Anda di halaman 1dari 50

PROSES TEKNIS DAN POLITIS

PERENCANAAN KOTA

RM PETRUS NATALIVAN INDRADJATI

PRODUK DAN PROSES Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
29 September 2021
MATERI:
1. Implikasi UU 11/2020
2. Pola Ruang: Kedudukan, Klasifikasi
3. Proses perumusan Pola Ruang
4. Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Peraturan
Perundangan
5. Diskusi: Persoalan-Persoalan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
1. IMPLIKASI UU 11/2020
No. Pokok Perubahan dalam UU 26/2007
1. Perubahan Nomenklatur Izin Pemanfaatan Ruang menjadi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
2. Penghapusan RTR KS Provinsi dan ditetapkan sebagai muatan RTRW Provinsi dan tidak menjadi RTR tersendiri.
3. Penghapusan RTR KS Kab/Kota dan ditetapkan sebagai muatan RTRW Kab/Kota dan tidak menjadi RTR
tersendiri.
4. Perubahan Nomenklatur Pemerintah menjadi Pemerintah Pusat
5. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
6. Penambahan Bentuk Pembinaan Penataan Ruang
7. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan KLHS
8. Proses penyusunan dan Penetapan RTRW termasuk proses persetujuan substansi
9. Proses penyusunan dan Penetapan RDTR termasuk proses persetujuan substansi
10. Penyelesaian ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata ruang dengan kawasan hutan, izin dan/atau hak
atas tanah
11. Penghapusan Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan yang Mencakup 2 (Dua) atau Lebih Wilayah Kabupaten/Kota pada Satu atau Lebih Wilayah
Provinsi
12. Penghapusan Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaaan, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perdesaan yang Merupakan Bagian Wilayah Kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perdesaan yang Mencakup 2 (Dua) atau Lebih Wilayah Kabupaten pada Satu atau Lebih Wilayah Provinsi,
Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan
13. Penambahan ketentuan pada Kriteria dan usulan baru pada Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
14. Penghapusan pengaturan zonasi dari pengendalian pemanfaatan ruang (Arahan Peraturan Zonasi Sistem
Nasional, Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi, dan Peraturan Zonasi pada wilayah Kabupaten/Kota)
15. Ketentuan Sanksi
16. Ketentuan pengawasan penataan ruang
Dimungkinkan dengan Peraturan Perundangan
Perkada dan Permen terkait Penataan Ruang
Implikasi UU Cipta Kerja Peraturan Perundangan
terkait Pertanahan
Tingkat Rencana Umum Penetapan Rencana Rinci Penetapan

Nasional RTRWN Peraturan RTRW Peraturan Peraturan Perundangan


Pemerintah Pulau/Kepulauan Presiden terkait Perumahan dan
RTR Kawasan Kawasan Permukiman
Strategis Nasional
Provinsi RTRWP Perda Provinsi RTR Kaw. Strategis Perda Provinsi Peraturan Perundangan
Provinsi terkait Bangunan Gedung
Kabupaten RTRW Kab Perda RDTR Kabupaten Perda
Kabupaten RTR Kawasan Kabupaten Peraturan Perundangan
Strategis Kabupaten terkait Perhubungan
Kota RTRW Kota Perda Kota RDTR Kota Perda Kota
RTR Kawasan Peraturan Perundangan
Strategis Kota
terkait Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

Peraturan Perundangan
Rencana Umum Rencana Rinci
terkait Ke-PU-an
Catatan: Dalam UU Cipta Kerja, Kawasan Strategis Provinsi, Kabupaten/Kota tidak Peraturan Perundangan
ditindaklanjuti dengan penyusunan RTR. Materi Kawasan Strategis sudah diatur dalam terkait Lainnnya
Rencana Umumnya. RDTR penetapannya oleh kepala Daerah
Implikasi UU Cipta Kerja

