Anda di halaman 1dari 35

PELAKSANAAN REVISI

RENCANA TATA RUANG


WILAYAH (RTRW)
PROVINSI KABUPATEN
DAN KOTA

Lampung, 26 September 2019

Oleh :
Kasubdit Pembinaan Wilayah Sumatera

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
DIREKTORAT PEMBINAAN PERENCANAAN DAN
PEMANFAATAN RUANG DAERAH
FOKUS PEMBAHASAN

01 PENDAHULUAN
- Penyelenggaraan Penataan Ruang;
- Sistem Perencanaan di Indonesia;
- Peran RTR Dalam Pemberian Izin Pemanfaatan Ruang;
- Dasar Hukum Pemberian Izin Pemanfaatan Ruang;
- Urgensi Dasar Kebutuhan Revisi RTRW
- Status Revisi RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota di Lampung

Agenda Pembahasan 02 PEDOMAN PELAKSANAN REVISI RTRW


- Permen ATR/BPN No.6 Tahun 2017 Tentang Pedoman Tata Cara
Peninjauan Kembali RTRW
- Permen ATR/BPN No.1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Revisi RTRW Prov/Kab./Kota Prov., Kab., dan Kota
- Permen ATR/BPN No.8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pemberian
Persetujuan Substansi RTR

03 PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI


Permen ATR/BPN No.8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pemberian
Persetujuan Substansi RTR

04 EVALUASI 5 MUATAN STRATEGIS


Kebijakan Strategis Nasional, Kawasan Hutan, Pertanian, RTH Publik, dan
Mitigasi Bencana
PENDAHULUAN
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan


upaya pembentukan upaya untuk meningkatkan upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
landasan hukum bagi kinerja penataan ruang pelaksanaan perencanaan tata ruang, upaya agar
Pemerintah, pemerintah yang diselenggarakan oleh pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang penyelenggaraan
daerah, dan masyarakat Pemerintah, pemerintah Ps. 1 angka 11 penataan ruang
dalam penataan ruang daerah, dan masyarakat dapat diwujudkan
Ps. 1 angka 9 Ps. 1 angka 10 Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian sesuai dengan
Tata Ruang Ruang Pemanfaatan ketentuan peraturan
Ruang perundang-undangan
Suatu proses Upaya untuk mewujudkan
penetapan ketentuan  Pemerintah kepada Ps. 1 angka 12
pemerintah daerah dan untuk menentukan struktur ruang dan pola Upaya untuk
peraturan perundang- struktur ruang dan ruang sesuai dengan RTR mewujudkan tertib
masyarakat
undangan bidang pola ruang yang melalui penyusunan dan tata ruang
 Pemerintah pelaksanaan program serta
penataan ruang  Pemantauan
provinsi kepada meliputi pembiayaannya
termasuk pedoman  Evaluasi
pemerintah penyusunan dan  Peraturan zonasi
bidang penataan kabupaten/kota dan  Perizinan
penetapan RTR  Pelaporan
ruang.
Ps. 12 masyarakat Pelaksanaan program  Insentif-
 Pemerintah Penyusunan pemanfaatan ruang disinsentif Ps.55 ayat (2)
kabupaten/kota Rencana Tata beserta pembiayaannya  Pengenaan
kepada masyarakat sanksi
Ruang
Ps. 13

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:


1. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan RI yang rentan terhadap bencana
2. Potensi sumber daya alam, SDM, sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan
3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
SISTEM PERENCANAAN TATA RUANG DI INDONESIA

RTR BERSIFAT HIERARKIS DAN KOMPLEMENTER:


 Hierarkis : Rencana tata ruang yang ditetapkan dengan produk hokum lebih tinggi menjadi
acuan dari rencana tata ruang yang ditetapkan dengan produk hukum lebih
rendah

 Komplementer : Saling melengkapi; rencana tata ruang yang lebih rinci melengkapi rencana tata
ruang yang bersifat makro
PERAN RENCANA TATA RUANG DALAM PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN RUANG

IZIN PEMANFAATAN RUANG


(UU.26/2007)

Kewenangan penerbitan izin


ada pada Pemerintah Daerah

Bentuk-bentuk Izin Pemanfaatan Ruang telah ada (berlaku) sebelum ditetapkannya UU


26/2007 dan PP 15/2010, serta diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
DASAR HUKUM PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN RUANG

