Anda di halaman 1dari 13

PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MENUJU

PROGRAM PEMERINTAH “KOTAKU”(KOTA TANPA KUMUH)


(LOKASI STUDI : KAMPUNG LIO, KOTA DEPOK)

Deni Irawan1); Ichwan Arief 2); Jhanty Trilusianthy Hidajat 3).


Abstrak
Berdasarkan target RPJMP 2015 – 2019 bahwa kegiatan permukiman di Indonesia mempunyai target
akses 100 - 0 - 100, yaitu penduduk Indonesia dapat mengakses 100% air bersih, 0% kawasan kumuh
dan 100% akses terhadap sanitasi yang layak. Pemerintah pusat melalui Dirjen Cipta Karya
Kementrian PUPR membuat beberapa program yang terkait dengan kawasan kumuh, salah satunya
yaitu Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai permukiman
kumuh dalam SK Walikota adalah kawasan Kampung Lio . Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
bertujuan untuk : (1). Mengidentifikasi kawasan permukiman kumuh kampung lio dari kondisi fisik,
non fisik dan legalitas lahan, (2). Melakukan penilaian tingkat kekumuhan serta (3). Membuat rencana
penanganan permukiman kumuh. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a).
Metode analisis permasalahan kekumuhan menggunakan Permen PUPR, (b). Metode Analisis
Penilaian kekumuhan berdasarkan Permen PUPR serta, (c). Rencana penanganan kawasan
permukiman kumuh kampung lio berdasarkan analisis dan studi literatur. Hasil analisis yang didapat
bahwa RW 13 memiliki kategori kumuh berat dengan pertimbangan lain tinggi dan status legalitas
lahan sebagian tidak legal, pola penanganannya adalah peremajaan dan permukiman kembali,
sedangkan RW 20 memiliki kategori kumuh sedang dengan pertimbangan lain tinggi dan legalitas
lahan sebagian tidak legal, pola penanganannya sama yaitu peremajaan dan permukiman kembali
dengan konsep permukiman yang diusulkan adalah Rumah Susun Sederhana untuk RW 13 dan
perbaikan kampung untuk RW 20.
Kata Kunci : KOTAKU, Kawasan Kumuh, Rumah Susun

I. PENDAHULUAN Kampung Lio terletak disebelah timur situ


1.1 Latar Belakang Rawa Besar di Kel. Depok Kec. Pancoran
Berdasarkan target RPJMP 2015 – 2019 Mas. Wilayah Kampung Lio meliputi 4 RW,
bahwa kegiatan permukiman di Indonesia yaitu RW 13, RW 14, RW 19, dan RW 20.
mempunyai target universal akses 100 - 0 - Berdasarkan hal tersebut maka penelitian
100, yaitu penduduk Indonesia dapat ini dibuat untuk mengetahui kondisi dan
mengakses 100% air bersih, 0% kawasan karakteristik permukiman kumuh yang ada di
kumuh dan 100% akses terhadap sanitasi yang kampung lio serta menemukan pola
layak. Salah satu komponennya adalah penanganan yang tepat untuk mengatasi
masalah kawasan kumuh. permasalahan permukiman kumuh Kota
Pada Tahun 2016 masih terdapat 35.291 Depok menuju Program Pemerintah
Ha permukiman kumuh perkotaan yang “KOTAKU” (Kota Tanpa Kumuh)
tersebar dihampir seluruh wilayah Indonesia
sesuai hasil perhitungan pengurangan luasan 1.2 Perumusan Masalah
permukiman kumuh perkotaan yang Berdasarkan permasalahan yang telah di
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta paparkan diatas serta pemikiran maka penulis
Karya. Kondisi tersebut diperkirakan akan dapat menentukan rumusan masalah yang
terus mengalami penambahan apabila tidak diantaranya adalah :
ada bentuk penanganan yang inovatif, 1. Bagaimana kondisi kawasan
menyeluruh dan tepat sasaran. permukiman kumuh perkotaan di
Adapun berdasarkan program KOTAKU wilayah studi kampung lio depok ?
(Kota Tanpa Kumuh) yang dilaksanakan 2. Bagaimana tingkat kekumuhan
secara nasional di 271 kabupaten/kota di 34 permukiman kampung lio depok?
Provinsi salah satunya merupakan Kota 3. Bagaimana rencana penanganan
Depok. Salah satu kawasan yang ditetapkan permukiman kumuh kampung lio
sebagai permukiman kumuh dalam SK depok?
Walikota adalah kawasan Kampung Lio.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah yang telah di paparkan maka tujuan yang
hendak di capai oleh penulis yaitu :
1. Identifikasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kampung Lio Depok
2. Identifikasi Penilaian Kawasan
Permukiman Kumuh Kampung lio Depok
3. Analisis Rencana Penanganan
Permukiman Kumuh Kampung Lio
Depok