Integrasi tata ruang darat dan laut


(serta udara):
• UU Cipta Kerja mengintegrasikan rencana
tata ruang dan rencana zonasi agar
pengelolaan darat dan laut terpadu dan
terintegrasi. Tidak ada pemisah antara
Rencana Tata Ruang dan Wilayah dengan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP3K). Ketentuan dalam
pasal 17 UU CK, juga menyetop tumpang
tindih penataan ruang di darat dan laut
mulai dari struktur dan pola.
• Muatan RTR yang mencakup ruang laut,
akan disusun secara sinergis dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan.
• Muatan RTR yang mencakup ruang udara
disusun secara sinergis dengan instansi
pemerintah yang menyelenggarakan
urusan pengelolaan ruang udara.
2. POLA RUANG: KEDUDUKAN, KLASIFIKASI
KRITERIA RENCANA YANG
Interpretasi/identifikasi/transformasi rencana → program PROSPEKTIF DAPAT
Kejelasan obyek program: nama, dimana, volume dsb) DILAKSANAKAN (TEORITIS):
1. Ideally justified
2. Technically Possible
PERWUJUDAN 3. Legally Permissible
Perumusan ‘Substansi’ Indikasi Program 4. Economically feasible
RENCANA TATA 5. Financially feasible
RTRW Prov, Kab/Kota Pemanfaatan Ruang RUANG 6. Environmentally
sustainable/sound
• Tujuan, kebijakan dan 7. Politically and Socially
Acceptable
strategi,
rencana/pembangunan, legal

8. Administratively operable
Integrasi, keterpaduan dok

• Rencana struktur (Authority, competence,


Perhitungan commitment, supporting
• Rencana Pola Ruang Besaran Biaya
Besaran Anggaran facilities
• Penetapan Kawasan
Strategis Skala prioritas/tahapan Problem dan tingkat urgenitas
• Ketentuan Umum PZ
Instansi Pelaksana

Pertimbangan teknis, fisik, sosial KAPASITAS Alternatif Pembiayaan PELUANG KOLABORASI


ekonomi, rencana lain terkait dll PEMERINTAH DAERAH non konvensional KAPASITAS/PERILAKU
(kelembagaan/tata kelola dan LINGKUNGAN STRATEGIS-
keuangan pemerintah daerah) Inovasi pembiayaan KELEMBAGAAN NON
untuk perwujudan PEMERINTAH
rencana tata ruang (mis, (kesediaan keterlibatan Swasta,
Masyarakat diuntungkan/ bonusi zoning, fiscal Masyarakat)
mendapat manfaat zoning, TDR, dll)
DAMPAK FISKAL KARAKTERISTIK PROGRAM
(keuangan pemerintah daerah) (public goods, private goods,
Masyarakat dirugikan, konflik dll Apa cukup data dan Analisa clubs goods, semi public
Internalisasi dampak/ekternalitas goods)
aktor diluar pemerintah?
Muatan Rencana Tata Ruang

RTRW Nasional PENETAPAN lindung dan budidaya, NORMA,


1: 1.000.000 (20 Tahun) KRITERIA, PEDOMAN dan PENGENDALIAN PR

ARAHAN PENGELOLAAN lindung dan


RTRW Provinsi
budidaya, ARAHAN PENGEMBANGAN, tata
1: 250.000 (20 Tahun)
guna lahan
Skal peta
RTRW Kabupaten merepresendasikan
1: 50.000 (20 Tahun) PENGELOLAAN lindung dan budidaya, tingkat kedalaman data
RTRW Kota ARAHAN PENGEMBANGAN, tata guna lahan dan informasi serta
1: 25.000 (20 tahun)
muatan rencana tata
ruang
ZONASI/Blok alokasi Pemanfaatan ruang,
RDTR
Struktur, sistem prasarana, PERSYARATAN
SKALA PETA yang 1: 5.000 (20 Tahun)
TEKNIS PEMANFAATAN RUANG
dipergunakan
DISESUAIKAN Rencana tapak/tata letak, program
bangunan dan lingkungan, tata bangunan,
dengan TINGKAT RTBL
prasarana dan sarana lingkungan, program
1: 1.000
KEDALAMAN investasi, arahan pengendalian dan
pelaksanaan
MATERI tiap rencana
tata ruang
POLA RUANG adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
(PP 21 Tahun 2021 Pasal 1 poin 4).
KLASIFIKASI POLA RUANG BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN BASIS DATA DAN PENYAJIAN
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA, SERTA PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG
KABUPATEN/KOTA

Klasifikasi Pola Ruang RTRW


Provinsi 1: 250.000
Klasifikasi Pola Ruang RTRW Kabupaten 1: 50.000
Klasifikasi Pola Ruang RTRW Kota 1: 25.000
Klasifikasi Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang
→ Lihat {ermen ATR 14/2021: Lebih rinci dan
lebih detail dari pola ruang RTRW
Kabupaten/Kota
3. PROSES PERUMUSAN RENCANA POLA RUANG

Bagaimana mengalokasikan
PERUNTUKAN (POLA RUANG) pada
suatu wilayah atau kawasan?