RENCANA TATA
NO FUNGSI DASAR HUKUM
RUANG
Pasal 23 ayat (2) huruf e, UU No.
Sebagai pedoman penetapan lokasi dan
1 RTRW Provinsi 26 tahun 2007 tentang Penataan
fungsi ruang untuk investasi
Ruang
Pasal 26 ayat 2 huruf e, UU No. 26
Sebagai pedoman untuk penetapan lokasi
Tahun 2007 Tentang Penataan
dan fungsi ruang untuk investasi
Ruang
Sebagai dasar untuk penerbitan perizinan
RTRW Pasal 26 ayat 3, UU No. 26/2007
2 lokasi pembangunan dan administrasi
Kabupaten/Kota Tentang Penataan Ruang
pertanahan
Pasal 165 PP no 15 Tahun 2010
Sebagai dasar dalam pemberian Izin Prinsip
ayat 1 tentang Peyelenggaraan
dan Izin Lokasi
Penataan Ruang
Peraturan zonasi kabupaten/kota
merupakan dasar dalam pemberian insentif Pasal 153 (3), PP 15/2010 tentang
dan disinsentif, pemberian izin, dan Peyelenggaraan Penataan Ruang
3 RDTR pengenaan sanksi kabupaten/kota.
RDTR dan Peraturan Zonasi menjadi dasar Pasal 165 ayat 3, PP 15/2010
dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan Penyelenggaraan Penataan Ruang
URGENSI DAN KEBUTUHAN DASAR DAERAH DALAM MELAKUKAN REVISI RENCANA TATA RUANG

 Desakan Perubahan Dinamika Pembangunan;


Proyek Strategis Nasional (Perpres No.56 Tahun 2018), RPJMN (Perpres No.2 Tahun 2015),
Perubahan RTRWN (PP No.13 Tahun 2017), Program Strategis Sektoral (Nawacita), Kebutuhan
Investasi Lainnya.
 Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dilapangan dengan rencana;
Telah banyak perubahan pembangunan di Suatu Wilayah, namun tidak sesuai dengan rencana
pemanfaatan ruang dalam RTRW wilayah tersebut
 Amanat peraturan perundangan
Sudah banyak perubahan nomenklatur dan kewenangan berdampak dari perubahan peraturan
perundangan (UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan peraturan sector lainnya).
 Kebutuhan Masyarakat
 Peningkatan Kualitas Rencana Tata Ruang
STATUS REVISI RTRW PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA DI LAMPUNG

NAMA PERDA YANG SUDAH


NO PROVINSI/ KABUPATEN/ NOMOR PERDA TANGGAL PERDA MEMASUKI WAKTU STATUS RTRW
KOTA PENINJAUAN KEMBALI
0 Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2010 27 Mei 2010 √ Evaluasi Dagri
1 Kota Bandar Lampung No. 10 Tahun 2011 21 Oktober 2011 √ Revisi RTRW
2 Kota Metro No. 1 Tahun 2012 27 Februari 2012 √ Revisi RTRW
3 Kab. Lampung Selatan No. 15 Tahun 2012 23 Februari 2012 √ Revisi RTRW
4 Kab. Lampung Tengah No. 1 Tahun 2012 27 Februari 2012 √ Revisi RTRW
5 Kab. Tulang Bawang No. 5 Tahun 2013 1 Juli 2013 √ Revisi RTRW
6 Kab. Lampung Timur No. 4 Tahun 2012 6 Juli 2012 √ Revisi RTRW
7 Kab. Way Kanan No. 11 Tahun 2011 13 Juli 2012 √ Revisi RTRW
8 Kab. Pringsewu No. 2 Tahun 2012 14 Februari 2012 √ Revisi RTRW
9 Kab. Mesuji No. 6 Tahun 2012 26 September 2012 √ Revisi RTRW
10 Kab. Tulang Bawang barat No. 2 Tahun 2012 25 Mei 2012 √ Revisi RTRW
11 Kab. Lampung Utara No. 8 Tahun 2014 26 Agustus 2014 √ Peninjauan Kembali
12 Kab. Tanggamus No. 16 Tahun 2011 28 Agustus 2011 √ Revisi RTRW
13 Kab. Pesawaran No. 4 Tahun 2012 29 Maret 2012 √ Revisi RTRW
14 Kab. Lampung Barat No. 1 Tahun 2012 17 Februari 2012 √ Revisi RTRW
15 Kab. Pesisir Barat No. 8 Tahun 2017 28 November 2017 - -
PEDOMAN-PEDOMAN DALAM
PELAKSANAAN REVISI RTRW
PEDOMAN-PEDOMAN DALAM PELAKSANAAN REVISI RENCANA TATA RUANG