1.4 Manfaat penelitian


Hasil dari penelitian yang dilakukan dapat
menjadi masukan serta arahan bagi Pemerintah
Kota Depok dan Akademisi dalam upaya
Merevitalisasi atau Peremajaan kembali kawasan Gambar 1 Peta Wilayah Studi
kumuh perkotaan yang ada di wilayah kampung
lio yang menjadi wajah serta cerminan kota b. Metode Pengumpulan Data
depok. 1. Data Primer
Potensi untuk dikembangkan guna a. Observasi
menciptakan permukiman yang nyaman, aman, Observasi merupakan salah satu metode
produktif dan bekelanjutan serta layak huni dan pengumpulan data dalam suatu penelitian
sehat untuk ditinggali oleh masyarakat guna dengan cara pengamatan secara langsung ke
terwujudnya program pemerintah KOTAKU lanpangan terhadap wilayah atau objek studi
(Kota Tanpa Kumuh) di Kota Depok dimulai dari yang diteliti agar mendapatkan data yang
Kampung Lio Kel.Depok Kec. Pancoran Mas. lebih akurat.
II. METODE PENELITIAN b. Kuisioner
2.1 Ruang lingkup Wilayah Kuisioner adalah teknik pengumpulan
Ruang lingkup wilayah penelitian dalam data yang dilakukan dengan cara seperangkat
kegiatan Penanganan Permukiman Kumuh pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
Perkotaan menuju Program Pemerintah responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
‘KOTAKU’ ini berlokasi di kelurahan Depok 2012). Dalam pembuatan kuesioner ini,
kecamatan Pancoran Mas. Adapun dalam hal ini diusahakan bahasa yang digunakan adalah
yang termasuk kedalam wilayah studi mencakup 2 bahasa yang mudah dipahami mengingat
RW yaitu RW 13 meliputi 8 RT dan RW 20 karakter dari setiap responden tidaklah sama.
meliputi 6 RT. Dengan luas wilayah sebesar 15,22
Ha dan unit bangunan berjumlah 1196 unit. Untuk c. Dokomentasi
lebih jelasnya mengenai pembagian kawasan Pengumpulan data dengan metode
dapat dilihat pada gambar 1. dokumentasi merupakan salah satu metode
yang menggunakan kamera sebagai alatnya.
a. Ruang Lingkup Materi Kamera ini dapat digunakan untuk mengambil
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dari gambar maupun video dari suatu objek yang
itu materi yang akan dibahas mengenai sedang di amati. Data yang didapatkan cukup
identifikasi Kawasan permukiman kumuh akurat karena metode ini menggambarkan
kampung lio dilihat dari kondisi fisik, non fisik kondisi eksisting yang lebih nyata.
dan legalitas lahan, selanjutnya materi yang akan
dibahas mengenai identifikasi penilaian tingkat d. Wawancara
kekumuhan kawasan permukiman kumuh Penelitian kali ini menggunakan metode
kampung lio, serta materi terakhir yang akan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur
dibahas pada penelitian ini adalah analisis rencana merupakan wawancara yang tersistematis di
penanganan permukiman kumuh, Kampung Lio. mana peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2


sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan Identifikasi kawasan permukiman kumuh
datanya (Sugiyono, 2012). Kampung Lio dilakukan dengan menganalisis
beberapa aspek infrastruktur permukiman dimana
e. Metode Sampeling pada masing-masing blok kawasan memiliki
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dan kondisi yang berbeda. Aspek
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang antara lain aspek fisik, non fisik dan legalitas
tersebut (Sugiyono, 2012). Sedangkan lahan mengacu pada Permen PUPR no 2 Tahun
sampeling adalah suatu teknik pengambilan 2016 dengan rincian sebagai berikut:
sampel pada penelitian yang sedang dilakukan.
Oleh karena keterbatasan waktu dan biaya
dalam melakukan penelitian survey dalam
studi ini, maka peneliti memilih metode
pengambilan sampel dengan menggunakan
pengambilan sampel acak sederhana (Simple
Random Sampling), karena metode tersebut
terbilang mudah dan cepat dalam melakukan
penelitian survey.

2. Metode Analisis Penilaian Kekumuhan


Keterangan :
Metode analisis penilaian ini mengacu pada
n = ukuran sampel
Permen PUPR no 2 Tahun 2016. Menindak lanjuti
N = ukuran populasi
hasil identifikasi kondisi eksisting di 9 indikator
e = Persen kelonggaran ketidak telitian
lalu dilakukan penilaian berdasarkan standar yang
Dengan menggunakan metode random telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya mengenai
sampling/ Sampel acak sederhana maka dari penilaian kekumuhan tersebut dapat dilihat pada
itu 100 questioner yang ada disebar secara Tabel 1.
acak kepada masyarakat di 2 RW yaitu RW 13 Tabel 1. Matrik Kriteria, Indikator dan
& RW 20 kampung lio, Kota Depok. Parameter Penilaian Kawasan Prioritas
Indika
No Aspek Kriteria Parameter Nilai
2. Data Sekunder tor
a. Studi Literatur A Identifikasi Kondisi Kekumuhan (fisik)
Studi literatur ini dikutip dari berbagai 1 Kondisi a. Ketidakteraturan - - -
buku, dokumen, skripsi, perundangan dan Banguna Bangunan
n Gedung
peraturan. Kegiatan studi literatur ini b. Tingkat - - -
Kepadatan
sangatlah penting untuk mendapatkan Bangunan
teori-teori yang berkaitan dengan tema
c. Ketidaksesuaian - - -
penelitian ini. dengan
persyaratan
teknis bangunan.
b. Survey Instansi 2 Kondisi a. Cakupan - - -
Pengumpulan data sekunder yang Jalan Pelayanan Jalan
dilakukan pada instansi terkait. Lingkung Lingkungan
an. b. Kualitas - - -
Permukaan Jalan
c. Metode Analisis Lingkungan
Metode analisis yang digunakan dalam 3 Kondisi a. Ketersediaan - - -
Penyedia Akses Aman Air
penanganan permukiman kumuh kampung lio an Air Minum
Depok sesuai dengan tujuan yang akan dicapai Minum b. Tidak - - -
adalah : Terpenuhinya
Kebutuhan Air
Minum
1. Metode Analisis Permasalahan Kekumuhan 4 Kondisi a. Ketidakmampua - - -
Metode analisis permasalahan kekumuhan ini Drainase n Mengalirkan
didasari pada kondisi infrastruktur kawasan serta Lingkung Limpasan Air
an b. Ketidaksediaan - - -
permasalahan yang ada. Drainase