- Pendekatan design (Spidologi? Politik?)


- Ditentukan berdasarkan kriteria tertentu
sebagai dasar analisis untuk menentukan
jenis pola ruang yang kompatibel.

RISIKO
CONTOH KOMPATIBILITAS = KESESUAIAN
Satuan Kemampuan Lahan
SKL Morfologi SKL Kemudahan Dikerjakan SKL Kestabilan Lereng SKL Kestabilan Pondasi

Didominasi kemampuan lahan dari Didominasi SKL Kemudahan Didominasi kestabilan lereng kurang Didominasi kestabilan pondasi kurang
morfoogi kurang (37,62%) di bagian Dikerjakan kurang (45,14%) di (50,08%) di daerah pegunungan dan (72,47%) di bagian tengah dan timur
tengah dan selatan selatan dan KBU perbukitan

SKL Ketersediaan Air SKL Drainase SKL Erosi SKL Pembuangan Limbah SKL Terhadap Bencana

Didominasi ketersediaan air rendah Didominasi SKL Drainase Tinggi Didominasi SKL Erosi sedang Didominasi SKL Pembuangan Didominasi SKL Potensi Bencana
(43,22%) (43,3%) di daerah (31,98%) di bagian utara dan selatan Limbah kurang (43,3%) di bagian Alam Cukup (45%), bagian selatan
pegunungan/perbukitan utara dan selatan dan utara kabupaten didominasi
bencana alam tinggi (30%)
CONTOH KOMPATIBILITAS = KESESUAIAN
Kemampuan Lahan
Kelas Klasifikasi Luas (Ha) Persentase
Kemampuan Pengembangan
A 54.521,56 31,3%
Sangat Rendah
Kemampuan Pengembangan
B 30.329,19 17,4%
Rendah
Kemampuan Pengembangan
C 27.530,64 15,8%
Sedang
Kemampuan Pengembangan
D 56.014,51 32,1%
Agak Tinggi
Kemampuan Pengembangan
E 5.946,13 3,4%
Sangat Tinggi
Total 174.342,03 100%

Kompatibilitas peruntukan/pola ruang dengan Fisik


Lingkungan
Apakah peta
kesesuaian lahan ini
langsung
ditranformasikan
dalam bentuk rencana
pola ruang?
Garis Besar Proses Teknis Penyusunan Pemanfaatan Ruang
- Tutupan lahan
- Kebijakan/rencana nasional,
Data Fisik Kawasan: - Jenis pemanfaatan ruang - Data sosial demografi
provinsi, kota/kab.
- Letak geografis - Dampak pemanfaatan ruang, - Data ketersediaan,
- Lahan negara, pemerintah daerah
- Geologi, topografi, konflik pemanfaatan ruang kondisi dan sebaran
- Rencana sektoral
jenis tanah - Jumlah, kondisi dan sebaran fasum, fasos
- Kemampuan keuangan di bidagg TR
- Kebencanaan, prasarana dan utilitas - Peran dan fungsi
- Kemampuan SDM daerah
klimatologi, - Isu strategis, obyek khusus kota/kab termasuk
hidrologi, dll kawasan perencanaan peran dan fungsu BWP
RTRW
- Perizinan Rencana Tata Ruang
PERAN PEMERINTAH

Analisis Fisik (jenis tanah, STATUS LAHAN/TANAH, Pertahanan


Kondisi Pemanfaatan Ruang Kebutuhan Fasum-fassos,
Geologi, Topograsi, Rawan keamanan, kebijakan, Kemampuan dan
Saat ini di Lapangan Perumahan, Perdagangan dll
Bencana dll) Kapasistas SD pemerintah daerah, dll

