Anda di halaman 1dari 62

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG

KAWASAN NAGARI PARIANGAN


TAHUN 2018

BAB IV

ANALISIS PERENCANAAN
RDTR KAWASAN NAGARI PARIANGAN

4.1 ANALISIS KAWASAN RDTR NAGARI PARIANGAN


4.1.1 Analisis Struktur Internal Kawasan Perencanaan

A. Analisis Kedudukan dan peran bagian dari wilayah dalam wilayah yang lebih luas
Berdasarkan struktur ruang yang diamanatkan dalam RTRW Kabupaten Tanah Datar bahwa Kawasan Perencanaan
Kecamatan Pariangan merupakan pusat pelayanan kawasan.
Fungsi utama dari pusat pelayanan kawasan ini adalah sebagai berikut:
a. Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar harian
b. Pusat koleksi komoditas pertanian yang dihasilkan sebagai bahan mentah industri
c. Pusat penelitian, pembibitan dan percontohan komoditas
d. Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian.

B. Analisis Kerentanan terhadap potensi bencana (BWP)awasan Nagari Pariangan

Berdasarkan data buku Pembuatan Dokumen dan peta risiko bencana Kabupaten Tanah Datar bahwa kawasan
RDTR Nagari Pariangan memliki potensi rawan galodo, longsor dan letusan gunung api dengan arahan yang
harus dilakukan adalah:
a. Memetakan kawasan yang potensial mengalami gerakan tanah
b. Penyusunan ranperda yang mengatur sanksi hukum bagi pelanggaran tata ruang di daerah
rawan longsor
c. Membangun dinding pengaman tebing di kawasan-kawasan rawan longsor
d. Penguatan lereng pada daerah rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya
e. Rehabilitasi dan reboisasi daerah-daerah penyangga dan resapan air terutama di wilayah
yang sudah teridentifikasi sebagai kawasan rawan longsor atau gerakan tanah
f. Pengendalian penebangan dan pemanfaatan lahan di daerah penyangga dan resapan air
g. Pengendalian penambangan pada daerah-daerah penyangga dan resapan air
h. Pengendalian pembangunan pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan daerah
rawan longsor/gerakan tanah
1|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

i. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar
budaya.
j. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor di setiap wilayah kecamatan
k. Penegakan aturan yuridis terhadap pemanfaatan kawasan rawan longsor.
l. Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana;

4.1.2 Analisis Potensi Dan Masalah Pengembangan BWP


A. Analisis kebutuhan ruang Kawasan Nagari Pariangan

Kebutuhan ruang dalam di Kawasan Nagari Pariangan dinilai dari potensi fisik dan perkembangan
proyeksi penduduk serta perkembangan sosial ekonomi. Dalam penentuan kebutuhan ruang
mempertimbangkan kondisi fisik dilakukan dengan beberapa kriteria yaitu: kondisi kelerengan, kondisi
jenis tanah, curah hujan, dan juga mempertimbangkan ketetapan fungsi yang telah ditetapkan serta
kemungkinan kegiatan yang akan terjadi.

B. Analisis Perubahan Pemanfaatan Ruang

Dalam RTRW Kabupaten Tanah Datar 2011-2031 bahwa peruntukan ruang kawasan Pariangan diperuntukkan
sebagai kawasan cagar budaya, permukiman dan sawah dengan arahan:

Arahan pemanfaatan kawasan cagar budaya diwujudkan melalui:

a. Penegasan tata batas seluruh kawasan cagar budaya di Kabupaten Tanah Datar
b. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar budaya.
c. Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan pencegahan dari ancaman kepunahan
d. Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolaan
dan perlindungan kawasan cagar budaya.

C. Analisis Kemampuan Lahan


Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat
mendukung upaya pemanfaatan lahan. Analisis kemampuan lahan ini sekaligus untuk mengetahui
faktor–faktor fisik lahan yang bersifat menghambat dan tidak menghambat dalam upaya
pemanfaatan lahan. Output (keluaran) dari analisis ini adalah berupa peta kelas kemampuan lahan
(zonasi) yang terdiri dari kawasan kemungkinan (pengembangan), kawasan kendala dan kawasan
limitasi, yang merupakan gambaran dari tingkatan kemampuan lahan pada daerah penelitian.

2|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Analisis kemampuan lahan ini bermaksud untuk mengkaji tingkatan kemampuan lahan untuk
pada daerah perencanaan berdasarkan aspek fisik dasar. Aspek dasar ini merupakan salah satu
materi yang diperlukan dalam rencana pengembangan suatu kawasan, hal ini seperti tertuang
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 tentang pedoman teknik analisis
fisik dan lingkungan, ekonomi serta sosial budaya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang.
Aspek – aspek fisik kemampuan lahan tersebut dalam analisis ini dikenal dengan satuan
kemampuan lahan (SKL). Informasi aspek – aspek fisik kemampuan lahan yang dimaksud
tersebut dan dibutuhkan bagi pengembangan suatu kawasan yaitu berupa:
 Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Apabila SKL diatas telah selesai dikerjakan, maka langkah selanjutnya yaitu semua peta SKL
yang telah selesai dikerjakan di beri skor dan di overlay sehingga akan menghasilkan peta
kemampuan lahan kawasan tersebut.

Satuan Kemampuan Lahan Morfologi


Dalam melakukan analisis morfologi perlu adanya peta kemiringan, peta morfologi yang
dilakukan overlay dengan menggunakan ArcGis agar dapat mengetahui kawasan yang termasuk
dalam kreteria tersebut untuk mendapatkan hasil yang dijadikan sebagian kemampuan
perumahan. Adapun kreteriannya terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Pembobotan (SKL) Morfologi
No Peta SKL
Kemiringan Nilai Peta Morfologi Nilai Morfologi Nilai
(%) (Nilai)
1
0-2 5 Dataran 5 Tinggi (9-10) 5
2
2-5 4 Landai 4 Cukup (7-8) 4
3
5-15 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (5-6) 3
4 Pegunungan/
15-40 2 Perbukitan Terjal 2 Kurang (3-4) 2
5 Pegunungan/ Perbukitan
>40 1 Sangat 1 Rendah (1-2) 1
Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Berdasarkan bobot diatas kemudian dibuat SKL Morfologi untuk Kecamatan Pariangan. Tabel dan

3|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

peta SKL Morfologi Kecamatan Pariangan dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini
Tabel 4.2
SKL Morfologi Di Kawasan Perencanaan

SKL Luas (Ha)


Agak Tinggi 164,9045

Sedang 1592,378

Rendah 58,74154

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2018


Dilihat dari tabel 4.2 diatas bahwa skl morfologi pada Kawasan Perencanaan menghasilkan 3
kriteria skl morfologi yaitu agak tinggi, sedang dan rendah. Untuk katagori agak tinggi terdapat
pada Jorong Simabur, Jorong Tabek dan Jorong Koto Tuo. Sedang terdapat pada Sebagian Nagari
Sawah Tangah, Sebagian Nagari Pariangan, Nagari Sabu dan sebagian Nagari Tabek dengan luas
masing-masing dapat dilihat tabel 4.2 diatas. Sedangkan untuk nilai morfologi rendah di sebagian
Jorong Sikaladi.
Dari hasil tersebut maka wilayah yang dapat dipilih sebagai daya dukung lahan adalah
daerah yang datar antara 5-15%% dikarenakan yang memiliki kemiringan perbukitan sedang yang
dapat menggurangi bahaya yang diantaranya kenyaman penduduk yaitu bahaya gerakan tanah,
bahaya longsor dan bahaya tanah yang tidak stabil. Dalam Satuan Kemampuan Lahan Kawasan Perencanaan
memiliki luas kawasan 1.81603 Ha dengan penggunaan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

4|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Peta SKL 4.1

5|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

4.1.3 Analisis Kualitas Kinerja Kawasan Dan Lingkungan


4.1.3.1 Analisis daya tampung dan daya dukung lingkungan
1. Karakteristik Umum Fisik Wilayah
Potensi Rawan Bencana Alam
Berdasarkan peta potensi risiko bencana, bahwa kawasan RDTR Nagari Pariangan yang dapat
dikembangkan adalah pada kawasan yang dapat dikembangkan adalah pada kawasan bencana longsor
dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dengan peringatan dini. Dan juga pada kawasan gunung api
yang ada.

Potensi Sumber Daya Alam

Berdasarkan Peta data dan pola ruang RTRW Kabupaten Tanah Datar 2011-2031 bahwa potensi
sumber daya alam yang dimiliki dalam kawasan RDTR Pariangan tidak ada karena kawasan
pariangan merupakan kawasan cagar budaya dengan kegiatan pariwisata, dan permukiman.
Lahan yang bisa dimanfaatkan berupa lahan lereng dengan kelerengan agak curam dan curam.

Kesesuaian Penggunaan Lahan

Analisis fisik dasar dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan fisik dalam mendukung
pengembangan kawasan perencanaan serta menjaga kawasan yang nantinya berfungsi sebagai
kawasan lindung. Metode yang digunakan dalam analisis fisik dasar ini adalah analisis
superimpose dengan berbagai kriteria. Kriteria yang digunakan adalah geologi, kemiringan
lereng, jenis tanah, hidrologi, ketinggian dan lain sebagainya. Hasil dari analisis fisik dasar ini
daerah kemungkinan, limitasi dan kendala serta kesesuaian lahan. Analisis daya dukung lahan
dimaksudkan untuk mengetahui daerah limitasi, kendala dan kemungkinan. Kriteria yang
digunakan dalam analisis ini dalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Kriteria Analisis Kesesuaian Lahan

6|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

No Kesesuaian Lahan Kriteria Keterangan

1 Daerah Limitasi  Kemiringan lereng >40 % Hutan lindung yang


 Titik ketinggian > 3000 dpl telah ditetapkan dalam
 Kawasan hutan lindung
RTRW Kabupaten Tanah
 Rawan bencana
Datar
2 Daerah Kendala  Kemiringan lereng >25-40 %
 Titik Ketinggian 1000-3000 dpl
3 Daerah Kemungkinan  Kemiringan lereng <25 %
 Titik Ketinggian < 1000 dpl

Sumber : Hasil Analisis 2018

Kawasan perencanaan berada pada Kecamatan Pariangan dan Kecamatan Batipuh yang
memiliki karakteristik fisik dasar datar dan bergelombang. Ketinggian kawasan perencanaan
berkisar antara 600-700 meter di atas permukaan laut (dpl). Dan kawasan perencanaan memiliki
kelerengan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan pariwisata.

Berdasarkan kelerengan, ketinggian kawasan, kendala dan rawan bencana, maka kawasan
perencanaan memiliki penggunaan lahan sebagai berikut :

 Penggunaan lahan untuk sungai


 Penggunaan lahan untuk sempadan sungai
 Penggunaan lahan perkebunan
 Penggunaan lahan permukiman
 Penggunaan lahan untuk jaringan jalan
Berkisar antara kondisi ini berpotensi pengembangan kawasan yang dapat dikembangan seperti
sistem perencanaan jaringan jalan, sistem pengaliran jaringan drainase, dan utilitas lainnya,
peletakan bangunan-bangunan, dan aspek visual.
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan yang
berpotensi menyebabkan erosi. Selain kecuraman, panjang lereng juga menentukan besarnya
longsor dan erosi. Makin panjang lereng, erosi yang terjadi makin besar. Pada lereng > 40 %
longsor sering terjadi, terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi.
Berdasarkan kemiringan lahan, proses alam yang terjadi dapat berupa:
kelerengan 0 – 3% merupakan wilayah yang tidak ada proses denudasi;
kelerengan 3–8% merupakan wilayah yang mempunyai gerakan tanah dengan kecepatan

7|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

rendah, erosi lembar dan erosi alur (sheet and rill erosion) dan rawan longsor;
kelerengan 8–15% merupakan wilayah yang mempunyai gerakan tanah dengan kecepatan
sedang, mempunyai erosi lembar dan erosi alur, dan sangat rawan erosi tanah;
kelerengan 15–25% merupakan wilayah yang banyak terjadi gerakan tanah dan erosi,
terutama longsor yang bersifat nendatan;
kelerengan 25–40% merupakan wilayah dengan proses denudasional yang intensif, erosi
dan gerakan tanah yang sering terjadi;
Kelerengan 40%-50% merupakan wilayah dengan proses limitasi.
Kemampuan lahan terhadap kestabilan lereng hendaknya perlu diperhatikan terutama dalam
pengalokasian kegiatan permukiman, agar kegiatan tersebut tidak berada di lokasi yang rawan
bencana.
Sedangkan kemampuan lahan pada kawasan perencanaan untuk pengembangan pertanian
memiliki karakteristik:
1. Kemampuan pengembangan agak tinggi
2. Kemampuan pengembangan rendah
3. Kemampuan pengembangan sedang
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah
Selain itu, perlu diperhatikan juga dalam pembukaan lahan agar memperhatikan kondisi
lereng, terutama kegiatan pembukaan lahan skala besar, agar menggunakan teknologi ramah
lingkungan. Perhatian yang diperlukan adalah pembukaan lahan mempunyai kemiringan lahan
di atas 15%.
Pada dasarnya, dalam interpretasi kekerasan batuan dari Peta Kontur dan Peta Aliran Sungai.
Hal terpenting yang perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai, yaitu:

 pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan
batuan lunak atau lepas;
 pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan
lebih keras dari batuan sekitarnya;
 aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras;

 kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada batuan
yang lebih mudah tererosi (lunak). Kerapatan sungai adalah perbandingan antara total

8|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan
pengaliran sungai-sungai itu sendiri.

Dari uraian di atas, ditemukenali bahwa di Kawasan Perencanaan Pariangan merupakan wilayah
yang baik untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya terbangun, karena berada pada
kemiringan 8-5 %, yang tidak perlu dilakukan proses pengolahan tanah (cut and fill) yang
berarti dan aman terhadap bencana, longsor. Secara jelas, tingkat kesesuaian lahan menurut
kemiringan lahan, dapat dilihat pada tabel 4. 4 berikut.

Tabel 4.4
Tingkat Kesesuaian Lahan Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan

Tingkat Kesesuaian
Kemiringan Lahan Klasifikasi
Pengembangan Tapak Perkotaan
0 - 8% Datar Sangat baik
8 – 15% Landai Baik
16 - 25% Agak curam Terbatas
26 – 40% Curam Sangat terbatas
> 40% Sangat curam Mutlak konservasi
Sumber : Permenpu No 41 PRTM 2007 Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya

Kemudian, bila kemiringan lahan di kawasan perencanaan dikaitkan dengan kesesuaian


penggunaan lahan, kelayakan lahan sangat sesuai untuk pengembangan kawasan budi daya,
seperti perumahan, perdagangan dan jasa, pertanian, industri, serta jalan raya. Lebih jelasnya,
kesesuaian penggunaan lahan menurut kemiringan lahan dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut.

