Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG 2

 Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Beji Kota Depok


(Studi Kasus : Kelurahan Beji dan Kelurahan Kemirimuka)

Kelompok 1

M. Abror (1906377561) - Kelurahan Kemirimuka


Rangga Prawira (1906377630) - Kelurahan Beji Timur

 
KULIAH KERJA LAPANG 2 KELAS D
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman
di Kecamatan Beji, Kota Depok” ini dengan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kerja Kuliah Lapang 2. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Beji, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat.

Pada kesempatan ini pula, kami selaku tim penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tjiong Giok Pin, S.Si., M.Si. selaku Dosen Kuliah Kerja Lapang II Departemen Geografi.
2. Ayyasy Siddiq, S.Si. Selaku Asisten Dosen Kuliah Kerja Lapang II Departemen Geografi.

Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar di masa yang akan datang kami dapat
mengerjakan penelitian yang jauh lebih baik. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Batasan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman

2.2 Kualitas Permukiman

2.3 Penginderaan Jauh

2.4 Interpretasi Citra

2.5 Google Earth

2.6 Sistem Informasi Geografi (SIG)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Alur Pikir

3.2 Alur Kerja

3.3. Variabel penelitian

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5. Data

3.6. Metode Pengambilan Sampel

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Pemberian Skor Indikator

3.7.2. Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan dan peningkatan laju pertumbuhan penduduk selalu membawa perubahan,
salah satunya adalah perubahan tingkat kualitas lingkungan. Laju pertumbuhan penduduk
disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertumbuhan penduduk alami dan migrasi yang berlebihan
dari desa ke kota (over-urbanization). Pertumbuhan penduduk yang pesat berimplikasi
signifikan terhadap kebutuhan penambahan ruang untuk 4.444 rumah dan fasilitas lainnya
(Hadi Sabari Yunus, 2005: 56). Kawasan perkotaan akan semakin padat dengan proyek
perumahan dengan berbagai permasalahan yang muncul. Salah satu isu yang menjadi
perhatian akhir-akhir ini adalah memburuknya kualitas lingkungan perumahan.
Pertumbuhan penduduk menyebabkan perkembangan permukiman yang tidak terkendali,
terutama di perkotaan. Permukiman padat dan permukiman kumuh yang tidak memenuhi
syarat higiene baik dari segi fasilitas konstruksi maupun lingkungan dapat menjadi sumber
penyakit dan penyebaran penyakit.

Salah satu bentuk hasil rangkaian interaksi manusia di permukaan bumi adalah
pemukiman. Permukiman dapat diartikan sebagai bentukan buatan manusia atau alam
dengan segala kelengkapannya yang digunakan manusia, baik secara individu maupun
kelompok, untuk menetap sementara atau permanen untuk mengatur kehidupannya (Yunus,
1987). Dengan demikian, ada dua objek penelitian geografi permukiman, yaitu permukiman
buatan (man-made settlements) yang erat kaitannya dengan campur tangan manusia dalam
pembentukannya dan permukiman alami yang berkaitan dengan proses alam dalam
pendidikannya. Kedua hal tersebut sejalan dengan ilmu geografi yaitu sebagai ilmu yang
berpusat pada manusia, sehingga pemahaman tentang permukiman akan selalu dikaitkan
dengan manusia dan kepentingannya

Dilihat dari keberadaannya, permukiman dapat dibedakan menjadi permukiman


pedesaan, permukiman peralihan antara desa dan kota (suburban settlements), dan
permukiman urban (Yunus, 1989). Masalah kuantitas yang muncul pada aglomerasi
perkotaan adalah ketidakseimbangan antara ketersediaan perumahan dengan kebutuhan akan
perumahan. Kebutuhan akan rumah terus meningkat dari tahun ke tahun karena rumah yang
tersedia masih belum mencukupi dan lahan yang tersedia untuk pemukiman semakin
menyusut. Pertambahan jumlah permukiman dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial dan
budaya masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang kuat. Sedangkan, masalah kualitas
adalah ketidakmampuan masyarakat membangun rumah sesuai dengan persyaratan minimal
rumah layak huni yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Antara satu orang dengan orang
lain memiliki kemampuan ekonomi yang berbeda. Mereka yang memiliki kondisi ekonomi
yang lebih baik juga akan lebih baik dalam membangun rumah.