1 2 3

Permen ATR/BPN No.6 Tahun 2017 Permen ATR/BPN No.1 Tahun 2018 Permen ATR/BPN No.8 Tahun 2017
Tentang Pedoman Tata Cara Tentang Pedoman Penyusunan Tentang Pedoman Pemberian
Peninjauan Kembali RTRW RTRW Prov., Kab., dan Kota Persetujuan Substansi RTR
POINT-POINT PENTING DALAM PEDOMAN PENINJAUAN KEMBALI RTR

Permen ATR/BPN No.6 Tahun 2017


Tentang Pedoman Tata Cara
Peninjauan Kembali RTRW
POINT-POINT PENTING DALAM PEDOMAN PENYUSUNAN RTRW
1. Perubahan acuan normatif disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
terbaru
2. Penetapan KP2B dalam RTRW Prov/Kab/Kota sesuai dengan amanat UU 41/2009
2 3. Penambahan ketentuan mengenai KLHS sesuai amanat UU 32/2009 dan PP 46/2016
4. Penambahan data dan informasi tentang kebijakan sektoral dalam penyusunan RTRW
Prov/Kab/Kota, salah satunya terkait RZWP3K sesuai amanat UU 1/2014 dan UU
23/2014
5. Penguatan aspek kebencanaan dalam penyusunan RTRW Prov/Kab/Kota
6. Penyesuaian nomenklatur rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
7. Penambahan data dan informasi pertanahan dalam penyusunan RTRW
Prov/Kab/Kota
8. Menghilangkan muatan mengenai PKN promosi, PKW promosi, dan PKL promosi
9. Penetapan bagian dari wilayah kabupaten dan kota yang akan disusun RDTR nya
10. Penegasan pengaturan ruang secara menyeluruh baik ruang darat, ruang laut, ruang
udara, dan ruang dalam bumi dalam RTRW Prov/Kab/Kota
11. Pembaharuan mengenai peninjauan kembali RTRW Prov/Kab/Kota (Permen 6/2017)
12. Penambahan ketentuan mengenai jumlah minimal konsultasi publik dalam
penyusunan RTRW Prov/Kab/Kota (Konsisten permen 8/2017 : Persub);
Permen ATR/BPN No.1 Tahun 2018
13. Penambahan kualifikasi tim penyusun RTRW
Tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Prov., Kab., dan Kota 14. Penambahan ketentuan mengenai berita acara pembahasan dengan wilayah
yang berbatasan (Berita Acara)
15. Pembaharuan ilustrasi peta
POINT-POINT PENTING DALAM PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI RTRW

Permen ATR/BPN No.8 Tahun 2017


Tentang Pedoman Pemberian
Persetujuan Substansi RTR
PERMEN ATR/BPN NO.8 TAHUN 2017
TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN
PERSETUJUAN SUBSTANSI RTR
PROSES PERSETUJUAN SUBSTANSI

Sumber: Permen ATR /Ka BPN Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Dan
Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota
PERSYARATAN ADMINISTRASI

1. Surat Permohonan Persetujuan Substansi dari Kepala Daerah


2. Berita Acara kesepakatan pengajuan persetujuan substansi antara Pemerintah Daerah dengan DPRD
3. Surat Keputusan Peninjauan Kembali dari Kepala Daerah
4. Surat keputusan pembentukan tim peninjauan kembali dari Kepala Daerah
5. Surat keputusan dari Kepala Daerah tentang rekomendasi tindaklanjut hasil pelaksanaan peninjauan kembali
RTR
6. Dokumen hasil peninjauan kembali (dalam format softcopy dan hardcopy)
7. Materi teknis yang terdiri atas buku rencana dan fakta analisis perubahan rencana umum tata ruang dan/atau
rencana rinci tata ruang (dalam format softcopy dan hardcopy)
8. Album Peta (dalam format softcopy (format *SHP)
9. Tabel sandingan rencana umum tata ruang dan/atau rencana rinci tata ruang eksisting dengan rancangan
perubahan rencana umum tata ruang dan/atau rencana rinci tata ruang (dalam format softcopy dan hardcopy)
10. Surat pernyataan dari Kepala Daerah bertanggung jawab terhadap kualitas rancangan Perda tentang RTR
11. Berita Acara Konsultasi Publik (minimal 2 (dua) kali)
12. Berita Acara dengan kota yang berbatasan
13. Berita Acara yang dikeluarkan Oleh BIG perihal Pernyataan Peta Dasar yang Telah Siap Dilanjutkan untuk
Proses Persetujuan Substansi
14. Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang sudah divalidasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
15. Surat Rekomendasi Gubernur berserta lampirannya (untuk kab/kota)
PEMBUKTIAN BERKAS PERSETUJUAN SUBSTANSI
ATURAN TAMBAHAN  SURAT EDARAN DIRJEN TATA RUANG