9|BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Tabel 4.5
Kesesuaian Penggunaan Lahan Menurut Kemiringan Lahan

Kemiringan Lahan / Lereng (%)


No Jenis Penggunaan
Lahan 0-3 3-5 5-10 10-15 15- 20 20-30 30-40 > 40

1 Rekreasi Umum        

2 Padang Rumput      

3 Pertanian      

4 Bangunan Terhitung     

5 Perumahan Konvesional    

6 Trotoar    

7 Sistem Septictank    

8 Jalan Kota    

9 Pusat Perdagangan  

10 Industri/ Pabrik  

11 Drainase  

12 Jalan Raya  

13 Gudang 

10 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

14 Parkir 

15 Taman Bermain 

Sumber : Sampurno, Kumpulan Edaran Kuliah Geologi Teknik, Jurusan Teknik Geologi, ITB William M. Marsh,
Landscape Planning Environmental Application,2nd. ed.,1991

Dalam sistem budidaya pada lahan berlereng > 15% lebih diutamakan campuran tanaman
semusim dengan tanaman tahunan atau sistem wanatani (agroforestry). Lebih lanjut, berdasarkan
sifat kepekaannya terhadap erosi, kondisi fisik tanah di kawasan perencanaan termasuk
kedalam jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi, sehingga memiliki daya dukung yang
sangat baik bagi konstruksi bangunan. Pernyataan tersebut mengacu kepada kriteria tingkat
kesesuaian tapak menurut sifat kepekaan tanahnya, seperti yang terlihat pada Tabel 4.6
berikut.
Tabel 4.6
Tingkat Kesesuaian Lahan Menurut Sifat Kepekaan Tanah
Daya Dukung
Jenis Tanah Sifat Konstruksi
Alluvial ,Geysol, Planosol, Hidromorf Kelabu,
Laterik air Tidak peka terhadap erosi Sangat baik
tanah
Latosol Agak peka terhadap erosi Baik
Brown Forests Oil, Non Calcic Kurang peka terhadap erosi Kurang baik
Brown,Mediteran
Andosol, Laterite, Grumusol,
Peka terhadap erosi Tidak baik
Spodosol, Podsolic
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
Sangat peka terhadap erosi Sangat tidak baik

Sumber : Permenpu No 41 PRTM 2007 Pedoman Kriteria Teknis Kawasan BudiDaya

Ditinjau dari ketersediaan air, air permukaan di kawasan perencanaan adalah sungai. Terdapat beberapa
sungai besar dan kecil dengan debit sungai ada yang termasuk cukup tinggi, dan airnya dimanfaatkan
sebagai sumber air bersih untuk masyarakat dan pertanian di sekitar kawasan. Pemanfaatan air sungai
sebagai sumber air baku, perlu dilanjuti dengan kegiatan pengolahan terhadap air sungai menjadi air
bersih sebelum dimanfaatkan oleh masyarakat, yang dapat dilakukan oleh PDAM Kabupaten Tanah
Datar dan Pansimas serta masyarakat itu sendiri.

Perkembangan guna lahan di kawasan perencanaan berkembang menyerupai bentuk linier mengikuti

11 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

jaringan jalan yang terlihat dari perkembangan permukiman dan perumahan alami sedangkan untuk
perumahan yang terencana telah terdapat berbentuk pola mengelompok. Adapun perkembangan
perumahan lain masih berupa perumahan swadaya yang mempunyai pola perkembangan alami, tidak
teratur dan terencana dengan baik.

Selain dua kegiatan pemanfaatan ruang di atas, di kawasan Nagari Pariangan perkembangan lainnya
berupa kegiatan komersial yaitu perdagangan dan jasa berupa pasar, yang berlokasi disimabur sedangkan
untuk pertanian memanfaatkan sawah tadah hujan.

Oleh karena itu, perlu konsep perencanaan yang inovatif dalam merencanakan pemanfatan ruang di
kawasan RDTR Nagari Pariangan, agar dapat diperoleh keseimbangan antara pembangunan lahan
terbangun dengan lahan non terbangun. Kondisi ini dilakukan untuk menghindari degradasi lingkungan
yang akan terjadi, seperti bencana longsors dan bencana lainnya.

4.1.4 Analisis Penduduk dan Sosial Budaya

Jumlah penduduk Kawasan Nagari Pariangan pada tahun 2017 berjumlah 10.156 jiwa yang tersebar di 6 jorong.
Jorong Tabek memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kawasan Perencanaan berjumlah 2666 jiwa dengan
kepadatan penduduk 632 jiwa/Km2, Sedangkan jumlah penduduk terendah pada kawasan perencanaan berada
pada Jorong Guguk berjumlah 709 jiwa yang kepadatan penduduk 152 jiwa/Km 2. Kepadatan penduduk masing-
masing jorong di Kawasan Perencanaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7
Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan Tahun 2017
No Nagari Daerah Jumlah
Penduduk Kepadatan
    (Km2) (jiwa)
 
1 Nagari Pariangan 17,92 56.50 315
2 Nagari Sawah Tangah 5,21 14.36 276
3 Nagari Sabu 3,40 2497 220
4 Nagari Simabur 5,97 2829 474
5 Nagari Tabek 5,42 3353 619
Sumber : Kecamatan Pariangan Dalam Angka 2018

Dalam melakukan proyeksi penduduk ini akan digunakan metode proyeksi Metode Pertumbuhan Eksponensial
(Exponential Growth Model) atau Metode Bunga Berganda, dengan perkiraan tidak akan terjadi fluktuasi.
Dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan pada periode 2017-2037,
12 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

selanjutnya akan dilakukan proyeksi jumlah penduduk berdasarkan metode proyeksi yang telah dikemukakan
diatas.

Asumsi dasar aplikasi Exponential Growth Model adalah tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu
proposional dengan jumlah penduduk Dan terdapat suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu tingkat

t
Pt = P0 ( 1 + r )

pertumbuhan Secara fisik, makin besar jumlah penduduk, makin cepat pula tingkat pertumbuhannya.
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Di mana:

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t (tahun rencana).


P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar.
r = Presentase pertumbuhan rata-rata.
t = Selang waktu antara tahun dasar dan tahun rencana.

Sementara tingkat perkembangan jumlah penduduk dalam 5 tahun terakhir di Kawasan Perencanaan mengalami
kenaikan dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun 1,634 % pertahun, dapat dikatakan pola pertumbuhan
penduduknya bersifat konstan yaitu setiap tahun penduduk mengalami kenaikan dan penurunan secara
signifikan. Sedangkan kebiasan masyarakat pada kawasan perencanaan cenderung hidup bergotong royong
terutama dalam melaksanakan berbagai kegiatan pedesaan. Untuk lebih jelasnya perkembangan penduduk di
Kawasan Nagari Pariangan dapat dilihat pada Tabel 4..8 berikut :

13 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Tabel 4.8
Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Nagari Pariangan 2017-2031

    Luas Jumlah
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
No Nagari Daerah(Km2) Penduduk(jiwa)

                               
1 Pariangan 17.92 5840

5898 5957 6017 6077 6138 6199 6261 6324 6387 6451 6516 6581 6646 6713 6780 6848
2 Simabur 5.97 2829

2857 2886 2915 2944 2973 3003 3033 3063 3094 3125 3156 3188 3220 3252 3284 3317
3 Sawah 5.21 1436
Tangah 1450 1465 1480 1494 1509 1524 1540 1555 1571 1586 1602 1618 1634 1651 1667 1684
4 Sabu 5,23 1362
1376 1389 1403 1417 1431 1446 1460 1475 1490 1504 1520 1535 1550 1566 1581 1597
5 Tabek 5.42 3353
3387 3420 3455 3489 3524 3559 3595 3631 3667 3704 3741 3778 3816 3854 3893 3932
2 14820
2017 14968 15118 15269 15422 15576 15732 15889 16048 16208 16370 16534 16700 16867 15422 17206 17378
Sumber : Hasil Analisis 2018

14 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

4.1.5. Analisis fisik dasar.

Kawasan RDTR Nagari Pariangan memiliki kondisi fisik bergelombang yang terdiri dari kawasan datar, agak landai, landai,
agak curam dan curam. Dalam kawasan Nagari Pariangan didominasi oleh kawasan landai dan aagak curam. Keberadaan
datar berada pada kawasan perdagangan atau tengah pusat kawasan (Nagari Simabur). Serta memiliki jenis tanah yang sesuai
untuk permukiman dan pertanian khususnya.

4.1.6 Analisis Utilitas BWP


Analisa Kebutuhan jaringan utilitas ini meliputi jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan sampah hingga
jaringan telekomunikasi.

4.1.6.1 Jaringan Listrik


Secara umum semua penduduk di Kawasan Perencanaan kebutuhan listrik untuk masyarakat menggunakan
jasa listrik dari PLN. Kebutuhan listrik di Kawasan Perencanaan dapat dilihat pada Tabel. Perhitungan
kebutuhan listrik untuk 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun mendatang diperoleh melalui standar:
Kebutuhan Rumah Tangga : 75 watt / jiwa
Kebutuhan komersial : 70 % dari kebutuhan rumah tangga
Kebutuhan social : 15 % dari kebutuhan rumah tangga Kebutuhan Perkantoran
: 10 % dari kebutuhan rumah tangga Cadangan : 5 % dari kebutuhan
rumah tangga
Penerangan jalan : 1 % dari kebutuhan rumah tangga

Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di kawasan perencanaan, maka pada Tahun 201 7
kebutuhan listrik mencapai 562902 watt, tahun 2022 perkiraan kebutuhan total listrik yaitu 578429 Watt,
Tahun 2027 perkiraan total listrik yaitu 593957 watt, dan pada akhir tahun perencanaan tahun 2031 kebutuhan
listrik yaitu 609484 watt.

Tabel 4.26
Proyeksi Kebutuhan Listrik (KWH) Kawasan
Perencanaan Tahun 2017, 2022,2027 dan 2031
Kebutuhan (Watt)

15 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Industri dan
Fasilitas Jumlah
Tahun Rumah perdagangan Fasilitas Penerangan Cadangan
sosial dan (watt)
tangga perkantoran jalan
ekonomi

2017 2579 80548 8688,8 5792,5 579,25 896,3 578429

2022 2606 82473 8910,1 6067,5 606,75 3033,8 593957

2027 2634 84398 3951,4 6342,5 634,25 3171,3 609484

2031 2661 86323 8992,6 6617,5 661,75 3308,8 625012

Sumber : Hasil Analisa 2018

4.1.6.2 Jaringan Air Bersih


Kebutuhan domestik ini adalah kebutuhan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga yang didasarkan pada
jumlah penduduk. Kebutuhan air per orang per hari yang disesuaikan dengan standart serta kriteria pelayanan
berdasarkan pada kategori kota.
Standart yang dipergunakan dalam penyediaan prasarana air bersih untuk mengetahui tingkat kebutuhan
penduduk, yaitu:

Tabel 4.27
Standart dan Kriteria Pelayanan Berdasarkan Kategori Kota
Kebutuhan
Kategori Kota Jumlah Penduduk Domestik
(ltr/orang/hari)
Metropolitan > 1.000.000 190
Kota Besar 500.000 – 1.000.000 170
Kota Sedang 100.000 – 500.000 150
Kota Kecil 20.000 – 100.000 150
Kota Kecamatan 3000 – 20.000 130
Pedesaan < 3000 60
Sumber : SNI Standar pelayanan air bersih 2010

Dimana untuk perhitungan kebutuhan air domestik adalah: Kebutuhan air domestik
= Jumlah Penduduk x Kebutuhan Air Perkapita.

Jika dilihat dari kesesuaian standart kebutuhan air di Kawasan Perencanaan adalah sebesar150 lt/org/hari
dilihat dari jumlah penduduk Kawasan Perencanaan yang mencapai 14968 jiwa pada tahun 2016.
Kebutuhan non domestik meliputi kebutuhan yang termasuk kebutuhan air untuk kegiatan masyarakat
dalam bidang-bidang usaha komersial atau industri. Selain itu fasilitas umum seperti sekolah, perkantoran,
tempat ibadah, dan fasilitas lainnya juga menjadi faktor penentu. Pertumbuhan tiap tahunnya dianggap
sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan domestik, yaitu 10% - 20% dari kebutuhan domestik. Perhitungan
Kebutuhan non domestik adalah:

16 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

a. Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik


b. Kantor = 15% x kebutuhan domestik
c. Komersial = 20% x kebutuhan domestik
d. Industri = 10% x kebutuhan domestik

A. Kebocoran/kehilangan Air
Kebocoran air dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah air yang diproduksi oleh produsen air dan
jumlah air yang terjual kepada konsumen (Unaccounted for Water) sesuai dengan yang tercatat di meter-meter
air pelanggan. Kebocoran air diperkirakan sebesar 10% dari kebutuhan total dapat terjadi pada saat
pendistribusian air pada konsumen. Kehilangan air/kebocoran air, ada dua macam:
1. Kehilangan teknis, hal ini terjadi karena adanya perbedaan angka pemakaian air (volume) yang
diukur dari meter air pelanggan atau terjadi karena kebocoran pipa- pipa.
2. Kehilangan non teknis, hal ini terjadi karena kesalahan pembacaan meter air, ada kerjasama antara
petugas dan konsumen, maupun karena penyambungan air yang ilegal.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk di wilayah perencanaan yang terus mengalami peningkatan, sehingga
menyebabkan kebutuhan air bersih juga akan meningkat. Standart kebutuhan akan air bersih pada suatu
didasarkan pada:
1. Kebutuhan Air Domestik = Σ Penduduk x Kebutuhan Air Perkapita. Sesuai standart,
kebutuhan air perkapita kawasan perencanaan adalah sebesar 150 lt/org/hr.
2. Kebutuhan Non Domestik
a. Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik
b. Kantor = 15% x kebutuhan domestik
c. Komersial = 20% x kebutuhan domestik
d. Industri = 10% x kebutuhan domestik
3. Hidrant = 10% x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik)
4. Kehilangan Air = 10% x (Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik)
5. Kebutuhan Total = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non Domestik + Hidran
6. Kebutuhan Rata-rata Harian = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan Non
Domestik + Hidran + Kehilangan Air
7. Kebutuhan Harian Maksimum = 1,15 x Kebutuhan Rata-rata Harian.