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3


No Aspek Kriteria
Indika
Parameter Nilai
Karakterisitik yang dijadikan dasar perumusan
tor kriteria dan indikator kawasan prioritas adalah
c. Ketidakterhubu - - - dengan melihat tipologi dari masing-masing
ngan dengan
Sistem kawasan kumuh kampung lio yang telah
Drainase disampaikan pada pembahasan sebelumnya.
Perkotaan
d. Tidak - - -
Setelah dijabarkan mengenai karakteristik serta
Terpeliharanya tipologi dari kawasan permukiman kumuh
Drainase Kampung Lio, maka selanjutnya akan dirumuskan
e. Kualitas - - - mengenai kriteria dan indikator yang digunakan
Konstruksi
Drainase sebagai dasar analisis dan penilaian guna
5 Kondisi a. Sistem - - - mendapatkan kawasan permukiman prioritas
pengelola pengelolaan air dilihat dari bobot kawasan tersebut.
an air limbah tidak
limbah sesuai standar 3. Arahan Rencana Penanganan Permukiman
teknis
b. Prasarana dan - - - Kumuh Kampung Lio, Depok
sarana Merupakan tujuan akhir pada peniltian yang
pengelolaan air penulis buat yaitu mengenai arahan rencana serta
limbah tidak
sesuai dengan konsep penanganan yang tepat berdasarkan
persyaratan kondisi eksisting permukiman kumuh kampung
teknis
6 Kondisi a. Prasarana dan - - -
lio, Analisis penilaian kekumuhan yang dilakukan
pengelola sarana dan studi literatur yang ada pada pembahasan
an persampahan sebelumnya.
persampa tidak sesuai
han dengan a. Kebutuhan Penanganan Permukiman
persyaratan
teknis Kumuh Kampung Lio berdasarkan Analisis
b. Sistem - - - Rencana Kebutuhan penanganan permukiman
pengelolaan kumuh kampung lio Depok ini mengacu pada
persampahan
yang tidak analisis sebelumnya terkait kondisi kawasan
sesuai standar permukiman kumuh kampung lio di 2 RW yaitu
teknis RW 13 dan RW 20. Selain Itu juga pada
c. Tidak - - -
terpeliharanya pembahasan terkait penilaian tingkat kekumuhan
sarana dan dan skala prioritas kawasan menentukan
prasarana
pengelolaan
Kebutuhan penanganan pada masing-masing RW.
persampahan
d. Cakupan - - -
b. Konsep Penataan Fisik Permukiman
pelayanan Kumuh Kampung Lio
pengelolaan Konsep penanganan fisik kawasan
persampahan
tidak memadai permukiman kumuh untuk memenuhi tujuan
7 Kondisi a. Ketidaktersediaa - - - penelitian menuju Program Pemerintah KOTAKU
Proteksi n Prasarana yaitu :
Kebakara Proteksi
n Kebakaran a. Akses terhadap 100% Penyediaan Air
b. Ketidaktersediaa - - -
Minum,
n sarana proteksi b. 0% Kawasan Kumuh, dan
kebakaran c. Akses terhadap 100% Sanitasi yang
B Identifikasi Pertimbangan Lain Layak
8 Pertimba 1. Nilai Strategis - - -
ngan Lain Lokasi c. Rencana Pembangunan Permukiman
2. Kependudukan - - -
3. Kondisi Sosial, - - - Kumuh Kampung Lio, Depok
Ekonomi Dan Rencana pembangunan kawasan permukiman
Budaya kumuh Kampung Lio merupakan kegiatan untuk
C Identifikasi Legalitas Lahan
9 Legalitas 1. Kejelasan status - - - menurunkan rumusan konsep dan strategi
Lahan penguasaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
lahan kumuh ke dalam skenario pencapaian 0% kumuh
2. Kesesuaian - - -
RTRW dalam langkah-langkah strategis yang terbagi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan kedalam 3 rencana Pembangunan yaitu Jangka
Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 Pendek , Jangka Menengah dan Jangka Panjang

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4


dengan Pola Penanganan Peremajaan dan permukiman kumuh Kampung Lio khususnya di
Permukiman Kembali. wilayah RW 20.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kampung Lio
3.1.1 Identifikasi Kawasan Ppermukiman
Kumuh Kampung lio – RW 20
A. Identifikasi Kekumuhan (Fisik)
Kondisi bangunan gedung di wilayah RW 20
dilihat dari segi kepadatan bangunan yang
mencapai 74 unit/Ha dapat dikatakan bahwa
Gambar 4. Kondisi Penyediaan Air Minum RW
kepadatan bangunan di wilayah RW 20 adalah
20 Kawasan Permukiman Kumuh Kampung Lio
kepadatan sedang. Jika dilihat dari kualitas
Pada kawasan permukiman kumuh Kampung
bangunan dengan total persil bangunan sebanyak
Lio khususnya RW 20, cakupan drainase di
515 unit sekitar 491 unit bangunan dalam kondisi
kawasan tersebut sudah mencakup 75% kawasan
permanen, sedangkan 24 unit bangunan dalam
dengan panjang jaringan drainase mencapai
kondisi semi permanen dan temporer.
2.211,84 meter dengan pembuangan sebagian
besar menuju Situ/Danau dan sebagain menuju
sistem drainase kota.