Surat Edaran
Kelengkapan Dokumen untuk Persetujuan
Substansi Rencana Tata Ruang

Berdasarkan SE Dirjen Tata Ruang, beberapa persyaratan


tambahan yang harus dilengkapi, meliputi:
1. Pengajuan Raperda disertai dengan dokumen kelengkapan
administrasi;
2. Peta rencana pola ruang dan struktur ruang harus telah
diparaf sedikitnya oleh pemangku kepentingan yang terkait
langsung di daerah;
3. Diperlukan Dokumen Perda dan lampiran peta (dalam bentuk
Shapefile/SHP) yang terdahulu;
4. Diperlukan Persetujuan Subdit Pembina Wilayah dan
Direktur sebelum mengajukan ke Loket Persetujuan
Substansi;
5. Kepala Daerah Wajib Hadir untuk menyampaikan/
memaparkan substansi RTR saat pembahasan Lintas Sektor.
CONTOH PETA KESEPAKATAN STRUKTUR RUANG

KESEPAKATAN :
1. Sekretaris Daerah
2. Kepala Bappeda
3. Kepala Dinas PUPR
4. Kepala Dinas Pertanian
5. Kepala Dinas Lingkungan
Hidup
6. Kepala Dinas Pariwisata,
Pemuda dan olahraga
7. Kepala Kantor
Pertanahan
8. Kepala Dinas Prindustrian
dan Tenagakerja
9. Kepala Dinas Perumahan
dan Kaw. Permukiman
CONTOH PETA KESEPAKATAN POLA RUANG

KESEPAKATAN :
1. Sekretaris Daerah
2. Kepala Bappeda
3. Kepala Dinas PUPR
4. Kepala Dinas Pertanian
5. Kepala Dinas Lingkungan
Hidup
6. Kepala Dinas Pariwisata,
Pemuda dan olahraga
7. Kepala Kantor
Pertanahan
8. Kepala Dinas Prindustrian
dan Tenagakerja
9. Kepala Dinas Perumahan
dan Kaw. Permukiman
5 (LIMA) MUATAN STRATEGIS DI
DALAM EVALUASI PERSETUJUAN
SUBSTANSI
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL

SUBSTANSI SYARAT MUATAN RANCANGAN PERDA HASIL EVALUASI


1 2 3 4
Kebijakan 100% terakomodir • Pasal 20 ayat 1 dan 2 Sudah mengakomodir
Strategis Rencana Induk
(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Nasional Perkeretaapian Nasional
Pasal 16 ayat (3) huruf berupa perkeretaapian antar kota yang (RIPNas) Tahun 2030
melayani angkutan penumpang dan barang dengan jalur Padang dengan melakukan
Panjang-Payakumbuh. pengajuan pengalihan rel
(2) Stasiun kereta api penumpang ditetapkan di Kecamatan kereta api lama.
Payakumbuh Selatan
• Pasal 21 ayat 2 (Kepmen Menteri ESDM No
Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung 5899 Tahun 2016 tentang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai sistem RUPTL PT. PLN Tahun 2016
interkoneksi Sumatera meliputi: – 2025)
a. Jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) dari Asahan Sumatera Utara sampai Muara Enim Peningkatan Kapasitas
Sumatera Selatan menuju Garuda Sakti Provinsi Riau; Pembangkit Tenaga Listrik di
b. Jaringan ditribusi tenaga listrik yang meliputi: Sumatera Barat dengan
1. saluran udara tegangan menengah (SUTM) di Kecamatan adanya Pembangunan
Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Utara dan Tansmisi Backbone 275 KV
Kecamatan Payakumbuh Timur; Interkoneksi Sumatera
2. saluran udara tegangan rendah (SUTR) tersebar di seluruh
Koridor Barat
kecamatan; dan
3. saluran distribusi lainnya tersebar di seluruh kecamatan.
c. Gardu induk Kota Payakumbuh di Kecamatan Payakumbuh Timur;
INTEGRASI PROYEK STRATEGIS NASIONAL KE DALAM RTRW
JALUR KERETA API
(Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional (RIPNas) Tahun 2030)