Berdasarkan hasil proyeksi sampai tahun 2031, dapat diketahui tiap tahun kebutuhan air bersih meningkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dari kebutuhan air minum tersebut pada akhir perencanaan
17 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

diperkirakan masih mencukupi tetapi tetap perlu adanya pengendalian terhadap pemanfaatan ruang terbuka dan
lahan resapan. Tingkat pelayanan air bersih untuk penduduk di Kabupaten Tanah Datar hingga akhir tahun
perencanaan mencapai 80%.
Sistem penyediaan air bersih harus dapat melayani kebutuhan perumahan dengan sarana sebagai berikut ;
1. Sambungan Rumah
a) Sambungan rumah adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air minum yang dilengkapi
dengan sebuah meteran air dan disambungkan pada sistem plambing rumah.
b) Kapasitas 100 liter / orang / hari.
c) Harus tersedia sistem plambing dalam rumah.
d) Ukuran minimal pipa dinas 18 Mm.
e) Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm.
f) Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.
g) Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).
2. Sambungan Halaman
a) Sambungan halaman adalah tiap sambungan dari sistem penyediaan air bersih yang
hanya berhenti sampai halaman rumah dan dilengkapi dengan metera air dan sebuah
katup.
b) Kapasitas minimal 60 liter / orang / hari.
c) Ukuran pipa dinas 12,5 Mm.
d) Harus dipasang meter air dengan ukuran 12,5 Mm.
e) Pipa tertanam dalam tanah dipakai pipa PVC.
f) Pipa diatas tanah tanpa perlindungan dapat dipakai pipa GIP (Galvanized Iron Pipe).
3. Sambungan Kran Umum
a) Kapasitas minimal 30 liter / orang / hari
b) Ditempatkan pada jarak pelayanan tidak lebih dari 100 meter.
c) Jumlah rumah yang dilayani tidak lebih dari 20 unit.
d) Tiap unit dilengkapi dengan meter air.
e) Tiap unit dilengkapi dua kran.
4. Hydran Kebakaran
a) Ditempatkan 100 meter untuk bangunan yang berfungsi komersil dan 200 meter untuk
perumahan.
b) Mudah dilihat dan mudah dicapai oleh unit mobil pemadam kebakaran.

18 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

c) Jika tidak tersedia saluran air minum kota perlu dibuat sumur – sumur kebakaran
dalam jarak sesuai persyaratan untuk kran kebakaran.
d) Untuk prakonstruksi perpipaan jaringan air bersih dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut ;

1) Suplai air diambil dari sumber dengan pipa distribusi primer PVC 150 Mm
– 200 Mm.

2) Pipa distribusi sekunder/sambungan pelayanan diameternya 100 Mm (PVC).


3) Pipa distribusi tersier PVC diameter 80 Mm.
4) Pipa pembagi PVC diameter 50 Mm.
5) Jaringan perpipaan dipasang di bawah trotoar diluar perkerasan jalan, namun
masih dalam batas Damija. Penempatan jaringan pipa di jalan lebar lebih
atau sama dengan 7 Meter dan berkonstruksi aspal adalah di setiap sisi jalan,
untuk tidak merusak pipa service ke rumah dalam penyeberangan di jalan.
Ukuran galian pipa sesuai dengan ukuran standar pipa rata – rata 80 cm dan
dalam 120 cm.
6) Untuk mengendalikan tekanan yang tinggi di dalam pipa maka galian pipa
diisi dengan pasir setebal 40 cm.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan sesuai yang direncanakan dan efisiensi penggunaan air, maka
salah satu usaha yang diantisipasi adalah pengendalian kebocoran air. Tingkat kebocoran sebesar 25%
masih merupakan angka yang cukup tinggi. Rencana dalam usaha menekan tingkat kebocoran adalah
dengan program pengendalian yang meliputi:
1. Pembentukan sub zona kebocoran
2. Rehabilitasi jaringan distribusi, yaitu dengan pencucian pipa dengan sistem „swabbing‟
dan „air scouring‟
3. Penggantian pipa-pipa yang rusak.
Yang perlu diperhatikan dalam program pengendalian kebocoran ini adalah faktor yang dapat
meningkatkan kebocoran, seperti peningkatan kapasitas sistem, peningkatan tekanan, penyambungan baru
dan pengetesan pipa

4.1.6.3 Sistem Persampahan


Untuk perkiraan produksi sampah yang dihasilkan dari aktivitas lainnya mempunyai standar yang berbeda, yaitu
:
1. Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,5 lt/orang/hari

19 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

2. Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 25 % dari sampah
produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5 % dari sampah rumah
tangga.
3. Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10 % dari sampah rumah tangga
4. Lain-lain diasumsikan 5 % dari sampah produksi rumah tangga

Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan jumlah sampah keseluruhan yang dihasilkan setiap hari di kawasan
perencanaan, dapat dilihat di Tabel berikut ini:

Tabel 4.28
Proyeksi Produksi Sampah Kawasan Perencanaan Tahun 2017, 2022,2027 dan 2031
PROYEKSI PRODUKSI SAMPAH (LT/HR)
TAHUN PERDAGANGAN LAIN- TOTAL
RT PASAR JALAN
LAINNYA LAIN
2017 20859,75 52149,38 13037,34 2607,469 5214,938 2607,469
2022 24202,25 60505,63 15126,41 3025,281 6050,563 3025,281
2027 27544,75 68861,88 17215,47 3443,094 6886,188 3443,094
2031 30887,25 77218,13 19304,53 3860,906 7721,813 3860,906
Sumber : Hasil Analisa 2018

Pembangunan sistem pematusan dilakukan secara terpadu Pengembangan prasarana dan sarana
kebersihan/persampahan dilakukan dalam rangka peningkatan kebersihan dan kualitas lingkungan melalui
upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu mulai dari proses pembuangan awal sampai akhir dan dengan
menerapkan konsep 3 R (Recycle, Reduce dan Re-use).
Pengembangan teknologi ini berdasarkan paradigma baru pengelolaan sampah yaitu pengelolaan
sampah berdasarkan potensi yang ada pada sampah. Program ini pada intinya adalah mengkombinasikan
antara kemampuan pengolahan/pemilahan sampah, kemampuan kompositing, kemampuan daur ulang yang
dikembangkan ditiap (lingkungan misalnya Kelurahan).
Dengan metode ini sampah orgranik diolah dan dimanfaatkan untuk kompos dan sampah anorganik
dimanfaatkan untuk bahan baku daur ulang dan hanya sisa sampah yang tidak dimanfaatkan lagi yang
volumenya relatif kecil dimusnahkan dengan cara dibakar. Dengan kata lain pengelolaan sampah ini berprinsip
zero waste. Pola ini akan mendukung pengelolaan sampah di Kawasan Perencanaan yang memiliki
keterbatasan lokasi pembuangan sampah bila harus dikelola secara Sanitary Landfill disamping itu penerapan
program ini di tiap kecamatan sangat efektif dan ramah lingkungan.
Sistem pemusnahan sampah yang diterapkan di kawasan perencanaan adalah dengan cara penimbunan
saniter (sanitary landfill) dan pembakaran (incineration). Namun untuk masa yang akan datang dilakukan
dengan cara composting dan peningkatan partisipasi masyarakat.
20 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Sebagian sampah dikelola sendiri oleh masyarakat secara tradisional, baik ditimbun maupun dibakar,
hal ini banyak dilakukan oleh penduduk di kawasan jorong yang belum terjangkau oleh petugas kebersihan.
Masalah penanganan sampah, yang dihasilkan oleh rumah tangga dan kegiatan lainnya (perkantoran,
pasar dan sebagainya), tampaknya saat ini masalah sampah harus diperhatikan bagi Kecamatan Pariangan
apabila tetap dibiarkan dan belum dipersiapkan suatu cara pengelolaan sampah, maka pada suatu saat akan
menimbulkan suatu masalah.
Pada saat ini penanganan sampah secara terorganisasi hanya melayani sekitar pusat kota saja,
sedangkan selebihnya penduduk menangani masalah sampah secara individu. Sampah-sampah rumah tangga
sebagian besar dibuang ke dalam lubang galian tanah yang mereka buat dalam pekarangan masing-masing
yang kemudian ditimbun atau dibakar. Penanganan sampah bagi kegiatan nonperumahan dipenuhi dengan
adanya tempat pembuangan sementara yang ditempatkan dekat dengan kegiatan tersebut.

4.1.6.4 Jaringan Drainase


Secara umum jaringan drainase di Kawasan Perencanaan belum semuanya permanen. Untuk mengetahui
dimensi saluran drainase yang mempunyai kapasitas optimal, selain debit air limpasan hujan juga perlu
diArahan jumlah air buangan pada kawasan sampai dengan tahun perencanaan. Standar yang digunakan untuk
mengarahan jumlah air buangan di Kawasan Perencanaan adalah sebagai berikut:
Rumah Tangga : 70% dari air bersih
Kebutuhan Komersial : 60% dari air bersih
Kebutuhan Sosial : 60% dari air bersih

Tabel 4.29
Proyeksi Kebutuhan Utilitas Drainase Kawasan Perencanaan
Tahun 2017, 2022,2027 dan 2031

RUMAH NON RUMAH


TAHUN TANGGA TANGGA TOTAL
(LT/HR) (LT/HR)
SOSIAL KOMERSIAL
2017 11214202 9612173 9612173 30438547
2022 13011130 11152397 11152397 35315923
2027 14808058 12692621 12692621 40193299
2031 16604986 14232845 14232845 45070675
Sumber : Hasil Analisa 2018

Hasil proyeksi pada tahun 2017 jumlah air buangan di Kawasan Perencanaan adalah sebanyak 30438547
liter/hari, pada tahun 2022 adalah 35315923 liter/hari, pada tahun 2027 adalah 40193299 liter/hari, pada tahun
2031 adalah 45070675 liter/hari. Pada kawasan perencanaan terutama pada jorong tabek perlu pembangunan
drainase karena pada jorong ini masih terdapat kondisi drainase yang tanah.

21 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

6.5 Jaringan Limbah


Pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan
dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/resapan
air baku. Sistem pembuangan air limbah setempat diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga.
Sedangkan Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat penduduk dengan
memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) serta
mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan limbah secara komunal merupakan
alternatif terbaik di Kawasan Perencanaan khususnya pada kawasna perkotaan. Disamping itu, sanitasi untuk
rumah tangga di kawasan perencanaan diarahkan untuk dikembangkan pula Instalasi Pengolah Air Limbah
( IPAL ), untuk mengatasi limbah yang dihasilkan dari kegiatan home industri yang ada di kawasan
perencanaan. Selain itu setiap perumahan skala besar yang akan dibangun oleh pengembang diharapkan
memiliki unit pengolahan limbah secara Komunal.

4.1.6.2 Analisis Jaringan Transportasi

Pengembangan jaringan tranportasi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan permeabilitas kawasan
perencanaan, dimana kualitas permeabilitas ditentukan oleh kemudahan pencapaian kawasan. Dalam
perencanaan ruang-ruang publik dimana semakin besar kemungkinan pencapaian ruang-ruang tersebut maka
semakin tinggi permeabilitas ruang yang direncanakan. Perencanaan blok kecil lebih banyak memberikan
pilihan untuk pencapaian atau pemilihan rute-rute daripada blok-blok yang besar. Dengan perencanaan blok-
blok kecil akan meningkatkan permeabilitas visual dimana dalam satu rute akan lebih banyak
persimpangan/simpul yang dilihat sehingga akan memberikan keuntungan bagi perencanaan ruang-ruang
komersial. Jaringan jalan yang berada di Kawasan Perencanaan yang awalnya berkembang secara linier
sepanjang jalur transportasi regional antar Padang Panjang- Tanah Datar-Bukittinggi, dengan pusat pergerakan
di daerah sekitarnya sehingga menimbulkan penumpukan pengembangan di kawasan tersebut. Pola jaringan
jalan yang terdapat di kawasan perencanaan dibedakan berdasarkan akses eksternal dan internal di wilayah
perencanaan. Pertama, untuk jaringan jalan yang merupakan akses eksternal potensial berpola linier. Pola linier
merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting yaitu menghubungkan (Kabupaten Tanah
Datar dengan Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang. Pola ini merupakan pusat kegiatan dengan intensitas
yang padat, sehingga mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas. Kedua, untuk jaringan jalan
yang merupakan akses internal potensial untuk membentuk struktur ruang lebih dispersal (tidak linier)
sehingga diarahkan agar berpola semi grid dan radial. Jaringan jalan dengan pola ini menghubungkan tiap-tiap
kawasan permukiman/perumahan dan pertanian.
22 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Berikut di bawah ini adalah pedoman matrik ruang jalan sesuai dengan undang- undang nomer 38 tahun 2004
dan peraturan pemerintah nomer 34 tahun 2006 tentang jalan.
Tabel 4.30
Pedoman Matrik Ruang Jalan Dan Garis Sempadan (Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan)

Ruang Milik Jalan (m) Garis Sempadan (m)


Bagunan Diukur
Diukur dari AS
No Fungsi Jalan Pagar (dari (dari pagar Dari AS
Jalan
as Jalan/m) ke Jalan
teritis)
Rumaja Rumija Ruwasja Ruwasja
1 Jalan Tol 15 15 15 12 3 15
2 Arteri Primer
Permukiman 7 9.5 12.5 9.5 3 12.5
Pendidikan 7 9.5 12.5 9.5 3 12.5
Perdagangan 7 9.5 10.5 9.5 1 10.5
Industri 13 14 22 14 8 22
3 Kolektor Primer
Permukiman 9 10 15 10 5 15
Pendidikan - - - - - -
Perdagangan 9 10.5 15 10.5 4.5 15
Industri 9 10 15 10 5 15
4 Lokal Primer
Permukiman 3.5 4.5 11.5 4.5 7 11.5
Pendidikan 3.5 4.5 11.5 4.5 7 11.5
Perdagangan 3.5 4.5 11.5 4.5 7 11.5
Industri 4 5.5 11.5 5.5 7 12.5
5 Lokal Sekunder 3.5 4.5 7 4.5 2.5 7
6 Lingkungan 2 3 7 3 4 7
KETERANGAN :
P : Primer, S : Sekunder
Jalan Kabupaten Terdiri Atas :
Jalan Kolektor Primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi Jalan Lokal Primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa,
antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa dan antar desa, Jalan sekunder yang tidak
termasuk jalan propinsi dan jalan sekunder dalam kota Jalan strategis kabupaten.