Peta Kesesuaian Lahan

Arahan Kebijakan
Pemanfaatan Ruang/Pola
Ruang

RENCANA STRUKTUR DAN


POLA RUANG 19
PERTIMBANGAN
GUNA LAHAN
EKSISTING
Guna lahan Eksisting vs
Kemampuan Lahan
PERTIMBANGAN STRUKTUR RUANG
Review Teori Klasik Pertumbuhan Kota
Concentric Zone Model:
The Burgess Urban Land Use Model (1925) Axial development theory

Sector zone model (Hoyt 1939)


Multiple-nuclei model (Harris and Ullman 1945)
STRUKTUR RUANG

Struktur ruang pada dasarnya terdiri KEGIATAN FUNGSIONAL


dari 3 unsur pokok, yaitu:
• Bersifat node/simpul
• Alokasi kegiatan fungsional utama:
• fungsi-fungsi primer (regional) • Terdiri dari Fungsi Primer (FP) dan
• Fungsi-fungsi sekunder (lokal) Fungsi Sekunder (FS) yang bergantung
• Sistem jaringan jalan dan prasarana yang pada delineasi wilayah/daerah.
berjenjang,
• Fungsi Primer =
• mengacu pada UU No. 38/2004 tentang
Jalan dan PP No. 34/2006 tentang Jalan, • fungsi yang melayani wilayah lebih luas
• jaringan prasarana utama lainnya dari wilayahnya sendiri, atau batas
• Rumusan jenjang, fasilitas, dan alokasi administratif daerah (basic economy)
pusat-pusat layanan dan delineasi • Fungsi Sekunder =
wilayah-wilayah yang dilayaninya • fungsi yang melayani wilayahnya sendiri,
• Kawasan strategis: nasional, provinsi, atau dalam batas administratif daerah
kabupaten/kota (non-basic economy) 25
Klasifikasi Kegiatan Fungsional

Fungsi
Primer Sekunder
• Pelabuhan Utama Primer • Kegiatan Skala Kota (pusat
• Bandara primer perdagangan, pemerintahan, dll)
Pertama (I) • Terminal tipe A • Terminal tipe C
• Industri nasional
• Pelabuhan Utama Sekunder • Kegiatan Skala BWK
• Bandar Sekunder (perdagangan pada subpusat
Kedua (II) • Terminal tipe B kota, dll)
• Industri wilayah
• Perdagangan grosir/Ps. Induk
• Pelabuhan Utama Tersier, pengumpan regional & • Kegiatan < skala BWK (skala
lokal kecamatan, kelurahan,dll)
• Bandara tersier, bandara bukan pusat
Ketiga (III) penyebaran
• Terminal tipe C
• Industri lokal
26
Klasifikasi Peran Jalan
Fungsi Sistem Jalan
Jalan Primer Sekunder
Arteri Arteri Primer Arteri Sekunder

Kolektor Kolektor Primer Kolektor Sekunder

Lokal Lokal Primer Lokal Sekunder

Lingkungan Lingkungan

27
Unsur-unsur Struktur Ruang

UU No. 26/2007
menambahkan Kawasan
Strategis dlm struktur
ruang:
- KS Nasional
28
PKN Arteri Primer PKN Arteri Sekunder
FS-I FS-I
FP-I FP-I

PKW Kolektor Primer PKW Kolektor Sekunder


FS-II FS-II
FP-II FP-II

Lokal Primer

Lokal Sekunder
PKL Lokal Primer PKL Lokal Sekunder
FS-III FS-III
FP-III FP-III

Persil Persil

29
Teori Lokasi (ekonomi): Perilaku, pola
Individu dan agregat Analisis HBU
Aspek Ekonomi Lahan
Penilaian Aset

Prosses Merencanakan
Guna Lahan
Rencana Guna Lahan Proses Pemanfaatan ruang

Termasuk Ketentuan Jenis ‘kegiatan’ apa yang


Pemanfaatan Ruang paling tepat?
(intensitas dll)