Gambar 2. Kondisi Bangunan Gedung Wilayah


RW 20 Permukiman Kumuh Kampung Lio

Ketersediaan jaringan jalan lingkungan pada Gambar 5. Kondisi Jaringan Drainase RW 20


wilayah RW 20 sudah mencapai 2.722,13 meter Permukiman Kumuh Kampung Lio
dengan 2.663,13 meter kondisi jalan lingkungan
dalam kondisi baik dengan perkerasan aspal dan Pengelolaan air limbah di kawasan
rabat beton, sedangkan sisanya sepanjang 59 permukiman kumuh Kampung Lio khususnya di
meter jalan lingkungan dalam kondisi rusak, RW 20 sebanyak 240 unit rumah tangga/KK
berlubang dan tidak terpelihara. sudah memiliki sistem pengelolaan air limbah
yang baik berupa tangki septic-tank. dan sudah
terdapat 1 unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) skala lingkungan yang berada di RW 13.

Gambar 3. Kondisi Jaringan Jalan Lingkungan


RW 20 Permukiman Kumuh Kampung Lio

Penyediaan air minum di wilayah RW 20


kawasan permukiman kumuh Kampung Lio sudah Gambar 6. Kondisi MCK Umum dan
dapat diakses oleh seluruh masyarakat RW 20, Pembuangan limbah RW 20 Permukiman Kumuh
sejumlah 1.100 jiwa/masyarakat sudah memiliki Kampung Lio
sistem pengelolaan air minum yang memenuhi
Pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan
persyaratan teknis. Untuk penyediaan air dari
prasarana persampahan di RW 20 belum cukup
PDAM masih belum mencakup wilayah
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5
maksimal dilakukan oleh masyarakat dan Gambar 9. Kondisi Ruang Terbuka Hijau RW 20
pemerintah setempat, dan tersedia tong sampah Permukiman Kumuh Kampung Lio
milik individu yang disediakan swadaya oleh
masyarakat. B. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Non Fisik)
 Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah RW 20 kawasan
permukiman kumuh Kampung Lio yaitu 1.100
jiwa dengan jumlah kepala keluarga yaitu 240
KK. Jika dibandingkan dengan luas kawasan
permukiman RW 20, maka kepadatan
penduduknya yaitu 158 jiwa/Ha sehingga
dikategorikan sebagai kepadatan penduduk tinggi.
Gambar 7. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Mata pencaharian penduduk wilayah RW
Sementara RW 20 Permukiman Kumuh Kampung 20 kawasan permukiman kumuh Kampung Lio
Lio mulai dari pegawai pemerintah, wirausaha sampai
Proteksi kebakaran di wilayah RW 20 dengan buruh.
kawasan permukiman kumuh Kampung Lio dapat  Sosial, Ekonomi Dan Budaya
dilihat dari beberapa aspek, salah satunya yaitu Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang
ketersediaan pasokan air untuk penanganan dilihat pada kawasan permukiman kumuh
kebakaran yang dapat dikatakan sangat Kampung Lio khususnya di wilayah RW 20 yaitu
mencukupi karena dapat memanfaatkan air berupa potensi sosial yang dilihat dari tingkat
situ/danau sebagai sumber air untuk partisipasi masyarakat dalam mendukung
proteksi/penanganan kebakaran. pembangunan, potensi ekonomi.
Khusus untuk wilayah RW 20 kawasan
permukiman kumuh Kampung Lio, dukungan dan
partisipasi masyarakat terhadap pembangunan
permukiman sangat tinggi, hal tersebut dilihat dari
masyarakat yang sangat mengharapkan adanya
pembangunan untuk lingkungan wilayah secara
fisik dan non-fisik terlihat baik. Sedangkan
potensi budaya di wilayah RW 20 kawasan
permukiman kumuh Kampung Lio tidak dapat
Gambar 8. Kondisi Resiko dan Proteksi terlihat karena budaya yang ada sangat bervariasi
Kebakaran RW 20 Permukiman Kumuh Kampung sehingga tidak ada budaya lokal khusus yang
Lio menonjol.
Terkait dengan hak masyarakat untuk C. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Legalitas
menikmati ruang terbuka publik atau taman Lahan)
bermain yang berfungsi untuk tempat berkumpul Legalitas lahan di kawasan permukiman
sehingga mampu meningkatkan jiwa sosial kumuh Kampung Lio RW 20 dapat dikatakan 25
masyarakat pada suatu kawasan permukiman. % status lahan tidak jelas dan ilegal khususnya
termasuk pada wilayah RW 20 kawasan masyarakat yang tinggal di sempadan setu dengan
permukiman kumuh Kampung Lio yang memiliki status tanah masih AJB dan mayoritas Girik.
jumlah penduduk cukup tinggi. Sisanya masyarakat yang tinggal di RW 20
memiliki legalitas yang jelas dengan status tanah
sudah SHM.