Berdasarkan PP nomor 34 tahun 2006 bahwa untuk ruang milik jalan pada jalan lingkungan primer dan
lingkungan sekunder memiliki lebar 3.5 m, namun bila disesuaikan dengan kondisi eksisting kawasan
dilapangan rata-rata lebar jalan yang ada saat ini adalah 3.00 m, maka oleh karena itu untuk 5 atau 20
tahun kedepan perlu peningkatan jaringan jalan yang ada pada kawasan perencanaan khusus untuk jalan
lingkungan Sekunder.

4.1.6.3 Analisis Street Furnitura

23 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

A.Penandaan (Signage)
Penandaan adalah segala sesuatu yang secara fisik menginformasikan suatu pesan tertentu kepada
masyarakat. Secara umum tanda digunakan sebagai alat komunikasi antara subyek dengan obyek
sehingga pengamat (subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna dan informasi dari tanda
tersebut. Jenis penandaan pada Kawasan Perencanaan sudah diterapkan pada sebagian besar wilayah
perencanaan, seperti:

B. Reklame
Di wilayah Kawasan Perencanaan daerah yang memiliki nilai jual tinggi adalah yang berada pada
sekitar koridor jalan arteri primer dan pusat kota karena berfungsi sebagai pusat perdagangan,
pendidikan dan perumahan.. Namun pemasangan reklame antara segmen jalan satu dengan lainnya
berbeda, di mana pemasangan reklame/iklan ini dilakukan dengan memanfaatkan pohon ataupun tiang-
tiang listrik/telepon yang ada di kanan-kiri jalan.
Untuk pengembangan ke depan perlu diarahkan untuk meletakkan reklame terutama reklame spanduk
dengan menyediakan titik khusus (focal point) yang dapat menampung beberapa spanduk sehingga
pemasangan spanduk-spanduk ini tidak semrawut dan mengurangi keindahan kawasan. Penempatan
titik dapat diletakkan di Jalan arteri primer.
Adapun arahan penempatan reklame untuk masa mendatang disesuaikan dengan arahan penataan
reklame yaitu:
A. Ditinjau dari segi keindahan kawasan
1. Pemasangan dan penempatan reklame agar lebih di titik beratkan pada unsur estetika
dibanding unsur komersialnya, dan lebih banyak menggunakan reklame lampu untuk
menghidupkan suasana di malam hari.
2. Pada daerah komersial, papan reklame dan spanduk ditempatkan hanya pada batas
persil masing-masing bangunan. Ukuran reklame perlu dibatasi sedemikian rupa agar
tidak menutupi sebagian besar tampilan bangunan atau mendominasi fasade lingkungan
sekitarnya.
3. Reklame tempel dan reklame dinding agar dipasang pada bidang dinding. Jangan
dipasang menutupi jendela, pintu atau atap bangunan.
4. Penempatan lokasi pada koridor-koridor jalan dirancang agar tidak saling berimpitan
atau saling menutupi satu dengan yang lainnya. Sehingga informasi satu dengan yang
lain bisa terbaca oleh pengamat.
5. Penandaan non-komersial hendaknya dibuat dengan desain untuk lebih informatif dan
menarik.

24 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

B. Ditinjau dari segi keamanan dan keselamatan


Pemasangan reklame jangan sampai mengacaukan konsentrasi pemakai jalan, selain
itu konstruksinya harus memenuhi syarat teknis dan tidak melewati batas RUMIJA.
C. Ditinjau dari pendapatan daerah

1. Penetapan tarif pemasangan reklame agar tidak di titik beratkan pada ukuran
besarnya reklame, namun pada zona penempatannya.
2. Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan
dengan memperhatikan :
a. Lokasi penempatan
b. Jenis ;
c. Jangka waktu penyelenggaraan ;
d. Njopr.

Pemasangan reklame tiang, reklame tempel, reklame tegak lurus, reklame lampu dan reklame
icon pada bangunan dikendalikan sebagai berikut:
a. Dirancang sebagai bagian yang menyatu dengan bangunan. Pemasangannya dilarang
menutupi jendela, atap maupun tampak bangunan,
b. Pemasangan reklame yang dipasang tegak lurus bangunan, dilarang melampaui batas
Rumija,
c. Pemasangan reklame icon tidak diperkenankan melebihi batas selubung bangunan
yang telah ditetapkan,
d. Penempatan reklame berupa umbul-umbul menggunakan daerah jalan dan tersebar
merata hampir di sepanjang jalan. Umbul-umbul tersebut tidak mengganggu
pengguna jalan karena penempatan jaraknya sudah diatur dengan baik.
e. Papan reklame permanen dengan tiang penyangga menggunakan trotoar sebagai
media dan memiliki tinggi yang cukup yaitu 5-6 m.

f. Penempatan reklame juga harus memperhatikan ketinggian dan warna yang sesuai
karena tujuan dari pemasangan reklame agar dapat terlihat jelas bagi pengguna jalan
dari jarak jauh.
g. Penataan reklame juga diatur dengan keberadaan pohon sehingga tulisan di papan
reklame tidak tertutup oleh pohon.
h. Jenis reklame yang bersifat komersial ditempatkan pada kawasan atau koridor yang

25 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

memiliki nilai jual yang tinggi.

C. Penunjuk Arah
Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan sirkulasi kendaraan serta mengarahkan pemakai jalan
sehingga kemacetan dan ketidakteraturan di jalan bisa dikurangi. Tanda penunjuk arah, tanda nama
jalan dan sebagainya seharusnya diletakkan di seluruh koridor jalan dan jumlahnya tersebar merata.
Untuk tanda nama jalan, hampir semua jalan mempunyai petunjuk nama jalan. Untuk arahan
pengembangan diperlukan peningkatan pemeliharaan penandaan, terutama tanda pengatur dan
petunjuk sirkulasi. Arahan penempatan pada umumnya terpasang pada lokasi yang strategis
menunjukkan arah tujuan yang dapat ditemukan pada jalan utama di Kawasan Perencanaan serta
adanya pendisiplinan untuk menerapkan petunjuk arah tersebut.

D. Papan Nama Bangunan


Tanda berupa papan nama bangunan digunakan untuk memberikan identifikasi primer dari fungsi
bangunan atau gedung. Kawasan yang banyak menggunakan identifikasi primer adalah pada arteri
primer serta pada pusat perdagangan yang dominasi bangunannya adalah fasilitas umum, seperti:
perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan dan lainnya. Untuk perencanaan penanda ini ukuran
harus diperhatikan dengan baik, ukuran penanda harus proporsional dengan bangunannya, jangan
sampai terlalu besar atau terlalu kecil sehingga mengurangi estetika bangunan dan fungsi dari penanda
tersebut. Luas dari penanda ini tidak boleh melebihi 20% dari luas muka bangunan. Penerapan papan
nama bangunan terdapat pada beberapa ruas jalan, seperti pada jalan utama kota.

E. Rambu-rambu Jalan
Keberadaan rambu-rambu lalu lintas sangat membantu para pengguna jalan agar tidak tersesat atau
melakukan pelanggaran. Jenis penandaan rambu berupa lampu lalu lintas, rambu dilarang berhenti,
dilarang parkir, dilarang berbelok ke kanan atau ke kiri, dilarang melewati suatu jalan, rambu-rambu
yang berisi petunjuk tentang adanya perempatan atau pertigaan.
Penempatan rambu lainnya berupa larangan parkir, larangan berhenti, larangan melewati jalan tersebut,
larangan berbelok atau boleh berbelok biasanya diletakkan di sisi kiri kanan jalan yang menggunakan
trotoar sebagai media yang banyak terdapat di sepanjang Jalan di Kawasan Perencanaan. Pelanggaran
sering dilakukan oleh masyarakat pada rambu dilarang parkir atau dilarang berhenti, hal tersebut
dilakukan karena ada keperluan sebentar sehingga tidak perlu parkir di tempat lain.

F. Perabot Jalan
Perabot jalan merupakan elemen-elemen yang terdapat di daerah milik jalan terkait dengan adanya
aktivitas di jalan tersebut. Penataan terhadap perabot jalan akan memberikan karakteristik dari suatu
26 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

kota/kawasan terutama terhadap aspek estetika dengan adanya kelengkapan dan keteraturan perabot
jalan tersebut. Adapun perabot jalan yang dimaksud adalah:

G. Tiang Listrik dan Lampu Penerangan


Penempatan tiang listrik di Kawasan Perencanaan masih belum teratur terutama pada kawasan
perumahan kampung, karena perencanaan jaringan dilakukan sesuai dengan permintaan pemasangan
konsumen.
Untuk lampu penerangan di sepanjang jalan diarahkan pada keseragaman tinggi, model maupun
penempatannya yaitu pada pinggir jalan, tidak seperti pada kondisi sekarang yang penempatannya
masih kurang teratur dan ada daerah yang masih tidak mendapat pencahayaan pada malam hari. Lampu
penerangan di sepanjang pedestrian way sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas tinggi rata-rata
manusia agar tidak mengganggu pandangan mata. Sejauh mungkin, di persimpangan jalan utama perlu
dipasang jenis lampu spesifik sebagai pembentuk identitas lingkungan sekitarnya. Penerapan lampu
penerangan jalan untuk kawasan permukiman diadakan secara merata untuk seluruh kawasan
perencaan.

J. Elemen Penyeberangan
Elemen penyeberangan yang ada di wilayah studi berupa zebra cross yang tersebar di beberapa ruas
jalan utama. Penempatan zebra cross biasanya terletak pada jalan-jalan yang terdapat lampu lalu
lintasnya, atau di tempat di mana terdapat sarana yang memberikan tarikan kuat terhadap masyarakat,
misalnya sarana pendidikan dan kawasan perkantoran.
Keberadaan zebra cross masih belum dimaksimalkan dengan baik oleh pengguna jalan padahal salah
satu fasilitas bagi pedestrian ini keberadaannya sangat penting sehingga perlu adanya pengoptimalan
fungsi zebra cross. Diperlukan adanya penambahan elemen penyebarangan di sekitar jalan arteri
primer, khususnya di simpul kegiatan.

K. Bak Sampah
Bak sampah yang terdapat pada wilayah perencanaan kurang tersedia. Maka untuk masa yang akan
datang diarahkan pada pengadaan bak sampah terutama pada kawasan pusat kegiatan. Bentuk tempat
sampah yang digunakan pada trotoar ruas jalan yang sering dilewati pejalan kaki sebaiknya berbentuk
kotak (box) yang tergantung pada tiang besi berkaki dua dengan pemisahan antara sampah basah dan
sampah kering. Selain itu tempat sampah berbentuk box memiliki nilai estetika dan terkesan lebih rapi
bila digunakan pada ruas-ruas jalan di kawasan pusat kegiatan.
Untuk kawasan permukiman menggunakan tempat sampah dari bahan ban karena tahan air, kuat,
dan tidak mudah bocor, serta mudah untuk diangkut menuju gerobak atau truk pengangkut sampah.

27 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Contoh Model Tempat Sampah yang Dapat Diterapkan untuk


Outdoor dan Permukiman (ki-ka)

L. Street Furniture
Untuk perencanaan ke depan penempatan perabot jalan dilakukan sinergi, terutama telepon umum
dapat di gabungkan dengan tempat sampah dan keberadaan halte. Sedangkan arahan pengembangan
perabot jalan lainnya disesuaikan dengan kaidah atau syarat penempatan street furniture, yaitu:

m. Lampu Penerangan Jalan


Berkaitan dengan kawasan perencanaan, diusulkan arahan penataan sebagai berikut:

a. Untuk membantu wajah lingkungan, jaringan listrik sebaiknya tertanam di bawah permukaan tanah.
b. Rancang bangun lampu dan tiangnya juga harus melalui upaya desain, dan tidak sekedar penerangan
seperti keadaan sekarang.
c. Lampu penerangan untuk sepanjang jalan diletakkan pada pinggir jalan. Lampu penerangan jalan di
sepanjang koridor agar diseragamkan tinggi, model maupun penempatannya.
d. Lampu penerangan di sepanjang pedestrian
e. Lampu taman, untuk memperkuat karakter kawasan pada malam hari, dan lampu sorot untuk memperkuat
elemen-elemen yang ditonjolkan pada malam hari.
f. Pada deretan lampu yang ditempatkan berselang-seling dengan pepohonan, perlu menghindari pemilihan
pohon yang bermahkota lebar, agar kerimbunannya tidak menghalangi sinar lampu.
g. Sejauh mungkin, di persimpangan jalan utama perlu dipasang jenis lampu spesifik sebagai pembentuk
identitas lingkungan sekitarnya.
h. Lampu penerangan umum agar tidak digunakan untuk menempatkan reklame tempel, spanduk, selebaran
atau lainnya yang bersifat merusak keindahan lampu.
i. Pada gerbang-gerbang masuk (pertemuan antara jalan perantara dengan jalan lokal), lampu dan tiangnya
dirancang sebagai tanda wilayah.

28 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

j. Sumber tenaga lampu penerangan jalan agar dipisahkan dengan kapling sekitarnya, sehingga pada saat
terjadi pemadaman listrik lokal, lampu penerangan jalan masih tetap menyala.

n. Penandaan (Signage)
Penandaan adalah segala sesuatu yang secara fisik menginformasikan suatu pesan tertentu kepada
masyarakat kota. Secara umum tanda digunakan sebagai alat kounikasi antara subyek dengan obyek
sehingga pengamat (subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna dan informasi dari tanda
tersebut.
Jenis penandaan pada Kawasan Perencanaan sudah diterapkan pada sebagian besar wilayah
perencanaan, seperti:

o. Reklame
Di wilayah Kawasan Perencanaan daerah yang memiliki nilai jual tinggi adalah yang berada pada
sekitar koridor jalan arteri primer dan pusat kota karena berfungsi sebagai pusat perdagangan,
pendidikan dan perumahan.. Namun pemasangan reklame antara segmen jalan satu dengan lainnya
berbeda, di mana pemasangan reklame/iklan ini dilakukan dengan memanfaatkan pohon ataupun
tiang-tiang listrik/telepon yang ada di kanan-kiri jalan.
Untuk pengembangan ke depan perlu diarahkan untuk meletakkan reklame terutama reklame
spanduk dengan menyediakan titik khusus (focal point) yang dapat menampung beberapa spanduk
sehingga pemasangan spanduk-spanduk ini tidak semrawut dan mengurangi keindahan kawasan.
Penempatan titik dapat diletakkan di Jalan arteri primer.
Adapun arahan penempatan reklame untuk masa mendatang disesuaikan dengan arahan penataan
reklame yaitu:
D. Ditinjau dari segi keindahan kota

1. Pemasangan dan penempatan reklame agar lebih di titik beratkan pada unsur
estetika dibanding unsur komersialnya, dan lebih banyak menggunakan reklame
lampu untuk menghidupkan suasana di malam hari.
2. Pada daerah komersial, papan reklame dan spanduk ditempatkan hanya pada
batas persil masing-masing bangunan. Ukuran reklame perlu dibatasi sedemikian
rupa agar tidak menutupi sebagian besar tampilan bangunan atau mendominasi
fasade lingkungan sekitarnya.
3. Reklame tempel dan reklame dinding agar dipasang pada bidang dinding.
Jangan dipasang menutupi jendela, pintu atau atap bangunan.