JALUR TRANSMISI
TENAGA LISTRIK (SUTET)
(Kepmen Menteri ESDM No 5899
Tahun 2016 tentang RUPTL PT.
PLN Tahun 2016 – 2025)
PEMENUHAN RTH PUBLIK 20% MINIMAL

SUBSTANSI SYARAT MUATAN RANCANGAN PERDA HASIL EVALUASI


1 2 3 4
RTH Publik RTH Publik luas minimal Pasal 36 ayat 2 dan 3 Sudah mengakomodir Undang-
20% dari luas wilayah Undang Nomor 26 Tahun 2007
(2). Proporsi RTH kota sebagaimana dimaksud pada tentang Penataan Ruang yang
ayat (1) meliputi: mengamanatkan bahwa
a. RTH publik seluas paling sedikit 20% (dua puluh proporsi ruang terbuka hijau
persen) atau 1.005,67 ( seribu lima koma publik luasnya minimal 20% dari
enam puluh tujuh) hektar; dan luas wilayah kota.
b. RTH privat seluas paling sedikit 10% (sepuluh
persen).

(3). Untuk memenuhi kebutuhan RTH publik


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diarahkan pada RTH yang meliputi:
a. RTH hutan kota;
b. RTH taman kota;
c. RTH fungsi tertentu; dan
d. RTH jalur hijau jalan.
PEMENUHAN RTH PUBLIK 20% MINIMAL

Perda No. 1 Tahun 2012 REVISI RTRW

RTH KOTA TOTAL RTH KOTA EKSISTING RENCANA TOTAL


Ruang Terbuka Hijau 547,9
RTH Sabuk Hijau 153,55 153,55
RTH Hutan Kota 208,25 208,25
- Hutan Kota 105,64
RTH Pemakaman 19,20 19,20
- Pemakaman 17,7
RTH Sempadan Mata Air 24,09 24,09
- Taman Kota 4,63 Kawasan Sempadan Sungai 256,20 256,20
- Sabuk HIjau 129,68 RTH Sempadan SUTET 42,52 42,52
- RTH di pusat-pusat pelayanan 13,19 RTH Kelurahan, RT, RW 0,71 126,18 126,89
- Sempadan Sutet 273,54 RTH Jalur Hijau Jalan 4,14 4,14
RTH Taman Kota 0,28 131,81 132,09
- Sempadan Kereta Api 3,52
RTH Sempadan Rel 0,00 38,74 38,74
Pertanian lahan basah (dijadikan RTH) 1.834
Luas (HA) 708,95 296,73 1005,67
Luas Total (Ha) 2929.8 Persentase 14,10% 5,90% 20,00%
ALOKASI RUANG PENETAPAN KAWASAN HUTAN

SUBSTANSI SYARAT MUATAN RANCANGAN PERDA HASIL EVALUASI


1 2 3 4
Peruntukan 100% terakomodir Pasal 34 ayat 2 Sudah mengakomodir Perubahan
kawasan hutan sesuai dengan SK Kawasan hutan lindung sebagaimana Kawasan Hutan berdasarkan
Menhut 35 Tahun dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Penyesuaian Kembali Kawasan
2013 tentang Kawasan Kelurahan Bulakan Balai Kandi, Kubu Hutan Lindung berdasarkan SK
Hutan Gadang, Pakan Sinayan dan Menhut 35 Tahun 2013.
Payolansek Kecamatan Payakumbuh
Barat dan di Kelurahan Balai
PanjangKecamatan Payakumbuh
Selatan memiliki luas kurang lebih
349,43 hektar (tiga ratus empat puluh
sembilan koma empat puluh tiga)
hektar.
ALOKASI RUANG PENETAPAN KAWASAN HUTAN

RTRW PERDA No.1 LUAS SELISIH REVISI RTRW 2018 LUAS


2012 (HA) (2)-(1) (2) (HA)
(1)
Kawasan Hutan Lindung 346,75 2,68 Kawasan Hutan Lindung 349,43

Perda Perubahan
No. 1 Tahun 2012Hutan berdasarkan:
Kawasan
• Penyesuaian Kembali Kawasan Hutan Lindung REVISI RTRW
berdasarkan SK Menhut 35 Tahun 2013.