3.1.2 Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh Kampung lio – RW 13
A. Identifikasi Kekumuhan (Fisik)
Kondisi bangunan gedung di wilayah RW
13 kawasan permukiman kumuh Kampung Lio
sangat bervariatif, dilihat dari segi kepadatan
bangunan yang mencapai 83 unit/Ha dapat

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6


dikatakan bahwa kepadatan bangunan di wilayah Gambar 12. Kondisi Penyediaan Air Minum RW
RW 13 adalah kepadatan sedang. Jika dilihat dari 13 Kawasan Permukiman Kumuh Kampung Lio
kualitas bangunan dari total jumlah persil
Drainase lingkungan sangat dibutuhkan
bangunan 687 unit sekitar 640 unit bangunan
dalam suatu kawasan permukiman, khususnya
dalam kondisi permanen, sedangkan 47 unit
permukiman padat, karena fungsi drainase yang
bangunan dalam kondisi semi permanen dan
sangat diperlukan dalam mencegah potensi
temporer.
terjadinya banjir atau genangan di kawasan
permukiman. Pada kawasan permukiman kumuh
Kampung Lio khususnya RW 13, cakupan
drainase di kawasan tersebut sudah mencakup
80% kawasan dengan panjang jaringan drainase
mencapai 2.313,49 meter dengan pembuangan
menuju siring dan sebagain menuju sistem
drainase kota.

Gambar 10. Kondisi Bangunan Gedung Wilayah

RW 13 Permukiman Kumuh Kampung


Lio Ketersediaan jaringan jalan lingkungan pada
wilayah RW 13 sudah mencapai 3.700,43 meter
dengan 3.560,43 meter kondisi jalan lingkungan
dalam kondisi baik dengan perkerasan aspal dan
rabat beton, sedangkan sisanya sepanjang 140 m Gambar 13. Kondisi Jaringan Drainase RW 13
jalan lingkungan dalam kondisi rusak, berlubang Permukiman Kumuh Kampung Lio
dan tidak terpelihara. Pengelolaan air limbah di kawasan
permukiman kumuh Kampung Lio khususnya di
RW 13 sebanyak 800 unit rumah tangga/KK
sudah memiliki sistem pengelolaan air limbah
yang baik berupa tangki septic-tank yang
langsung terhubung pada rumah atau bangunan
gedung dan sudah cukup menampung timbulan
limbah cair rumah tangga. Terdapat Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala lingkungan
namun belum bisa melayani keseluruhan di
kawasan RW 13.
Gambar 11. Kondisi Jaringan Jalan Lingkungan
RW 13 Permukiman Kumuh Kampung Lio
Sejumlah 1.800 jiwa/masyarakat sudah
memiliki sistem penyediaan air minum yang
memenuhi persyaratan teknis walaupun masih
memanfaatkan air tanah dengan sistem sumur bor
atau sumur timba. Penyediaan air dari PDAM
masih belum menjangkau wilayah permukiman
kumuh Kampung Lio khususnya di wilayah RW
13.
Gambar 14. Kondisi MCK dan Pengelolaan Air
Limbah RW 13 Permukiman Kumuh Kampung
Lio
B. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Non Fisik)
 Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah RW 13
kawasan permukiman kumuh Kampung Lio yaitu
1.800 jiwa dengan jumlah kepala keluarga yaitu
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7
800 KK. Jika dibandingkan dengan luas kawasan pola penanganan yaitu permukiman
permukiman RW 13, maka kepadatan kembali & Peremajaan;
penduduknya yaitu 218 jiwa/Ha sehingga 2. A2 merupakan lokasi kumuh sedang,
dikategorikan sebagai kepadatan penduduk tinggi. dengan pertimbangan lain tinggi dan status
lahan sebagian tidak legal dengan konsep
 Sosial, Ekonomi Dan Budaya atau pola penanganan yaitu permukiman
Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang kembali & Peremajaan.
dilihat pada kawasan permukiman kumuh
Kampung Lio khususnya di wilayah RW 13 yaitu Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 dan
berupa potensi sosial yang dilihat dari tingkat Permen PUPR No. 2 Tahun 2016 menjelaskan
partisipasi masyarakat dalam mendukung bahwa untuk tingkat kekumuhan berat dengan
pembangunan, potensi ekonomi yang dlihat dari pertimbangan lain tinggi dan status lahan sebagian
adanya kegiatan perdagangan dan jasa yang tidak legal, maka konsep/pola penanganan
menjadi mata pencaharian warga sekitar. kawasannya adalah permukiman kembali dan
peremajaan. Untuk tingkat kekumuhan sedang
C. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Legalitas dengan pertimbangan lain tinggi dan legalitas
Lahan) lahan sebagian tidak legal, konsep/pola
Legalitas lahan di kawasan permukiman penanganannya adalah sama yaitu permukiman
kumuh Kampung Lio dapat dikatakan 85% status kembali dan peremajaan. Adapun bagian
lahan jelas dan legal, terkecuali permukiman wilayah studi dengan pola penanganan
dengan status kontrak dan rumah dengan kondisi Permukiman kembali berada pada tipologi tepi air
temporer yang kemungkinan besar status legalitas atau sempadan setu sedangkan untuk pola
dan kepemilikan masih dipegang oleh beberapa penanganan peremajaan berada pada tipologi
orang saja serta masyarakat yang tinggal di dataran rendah dimasing-masing RW, dengan
sempadan setu. tipologi peremajaan di RW 13 termasuk
Gentrifikasi sedangkan RW 20 termasuk
a. Identifikasi Penilaian Kawasan Rehabilitasi.
Permukiman Kumuh
Dibahas mengenai Penilaian tingkat Berdasarkan klasifikasi di atas, maka dapat
kekumuhan kawasan perumahan dan permukiman ditentukan skala prioritas penanganan kawasan
kampung lio, Depok serta Penilaian skala perumahan kumuh dan permukiman kumuh
prioritas penanganan permukiman kumuh Kampung Lio Kota Depok adalah sebagai berikut
perkotaan kampung lio mengacu pada Permen :
PUPR No 02 Tahun 2016. Tabel 2
3.2.1 Penilaian Tingkat kekumuhan Kawasan Hasil Klasifikasi Penentuan Kawasan
Perumahan dan Permukiman Kampung Lio, Permukiman Kumuh Prioritas
Depok