29 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

4. Penempatan lokasi pada koridor-koridor jalan dirancang agar tidak saling


berimpitan atau saling menutupi satu dengan yang lainnya. Sehingga
informasi satu dengan yang lain bisa terbaca oleh pengamat.
5. Penandaan non-komersial hendaknya dibuat dengan desain untuk lebih
informatif dan menarik.
E. Ditinjau dari segi keamanan dan keselamatan
Pemasangan reklame jangan sampai mengacaukan konsentrasi pemakai jalan,
selain itu konstruksinya harus memenuhi syarat teknis dan tidak melewati batas
RUMIJA.
F. Ditinjau dari pendapatan daerah
1. Penetapan tarif pemasangan reklame agar tidak di titik beratkan pada
ukuran besarnya reklame, namun pada zona penempatannya.
2. Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan
dengan memperhatikan :
a. Lokasi penempatan
b. Jenis ;
c. Jangka waktu penyelenggaraan ;
d. Njopr.
Pemasangan reklame tiang, reklame tempel, reklame tegak lurus, reklame lampu dan
reklame icon pada bangunan dikendalikan sebagai berikut:
i. Dirancang sebagai bagian yang menyatu dengan bangunan. Pemasangannya
dilarang menutupi jendela, atap maupun tampak bangunan,
j. Pemasangan reklame yang dipasang tegak lurus bangunan, dilarang melampaui
batas Rumija,
k. Pemasangan reklame icon tidak diperkenankan melebihi batas selubung
bangunan yang telah ditetapkan,
l. Penempatan reklame berupa umbul-umbul menggunakan daerah jalan dan
tersebar merata hampir di sepanjang jalan. Umbul-umbul tersebut tidak
mengganggu pengguna jalan karena penempatan jaraknya sudah diatur dengan
baik.
m. Papan reklame permanen dengan tiang penyangga menggunakan trotoar sebagai
media dan memiliki tinggi yang cukup yaitu 5-6 m.

30 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

n. Penempatan reklame juga harus memperhatikan ketinggian dan warna yang sesuai
karena tujuan dari pemasangan reklame agar dapat terlihat jelas bagi pengguna jalan dari
jarak jauh.
o. Penataan reklame juga diatur dengan keberadaan pohon sehingga tulisan di papan
reklame tidak tertutup oleh pohon.
p. Jenis reklame yang bersifat komersial ditempatkan pada kawasan atau koridor yang
memiliki nilai jual yang tinggi.

Penunjuk Arah
Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan sirkulasi kendaraan serta mengarahkan pemakai jalan
sehingga kemacetan dan ketidakteraturan di jalan bisa dikurangi. Tanda penunjuk arah, tanda nama jalan dan
sebagainya seharusnya diletakkan di seluruh koridor jalan dan jumlahnya tersebar merata.
Untuk tanda nama jalan, hampir semua jalan mempunyai petunjuk nama jalan. Untuk arahan
pengembangan diperlukan peningkatan pemeliharaan penandaan, terutama tanda pengatur dan petunjuk
sirkulasi. Arahan penempatan pada umumnya terpasang pada lokasi yang strategis menunjukkan arah tujuan
yang dapat ditemukan pada jalan utama di Kawasan Perencanaan serta adanya pendisiplinan untuk menerapkan
petunjuk arah tersebut.

Papan Nama Bangunan


Tanda berupa papan nama bangunan digunakan untuk memberikan identifikasi primer dari fungsi
bangunan atau gedung. Kawasan yang banyak menggunakan identifikasi primer adalah pada arteri primer serta
pada pusat perdagangan yang dominasi bangunannya adalah fasilitas umum, seperti: perdagangan dan jasa,
perkantoran, pendidikan dan lainnya. Untuk perencanaan penanda ini ukuran harus diperhatikan dengan baik,
ukuran penanda harus proporsional dengan bangunannya, jangan sampai terlalu besar atau terlalu kecil sehingga
mengurangi estetika bangunan dan fungsi dari penanda tersebut. Luas dari penanda ini tidak boleh melebihi 20%
dari luas muka bangunan. Penerapan papan nama bangunan terdapat pada beberapa ruas jalan, seperti pada jalan
utama kota.

31 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Rambu-rambu Jalan
Keberadaan rambu-rambu lalu lintas sangat membantu para pengguna jalan agar tidak tersesat atau
melakukan pelanggaran. Jenis penandaan rambu berupa lampu lalu lintas, rambu dilarang berhenti, dilarang
parkir, dilarang berbelok ke kanan atau ke kiri, dilarang melewati suatu jalan, rambu-rambu yang berisi
petunjuk tentang adanya perempatan atau pertigaan.
Penempatan rambu lainnya berupa larangan parkir, larangan berhenti, larangan melewati jalan
tersebut, larangan berbelok atau boleh berbelok biasanya diletakkan di sisi kiri kanan jalan yang menggunakan
trotoar sebagai media yang banyak terdapat di sepanjang Jalan di Kawasan Perencanaan. Pelanggaran sering
dilakukan oleh masyarakat pada rambu dilarang parkir atau dilarang berhenti, hal tersebut dilakukan karena
ada keperluan sebentar sehingga tidak perlu parkir di tempat lain.

Perabot Jalan
Perabot jalan merupakan elemen-elemen yang terdapat di daerah milik jalan terkait dengan adanya
aktivitas di jalan tersebut. Penataan terhadap perabot jalan akan memberikan karakteristik dari suatu
kota/kawasan terutama terhadap aspek estetika dengan adanya kelengkapan dan keteraturan perabot jalan
tersebut. Adapun perabot jalan yang dimaksud adalah:

Tiang Listrik dan Lampu Penerangan


Penempatan tiang listrik di Kawasan Perencanaan masih belum teratur terutama pada kawasan
perumahan kampung, karena perencanaan jaringan dilakukan sesuai dengan permintaan pemasangan
konsumen.
Untuk lampu penerangan di sepanjang jalan diarahkan pada keseragaman tinggi, model maupun
penempatannya yaitu pada pinggir jalan, tidak seperti pada kondisi sekarang yang penempatannya masih
kurang teratur dan ada daerah yang masih tidak mendapat pencahayaan pada malam hari. Lampu penerangan
di sepanjang pedestrian way sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas tinggi rata-rata manusia agar tidak
mengganggu pandangan mata. Sejauh mungkin, di persimpangan jalan utama perlu dipasang jenis lampu
spesifik sebagai pembentuk identitas lingkungan sekitarnya. Penerapan lampu penerangan jalan untuk
kawasan permukiman diadakan secara merata untuk seluruh kawasan perencaan.

32 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Bis Surat
Perabot jalan berupa bis surat hanya terdapat di kantor pos serta di beberapa kantor pemerintahan. Hal
ini disebabkan kecenderungan komunikasi menggunakan surat saat ini jarang sekali dengan adanya kemajuan
teknologi berupa pengiriman pesan lewat SMS telepon seluler yang lebih murah dan sangat cepat sehingga
lebih praktis. Keberadaan bis surat di wilayah perencanaan sudah cukup memenuhi sehingga tidak perlu
adanya penambahan jumlah bis surat.

Pos Polisi
Pos polisi tidak terdapat di wilayah perencanaan. Keberadaan pos polisi cukup penting terutama pada
kawasan yang rawan kemacetan, intensitas lalu lintasnya tinggi, dan ruang publik. Wujudnya berupa
bangunan permanen beratap genting dan berdinding tembok dengan ukuran 4 x 9 m dengan satu fasilitas,
toilet. Letak pos polisi biasanya terdapat pada persimpangan jalan utama karena untuk mengawasi sirkulasi
kendaraan yang sering macet sesaat terutama pada jam-jam sibuk. Penambahan pos polisi masih diperlukan
pada jalan yang memiliki arus lalu lintas padat seperti di Jalan Panglima Sudirman.

Elemen Penyeberangan
Elemen penyeberangan yang ada di wilayah studi berupa zebra cross yang tersebar di beberapa ruas jalan
utama. Penempatan zebra cross biasanya terletak pada jalan-jalan yang terdapat lampu lalu lintasnya, atau di
tempat di mana terdapat sarana yang memberikan tarikan kuat terhadap masyarakat, misalnya sarana
pendidikan dan kawasan perkantoran.
Keberadaan zebra cross masih belum dimaksimalkan dengan baik oleh pengguna jalan padahal salah satu
fasilitas bagi pedestrian ini keberadaannya sangat penting sehingga perlu adanya pengoptimalan fungsi zebra
cross. Diperlukan adanya penambahan elemen penyebarangan di sekitar jalan arteri primer, khususnya di
simpul kegiatan.

Pot Tanaman dan Pohon


Keberadaan pot tanaman dan pohon di wilayah studi kurang memadai dan kondisinya sebagian besar telah
rusak. Penempatan pot tanaman dan pohon biasanya diletakkan pada sisi kiri dan kanan jalan dekat trotoar
serta pada median jalan yang memiliki fungsi memberikan kerindangan bagi para pejalan kaki atau pengguna
jalan serta menambah penampilan estetika bentuk kota.
Pot tanaman biasanya berbentuk lingkaran atau persegi panjang yang biasanya terdapat pada median
jalan, sedangkan pohon yang ditanam pada sisi kanan dan kiri jalan memiliki jarak yang bermacam-macam
yaitu antara 3-5 m dengan kondisi pohon yang cukup rindang dan besar biasanya terdapat pada jalan utama.
Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain:

33 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

a. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan,


b. Tidak mudah kering, sistem pengairan satu kali sehari,
c. Mudah dalam perawatan,
d. Batang/percabangan tidak mudah patah,
e. Daun tidak mudah rontok atau gugur.

Bak Sampah
Bak sampah yang terdapat pada wilayah perencanaan kurang tersedia. Maka untuk masa yang akan
datang diarahkan pada pengadaan bak sampah terutama pada kawasan pusat kegiatan. Bentuk tempat sampah
yang digunakan pada trotoar ruas jalan yang sering dilewati pejalan kaki sebaiknya berbentuk kotak (box)
yang tergantung pada tiang besi berkaki dua dengan pemisahan antara sampah basah dan sampah kering.
Selain itu tempat sampah berbentuk box memiliki nilai estetika dan terkesan lebih rapi bila digunakan pada
ruas-ruas jalan di kawasan pusat kegiatan.
Untuk kawasan permukiman menggunakan tempat sampah dari bahan ban karena tahan air, kuat, dan
tidak mudah bocor, serta mudah untuk diangkut menuju gerobak atau truk pengangkut sampah. Desain dapat
disesuaikan untuk tiap RT, RW, atau kelurahan dengan warna dan motif yang sama.

34 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Contoh Model Tempat Sampah yang Dapat Diterapkan untuk


Outdoor dan Permukiman (ki-ka)

Street Furniture
Untuk perencanaan ke depan penempatan perabot jalan dilakukan sinergi, terutama telepon umum
dapat di gabungkan dengan tempat sampah dan keberadaan halte-halte. Sedangkan arahan
pengembangan perabot jalan lainnya disesuaikan dengan kaidah atau syarat penempatan street
furniture, yaitu:

Lampu Penerangan Jalan


Berkaitan dengan kawasan perencanaan, diusulkan arahan penataan sebagai berikut:
k. Untuk membantu wajah lingkungan, jaringan listrik sebaiknya tertanam
di bawah permukaan tanah.
l. Rancang bangun lampu dan tiangnya juga harus melalui upaya desain,
dan tidak sekedar penerangan seperti keadaan sekarang.
m. Lampu penerangan untuk sepanjang jalan diletakkan pada pinggir jalan.
Lampu penerangan jalan di sepanjang koridor agar diseragamkan tinggi,
model maupun penempatannya.
n. Lampu penerangan di sepanjang pedestrian
o. Lampu taman, untuk memperkuat karakter kawasan pada malam hari,
dan lampu sorot untuk memperkuat elemen-elemen yang ditonjolkan
pada malam hari.
p. Pada deretan lampu yang ditempatkan berselang-seling dengan
pepohonan, perlu menghindari pemilihan pohon yang bermahkota lebar,
agar kerimbunannya tidak menghalangi sinar lampu.
17 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

q. Sejauh mungkin, di persimpangan jalan utama perlu dipasang jenis lampu


spesifik sebagai pembentuk identitas lingkungan sekitarnya.
r. Lampu penerangan umum agar tidak digunakan untuk menempatkan
reklame tempel, spanduk, selebaran atau lainnya yang bersifat merusak
keindahan lampu.
s. Pada gerbang-gerbang masuk (pertemuan antara jalan perantara dengan
jalan lokal), lampu dan tiangnya dirancang sebagai tanda wilayah.

t. Sumber tenaga lampu penerangan jalan agar dipisahkan dengan kapling


sekitarnya, sehingga pada saat terjadi pemadaman listrik lokal, lampu
penerangan jalan masih tetap menyala.

4.2 ANALISIS AMPLOP RUANG


A. Analisa Intensitas Pemanfaatan Ruang
Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Kawasan Perencanaan memiliki intensitas bangunan yang
bervariasi. Untuk bangunan-bangunan yang berada di jalan-jalan utama memiliki KDB dan KLB
maksimum yang lebih tinggi dari bangunan-bangunan yang berada di jalan-jaln lokal dan jalan
lingkungan karena bangunan tersebut secara ekonomis memiliki nilai yang lebih tinggi, sehingga
pemanfaatannya lebih maksimal.
Namun Pedesaan mempunyai kondisi bangunan dan lingkungan yang cenderung mengalami
penurunan kualitas lingkungan karena sebagian besar diakibatkan oleh minimnya ruang terbuka dan
aksesibilitas yang kurang memadai.
Perkembangan bangunan secara horizontal di kawasan tersebut harus diawasi dan tetap
disarankan untuk menyisakan bagian ruan gterbuka hijau untuk daerah resapan air. Bangunan
perkantoran dan pelayanan umum membutuhkan ruang terbuka yang cukup untuk aktivitas yang ada
dan kebutuhan parkir kendaraan, sehingga KDB dan KLB tidak terlalu tinggi dan perlu
dipertahankan. Adapun pengembangan intensitas bangunan di kawasan perencanaan dapat dilihat
dalam tabel berikut

18 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Tabel 4.31
Analisis Pengembangan Intensitas Bangunan
Intensits Bangunan Keterangan
No. Sektor Tata Guna Lahan KDB TB KLB
(%) (Lantai) (%)
Kepadatan
70-85 1-3 60-170
Tinggi
1 Permukiman Perumahan Developer
Kepadatan
60-75 1-2 60-150
Sedang

40-60 1-2 40-120 Kepadatan


Rendah
 Pasar Kecamatan
Perdagangan dan 80-90 1-3 80-190
Jasa (skala regional)
 Pertokoan,
2  Minimarket,
 Dealer, Dan Lain-Lain.