Sedangkan di daerah pinggiran, akibat perluasan kota ke pinggiran kota menyebabkan


berkembangnya permukiman pinggiran kota. Jika pembangunan ini dibiarkan, maka
kepadatan penduduk akan meningkat dan begitu pula aglomerasi yang berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan hidup. Masalah sosial yang muncul dalam pembangunan
permukiman di kawasan pinggiran kota adalah tergesernya pranata dan nilai-nilai sosial
dalam masyarakat, sedangkan masalah ekonomi adalah meningkatnya kesejahteraan
penduduk akibat pergeseran dari sektor pertanian ke non-pertanian. Kualitas lingkungan
hidup, yang dapat berubah dengan cepat, mendorong pengelola kota dan pembuat kebijakan
untuk memantau dan mengevaluasi. Permasalahannya kemudian adalah pengukuran dan
evaluasi tersebut membutuhkan biaya yang tinggi, tenaga yang banyak dan waktu yang
banyak, mengingat lingkungan perkotaan yang sangat padat dan padat, maka perlu
digunakan suatu metode yang mampu mengatasi kendala tersebut. Salah satu metode yang
paling populer untuk menentukan kualitas perangkat adalah penggunaan data penginderaan
jauh.

Salah satu data Penginderaan jauh yang digunakan untuk mengetahui tingkat kualitas
permukiman adalah citra Google Earth, karena memiliki resolusi spasial yang sangat tinggi
sehingga dapat menyajikan ketelitian data yang cukup akurat untuk mengidentifikasi
permukiman dengan baik, seperti pola bangunan rumah mukim, kepadatan permukiman,
ukuran bangunan, tutupan vegetasi, lokasi permukiman, dan lebar jalan yang digunakan
sebagai parameter untuk menentukan kualitas lingkungan permukiman. Proses identifikasi
dilakukan dengan interpretasi visual dengan memanfaatkan perangkat Sistem Informasi
Geografis (SIG), sehingga menghasilkan informasi baru yaitu berupa peta sebaran kualitas
lingkungan permukiman.

Kualitas lingkungan hidup, yang dapat berubah dengan cepat, mendorong pengelola kota
dan pembuat kebijakan untuk memantau dan mengevaluasi. Permasalahannya kemudian
adalah pengukuran dan evaluasi tersebut membutuhkan biaya yang tinggi, tenaga yang
banyak dan waktu yang banyak, mengingat lingkungan perkotaan yang sangat padat dan
padat, maka perlu digunakan suatu metode yang mampu mengatasi kendala tersebut. Salah
satu metode yang paling populer untuk menentukan kualitas perangkat adalah penggunaan
data penginderaan jauh.

Kecamatan Beji dengan luas wilayah sekitar 14,56 km² terdiri atas 6 kelurahan, yaitu
Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Beji, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru,
Kelurahan Pondok Cina dan Kelurahan Kemirimuka. Peneliti menentukan geomer penelitian
di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka. Berdasarkan rekapitulasi data BPS
Kecamatan Beji pada tahun 2020, penduduk Kelurahan Beji Timur berjumlah 11.340 jiwa
dan luas wilayah 1 km², dengan kepadatan penduduk 11.340 jiwa per km², kepadatan
penduduk yang tinggi dan penggunaan lahan yang didominasi permukiman. Sementara,
Kelurahan Kemirimuka memiliki penduduk berjumlah 33.460 jiwa dan luas wilayah 2,2 km²,
dengan kepadatan penduduk 19.796 jiwa per km². Hal ini menjadikan Kelurahan Beji Timur
dan Kelurahan Kemirimuka rentan terhadap permukiman kumuh dan berkualitas kurang
baik. Untuk itu, diperlukan analisis atau penilaian terhadap kualitas lingkungan permukiman.
Salah satu upaya untuk mempermudah melakukan analisis tersebut digunakan perangkat
teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi. Kepadatan penduduk yang tinggi
dan penggunaan lahan yang didominasi permukiman membuat Kecamatan Beji rentan
terhadap permukiman kumuh berkualitas buruk. Untuk itu perlu dilakukan analisis atau
penilaian terhadap kualitas lingkungan hidup. Salah satu upaya untuk mempermudah analisis
adalah penggunaan perangkat teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Berdasarkan berbagai latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Beji
(Studi Kasus : kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur
berdasarkan parameter penentu yang diinterpretasi dari citra Google Earth?
2. Bagaimana sebaran kondisi kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur
berdasarkan hasil pemetaan tingkat kualitas lingkungan permukiman menggunakan citra
Google Earth?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur
berdasarkan parameter penentu yang diinterpretasi dari citra Google Earth.
2. Mengetahui sebaran kondisi kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur
berdasarkan hasil pemetaan tingkat kualitas lingkungan permukiman menggunakan citra
Google Earth.