Struktur ruang pada dasarnya terdiri dari 3 unsur


pokok, yaitu:
1. Alokasi kegiatan fungsional utama (fungsi-
fungsi primer (regional); fungsi-fungsi
sekunder (lokal))
2. Sistem jaringan jalan dan prasarana yang
berjenjang (mengacu pada UU No. 38/2004
tentang Jalan dan PP No. 34/2006 tentang
Jalan, jaringan prasarana utama lainnya)
3. Pusat-pusat kegiatan dan rumusan jenjang,
fasilitas, dan alokasi pusat-pusat layanan dan
delineasi wilayah-wilayah yang dilayaninya

Skala Kota
PPK = Pusat Pelayanan Kota Skala Lingkungan
SPPK = Sub Pusat Pelayanan Kota

PL = Pusat Lingkungan

Skala Regional
PERTIMBANGAN PERILAKU: PENGGUNAAN LAHAN TERBAIK

Highest And Best Uses Analysis (HBU): Analisis terhadap kegunaaan terbaik dan tertinggi dari suatu
sebuah konsep dalam bidang manajemen bidang tanah kosong (vacant land) ataupun tanah yang dianggap
aset real property, baik dalam hal kosong (land as vacant)
optimalisasi aset maupun penilaian aset.

1. analisis kelayakan secara fisik (physically feasible),


2. analisis kelayakan secara peraturan (legally permissible),
3. analisis kelayakan secara keuangan (financially feasible), dan
4. analisis produktivitas yang maksimal (maximally productive)

Properti dikatakan telah memenuhi kriteria HBU bilamana secara


fisik dimungkinkan, diijinkan secara peraturan, layak secara
finansial, dan dapat memberikan hasil yang paling maksimal.

Sumber: Suprapno, S.E,M.Si., dalam https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2305/Pemahaman-Sederhana-Konsep-Highest-And-Best-Uses-Analysis.html


PERTIMBANGAN SIFAT
DAN KARAKTERISTIK
JENIS POLA RUANG
IMPLIKASI
RENCANA POLA
RUANG → RISIKO

Rencana Pola Ruang vs


Kemampuan Lahan
Rencana Pola Ruang vs
Guna Lahan Tahun
2020
4. PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
BERDASARKAN PERATURAN
PROSES TEKNIS
1 PERSIAPAN
Penyusunan RTRW Kota
PENGUMPULAN DATA DAN
2
INFORMASI

3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA

Acuan:
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN
5
No.11 Tahun 2021 tentang Pedoman RAPERDA
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota
PROSES TEKNIS 1. TAHAP PERSIAPAN
Penyusunan RTRW Kota
Kegiatan persiapan meliputi:
1. Pembentukan tim penyusun
1 PERSIAPAN
2. Kajian awal data sekunder
3. Persiapan teknis pelaksanaan
4. Pemberitaan kepada publik
2 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Hasil:
1. SK Tim Penyusun
2. Gambaran umum wilayah
3. Kesesuaian produk RTRW sebelumnya
4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA
4. Hasil kajian awal
5. Metodologi pendekatan
6. Rencana kerja
5 PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA 7. Perangkan survei data primer& sekunder

Keterlibatan masyarakat: pasif


(menerima informasi penataan ruang)
PROSES TEKNIS 2. PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
Penyusunan RTRW Kota
Metode Pengumpulan Data:
1. Primer (Wawancara, Penyebaran Angket,
1 PERSIAPAN
Kuesioner, Survey Lapangan)
2. Sekunder (Stufi Literatur, Peta)
2 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

1. Data Primer (Aspirasi masyarakat, kondisi


3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
fisik social dan ekonomi wilayah
2. Data Sekunder (peta dasar, peta tematik,
data dan informasi)
4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA

Kompilasi Data
5 PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA
KETERLIBATAN MASYARAKAT
• Permintaan data dan informasi perorangan /
wilayah
• Masukan, aspirasi, opini usulan rencana
• Penjaringan informasi terkait potensi dan masalah
PROSES TEKNIS 3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Penyusunan RTRW Kota KEGIATAN


• Analisis kebijakan spasial dan sectoral
• Analisis kedudukan &peran kota dalam wilayah lebih luas
1 PERSIAPAN • Analisis fisik wilayah
• Analisis sosial dan kependudukan
• Analisis ekonomi wilayah
2 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI • Analisis ketersediaan dan kebutuhan sarpras
• Analisis kepenilihan dan penguasaan tanah
• Analisis bentuk dan struktur kota (arah pengembangan)
• Analisis Lingkungan hidup
3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA • Analisis pengurangan risiko bencana
• Analisis kemapuangan keuangan