Berdasarkan hasil penilaian didapat beberapa


Untuk melihat lebih jelas mengenai klasifikasi
klasifikasi perumahan kumuh dan permukiman
tingkat kekumuhan pada setiap RW berdasarkan
kumuh Kampung Lio Kota Depok yaitu :
hasil penilaian terhadap kompleksitas penanganan
1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan kawasan permukiman kumuh Kampung Lio dapat
pertimbangan lain tinggi dan status lahan dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16 seperti
sebagian tidak legal dengan konsep atau berikut.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8


Urutan Nama
Klasifi Luas
No Skala Kawasan Tipologi Lokasi
kasi (Ha)
Prioritas Prioritas
Kampung Lio Permukim RT 03,
– RW 13 an di RT 04,
Dataran RT 05,
Rendah RT 06,
RT 07 &
RT 08)

Permukim RW 20
Kawasan an di Tepi (RT 01,
Permukiman Air & RT 02,
Priorita
2 A2 Kumuh Permukim 6,94 RT 03,
s2
Kampung Lio an di RT 04,
– RW 20 Dataran RT 05 &
Rendah RT 06)

Untuk melihat lebih jelas mengenai skala


prioritas penanganan kawasan permukiman
kumuh Kota Depok dapat dilihat pada Gambar
17.

Gambar 15. Peta Tingkat Kekumuhan


berdasarkan Penilaian Kawasan Studi Kampung
Lio

3.2.2 Penilaian Skala Prioritas Penanganan


Permukiman Kumuh Perkotaan Kampung Lio

Menurut hasil verifikasi dan perhitungan serta


penilaian kawasan permukiman kumuh Kampung
Lio, seluruh wilayah RW 13 atau RW 13
merupakan kawasan prioritas 1 sedangkan seluruh
wilayah RW 20 atau RW 20 merupakan kawasan
prioritas 2 dengan klasifikasi kawasan
permukiman kumuh yaitu klasifikasi A1 dan A2.

Tabel 3
Matrik Daftar Skala Prioritas Penanganan
Kawasan Permukiman Kumuh
Gambar 16. Peta Klasifikasi kekumuhan dan Pola
Urutan Nama Penanganan Kawasan Studi Kampung Lio
Klasifi Luas
No Skala Kawasan Tipologi Lokasi
kasi (Ha)
Prioritas Prioritas
Kawasan Permukim RW 13
Priorita
1 A1 Permukiman an di Tepi 8,27 (RT 01,
s1
Kumuh Air & RT 02,

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9


1. Konsep Penataan Fisik menuju akses 100%
air bersih
A. Konsep Penyediaan Air Minum
penulis merumuskan konsep penyediaan
air minum di Wilayah studi kampung lio
menggunakan sistem perpipaan yang menjangkau
semua masyarakat yang ada di wilayah studi.
Untuk sumber airnya sendiri dikarenakan tingkat
pencemaran air tanah dan setu sudah sangat
menghawatirkan maka dari itu perlu adanya
penyulingan air tanah untuk kapasitas besar serta
menyambungkan dengan sistem perpipaan PDAM
yang ada di Kota Depok.
2. Konsep Penataan Fisik menuju 0%
Kawasan Kumuh
A. Konsep Bangunan Tempat Tinggal
konsep permukiman sebagai solusi
kekumuhan yang ada di wilayah studi kampung
lio adalah dengan menerapkan Rumah Susun
untuk masyarakat yang terkena dampak. Berikut
merupakan ilustrasi gambaran desain Rumah
Susun sebagai solusi tempat tinggal masyarakat
kampung lio, Depok.
Memiliki ketinggian 4 lantai dengan
jumlah per lantai yaitu 20 unit dengan total 1
gedung adalah 80 unit. Dengan luasan per unit
adalah 6m x 6m dan Total Tower kurang lebih 12
gedung yang dibangun bertahap untuk memenuhi
Gambar 17. Peta Skala Priotitas Penanganan kebutuhan masyarakat yang terkena dampak
Kawasan Permukiman Kumuh Kampung Lio penanganan permukiman kumuh yaitu RW 13
sebanyak 800 KK dan sebagian RW 20 sebanyak
3.3 Rencana Penanganan Permukiman Kumuh 110 KK jadi Total 910 KK. Adapun lokasi
Kampung Lio Depok pembangunan hunian Rumah Susun ini berada
Pada Pembahasan kali ini merupakan diluar area hijau sempadan setu dan merupakan
akhir dari penelitian penulis tentang penanganan area terbangun sesuai KDB yang ada di lokasi
permukiman kumuh kampung lio dan merupakan srudi sebesar maksimal 75% yaitu berada di RW
tujuan terakhir setelah analisis diatas yaitu 13 yang ditetapkan sebagai kawasan kumuh berat
mengenai rencana penanganan permukiman Sedangkan untuk memenuhi Kebutuhan
kumuh wilayah studi kampung lio. masyarakat RW 20 dalam rangka mewujudkan
tempat tinggal yang layak dilakukan perbaikan
3.3.1 Kebutuhan Penanganan Permukiman kampung dengan tetap mempertahankan kondisi
Kumuh Kampung Lio struktur yang ada namun dilakukan peningkatan
kualitas dari yang buruk atau dalam kondisi tidak
Dalam hal ini penanganan terhadap lokasi permanen menjadi lebih layak dan permanen.
studi memiliki 2 perbedaan dimana dibagi B. Konsep Sistem Jaringan jalan dan parkir
berdasarkan administrasi RW yaitu RW 13 dan Mengacu pada tinjauan literatur serta
RW 20 . Penanganan permukiman kumuh pada analisis kondisi fisik jalan di wilayah studi
RW 20 dilakukan dengan cara peremejaan dan kampung lio, Depok perlu adanya peningkatan
perbaikan kampung, sedangkan pada RW 13 kualitas dan kapasitas jalan untuk melayani
dilakukan dengan cara permukiman kembali atau mobilitas masyarakat yang ada diwilayah studi
di penataan ulang kawasan. juga sebagai akses prasarana proteksi kebakaran ,
3.3.2 Konsep Penataan Fisik Permukiman dimana disebutkan dengan lebar rata-rata jalan
Kumuh Kampung Lio yang sudah ada 2,5 – 4 meter tidak mencukupi