Perdagangan dan Jasa


 pracangan,
70-80% 1 70-
(skala lokal dan  salon
80%
lingkungan)  warung,

 Kantor kecamatan,
 Kantor pembantu bupati,
 Kecamatan, polsek,
 Cabang dinas P&K,
 Pengadilan agama,
 Kua, kejaksaan negeri,
 Kantor pos,

Perkantoran (skala
 Pengadilan negeri,
3 lokal)  Puspenmas, 40-60 1-2 40-120
 Pdam/sasana krida,
 Dinas kebersihan dan
pertamanan,
 PLN,
 Cabang sub bptd,
 Telkom,
 Kantor desa
 Rumah sakit,
 Puskesmas,
4 Kesehatan  Puskesmas Pembantu, 40-75 1-2 40-180
 Apotek,
 Praktek dokter,

19 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

 Perguruan Tinggi,
40-60 1-2 40-120
 SLTA/Madrasah Aliyah,
5 Pendidikan  SLTP/MTS,
 Pondok Pesantren
 Desa 70 1-2 70-190
 Jalan Arteri Primer 60-70 1-2 40-120
 SD/MI, TK, 40-60 1 40-60
 Masjid
6 Peribadatan 40-60 1-2 40-120
 Mushola
7 Industri 40-120 1-2 40-120
Sumber Data : Hasil Analisa 2018

4.3 KETERKAITAN ANTAR KOMPONEN RUANG DI BWP KAWASAN NAGARI


PARIANGAN

Tujuan Penataan Ruang dalam Dokumen RTRW Kabupaten Tanah Datar adalah : Terwujudnya Masyarakat yang
Maju, Sejahtera, Dan Berkeadilan Dilandasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.”Sesuai
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar, maka tujuan di dalam kawasan BWP Nagari Pariangan
bertujuan mewujudkan ruang wilayah yang maju, sejahtera dan berkeadilan berdasarkan adat yang bersandarkan kepada
syarak dan kitabullah.
Sesuai tujuan utama BWP Nagari Pariangan yang terdapat dalam Dokumen RTRW Kabupaten Tanah Datar yaitu
kegaiatan utama di Kawasan Perencanaan adalah Pelestarian Cagar Budaya, dan kerajinan (kerajinan tangan)
dan pertanian.

4.3.1 Analisis kebutuhan ruang Kawasan Perencanaan


Sama halnya dengan jenis pemanfaatan ruang pada kawasan lain di Kabupaten Tanah Datar, pada kawasan Nagari
Pariangan yang mencakup dalam kawasan budidaya atau kawasan terbangun kawasan yang akan dikembangkan di
Kawasan Perencanaan hingga tahun 2031 meliputi :

 Perumahan/Permukiman
 Perdagangan dan jasa
 Pemerintahan dan bangunan umum
 Pariwisata

20 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Tabel 4.31
Rencana Pola Ruang Kawasan Nagari Pariangan
POLA RUANG
BWP II Luas (m2) Luas (m2) BWP III
BWP I Luas (m2)
11727353.9
BWP II 0 BWP I 3464885.23 BWP III 2984811.86
SUB_BWP 2-1 2961776.65 SUB_BWP I-1 1619186.09 SUB_BWP III-1 1217229.18
BLOK-WP 2-1A 971044.07 BLOK-WP I-1A 1184004.06 BLOK-WP III-1B 1217229.18
Bangunan 32936.70 Bangunan 33011.21 Bangunan 38151.99
Zona Perkebunan 381495.64 Zona Perkebunan 674203.56 Zona Campuran 605.62
zona pertanian 506066.12 zona pertanian 430603.27 zona perkantoran 172.04
zona perumahan 47724.07 zona perumahan 40174.59 Zona Perkebunan 733631.82
Zona Resapan Air 288.37 Zona Resapan Air 1486.15 zona pertanian 403630.26
zona sarana pelayanan
zona sarana pelayanan umum 2455.03 umum 4525.28 zona perumahan 39884.83
zona sarana
Zona Sekitar Mata Air 78.14 BLOK-WP I-1B 435182.03 pelayanan umum 1152.62
BLOK-WP 2-1B 1990732.58 Bangunan 16825.82 SUB_BWP III-2 1767582.68
Bangunan 21235.77 Zona Perkebunan 281091.56 BLOK-WP III-2A 991135.04
Zona Perkebunan 735622.89 zona pertanian 107745.56 Bangunan 69150.82
zona pertanian 1184818.97 zona perumahan 26147.76 Zona Perkebunan 345833.97
zona perumahan 35149.44 Zona Resapan Air 732.81 zona pertanian 434848.68
zona sarana pelayanan
Zona Resapan Air 11747.19 umum 2638.52 zona perumahan 125243.23
Zona RTH 792.69 SUB_BWP I-2 1845699.14 Zona Resapan Air 5263.65
zona sarana pelayanan umum 1365.63 BLOK-WP I-2A 921272.03 Zona RTH 4202.37
zona sarana
SUB_BWP II-2 5513653.99 Bangunan 13089.23 pelayanan umum 6592.33
BLOK-WP 2-2A 1911394.53 Zona Perkebunan 403347.66 BLOK-WP III-2B 776447.64
Bangunan 19770.02 zona pertanian 490905.94 Bangunan 47765.74
Zona Perkebunan 378439.71 zona perumahan 13929.20 Zona Konservasi 2868.07
zona pertanian 1494054.95 BLOK-WP II-2B 924427.12 Zona Perkebunan 397707.00
zona perumahan 17837.23 Bangunan 38639.64 zona pertanian 230170.65
zona sarana pelayanan umum 1292.63 Zona Perkebunan 656494.40 zona perumahan 72022.01
BLOK-WP 22B 1132154.17 zona pertanian 166728.40 Zona Resapan Air 17568.14
zona sarana pelayanan
Bangunan 20511.98 zona perumahan 46684.11 umum 6563.91
Zona Perkebunan 427627.52 Zona Resapan Air 715.74 Zona Sekitar Mata Air 1782.12
zona pertanian 647351.64 Zona RTH 8195.13
zona sarana pelayanan
zona perumahan 31149.39 umum 6969.69
Zona Resapan Air 964.17

21 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Zona RTH 3649.65


zona sarana pelayanan umum 899.82
BLOK-WP I-2C 1431944.45
Bangunan 39860.56
Zona Konservasi 847.26
Zona Perkebunan 290174.97
zona pertanian 1031519.30
zona perumahan 59136.43
Zona Resapan Air 3616.03
Zona RTH 4678.11
zona sarana pelayanan umum 1799.22
Zona Sekitar Mata Air 312.57
BLOK-WP I-2D 1038160.84
Bangunan 26286.08
zona perkantoran 91.12
Zona Perkebunan 289052.96
zona pertanian 679853.98
zona perumahan 39080.16
Zona Resapan Air 2382.36
zona sarana pelayanan umum 1414.19
SUB_BWP II-3 3251923.26
BLOK-WP II-3A 2408315.91
Bangunan 85426.56
Zona Campuran 16253.20
zona perkantoran 485.91
Zona Perkebunan 1296818.11
zona pertanian 863094.33
zona perumahan 126237.20
Zona Resapan Air 545.62
Zona RTH 9643.14
zona sarana pelayanan umum 4999.46
Zona Sekitar Mata Air 4812.37
BLOK-WP II-3B 843607.35
Bangunan 72628.53
Zona Campuran 13325.78
Zona Perdagangan dan Jasa 8313.09
zona perkantoran 1444.05
Zona Perkebunan 207673.66
zona pertanian 445419.26
zona perumahan 86289.36
Zona Resapan Air 4747.70
zona sarana pelayanan umum 3765.92
Grand Total 18160351.00

22 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Sumber : Hasil Analisis 2018

Peta Pola Ruang 4.4

23 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

4.3.2 Analisis Pemanfaatan Ruang


4.3.2.1 Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan
A. intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

 Koefisien Dasar Bangunan


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas areal terbangun dengan luas areal
tak terbangun, dan dinyatakan dalam persen (%). Untuk kepadatan bangunan (berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 640/KPTS/1997 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 1988) dikelompokkan dalam
klasifikasi sebagai berikut :
Untuk mengarahkan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) selain melihat karakteristik kegiatan
utama/fungsi lahan dimasingmasing unit lingkungan, juga berdasarkan peraturan bangunan nasional (DPMB
dan Dirjen Cipta Karya), yaitu sebagai berikut:
a. Bangunan Kelas I (60 %)
Bangunan tinggal biasa, yaitu bangunan yang direncanakan/ digunakan bagi permukiman rumah tinggal,
termasuk rumah gandeng tapi bukan flat.
b. Bangunan Kelas II (50 % - 75 %)
Rumah tinggal luas biasa yaitu bangunan rumah tinggal, bukan rumah gandeng, diperuntukan
penghunian lebih dari satu rumah tangga. termasuk bangunan kelas ini, misalnya flat, gedung
pertemuan, hotel dan rumah tumpangan.
c. Bangunan Kelas III (75 %)
Rumah tinggal yang tergantung pada bangunan yang lain, seperti rumah toko (ruko), pabrik dan
perumahan, sebagian dan bangunan toko, gudang, kantor dan pabrik yang direncanakan sebagai
rumah tinggal pengawas.
d. Bangunan Kelas IV (50 %)
Bangunan kantor, yaitu bangunan/bagian bangunan yang diperuntukan bagi maksud pengurusan
administrasi/perkantoran, bank, studio pemancar, pasar bursa, dan bagiann perkantoran.
e. Bangunan Kelas V (90 %)
Pertokoan, yaitu bangunan dengan izin yang berwajib yang terdaftar sebagai toko/warung/rumah
makan/pasar/bengkel dan bangunan penjual bensin.
f. Bangunan Kelas VI (75 % - 60 %)
Gudang yang meliputi bangunan untuk menyimpan barang, gudang pemadam kebakaran, garasi umum
24 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

dan ruangan pameran.


g. Bangunan Kelas VII (40 % - 60 %)
Bangunan pabrik, yaitu bangunan tempat pembuatan bahan/barang.
h. Bangunan Kelas VIII (>40 - 70 %)
Bangunan umum yang meliputi banguna peribadatan, gedung umum/pertemuan, GOR. Gedung
kesenian, bioskop, rumah sakit, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.
Penetapan kepadatan bangunan di kawasan perencanaan didasarkan beberapa kriteria :

1) Karateristik kegiatan utama/fungsi lahan dimasing-masing kawasan ;


2) Rencana pengaturan blok lingkungan, khususnya untuk blok lingkungan perumahan kepadatan
tinggi, sedang, dan rendah ;
3) Lokasi persil yang bersangkutan (sesuai dengan kelas dan fungsi jalan yang ada didepannya) ;
4) Peraturan bangunan nasional (DPMB) dan Dirjen Cipta Karya.
Dari ke-empat kriteria di atas maka arahan atau rencana penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) untuk
kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Bangunan pemerintahan di setiap kawasan yang sesuai dengan peruntukannya diatur dengan
KDB 60 % ;
b. Bangunan perdagangan, jasa, dan perkantoran di setiap kawasan yang sesuai peruntukannya diatur
dengan KDB 70 % - 90 % ;
c. Bangunan fasilitas sosial yang terdiri dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pelayanan
umum, rekreasi dan olah raga, dan permakaman di setiap kawasan yang sesuai peruntukannya diatur
dengan KDB 30 % - 50% ;
d. Bangunan industri yang terdiri dari bangunan pabrik, bangunan gudang dan elemen pendukung
lainnya di setiap kawasan yang sesuai dengan peruntukannya diatur dengan KDB 50 % - 60 % ;
e. Ruang terbuka hijau di setiap kawasan yang sesuai peruntukannya yaitu berupa fasilitas penunjang
yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau diatur dengan KDB 0 % - 5 %.

 Koefisien Lantai Bangunan


Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau Floor Area Ratio (FAR) adalah jumlah lantai bangunan dibagi
luas persil suatu bangunan, untuk setiap blok peruntukan dan dinyatakan dalam bentuk pecahan
desimal. Berdasarkan standard peraturan bangunan nasional yang dimaksud dengan Koefisien Lantai
Bangunan adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantai dasar sampai dengan
lantai tertinggi. Ketinggian bangunan dapat diperinci atas bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dan
25 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

bangunan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
1) Bangunan satu lantai terdiri dari bangunan sementara, sempadan dan bangunan permanen. Bangunan
sementara tidak diperkenankan di pinggir jalan utama (lokal primer dan arteri sekunder) ;
2) Bangunan bertingkat adalah bangunan permanen yang tidak lebih dari tiga lantai dan bangunan
semi permanen yang tidak lebih dari dua lantai ;
3) Bangunan tinggi adalah bangunan dengan jumlah lantai lebih dari empat lantai atau tinggi
bangunan lebih dari 20 meter dari permukaan tanah dan berstatus permanen. Sedangkan tinggi
bangunan adalah jarak lantai dasar sampai puncak atap bangunan yang dinyatakan dalam
meter.
Kriteria pengembangan dalam hal ketinggian bangunan di kawasan perencanaan, akan tergantung berbagai
faktor antara lain:
1) Karakteristik fisik dasar atau daya dukung wilayah (kemiringan tanah, struktur geologi dan
hidrologi).
2) Tingkat penggunaan ruang dan struktur ruang.
3) Lokasi bangunan dan lingkungan.
4) Aspek urban design
a. Peruntukan permukiman untuk bangunan hunian :
 Kawasan permukiman kepadatan tinggi di atur dengan KLB 0,6 – 2,25 atau 1 – 3,
disesuaikan dengan kelas jalan yang melintasinya ;
 Kawasan permukiman kepadatan sedang diatur dengan KLB 0,45 – 1,2 atau 1 – 2 lantai;
 Kawasan permukiman kepadatan rendah diatur dengan KLB 0,3 – 0,6 atau 1 – 2 lantai.
b. Peruntukan perkantoran pemerintah diatur dengan KLB 1,2 – 2,4 atau 2 – 4 lantai selama
memenuhi kriteria dan persyaratan teknis.
c. Peruntukan perdagangan, jasa, dan niaga :
 Kawasan perdagangan, jasa dan niaga di kawasan pusat kota diatur dengan KLB 1,8 - 7,2
atau 2 – 8 lantai selama memenuhi kriteria dan persyaratan teknis;
 Kawasan perdagangan, jasa dan niaga di kawasan pinggiran kota (sub- urban) diatur
dengan KLB 1,8 – 3,6 atau 2 – 4 lantai.
d. Peruntukan fasilitas sosial yang terdiri dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pelayanan
umum dengan KLB 0,5 – 1,5 atau 1 – 3 lantai, disesuaikan dengan jenis fasilitas atau kawasan
pendidikan bersangkutan ;
e. Peruntukan bangunan industri yang mencakup bangunan utama dan bangunan pendukungnya

26 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

(kecuali cerobong asap untuk industri polutan) diatur dengan KLB 0,5 – 1,2 sesuai dengan
kriteria dan persyaratan teknis ;
f. Peruntukan ruang terbuka hijau dengan kriteria KLB 0,05.