HASIL
4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA Isu strategis pengembangan wilayah kota
Potensi dan masalah
Peluang dan tantangan
Bentuk pola dan kecenderungan pengembangan
5 PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA Perkiraan kebutuhan pengembangan
Daya dukung dan daya tampung ruang
Hasl rekomendasi kesesuain lahan

Buku Fakta dan Analisis


4
4. PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA
PROSES TEKNIS
Penyusunan RTRW Kota Penyusunan Konsep
Rencana
Rencana

1 PERSIAPAN Tujuan, Kebijakan dan


Penyusunan alternative Strategi Penataan Ruang
konsep rencana: (a) Rencana Struktur dan
Rumusan tujuan, kebijakan Pola Ruang
2 PENGUMPULAN DATA DAN INDORMASI dan strategi pengembangan Penetapan Kawasan
wilayah; dan (b) Konsep Strategis
pengembangan wilayah Arahan Pemanfaatan
Ruang
3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Arahan pengendalian
pemanfaatan ruang Penyusunan konsep RTRW
Kota melibatkan masyarakat
Pemilihan konsep rencana
secara aktif dan bersifat
4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA dialogis/komunikasi dua arah
Buku Materi Teknis:
Perumusan Rencana (a) alternatif konsep; (b)
terpilih menjadi muatan rencana dan (c)album
5 PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA RTRW Kota peta

Masyarakat terlibat aktif dalam bentuk dialogis/


komunikasi 2 arah melalui konsultasi public, workshop,
FGD. Minimal dilakukan 2 kali
PROSES TEKNIS 5. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN
RAPERDA RTRW KOTA
Penyusunan RTRW Kota
Dasar hukum prosedur
• Penyusunan naskah akademik Raperda penetapan RTRW Kota:
1 PERSIAPAN tentang RTRW Kota 1. UU 32/2004 tentang
• Penyusunan Raperda tentang RTRW Kota Pemerintahan daerah (pasal
189)
2. UU 26/2007 Penataan
2 PENGUMPULAN DATA DAN INDORMASI
Ruang (pasal 18)
Pembahasan muatan Raperda 3. PP 38/2007 Pembagian
tentang RTRW Kota Urusan Pemerintahan
3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA antara Pemerintah,
Pemerintahan Provinsi, dan
Pemerintahan
Hasil: Kabupaten/Kota
4 PENYUSUNAN KONSEP RTRW KOTA 1. Naskah akademik Raperda 4. PP 21/2021 tentang
2. Raperda Penyelenggaraan Penataan
3. Berita acara pembahasan Ruang (pasal 30 dan 37)

5 PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN RAPERDA

Pengajuan usulan, keberatan dan sanggahan


masyarakat terhadap konsep dan Raperda
RTRW Kota
Sumber: Kementerian ATR.
Sumber: Kementerian ATR.
Sumber: Kementerian ATR.
Sumber: Kementerian ATR.
Sumber: Kementerian ATR.
Sumber: Kementerian ATR.
5. DISKUSI: PERSOALAN-PERSOALAN DALAM PENYUSUNAN RTR
Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang
Pendekatan teknis, normatif/ DISKUSI:
Proses Teknis
legal, koordinatif 1. Kasus Megaproject
di Indonesia
Seringkali proses 2. Kasus Kemudahan
Proses teknis yang ‘cenderung
Pendekatan Aspiratif investasi (UU Cipta
Partisipatif
ideal/bebas nilai’
tereduksi dan kerja)
terdegradasi oleh 3. Pilkada dan
Proses Legislasi Pendekatan Politis proses lainnya rencana tata ruang
Persyaratan: (partisipatif, politis). 4. Perangkat-
• Rekomendasi BIG perangkat
• Validasi KLHS penunjang RTR
• Persetujuan Substansi
5. Dll.

Perubahan pada proses partisipatif dan politis TIDAK DIKUTI dengan penyesuaian materi
teknis untuk mengintenalisaskan dampak perubahan-perbahan substansi
Bandung, 29 September 2021

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai