Nagari Pariangan Kabupaten Tanah
Datar ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tanah Datar.

I.5 RUANG LINGKUP

7|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Ruang lingkup Pekerjaan ini meliputi ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup substansi.
1. Ruang Lingkup Lokasi
Secara perwilayahan, tipelogi kawasan dalam Rencana Detail Tata Ruang Lingkup
wilayah perencanaan adalah seluas 1.816 ha yang terdiri dari 7 (tujuh) NLP seperti
terlihat pada gambar dibawah:

2. Lingkup Materi yaitu:


Penyusunan RDTR Kawasan Nagari Pariangan disusun dengan kedalaman skala 1 :
5.000.
Spesifikasi Teknis Peta dan Citra adalah sebagai berikut :
1. Umum
Pada dasarnya peta dibedakan menjadi peta sebagai input dan output (produk). Peta
sebagai input merupakan data dasar dalam memvisualisasikan informasi secara
spasial sesuai dengan letak geografis atau koordinat fokusnya. Koordinat yang
digunakan adalah berlaku secara nasional dengan otoritas dari Badan Informasi
Geospatial (BIG). Demikian pula halnya untuk citra satelit menggunakan data citra
pleides.

2. Bentuk Data
Setiap peta baik peta dasar, peta tematik dan citra satelit sebagai input maupun

8|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

sebagai produk peta analisa dan peta rencana harus disusun berdasarkan kaidah
perpetaan disusun/dibuat dalam bentuk SHP yang dapat di olah dan diedit dengan
GIS.
3. Orientasi Sistem Informasi Geografis
Baik peta dasar, peta tema dan citra satelit berorientasi kepada Basis data Spasial.
Basis data spasial adalah integrasi peta dan atribut entitas, yang dikemas dalam peta
dasar yang sudah menerapkan koordinat global (realworld coordinates) atau dengan
kata lain peta tersebut sudah “georeference”. Sehingga software peta yang
digunakan harus berorientasi kepada Sistem Informasi Geografis.

4. Skala Peta
Untuk pekerjaan ini, skala peta harus dibuat dengan skala 1 : 5.000. Peta tematik
sesuai dengan Permen PU No. 16/PRT/M 2018).

3. Ruang Lingkup Substansi

1. Tahap Persiapan, meliputi :


a. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
- Melakukan survey pendahuluan
- Menyusun rencana kerja
- Konsultasi dengan pemberi tugas /instansi terkait
- Studi kepustakaan
- Menyusun jadwal pelaksanaan survey
- Menyusun laporan pendahuluan

b. Tahap Persiapan Survey

- Menyiapkan metode dan jadwal survey


- Menyiapkan daftar isian data (checklist data), list pertanyaan dan
wawancara
- Menyiapkan daftar peta
- Menyiapkan daftar peralatan
- Menyiapkan tenaga yang diperlukan
9|B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

2. Tahap Survey, meliputi :


a. Survey data sekunder (instansional);
b. Survey data primer (field study).
3. Tahap Penyusunan Analisis, meliputi :
a. Analisa struktur kawasan perencanaan
b. Analisa kemampuan lahan
c. Analisa blok peruntukan blok rencana
d. Analisa prasarana transportasi
e. Analisa fasilitas umum
f. Analisa utilitas umum
g. Analisa amplop ruang
h. Analisa kelembagaan dan peran serta masyarakat
i. Perumusan dan ketentuan teknis RDTR
j. Pengaturan zonasi kawasan perencanaan
4. Tahap Penyusunan Materi Teknis, meliputi :
a. Fungsi dan peran wilayah perencanaan
b. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan
c. Rencana sistem fasilitas dan utilitas kawasan perencanaan
d. Intensitas pemanfaatan ruang,
5. Tahap penyusunan dokumen KLHS.
6. Tahap Penyusunan Naskah Akademis
7. Pelibatan Peran Masyarakat dalam Penyusunan RDTR dan Zoning Regulation Kawasan
Nagari Pariangan.

I.6 DASAR HUKUM

Penyusunan dokumen RDTR Kawasan Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar mendasarkan
kepada aspek legalitas sebagai berikut:

10 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian (Lembaran


Negara Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722);
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4739);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4746);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);
8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4959);
9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4966);
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5025);
11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5052);
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5059);
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5068);
14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
11 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);


15. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5168);
16. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587, sebagaimana yang telah diubah beberapa kali
terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Pengrusakan Laut (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3816);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara 4161);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4385);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara 4452);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4490);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4624);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4655);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007
12 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4696);


26. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kabupaten (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4833);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4858);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4859);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara 5070);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5097);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5103);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5160);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011 tentang Pemindahan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dari Wilayah Kecamatan Tanah Datar Barat ke
Wilayah Kecamatan Koto Tangah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5212);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta untuk RTRW.
36. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan Budi
Daya;
37. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
13 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

38. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2004 tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang
Pertambangan yang Berada di Kawasan Hutan;
39. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Analisis Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata
Ruang;
41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Bencana Longsor ;
42. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan kabupaten;
43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
44. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial nomor 16 tahun 2014 tentang
Pengelolaaan Peta Rencana Tata Ruang.
45. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012-2032;
46. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 18 Tahun 2004 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanah Datar Tahun 2004-2020.
47. Peraturan Daerah No.2 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten Tanah Datar.
48. Peraturan lainnya yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan pekerjaan RDTR.

I.7 KELUARAN
Hasil akhir dari Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan ini adalah naskah dokumen Rencana Detail Tata Ruang
untuk Kawasan Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar yang memuat substansi dan sesuai
arahan pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang yang berdasarkan UU no 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4725).

14 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

I.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Untuk mempermudah pembahasan dan penguraian materi Usulan Laporan Pendahuluan dalam
Penyusunan RDTR Kawasan Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar, uraian materi
disajikan berdasarkan tahapan-tahapan pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup wilayah dan materi kegiatan, dasar hukum serta sistematika pembahasan.
Bab ini bertujuan untuk menjelaskan sekitar urgensi, arah dan sistem dari
penyusunan RDTR ini.

BAB 2 KEBIJAKAN TERKAIT PENYUSUNAN RDTR KAWASAN NAGARI


PARIANGAN
Bab ini menguraikan mengenai kebijakan dalam penyusunan RDTR Kawasan
Nagari Pariangan pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar untuk mendukung
pengembangan wilayah dan kawasan unggulan potensial untuk dikembangkan.

BAB 3 KARAKTERISTIK KAWASAN PERENCANAAN RDTR KAWASAN


NAGARI PARIANGAN
Bab ini akan menjelaskan gambaran umum wilayah perencanaan Kawasan Nagari
Pariangan yang merupakan lokasi penyusunan RDTR ini baik dari aspek fisik,
sosial, ekonomi maupun penyediaan sarana dan prasarananya.

BAB 4 ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN RDTR


Bab ini merupakan tahap penyusunan Analisis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang meliputi tahap analisis/pengolahan data, serta tahap penarikan kesimpulan.

BAB 5. KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN


Bab ini menguraikan konsep yang akan dilaksanakan dalam penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) meliputi: konsep sub BWP, konsep pola ruang, konsep
jaringan prasarana, konsep kawasan prioritas dan konsep struktur ruang.

15 | B A B I
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

16 | B A B I

Anda mungkin juga menyukai