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10


untuk truk-truk pemadam kebakaran masuk ke menyerap langsung. Adapun untuk sistem
area ini. Maka dari itu perlu adanya pelebaran drainasenya terbagi kedalam 2 jenis yaitu tertutup
jalan serta perbaikan jalan dibeberapa titik yang dan terbuka, dimana untuk sistem drainase
mengalami kerusakan. tertutup berada pada drainase yang bersamaan
dengan jalan dan drainase sedangkan untuk sistem
C. Konsep Pengamanan Kebakaran
terbuka terdapat pada saluran drainase utama yang
konsep yang diusulkan untuk
terhubung ke drainase perkotaan dengan kapasitas
Pengamanan Kebakaran adalah penyediaan
yang lebih besar juga.
hydrant disetiap titik rawan bencana kebakaran
serta memperhitungkan panjang selang pemadam 3.3.3 Rencana Pembangunan Permukiman
untuk dapat masuk kedalam area permukiman Kumuh Kampung Lio, Depok
masyarakat kampung lio.
Untuk strategi konsep desain
D. Konsep Sarana Lingkungan pengembangan kawasan permukiman kumuh
Kampung Lio dilakukan dengan 2 (dua) pola
Konsep sarana lingkungan yang ada di wilayah
pengembangan, yaitu dengan Peremajaan dan
studi kampung lio, Kota Depok seperti : Sarana
Permukiman Kembali yang dilakukan secara
Pendidikan, Sarana Kesehatan, Sarana
jangka pendek, jangka menengah dan jangka
Peribadatan, Sarana Perdagangan dan Jasa, Sarana
panjang dengan penjelasan sebagai berikut :
Kebudayaan dan Rekreasi, Sarana Ruang Terbuka
serta Taman dan Lapangan Olahraga mengacu 1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (0-5
pada SNI yang telah ada dan berdasarkan luasan Tahun)
serta jumlah penduduk yang ada di dalam wilayah Pada Konsep pembangunan jangka
studi. pendek ini lebih kepada pendekatan terhadap
masyarakat yang berada di dalam lokasi studi
3. Konsep Penataan Fisik menuju akses 100%
yang terkena dampak pembangunan dan
sanitasi yang layak
peningkatan kualitas permukiman kumuh
A. Konsep Pengelolaan Persampahan kampung lio depok. Untuk mengetahui Gambaran
Perlu adanya penambahan jumlah TPS rencana pembangunan jangka pendek dapat dilihat
serta armada pengangkutan sampah sehingga pada Gambar 75
sampah yang dihasilkan masyarakat tidak 2. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (0-5
mengendap dan menimbulkan penyakit dan bau. Tahun)
Selain penambahan juga adanya peningkatan Konsep jangka menengah ini dilakukan
kualitas fasilitas persampahan mulai dari kapasitas dengan penanganan pembangunan infrastruktur
daya tampung untuk 2 RW serta sistem TPS kawasan sesuai dengan permasalahan dan kondisi
menggunakan Kanopi sehingga tidak berbau dan yang ada pada saat ini, sehingga penanganannya
menyebar ketika musim hujan. Selain itu dilakukan lebih kepada pemugaran kawasan dan
berdasarkan tinjauan literatur terkait Sistem tidak merubah wajah kawasan kumuh Kampung
Pengelolaan Persampahan perlu diperhatikan Lio secara keseluruhan. Untuk mengetahui
unsur 3R pada lokasi persampahan yang ada yaitu gambaran konsep penanganan jangka
( Reduce, Reuse, Recycle). menengah dapat dilihat pada Gambar 76.
B. Konsep Pengelolaan Air Limbah 3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (10-
Penulis merumuskan konsep pengelolaan 25 Tahun)
Air Limbah di permukiman kumuh kampung lio Untuk konsep pembangunan jangka
Depok berupa sistem septictank komunal yang panjang dilakukan dengan pembangunan kawasan
dapat menampung limbah rumah tangga seluruh secara keseluruhan, pengembangan dilakukan
masyarakat wilayah studi yang terkena dampak dengan mempertimbangkan konsep TOD (Transit
melalui perpipaan khusus limbah yang terhubung Oriented Development), sehingga konsep
ke seluruh bangunan yang ada di wilayah studi pengembangan dapat mendukung konsep TOD
kampung lio . Adapun bersamaan dengan lokasi tersebut.Untuk mengetahui gambaran konsep
septictank komunal tersebut terdapat sistem IPAL penanganan jangka Panjang dapat dilihat pada
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Gambar 77.
C. Konsep Sistem jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase di wilayah studi
kampung lio memiliki konsep biopori/dapat

