Anda di halaman 1dari 30

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

MATERI 2:
Kelembagaan Perencanaan Tata Ruang di Pusat
dan Daerah

Disampaikan oleh
Oswar Mungkasa (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan)

pada
Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana (FPP) Madya Spasial
Kerjasama Pusbindiklatren Bappenas dengan Program Magister Perencanaan
Kota dan Daerah (MPKD) UGM
Yogyakarta 13 Oktober, 2015
OUTLINE PEMBAHASAN 2

Kementerian PPN/Bappenas

 Penyelenggaraan Penataan Ruang


 Perencanaan Tata Ruang
 Koordinasi Penataan Ruang di Pusat dan
Daerah
 Status Penyelesaian RTR
3

Kementerian PPN/Bappenas

Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Tugas dan Wewenang Penyelenggaraan Penataan
Ruang..(1) 4
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah Nasional, provinsi, &
kabupaten/kota,
- LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, &
NEGARA kabupaten/kota

Ps. 7 ayat (1)


WEWENANG LAK PR wilayah Nasional
PEMERINTAH
LAK PR kws strategis Nasional
Negara menyelengga- Ps. 8
rakan penataan ruang Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja
untuk sebesar-besarnya sama antarprovinsi
Seorang Menteri
kemakmuran raktyat
Ps. 9 ayat (1)
Ps. 7 ayat (2)
TUR, BIN, dan WAS terhadap :
- LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota,
Dalam melaksanakan - LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota
tugasnya, negara WEWENANG
memberikan kewenangan PEMERINTAH LAK PR wilayah provinsi
penyelenggaraan
PROVINSI
Ps. 10 LAK PR kws. strategis provinsi
penataan ruang kepada
Pemerintah dan Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja
sama antarprovinsi
pemerintah daerah

TUR, BIN, dan WAS terhadap :


Ket: - LAK PR Wilayah kabupaten/kota,
TUR = pengaturan WEWENANG - LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
BIN = pembinaan PEMERINTAH
LAK = pelaksanaan KAB./KOTA LAK PR wilayah kabupaten /kota
WAS = pengawasan Ps. 11
LAK PR kws. strategis kabupaten/kota
PR = penataan
Kerja sama PR antarkabupaten/kota
Sumber: UUruang
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Tugas dan Wewenang Penataan Penyelenggaraan
Ruang..(2)
5
Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui


upaya untuk pelaksanaan perencanaan tata ruang, upaya agar
upaya pembentukan pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
meningkatkan kinerja penyelenggaraan
landasan hukum bagi
penataan ruang Ps. 1 angka 11 penataan ruang
Pemerintah, pemerintah
yang diselenggarakan dapat diwujudkan
daerah, dan
oleh Pemerintah, sesuai dengan
masyarakat dalam Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian
pemerintah daerah, ketentuan peraturan
penataan ruang Tata Ruang Ruang Pemanfaatan Ruang
dan masyarakat perundang-undangan
Ps. 1 angka 9 Ps. 1 angka 10 Ps. 1 angka 13 Ps. 1 angka 14 Ps. 1 angka 15 Ps. 1 angka 12

suatu proses upaya untuk


untuk mewujudkan
menentukan struktur ruang
 Pemerintah kepada  Pemantauan
penetapan ketentuan struktur ruang dan pola ruang
peraturan perundang- pemerintah daerah sesuai dengan upaya untuk  Evaluasi
dan pola
undangan bidang dan masyarakat RTR melalui mewujudkan  Pelaporan
ruang yang
penataan ruang  Pemerintah provinsi meliputi penyusunan dan tertib tata ruang
pelaksanaan Ps.55 ayat (2)
termasuk pedoman kepada pemerintah penyusunan
dan penetapan program
bidang penataan ruang. kabupaten/kota dan
RTR beserta
Ps. 12 masyarakat pembiayaannya
 Pemerintah
Ps. 14 ayat (1) Ps. 32 ayat (1) Ps. 35
kabupaten/kota
kepada masyarakat  Peraturan
Ps. 13 pelaksanaan zonasi
penyusunan
program  Perizinan
rencana tata
ruang pemanfaatan  Insentif –
ruang beserta disinsentif
pembiayaannya  Pengenaan
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Sanksi
Ruang
Pengaturan dan Pembinaan Penataan Ruang
6