 Garis Sempadan Bangunan


Penetapan Garis Sempadan Bangunan (GSB) berkaitan dengan lebar jalan (daerah mlik jalan/damija atau
Right of Ways /ROW). Berdasarkan Peraturan Bangunan Nasional (DPMB) yang dikeluarkan Dirjen Cipta
Karya Departemen PU secara umum perhitungan penentuan Garis Sempadan Bangunan adalah :
a. Garis sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan ½ dari
daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 meter.
b. Garis sempadan samping bangunan berjarak minimum 1 meter dari dinding bangunan.
c. Garis sempadan belakang bangunan berjarak 1,5 meter dari dinding bangunan.
Garis sempadan merupakan garis batas untuk mendirikan bangunan dari jalan, sungai/saluran irigasi,
rawa/situ, jalan kereta api, dan jaringan tenaga listrik. Selain tergantung pada hal tersebut di atas,
pengaturan garis sempadan juga bergantung kepada jenis bangunan dan peruntukan lahan yang akan
dikembangkan. Pengaturan garis sempadan diberlakukan menurut klasifikasi jalan di kawasan perencanaan
dan bertujuan untuk memberi keindahan, ketertiban, dan keamanan bagi bangunan. Dalam pengaturan garis
sempadan yang berdasarkan klasifikasi jalan terdapat dua aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu :
 Garis Sempadan Pagar (GSP), dan
 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Jarak GSP adalah lebar daerah miiik jalan dibagi dua, sedangkan lehar GSB ditarik dari GSP ke bangunan.
Arahan pengturan garis sempadan ini akan diberlakukan pada semua blok perencanaan yang ada di
kawasan perencanaan.Lebih jelasnya kondisi ketinggian bangunan pada kawasan pencanaan dapat
dilihat pada Gambar 4.5 dibawah.

27 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Peta Katinggian Bangunan 4.5

28 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

4.3.2.3 Analisis Pemanfaatan Ruang BWP

Pemanfaatan ruang pada kawasan Nagari Pariangan dibagi pada 3 (dua) BWK Untuk lebih jelasnya pemanfaatan
ruang pada masing-masing blok dapat dilihat pada tabel berikut.
 Pemanfaatan Ruang BWP II
Pemanfaatan ruang pada BWP II meliputi permukiman, pertanian, Peribadatan, sarana pelayanan umum, serta
sempadan sungai dan perkebunan. Untuk lebih jelasnya, pemanfaatan ruang BWP I dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.32
Rencana Pemanfaatan Ruang BWP II
No Pemanfaatan Lahan Luas (m²)
1
SUB_BWP II-1 2961776.65
2
BLOK-WP II-1A 971044.07
3
Bangunan 32936.70
4
Zona Perkebunan 381495.64
5
zona pertanian 506066.12
6
zona perumahan 47724.07
7
Zona Resapan Air 288.37
8
zona sarana pelayanan umum 2455.03
9
Zona Sekitar Mata Air 78.14
10
BLOK-WP II-1B 1990732.58
11
Bangunan 21235.77
12
Zona Perkebunan 735622.89
13
zona pertanian 1184818.97
14
zona perumahan 35149.44

29 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

15
Zona Resapan Air 11747.19
16
Zona RTH 792.69
17
zona sarana pelayanan umum 1365.63
18
SUB_BWP II-2 5513653.99
19
BLOK-WP II-2A 1911394.53
20
Bangunan 19770.02
21
Zona Perkebunan 378439.71
22
zona pertanian 1494054.95
23
zona perumahan 17837.23
24
zona sarana pelayanan umum 1292.63
25
BLOK-WP II-2B 1132154.17
26
Bangunan 20511.98
27
Zona Perkebunan 427627.52
28
zona pertanian 647351.64
29
zona perumahan 31149.39
30
Zona Resapan Air 964.17
31
Zona RTH 3649.65
32
zona sarana pelayanan umum 899.82
33
BLOK-WP II-2C 1431944.45
34
Bangunan 39860.56
35
Zona Konservasi 847.26
36
Zona Perkebunan 290174.97
37
zona pertanian 1031519.30
38
zona perumahan 59136.43
39
Zona Resapan Air 3616.03
40
Zona RTH 4678.11
41
zona sarana pelayanan umum 1799.22
42
Zona Sekitar Mata Air 312.57
43
BLOK-WP II-2D 1038160.84
44
Bangunan 26286.08
45
SUB_BWP II-3 3251923.26
46
BLOK-WP II-3A 2408315.91
47
Bangunan 85426.56
48
Zona Campuran 16253.20
49
zona perkantoran 485.91
50
Zona Perkebunan 1296818.11
51
zona pertanian 863094.33

30 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

52
zona perumahan 126237.20
53
Zona Resapan Air 545.62
54
Zona RTH 9643.14
55
zona sarana pelayanan umum 4999.46
56
Zona Sekitar Mata Air 4812.37
Sumber: Hasil Analisis 2018

 Pemanfaatan Ruang BWP I

Pemanfaatan ruang pada BWP I meliputi permukiman, Perkebunan, Pertanian, Pelayanan Umum, Resapan Air
dan RTH. Untuk lebih jelasnya, pemanfaatan ruang BWK I dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut.

Tabel 4.33
Rencana Pemanfaatan Ruang BWP I
No Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)
1 Luas
BWP I
2
BWP I 3464885.23
3
SUB_BWP I-1 1619186.09
4
BLOK-WP I-1A 1184004.06
5
Bangunan 33011.21
6
Zona Perkebunan 674203.56
7
zona pertanian 430603.27
8
zona perumahan 40174.59
9
Zona Resapan Air 1486.15
10
zona sarana pelayanan umum 4525.28
11
BLOK-WP I-1B 435182.03
12
Bangunan 16825.82
13
Zona Perkebunan 281091.56
14
zona pertanian 107745.56
15
zona perumahan 26147.76
16
Zona Resapan Air 732.81
17
zona sarana pelayanan umum 2638.52
18
SUB_BWP I-2 1845699.14
19
BLOK-WP I-2A 921272.03
20
Bangunan 13089.23
21
Zona Perkebunan 403347.66
22
zona pertanian 490905.94
23
zona perumahan 13929.20

31 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

24
BLOK-WP I-2B 924427.12
25
Bangunan 38639.64
26
Zona Perkebunan 656494.40
27
zona pertanian 166728.40
28
zona perumahan 46684.11
29
Zona Resapan Air 715.74
30
Zona RTH 8195.13
31
zona sarana pelayanan umum 6969.69

Sumber: Hasil Analisis 2018

 Pemanfaatan Ruang BWP III

Pemanfaatan ruang pada BWP III meliputi lahan campuran, Perumahan, Pertanian, Cam;puran, dan Sarana
Pelayanan Umum. Untuk lebih jelasnya, pemanfaatan ruang BWK III dapat dilihat pada Tabel 4.34 berikut.
Tabel 4.34
Rencana Pemanfaatan Ruang BWP III
No Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)
1
BWP III 2984811.86
2
SUB_BWP III-1 1217229.18
3
BLOK-WP III-1B 1217229.18
4
Bangunan 38151.99
5
Zona Campuran 605.62
6
zona perkantoran 172.04
7
Zona Perkebunan 733631.82
8
zona pertanian 403630.26
9
zona perumahan 39884.83
10
zona sarana pelayanan umum 1152.62
11
SUB_BWP III-2 1767582.68
12
BLOK-WP III-2A 991135.04
13
Bangunan 69150.82
14
Zona Perkebunan 345833.97
15
zona pertanian 434848.68
16
zona perumahan 125243.23
17
Zona Resapan Air 5263.65
18
Zona RTH 4202.37
19
zona sarana pelayanan umum 6592.33
20
BLOK-WP III-2B 776447.64
21
Bangunan 47765.74
32 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

22
Zona Konservasi 2868.07
23
Zona Perkebunan 397707.00
24
zona pertanian 230170.65
25
zona perumahan 72022.01
26
Zona Resapan Air 17568.14
27
zona sarana pelayanan umum 6563.91
28
Zona Sekitar Mata Air 1782.12

Sumber: Hasil Analisis 2018

33 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Peta SUB BWP 4.6

34 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Peta BLOK BWP 4.7

4.3.2.4 Analisis Tingkat Kebutuhan Sarana


Sarana Pendidikan

Pelayanan fasilitas pendidikan mencakup tingkat pendidikan mulai dari SD, dan SLTP dan SLTA yang
tersebar pada masing-masing nagari di Kawasan Nagari Pariangan. Untuk lebih jelasnya jumlah dan
penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kawasan Nagari Pariangan dapat dilihat pada tabel 4. 35 berikut ini :

Tabel 4.35
Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kawasan Nagari Pariangan Tahun 2018
No Jorong Fasilitas Pendidikan

SD SLTP SLTA

1 Nagari Pariangan 1 1 -

2 Nagari Simabur 4 1 2

3 Nagari Tabek 2 1 -

4 Nagari Sabu 1 1 -

5 Nagari Sawah tangah 1 1

Jumlah 9 5 2

Sumber :Hasil Survey 2018

 SEKOLAH DASAR
 Penduduk pendukung yang dapat ditampung sarana ini 1600 jiwa
 Setiap Nagari harus disediakan sebuah SD
 Setiap SD terdiri dari 6 kelas ditambah ruang serba guna dan tata usaha, dengan daya tampung
± 40 murid/kelas atau ± 240 per unit SD
 Standar kebutuhan ruang untuk 1 unit SD adalah 3600 M²
 Radius pelayanan maksimum 1000 M dari rumah murid
 Lokasi sebaiknya tidak menyebrang jalan lingkungan dan masih tetap di tengah-tengah kelompok
keluarga
 Jumlah unit SD di tentukan dari jumlah total penduduk di bagi 1000
 Kapasitas murId SD = jumlah kelas x 40 murid

35 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

 SEKOLAH LANJUTAN PERTAMA(SLTP) DAN SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS


(SLTA)

 Untuk melayani 4800 penduduk dibutuhkan satu SLTP dan SMU (Atau rata-rata 4900
(penduduk).

 Luas tanah yang di butuhkan 3000-5000 M² dengan luas lantai 1500- 2000 M².
terbanyak yaitu SD/Sederajat dengan jumlah 7 unit. Sedangkan fasilitas pendidikan yang paling
sedikit yaitu SLTA yang berjumlah 2 unit. Untuk fasillitas pendidikan seperti TK dan SD telah
terdapat di semua jorong yang ada di Kawasan Nagari Pariangan. Perkiraaan kebutuhan jumlah dan
ruang/lahan fasilitas pendidikan ditentukan berdasarkan LPMB (Lembaga penelitian masalah bangunan)
dengan perhitungan sebagai berikut :

1. SEKOLAH DASAR
Fasilitas pendidikan tingkat dasar diperuntukkan bagi anak yang berusia 7-12 tahun. Berdasarkan
standar dalam satu bangunan terdiri dari 6 ruang kelas, setiap kelasnya dapat menampung 40 murid.
Jumlah penduduk pendukung dari setiap fasilitas SD adalah 1.600 jiwa. Sesuai data yang diperoleh
bahwa jumlah fasilitas pendidikan dasar yang ada di Kawasan Nagari Pariangan saat ini berjumlah
8 unit. Dengan kata lain dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan tingkat pertumbuhan
penduduk, maka kebutuhan fasilitas pendidikan tingkat SD ini perlu dilakukan penambahan hingga
kurun waktu perencanaan Tahun 2031 sebanyak 5 unit dengan standar kebutuhan ruang untuk 1 unit SD
diperlukan ruang 3600 m2. Jadi sampai akhir tahun rencana kebutuhan ruang adalah 36000 m2 atau
3.6 Ha.

2. SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA


Sekolah ini untuk melayani anak-anak lulusan Sekolah Dasar. Sesuai dengan standar bahwa untuk satu
ruang kelas dapat menampung 30 murid dengan jumlah penduduk pendukung 4.800 jiwa. Jumlah
fasilitas SLTP yang ada di Kawasan Nagari Pariangan saat ini adalah sebanyak 4 unit. Dengan kata lain
dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan fasilitas
pendidikan tingkat SLTP ini tidak perlu dilakukan penambahan hingga kurun waktu perencanaan
Tahun 2025 karena sudah mencukupi.

3. SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS


Sesuai dengan rencana pembangunan dan pengembangan sarana perkotaan, bahwa fasilitas SLTA tidak
hanya melayani penduduk kota saja tapi juga melayani penduduk di Kawasan Nagari Pariangan dan
36 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

wilayah lainnya. Untuk menghitung kebutuhan fasilitas SLTA dengan cara mempertimbangkan jumlah yang
ada, jumlah penduduk pada tahun akhir rencana dan standar penduduk pendukung untuk fasilitas SLTA.
Saat ini Kawasan Nagari Pariangan telah memiliki fasilitas SLTA sebanyak 1 unit dan MA. Dari hasil
proyeksi berdasarkan standar jumlah penduduk tahun pertama yaitu tahun 2022 dibutuhkan penambahan
fasilitas SLTA sebanyak 1 unit dengan kebutuhan lahan 12000 m2 (1,2 Ha).Sedangkan tahun rencana
2031 dengan jumlah penduduk 12.620 jiwa, dibutuhkan penambahan fasilitas SD dan SLTP 2 unit dan
SLTA 1 unit.