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 11


Gambar 19. Peta Rencana
Pembangunan Jangka menengah
Permukiman Kumuh Kampung

Gambar 18. Peta Rencana Pembangunan Jangka


Pendek Permukiman Kumuh Kampung Lio

Gambar 20. Peta Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Permukiman Kumuh Kampung Lio

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
bahwa RW 13 memiliki kategori kumuh berat
dengan pertimbangan lain tinggi dan status
legalitas lahan sebagian tidak legal, pola
penanganannya adalah peremajaan dan
permukiman kembali, sedangkan RW 20 memiliki
kategori kumuh sedang dengan pertimbangan lain
tinggi dan legalitas lahan sebagian tidak legal,
pola penanganannya sama yaitu peremajaan dan
permukiman kembali. Adapun konsep
permukiman yang diusulkan adalah Rumah Susun
Sederhana dengan ketinggian 4 lantai yang berada
pada perencanaan jangka panjang (10-25 tahun)
dengan mengacu pada RTBL ARH-Nusantara-
Dewi Sartika.
4.2 Saran
Beberapa saran dari penulis adalah sebagai
berikut :

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 12


a. Perlu adanya pelibatan masyarakat secara aktif 6) Gusmaini, 2010, Identifikasi Karakteristik
dalam program penanganan permukiman Permukiman Kumuh (Studi Kasus
kumuh wilayah studi kampung lio. Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur),
b. Peningkatan infrastruktur secara fisik seperti Bogor : Repository IPB.
perbaikan jalan rusak , pelebaran jalan untuk 7) http://id.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur
akses masuk pemadam kebakaran, penyediaan (diakses pada 21 Agustus 2017, 10.22
TPS, penyediaan jaringan drainase serta am)
pengolahan air limbah. 8) [KemenPUPR] Kementrian Pekerjaan Umum
c. Kawasan Sempadan situ sejauh kurang lebih dan Perumahan Rakyat, 2017, Laporan
50m dari bibir situ rawa besar perlu adanya Penyusunan Review Program RP2KPKP
penertiban. Kota Bogor Tahun 2017, Jakarta :
d. Pembangunan rumah susun, pelebaran jalan KemenPUPR
serta penyediaan lahan parkir perlu dilakukan 9) Setia Tunggal, H. 2011. Undang-Undang
pada area wilayah studi kampung lio guna Perumahan dan Kawasan Permukiman
mengatasi kekumuhan. (Undang-Undang R.I. Nomor 1 Tahun 2011).
e. Perlu adanya keseriusan pemerintah Kota Jakarta: Harvarindo.
Depok dalam mengatasi permukiman kumuh 10) White, E T. 1994. Analisis Tapak
kampung lio ini. (Pembuatan Diagram Informasi Bagi
DAFTAR PUSTAKA Perancangan Arsitektur). Jakarta : Intermatra.
1) [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan 11) Widayati, W. 1989. Pemilihan Lokasi
Daerah Kota Depok, 2017, Rencana Tata Penanganan Permukiman Kumuh Melalui
Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2012- Pembangunan Rumah Susun di Kelurahan
2032, Depok : Bappeda. Tanah Sareal Kecamatan Tambora Jakarta
2) [BPS] Badan Pusat Statistik, 2017, Kota Barat, Tugas Akhir Program Studi
Depok Dalam Angka Tahun 2016, Depok : Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
BPS. Pakuan Bogor.
3) [BPS] Badan Pusat Statistik, 2017, PENULIS :
Kecamatan Pancoran Mas Dalam Angka 1. Deni Irawan, S.P.W.K. Alumni (2018)
Tahun 2016, Depok : BPS. Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah
4) [BPS] Badan Pusat Statistik, 2017, dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Kelurahan Depok Dalam Angka Tahun 2016, Pakuan.
Depok : BPS. 2. Ir. Ichwan Arief, MT Pembimbing I/Dosen
5) Endang Surtiani, E. 2006. Faktor-Faktor yang Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah
Mempengaruhi Terciptanya Kawasan dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas
Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Pakuan.
(Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga). 3. Dr. Ir. Janthy Trilusianthy Hidajat, M.Si.
Tesis. Teknik Pembangunan Wilayah dan Pembimbing II/Dosen Program Studi Teknik
Kota Universitas Diponegoro Semarang. Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 13

Anda mungkin juga menyukai