PENGATURAN
Penetapan ketentuan peraturan per-UU-an
melalui bidang penataan ruang (termasuk pedoman
Ps.12
bidang penataan ruang
PEMBINAAN

 koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;


melalui
Ps. 13 ayat (2)
 sosialisasi peraturan per-UU-an dan
sosialisasi pedoman bidang penataan ruang;
Pemerintah
 pemberian bimbingan, supervisi, dan
dilakukan
kepada
Ps. 13 ayat (1)
konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
 pendidikan dan pelatihan;
Pemerintah  penelitian dan pengembangan;
Provinsi  pengembangan sistem informasi dan
komunikasi penataan ruang;
Pemerintah  penyebarluasan informasi penataan ruang
Provinsi
kepada masyarakat; dan
 pengembangan kesadaran dan tanggung
Masyarakat jawab masyarakat.
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pelaksanaan Penataan Ruang
7

PELAKSANAAN

upaya pencapaian tujuan penataan


ruang melalui pelaksanaan:
Ps. 1 angka 11

Ps.12

PERENCANAAN Pemanfaatan Pengendalian


TATA RUANG Ruang Pemanfaatan Ruang

suatu proses untuk menentukan Adalah upaya untuk mewujudkan tertib


struktur ruang & pola ruang yang tata ruang
meliputi penyusunan & penetapan RTR
Ps. 1 angka 13
Ps. 1 angka 15

upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan


pola ruang sesuai dengan RTR melalui
penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya
Ps. 1 angka 14

Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Pengawasan Penataan Ruang
8
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
dilakukan terhadap
Ps. 55 ayat (1) Ps. 58 ayat (1)

Kinerja Kinerja Kinerja kinerja fungsi kinerja pemenuhan


Pengaturan pembinaan Pelaksanaan dan manfaat standar pelayanan
Penataan Penataan Penataan penyelenggaraan minimal bidang
Ruang Ruang Ruang penataan ruang penataan ruang
dilakukan dengan terdiri atas

mengamati &
Pemantauan
Pelaporan
memeriksa kesesuaian Evaluasi
Ps. 55 ayat (2)
antara penyelenggaraan
penataan ruang dgn dilaksanakan oleh
ketentuan peraturan
per-UU-an Pemerintah dan Ps. 55 ayat (4)
Ps. 56 ayat (1)
pemerintah daerah Masyarakat
Ps. 55 ayat (3) melibatkan
dilakukan dengan
terbukti terjadi
penyimpangan menyampaikan laporan dan/atau
administratif pengaduan kepada Pemerintah
dan pemerintah daerah Ps. 55 ayat (5)

Ps. 56 ayat (2)


Ps. 56 ayat (3) Ps. 56 ayat (4)
Menteri, Gubernur, &
Bupati/Walikota mengambil Gubernur mengambil langkah Menteri mengambil langkah
langkah penyelesaian sesuai penyelesaian yang tidak penyelesaian yang tidak
dengan kewenangannya dilaksanakan Bupati/Walikota dilaksanakan Gubernur

dalam hal Bupati/Walikota tidak dalam hal Gubernur tidak


melaksanakan langkah penyelesaian melaksanakan langkah penyelesaian
Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
9

Kementerian PPN/Bappenas

Perencanaan Tata Ruang


KEWENANGAN PENATAAN RUANG 10

Ps. 5 ayat (3) Ps. 5 ayat (5)

PR berdasarkan Administrasi PR berdasarkan Nilai Strategis Kawasan


Kewenangan (mempertegas aspek kewenangan (kawasan yang secara spesifik berpengaruh
penyelenggaraan) besar terhadap pencapaian tujuan PR)

Pem. Pusat PR Wilayah Nasional Kawasan Strategis Nasional

Pem. Provinsi PR Wilayah Provinsi Kawasan Strategis Provinsi

Pem. Kabupaten PR Wilayah Kabupaten Kawasan Strategis Kabupaten

Pem. Kota PR Wilayah Kota Kawasan Strategis Kota

Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Dengan demikian, kewenangan penyusunan Rencana


Tata Ruang disesuaikan dengan kewenangan penataan
ruang berdasarkan administrasi dan nilai strategis
kawasan
PERENCANAAN TATA RUANG
11

Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang Ps. 14 ayat (1)

RENCANA UMUM TATA sebagai perangkat operasional


RENCANA RINCI TATA RUANG rencana umum tata ruang
RUANG Ps. 14 ayat (3)
Ps. 14 ayat (2) disusun
RTR PULAU / KEPULAUAN apabila:
Ps. 14 ayat (4)

RTRW NASIONAL RTR KWS STRA. NASIONAL a. rencana umum tata ruang
belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan
WILAYAH

RTRW PROVINSI RTR KWS STRA. PROVINSI


pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan
RTR KWS STRA KABUPATEN ruang; dan/atau
RTRW KABUPATEN b. rencana umum tata ruang
RDTR WIL KABUPATEN mencakup wilayah
perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana
RTR KWS umum tata ruang tersebut
METROPOLITAN memerlukan perincian
PERKOTAAN

RTR KWS PERKOTAAN DLM sebelum dioperasionalkan


Ps. 14 ayat (5)
WIL KABUPATEN

RTR BAGIAN WIL KOTA Sebagai dasar penyusunan


RTRW KOTA
peraturan zonasi
RTR KWS STRA KOTA Ps. 14 ayat (6)

RDTR WIL KOTA


Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
MEKANISME PENETAPAN PERDA
RTRW PROVINSI
12
(BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NO.23 TAHUN 2014)

Pasal 245 ayat 2


Koordinasi dengan Menteri Yang
Membidangi Urusan Tata Ruang
MENDAGRI Dilakukan

Hasil :
Dilaporkan

Perda RTRWP

Gubernur
Menetapkan
Raperda menjadi
Perda
MEKANISME PENETAPAN PERDA RTRW KABUPATEN/KOTA
(BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2014)
13

Konsultasi
GUBERNUR C.q.
BKPRD Provinsi
PENYUSUNAN
- Permendagri; Dihasilkan
- Permen PU; Surat
- Permen Kelautan dan KONSULTASI Reko- INSTANSI
Persetujuan
Perikanan; mendasi PUSAT YANG Dihasilkan
Substansi Teknis MEMBIDANGI Substansi
- Dll. Atas Dasar Surat
URUSAN TATA Teknis
Rekomendasi Dikoordinasi RUANG
oleh BKPRN

RAPERDA YANG
KONSULTASI KEPADA MENTERI, TELAH DISETUJUI
Pasal 245 DAN SELANJUTNYA MENTERI
DPRD DIAJUKAN OLEH
ayat (4) BERKOORDINASI DENGAN MENTERI
YANG MEMBIDANGI URUSAN BUPATI/WALIKOTA
TATA RUANG

Evaluasi Dilakukan

MENDAGRI Dilakukan EVALUASI Diselenggarakan Surat


GUBERNUR Permintaan
Hasil : Raperda RTRWK/K
Dilaporkan Evaluasi dari
Hasil Bupati/
Perda RTRWK/K Walikota
Hasil Evaluasi
Oleh Bupati/Walikota diikuti dengan
Gubernur Menetapkan Pemberian
Raperda menjadi Nomor Register
Perda
Mekanisme Penetapan Perda RRTR 14
Provinsi/Kabupaten/Kota..(1)
Kementerian PPN/Bappenas

Penyelesaian
A. OLEH MENTERI ATR proses
kehutanan

Permintaan Perda
Penyiapan Pembahasan Persetujuan Penetapan
Persetujuan RRTR
Raperda Substansi Raperda
RRTR oleh
Substansi RRTR di RRTR oleh bersama
Provinsi/
ke Menteri BKPRN Kabupaten/
Daerah Menteri ATR DPRD
ATR Kota

Diperlukan
rekomendasi
Gubernur Evaluasi
untuk RRTR Kemendagri
Kab/Kota
Mekanisme Penetapan Perda RRTR 15
Provinsi/Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas

B. OLEH GUBERNUR
Persetujuan Substansi 16

Kementerian PPN/Bappenas

 Berdasarkan Permen PU No. 11 Tahun 2009 tentang Persetujuan


Substansi dalam Penetapan Raperda RTRW, diketahui bahwa
Evaluasi Materi Muatan Teknis Raperda RTRW Provnsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan melalui forum koordinasi kelompok kerja
teknis BKPRN oleh Tim Evaluasi Persetujuan Subtansi BKPRN.
 Adapun pembentukan Tim Evaluasi Teknis Pesetujuan Substansi
Raperda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta Rencana
Rincinya ditetapkan melalui Kepmen PU No. 425 Tahun 2009, yang
beranggotakan diantaranya Eselon II dari:
• Kemenko Perekonomian • Kementerian Kelauatan dan Perikanan
• Kemenko Polhukam • Kementerian Perhubungan
• Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN • Kementerian Pertanian
• Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan • Kementerian Hukum dan HAM
Rakyat • Kementerian EDSM
• Kementerian PPN/Bappenas • Kementerian Perindustrian
• Kementerian Dalam Negeri • Kementerian Luar Negeri
• Sekretariat Kabinet • Badan Informasi Geospatial
• Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pelimpahan Kewenangan Persub 17

RRTR Kabupaten/Kota..(1)
Kementerian PPN/Bappenas

o Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UU No. 26 tahun 2007 tentang


Penataan Ruang, penetapan Raperda tentang RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan Kota beserta Rencana Rincinya dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan substansi dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
o Berdasarkan Pasal 58 ayat (2), Pasal 62 ayat (2), Pasal 68 ayat 2), dan
Pasal 76 ayat (2) PP No.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, pemberian persetujuan substansi rencana rinci
tata ruang dapat didekonsentrasikan kepada Gubernur.
o Mekanisme pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan substansi
dalam penetapan rancangan peraturan daerah tentang rencana rinci
tata ruang kabupaten/kota dari Menteri PU kepada Gubernur telah
diatur dalam Permen PU No.: 01/PRT/M/2013.
Pelimpahan Kewenangan Persub 18

RRTR Kabupaten/Kota..(2)
Kementerian PPN/Bappenas

Kriteria Pelimpahan Kewenangan Persub RRTR Kab/Kota


Sesuai dengan Permen PU No. 1/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan
Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota, kriteria yang harus dipenuhi oleh
provinsi untuk mendapatkan dekon persetujuan substansi RDTR meliputi:
1.telah menetapkan peraturan daerah tentang RTRW provinsi;
2.paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota yang berada di
wilayah provinsinya telah memiliki peraturan daerah tentang RTRW kabupaten/kota;
3.memiliki paling sedikit unit eselon III teknis yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang;
4.memiliki badan koordinasi penataan ruang daerah provinsi yang telah operasional
dan efektif sebagai wadah koordinasi lintas sektoral di bidang penataan ruang; dan
5.memiliki sumber daya manusia yang cukup, kompeten, dan responsif di bidang
penataan ruang, terutama pada dinas teknis yang membidangi urusan pemerintahan
bidang penataan ruang yang menjadi sekretariat pelaksana teknis pelayanan
pemberian substansi RRTR kabupaten/kota
Pelimpahan Kewenangan Persub
RRTR Kabupaten/Kota..(3) 19
Gubernur dapat
Mekanisme Pelimpahan Kewenangan: mengajukan
permohonan secara
paling lambat Juni minggu ke-2 atau tertulis kepada Menteri
setelah ditetapkannya Pagu melalui Dirjen
Sementara – untuk tahun anggaran
berikutnya
Gubernur tidak
memberi
jawaban =
paling lambat Juli tahun TIDAK
berjalan BERSEDIA

DAPAT DITARIK
KEMBALI melalui
ditetapkan Desember minggu pertama
Ketetapan
atau setelah ditetapkannya Perpres
Menteri
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah
Pusat
Pelimpahan Kewenangan Persub 20