Sumber: SK 798/ Menhut/VII/2009


Sumber: SK Menhut 35 Tahun 2013
ALOKASI RUANG KAWASAN PERTANIAN

SUBSTANSI SYARAT MUATAN RANCANGAN PERDA HASIL EVALUASI


1 2 3 4
Kawasan Rencana luasan dan Pasal 24A KP2B ditetapkan berdasarkan
Pertanian sebaran Budidaya kawasan pertanian pangan kajian oleh Pemda Kota (Dinas
Pangan Tanaman Pangan berkelanjutan (KP2B) dikembangkan Pertanian dan PUPR) sesuai
Berkelanjutan diarahkan menjadi lokasi di seluruh kecamatan seluas kurang dengan ketentuan penetapan
KP2B dengan kriteria lebih 1.745 (seribu tujuh ratus empat bahwa seluruh luas sawah
sesuai ketentuan puluh lima) hektar; irigasi teknis dipertahankan dan
peraturan perundang- hasil kesepakatan dengan
undangan, dan masyarakat.
ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
tersendiri.
ALOKASI RUANG KAWASAN PERTANIAN

Kementerian Pertanian Kementerian Agraria dan Tata Perda RTRW Kota Payakumbuh Perda Revisi RTRW Kota
Ruang/BPN No.1 Tahun 2012 Payakumbuh

Lahan Pertanian Lahan Basah Lahan Pertanian Tanaman Pangan


Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan Perkebunan Lahan Holtikultura

Lahan Pertanian 2.658 Ha Luas Lahan Baku Sawah 4.765 Ha Luas Kawasan Pertanian 2.891 Ha Luas Kawasan Pertanian 2.405 Ha
Luas KP2B 1.745 Ha

Perbandingan Luas Kawasan Pertanian


Perubahan Kawasan Pertanian berdasarkan: 1 Kementerian ATR/BPN 4.765 Ha
• Pertimbangan seluruh sawah irigasi teknis dipertahankan 2 Kementerian Pertanian 2.658 Ha
• Kesepakatan dengan masyarakat pemilik sawah
• Pemenuhan RTH Publik 3 Perda RTRW No. 1 Tahun 2012 2.891 Ha
4 Revisi RTRW 2.405 Ha
PENGUATAN ASPEK MITIGASI BENCANA KE DALAM RTR

SUBSTANSI SYARAT MUATAN RANCANGAN PERDA HASIL EVALUASI


1 2 3 4
Mitigasi Identifikasii Pasal 38 Kota Payakumbuh
Bencana wilayah (1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat 2 merupakan kawasan
berdasar huruf e merupakan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan dampak yang relatif aman dari
kerawanan rendah meliputi kawasan rawan bencana angin puting beliung; bencana geologi
bencana dibanding daerah lain
alam dan (2) Kawasan rawan bencana angin puting beliung sebagaimana dimaksud di Provinsi Sumatera
akibat pada ayat (1) huruf a terdapat di wilayah utara dan timur Kota Barat.
aktifitas Payakumbuh. Akan tetapi terdapat
manusia beberapa kawasan
yang spesifik mempunyai potensi
berdasarkaa rawan tanah longsor
n dengan tingkat
karakteristik kerawanan rendah, dan
daerah. banjir pada beberapa
lokasi dengan tingkat
kerawanan rendah
PENGUATAN ASPEK MITIGASI BENCANA KE DALAM RTR
SURAT PERSETUJUAN SUBSTANSI
RTRW PROVINSI, KABUPATEN DAN
KOTA
SURAT PERSETUJUAN SUBSTANSI RTRW PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA

TTD Menteri TTD Dirjen TTD Dirjen


ATR/BPN Tata Ruang Tata Ruang
TERIMA KASIH

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
DIREKTORAT PEMBINAAN PERENCANAAN DAN
PEMANFAATAN RUANG DAERAH

Anda mungkin juga menyukai