Jadi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan penambahan fasilitas secara keseluruhan untuk Kawasan
Nagari Pariangan tahun pertama 2025 adalah sebanyak 5 unit dengan total kebutuhan lahan 5,7 Ha.
Dan untuk tahun rencana 2031 adalah sebanyak 8 unit dengan kebutuhan ruangnya 80.400 m2 atau 8,0
Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas pendidikan dan kebutuhan ruangnya di
Kawasan Nagari Pariangan tahun 2025 dan 2031 dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 4.36
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Nagari Pariangan
Hingga Tahun 2025
Kawasan Sarana Jumlah Standar Jumlah Kebutuhan Penambahan
Pendidikan Penduduk Penduduk Eksisting ( Sarana (Unit) Sarana (Unit)
Tahun 2027 Terlayani Unit )

SD 1.600 8 4 0
Nagari 11.131
SLTP 4.800 4 2 0
Pariangan
SLTA 4.800 2 2 1

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

1. Sarana Kesehatan

Penyediaan fasilitas kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang
ada di wilayah perencanaan serta dapat menurunkan tingkat kematian yang berarti peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat. Pada dasarnya fasilitas kesehatan mempunyai fungsi dan
jangkauan pelayanan yang berbeda. Dalam perhitungan kebutuhan fasilitas kesehatan sampai akhir
tahun rencana 2031 harus disesuaikan dengan proyeksi jumlah penduduk dan standar-standar penduduk untuk
setiap fasilitas kesehatan yaitu :

Untuk 1 unit puskesmas standar penduduk sebesar 120.000 jiwa dengan standar
37 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

kebutuhan ruang 2400 m2



Puskesmas pembantu (Pustu) standar penduduk pendukung adalah sebesar 30.000 jiwa dan
standar kebutuhan ruang 300 m2

1 unit Polindes standar penduduk pendukung 10.000 jiwa dengan standar kebutuhan
ruang 150 m2

Praktek Dokter Luas lahan yang dibutuhkan untuk sarana Praktek Dokter sebesar 150 M2.
Dengan jumlah penduduk pendukung yang mampu terlayani oleh fasilitas kesehatan ini adalah
sebanyak 1.000 jiwa.
Dengan menggunakan standar diatas yang disesuaikan dengan proyeksi jumlah penduduk maka tahun 2025
di Kawasan Nagari Pariangan sarana kesehatan yang perlu penambahan adalah sebanyak 5 unit
dengan kebutuhan lahan 1350 m2, sedangkan sampai akhir tahun rencana 2031 perlu penambahan
sebanyak 8 unit yaitu polindes 1 unit dan praktek dokter 10 unit dengan kebutuhan lahan keseluruhan
adalah 2100 m2. Untuk puskesmas dan puskesmas pembantu sampai tahun rencana 2025 tidak erlu
dilakukan penambahan karena jumlah yang ada saat ini sudah dapat melayani penduduk di Kawasan
Nagari Pariangan. Lebih jelasnya proyeksi penambahan sarana dan kebutuhan lahan fasilitas kesehatan
dapat dilihat pada tabel 4. 37 berikut :

Tabel 4.37
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan
di Kawasan Nagari Pariangan hingga Tahun 2025
Kawasan Sarana Kesehatan Jumlah Standar Jumlah Kebutuhan Penambah
Penduduk Penduduk Eksisting Sarana an
Tahun 2025 Terlayani Sarana
( unit ) ( Unit )
( Unit )
Nagari Rumah Sakit Umum 11.131 5.000.000 0 - 0
Pariangan
Puskesmas 120.000 1 0 0

Puskesmas Pembantu 30.000 0 0 0

Polindes 10.000 0 1 1

38 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Praktek Dokter 1.000 - 10 10

Jumlah 1 11 11

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

Tabel 4.38
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan
di Kawasan Nagari Pariangan hingga Tahun 2031
Kawasan Sarana Kesehatan Jumlah Standar Jumlah Kebutuhan Penambahan
Penduduk Penduduk Eksisting Sarana Sarana
Tahun 2031 Terlayani
( unit ) ( Unit ) ( Unit )

Nagari Rumah Sakit Umum 17.378 5.000.000 0 - 0


Pariangan
Puskesmas 120.000 1 1 1

Puskesmas Pembantu 30.000 0 1 1

Polindes 10.000 1 2 2

Praktek Dokter 1.000 - 11 11

Jumlah 2 15 15

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

2. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan yang ada di Kawasan Nagari Pariangan berupa Masjid dan Mushalla. Karena pada
umumnya penduduk di kawasan ini beragama Islam. Secara keseluruhan di Kawasan Nagari Pariangan
telah memilki Masjid sebanyak 9 dan Mushalla 5 unit. Perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan menurut
jumlah penduduk didasarkan asumsi seperti berikut:
1. Penyedian fasilitas peribadatan didasarkan pada jumlah penduduk menurut golongan agama.
2. Mesjid standar penduduk 15000 jiwa dan standar kebutuhan ruang 1750 m2
3. Untuk 1 unit Mushalla standar penduduk 2500 dan standar kebutuhan ruang adalah 300 m2.
Mesjid selain sebagai tempat ibadah umat Islam, juga berfungsi sebagai pengikat bagi penduduk
atau pemukiman sekitarnya, selain itu juga dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan, musyawarah
dan sebagainya. Kemampuan pengikat terhadap masyarakat tergantung pada kemampuan pelayanan dari
mesjid yang bersangkutan. Kemampuan pengikat ini identik dengan skala pelayanan. Semakin besar
skala pelayanan suatu mesjid, maka semakin besar pula kemampuan pengikatan atau skala pelayanan
fasilitas yang lain digunakan skala pelayanan mesjid ini. Berdasarkan hasil perhitungan sampai tahun
39 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

rencana 2034 kebutuhan fasilitas peribadatan dengan menggunakan standar-standar diatas dan proyeksi
penduduk, ternyata di Kawasan Nagari Pariangan tidak perlu penambahan fasilitas peribadatan
karena jumlah yang ada saat ini telah mampu melayani penduduk di kawasan perencanaan. Lebih jelasnya
proyeksi kebutuhan fasilitas dan ruang fasilitas peribadatan di Kawasan Nagari Pariangan dapat
dilihat pada tabel 4.39 berikut :

Tabel 4.39
Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan
di Kawasan Nagari Pariangan Tahun 2025
Kawasan Sarana Jumlah Standar Jumlah Kebutuhan Penambahan
Peribadatan Penduduk Penduduk Eksisting Sarana Sarana
Tahun 2031 Terlayani ( Unit ) ( Unit )
( Unit )

Kawasan Nagari Mesjid 17.378 15.000 9 1 3


Pariangan
Musholla 2.500 5 3 3

JUMLAH 14 4 6

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.39 diatas dapat dijelaskan bahwa sampai tahun 2025 perlu penambahan sarana mesjid 1
buah dan mushalla 3 buah dengan penambahan 3 buah mesjid dan 3 buah mushalla.

4. Sarana Rekreasi dan Olah Raga (Open Space)


Sarana ini meliputi tempat-tempat ruang terbuka yang dapat menampung kegiatan masyarakat untuk
berolahraga, istirahat sekaligus berekreasi. Perletakan sarana olah raga dapat diletakkan bersebelahan
dengan sekolah, sedangkan taman lebih baik cenderung menyebar. Adapun sarana olah raga minimal
didukung penduduk minimal 30.000 jiwa. Setidaknya setiap 250 penduduk ada sebuah taman kecil
dengan luas 200-500 m2. Taman kecil ini dapat berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak.

40 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Pada setiap 2.500 penduduk perlu dibangun sebuah taman. Lokasinya dapat disatukan dengan pusat
kegiatan dukuh (RW) dimana terletak TK, pertokoan, serta balai pertemuan. Untuk Lapangan Olah Raga
diperlukan untuk melayani aktivitas-aktivitas penduduk di area terbuka, misalnya pertandingan olah raga
dan apel bendera (upacara tertentu). Sarana ini sebaiknya berbentuk taman yang dilengkapi lapangan olah
raga (sepak bola) sehingga berfungsi serba guna dan harus tetap terbuka untuk peneduh dapat ditanam
pohon-pohon disekelilingnya.

Adapun lokasinya tidak harus di pusat lingkungan tetapi sebaiknya digabung dengan sekolah sehingga
bermanfaat untuk murid-murid. Kondisi saat ini fasilitas ruang terbuka pada kawasan perencanaan hanya
berupa lapangan sebanyak 4 unit yang di disetiap Nagari. Kebutuhan terhadap taman lingkungan
sebagai tempat untuk bermain, rekreasi atau sebagai tata hijau di Kawasan Nagari Pariangan berjumlah
10 unit. Ketiadaan taman dan taman lingkungan di kawasan perencanaan perlu mendapatkan
perhatian agar dalam perencanaan kedepan Kawasan Nagari Pariangan memiliki taman lingkungan
dalam jumlah yang mencukupi. Dalam jangka waktu 10 tahun yang akan datang atau pada tahun
2027, perkiraan kebutuhan ruang terbuka berupa taman lingkungan adalah 10 unit, taman olahraga
lingkungan 1 unit yang nantinya akan tersebar di seluruh wilayah yang ada di Kawasan Nagari
Pariangan. Pada tahun 2031 atau 15 tahun yang akan datang, perkiraan kebutuhan terhadap taman
pada kawasan perencanaan mengalami peningkatan seperti taman lingkungan sebanyak 15 unit,
Perkiraan kebutuhan terhadap ruang terbuka baik berupa ruang terbuka hijau, taman, maupun lapangan
tersebut seiring dengan arah kebijakan tata ruang wilayah yang mengisyaratkan kesimbangan antara
lingkungan alam dengan kawasan terbangun terlebih lagi jika kawasan yang direncanakan merupakan
kawasan permukiman maupun kawasan industri. Untuk lebih jelasnya, perkiraan kebutuhan terhadap
sarana ruang terbuka dan sarana rekreasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.40
Proyeksi Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga di Kawasan
Nagari Pariangan Hingga Tahun 2025
Kawasan Jumlah Kebutuhan Sarana (unit)
Penduduk Taman Taman Kota Taman OR Taman OR Kota
Tahun 2025 Lingkungan Lingkungan
Standar (Jiwa) 250 2.500 10.000 30.000
Kawasan Nagari 16.370 15 2 1 0
Pariangan
Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

41 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

Tabel 4.41
Proyeksi Sarana Ruang Terbuka dan Olahraga
di Kawasan Nagari Pariangan Hingga Tahun 2031
Kawasan Jumlah Kebutuhan Sarana (unit)
Penduduk Eksisting Taman Taman Kota Taman OR Taman OR Kota
Tahun 2031
Lingkungan Lingkungan

Standar (Jiwa) 250 2.500 10.000 30.000

Kawasan Nagari 17.378 8 25 4 1 0


Pariangan

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

5. Fasilitas Perumahan (Sebaran Orientasi Kelompok Permukiman)


Pola permukiman di Kawasan Nagari Pariangan berpola linier yang tersebar mengikuti pola jaringan
jalan yang ada dan sebagian berpola cluster dan grid terutama pada kawasan nagari pariangan. Kondisi
perumahan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, semakin baik kondisi ekonomi
masyarakat akan tercipta kualitas hunian yang nyaman serta memenuhi standar kesehatan. Dari segi
konstruksi bangunan, perumahan yang terdapat di kawasan perencanaan umumnya adalah sudah permanen
(55%) dan semi permanen (35%). Tingkat kebutuhan penduduk akan bentuk bangunan telah banyak
yang membangun rumahnya secara permanen.

Dilihat dari kondisi rumah yang sehat dimana setiap rumah diharapkan memiliki MCK, oleh karena
itu untuk menciptakan fasilitas hunian yang layak berdasarkan standar kesehatan adalah dengan
meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai, selain itu
didukung dengan sosialisasi atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai rumah yang sehat
sehingga lambat laun dapat merubah pola masyarakat yang masih memanfaatkan sungai
sebagai tempat MCK.

Perkiraan kebutuhan rumah didasarkan pada angka prediksi/proyeksi jumlah penduduk dengan asumsi
satu Kepala Keluarga (KK) satu rumah serta jumlah
anggota keluarga yaitu ± 5 jiwa. kebutuhan perumahan diperkirakan untuk 10 tahun kedepan yaitu tahun
2025 1.927 unit dengan kebutuhan lahan 497.757 m2 (50 Ha), untuk 15 tahun kedepan 2031
kebutuhan sarana perumahan adalah sebanyak 2.524 unit dan kebutuhan lahan 652.033 m2 (65 Ha).
Standar perencanaan lingkungan pemukiman yang menyatakan pengembangan kapling sarana hunian
42 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

dilakukan melalui konsep 1:2:3 dalam artian 1 unit untuk rumah Tipe A (besar), 2 rumah Tipe B
(sedang) dan 3 rumah Tipe C (kecil). Selanjutnya untuk luasan kafling terbagi atas :
Kapling besa r= 500m² Kapling
sedang = 300 m² Kapling
kecil = 150 m² Kapling
Dengan dasar tersebut maka perkiraan kebutuhan unit dan ruang untuk fasilitas hunian Kawasan
Nagari Pariangan hingga Tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.42
Kebutuhan Sarana Perumahan
di Kawasan Nagari Pariangan hingga Tahun 2025
Kawasan Jumlah KK Eksiting Tipe dan Kebutuhan Kebutuhan
Penduduk Luasan (M2) Sarana Ruang
Tahun 2025 ( Unit ) ( M2 )
Nagari Pariangan 16.370 2.226 568 A 321 160.567
(500 m2)
B 642 192.680
(300 m2)
C 963 144.510
(150 m2)
1.927 497.757
50 Ha
Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

Tabel 4.43
Kebutuhan Sarana Perumahan
diKawasan Nagari Pariangan hingga Tahun 2031
Kecamatan Jumlah KK Eksisting Tipe dan Kebutuhan Kebutuhan
Penduduk Luasan (M2) Sarana Ruang
Tahun 2031 ( Unit ) ( M2 )
Nagari 17.378 2.512 568 A 421 210.333
Pariangan (500 m2)
B 841 252.400
(300 m2)

43 | B A B I V
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
KAWASAN NAGARI PARIANGAN
TAHUN 2018

C 1.262 189.300
(150 m2)
Total 2.524 652.033
65 Ha
Sumber :Hasil Analisis Tahun 2018

44 | B A B I V

Anda mungkin juga menyukai