RRTR Kabupaten/Kota..(4)
Kementerian PPN/Bappenas

Daftar Provinsi yang Telah Menerima Pelimpahan Kewenangan


Pemberian Persetujuan Substansi RRTR Kabupaten/Kota
No Provinsi SK Pelimpahan Dekon
1 Jawa Barat Kepmen PU No. 233/KPTS/M/2013
2 Jawa Tengah Kepmen PU No. 234/KPTS/M/2013
3 Jawa Timur Kepmen PU No. 235/KPTS/M/2013
4 Sulawesi Selatan Kepmen PU No. 236/KPTS/M/2013
5 Jambi Kepmen PU No. 224/KPTS/M/2014
6 Sumatera Barat Kepmen PU No. 225/KPTS/M/2014
7 Sulawesi Tengah Kepmen PU No. 264/KPTS/M/2014
8 DIY Kepmen PU No. 285/KPTS/M/2014
9 Gorontalo Kepmen PU No. 325/KPTS/M/2014
10 Lampung Kepmen PU No. 326/KPTS/M/2014
21

Kementerian PPN/Bappenas

Koordinasi Penataan Ruang


di Pusat dan Daerah
Koordinasi Penataan Ruang 22

Kementerian PPN/Bappenas

Untuk mencapai tujuan penataan ruang (aman, nyaman,


produktif, berkelanjutan) diperlukan lembaga yang
mempunyai peran yang sangat strategis dalam
koordinasi penataan ruang (perencanaan, pemanfaatan,
maupun pengendalian):
Kelembagaan Koordinasi 23

Penataan Ruang
Kementerian PPN/Bappenas

BKPRN BKPRD
• Menyiapkan kebijakan  Wadah koordinasi penataan ruang di daerah
penataan ruang nasional  Menjamin terselenggaranya penataan ruang di daerah
• Pelaksanaan RTRWN secara  Menserasikan dan mensinergikan penyelenggaraan
terpadu penataan ruang nasional dengan daerah
• Penanganan dan penyelesaian BKPRD Provinsi BKPRD Kab/Kota
masalah tata ruang  Perencanaan pada  Perencanaan tata ruang
• Pemaduserasian tata ruang tingkat provinsi kab/kota
• Fasilitasi kerjasama penataan  Pemanfaatan ruang kab/kota
 Operasionalisasi
ruang antar provinsi (keterpaduan pelaksanaan
pemanfaatan lintas
pembangunan)
• Sinkronisasi rencana umum kabupaten dan
dan rencana rinci tata ruang pengelolaan kawasan  Mekanisme perizinan
strategis (nasional) (investasi)
• Peningkatan kapasitas
kelembagaan penataan ruang  Pengendalian dalam  Pengawasan (pemantauan &
bentuk pengawasan evaluasi)
dan penertiban  Penertiban (melalui sanksi)
pemanfaatan ruang
Sumber: Keppres 4/2009 tentang BKPRN; Permendagri 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang di Daerah
Mekanisme Koordinasi 24

Kementerian PPN/Bappenas
Penataan Ruang
LEMBAGA
OPERASIONAL PERENCANAAN PEMANFATAN PENGENDALIAN LEMBAGA
STRUKTURAL KOORDINASI

• Kebijakan Perwujudan Struktur • Arahan peraturan BKPRN


PEMERINTAH RTRW Nasional/ dan Pola Ruang sbg perangkat zonasi MASY
RTR Pulau/Kep/KSN operasional RTRWN di • Perizinan
Pulau/Kepulauan • Insentif &
• Kebijakan Pengemb. Kawasan: Disinsentif
- Kaw Strategis Nas • Sanksi
- Kebijakan Spasial Sektor al:
Sistranas, Pesisir & Pulau2 Kecil

GUBERNUR RTRW Provinsi • Strategi Perwujudan Struktur Lintas • Arahan peraturan BKPRD
RTR Kaw Strategis Kab/Kota zonasi Provinsi
Provinsi • Arah Pengembangan Wilayah/ • Perizinan MASY
Kawasan lintas Kab/Kota • Insentif &
• Pelaksanaan indikasi program Disinsentif
pembangunan sektor lintas • Sanksi
Kab/Kota

BUPATI/ RTRW Kabupaten • Pembangunan Infrastruktur • Pengaturan zonasi BKPRD


WALIKOTA RTRW Kota • Pembangunan Kawasan • Perizinan Kab/Kota
RTRW Kaw. • Rencana Program Sektor • Insentif & MASY
Strategis Kab/Kota Disinsentif
• Sanksi
Rencana Rinci Tata
Ruang

SISTEM INFORMASI
Hubungan Kerja BKPRN-BKPRD
25

Kementerian PPN/Bappenas

Aspek BKPRN BKPRD Hubungan Kerja

Karena bersifat ad-hoc maka kekuatan hukum


Keppres Permendagri
Dasar Hukum rekomendasi BKPRN dalam penanganan konflik belum
4/2009 50/2009
cukup kuat sebagai dasar pelaksanaan di lapangan.

• Kurangnya sinergi antar K/L dan Anggota BKPRN,


karena belum adanya acuan kerja yang jelas;
Tugas dan Provinsi dan • Kurangnya koordinasi antara BKPRN-BKPRD provinsi
Nasional
Fungsi Kab/Kota dan BKPRD provinsi- BKPRD kab./kota;
• Perlunya penegasan fungsi dan hubungan antara
BKPRN dan BKPRD sehingga perlu disusun SOP

Kementrian SKPD
Struktur Masih sering bersifat sektoral bukan bergerak/berjalan
/Badan/ Provinsi/
Organisasi atas nama satu kelembagaan BKPRN/BKPRD
Wasekab Kab/Kota
Perencanaan, Belum adanya mekanisme baku yang mengatur hubungan
pemanfaatan Internal Internal kerja antara BKPRN dengan BKPRD, sehingga
dan BKPRN BKPRD perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pengendalian pemanfaatan ruang masih belum optimal.
Forum Rakernas Rakerda Masih kurangnya realisasi dan implementasi (tindak lanjut)
Koordinasi BKPRN BKPRD dari hasil keputusan Rakernas/Rakerda.
26

Kementerian PPN/Bappenas

Status Penyelesaian RTR


(per 25 September 2015)
7 Provinsi
RTRW PROVINSI 27

• Total: 34 Provinsi
• Per 25 September 2015 RTRW Provinsi
yang Sudah ditetapkan: 27 RTRW
27 Provinsi Provinsi

NO. PROVINSI PERDA NO. PROVINSI PERDA


1 Bengkulu No. 2 Tahun 2012 15 Jambi No.10 Tahun 2013
2 Lampung No. 1 Tahun 2010 16 Maluku No. 16 Tahun 2013
3 DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 17 Maluku Utara No. 2 Tahun 2013
4 Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 18 Papua Barat No.2 Tahun 2013
5 Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 19 Sulawesi Tengah No. 8 Tahun 2013
6 D.I Yogyakarta No. 2 Tahun 2010 20 Aceh No. 19 Tahun 2013
7 Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 21 Papua No. 23 Tahun 2013
8 Banten No. 2 Tahun 2011 22 Sulawesi Barat No.1 Tahun 2014
9 Bali No. 16 Tahun 2009 23 Kep. Bangka Belitung No. 2 Tahun 2014
10 Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010 24 Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2014
11 Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011 25 Sulawesi Tenggara No. 2 Tahun 2014
12 Sulawesi Selatan No. 9 Tahun 2009 26 Kalimantan Barat No. 10 Tahun 2014
13 Gorontalo No. 4 Tahun 2011 27 Kalimantan Tengah No. 5 Tahun 2015
14 Sumatera Barat No.13 Tahun 2012 TOTAL PROVINSI: 27 PROVINSI
28

68 Kabupaten
• Total: 415 Kabupaten
• Per 25 September 2015, RTRW Kab.
yang Sudah ditetapkan: 347 RTRW
Kab

347 Kabupaten
RTRW KOTA 29

6 Kota • Total : 93 Kota


• Per 25 September 2015, RTRW
Kota yang Sudah ditetapkan: 87
RTRW Kota

87 Kota
30

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

TERIMA KASIH
Situs BKPRN: www.bkprn.org
Situs TRP: www.trp.or.id
Portal TRP:
www.tataruangpertanahan.com
Pustaka virtual TRP:
www.scribd.com/Tata Ruang dan
Pertanahan
Milis TRP:
http://groups.google.com/d/forum/tata-
ruang-dan pertanahan
Portal Geospasial: portal.ina-sdi.or.id

Anda mungkin juga menyukai