1.4 Batasan Penelitian


Penelitian ini berfokus kepada analisis kualitas lingkungan di Kecamatan Beji Kota Depok.
1. Kualitas lingkungan permukiman yang diamati pada penelitian ini berdasarkan pada
faktor kepadatan dan keteraturan permukiman, ukuran bangunan, lokasi permukiman,
tutupan vegetasi, lebar jalan dan kondisi permukaan jalan.
2. Lokasi penelitian yang diamati didasarkan pada karakteristik site, dimana site yang
dimaksud berupa kondisi fisik dari sebuah lokasi.
3. Permukiman didefinisikan melalui UU No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman
Yunus (1987) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu bentukan artifisial
maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia, baik secara
individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam
rangka menyelenggarakan kehidupannya. Permukiman dalam arti sempit adalah tempat tinggal
atau bangunan tempat tinggal. Sedangkan, dalam arti luas permukiman adalah perihal tempat
tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal. Dalam hal ini permukiman
bukan hanya merupakan tempat untuk berteduh saja tetapi juga berfungsi melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Permukiman dapat pula didefinisikan sebagai kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian
dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi-fungsi perumahan tersebut dapat
berdaya guna dan berhasil guna.

2.2 Kualitas Permukiman


Menurut Rahardjo (1989), lingkungan permukiman adalah ruang yang digunakan untuk
kegiatan sehari-hari, termasuk pembangunan rumah mukim, taman, halaman, jaringan jalan dan
perangkat lain yang menunjang kelancaran kehidupan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup.
Lingkungan tempat tinggal merupakan prakondisi, terutama bangunan dengan segala benda,
kondisi dan kondisi serta makhluk hidup dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
dan kesejahteraan makhluk hidup dalam lembaga. Secara umum, ada dua cara untuk menilai
kualitas lingkungan hidup yaitu terestrial dan menggunakan teknik penginderaan jauh. Penilaian
terestrial dilakukan dengan melakukan survei lapangan secara langsung untuk memperoleh
informasi sedangkan teknik penginderaan jauh menggunakan citra satelit atau foto udara. Teknik
penginderaan jauh banyak digunakan saat ini karena pengumpulan data yang relatif cepat dan
dapat menghemat waktu dan biaya dibandingkan dengan metode terestrial. Penentuan kualitas
bangunan dalam penelitian ini mengacu pada penilaian kualitas bangunan menurut Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Rijkswaterstaat (1980).
Dalam mempelajari permukiman ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kondisi
bangunan rumah itu sendiri dan juga lingkungan permukiman. Menurut Nurhadi (1989:15),
lingkungan permukiman merupakan suatu ruang yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang
meliputi bangunan rumah permukiman beserta halaman dan pekarangannya, jaring-jaring jalan,
dan perangkat lain yang mendukung kelancaran hidup, sedangkan kualitas lingkungan
permukiman adalah keadaan khususnya permukiman dengan segala benda, keadaan dan makhluk
hidup beserta perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
makhluk hidup di dalam permukiman tersebut. Secara umum cara untuk menilai kualitas
lingkungan permukiman ada dua, yaitu cara terestrial dan menggunakan teknik penginderaan
jauh. Penilaian secara terestrial dilakukan dengan melakukan survei langsung di lapangan untuk
memperoleh informasi, sedangkan teknik penginderaan jauh yaitu dengan memanfaatkan citra
satelit. Teknik penginderaan jauh dimanfaatkan karena perolehan data lebih cepat dan dapat
menghemat waktu dibandingkan bila dilakukan secara terestrial.

2.3 Penginderaan Jauh


Menurut Lindgren dalam Sutanto (1986), penginderaan jauh adalah teknik yang
dikembangkan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi
tersebut berupa radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan
bumi. Mather (1987) mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah pengukuran dan perekaman
energi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi dan atmosfer
dari lokasi tertentu di permukaan bumi. Sedangkan menurut Lillesand et al (2004) menyatakan
bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek,
area atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan objek, area atau objek tersebut. fenomena yang dipelajari.
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai
objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan
beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan guna menghasilkan data
yang bermanfaat untuk aplikasi-aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi,
geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya. Tujuan utama penginderaan jauh adalah
mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungannya, informasi tentang obyek
disampaikan ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang merupakan pembawa informasi
dan sebagai penghubung komunikasi. Sedangkan, menurut Lindgren (1985) penginderaan jauh
didefinisikan sebagai variasi teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi
tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan dari permukaan bumi.

2.4 Interpretasi Citra


Menurut Estes dan Simonett dalam Sutanto (1999), interpretasi citra adalah tindakan
mempelajari foto atau citra udara untuk mengidentifikasi objek dan menilai maknanya. Dalam
mengenali objek yang tergambar dalam citra diperlukan tiga rangkaian kegiatan yaitu deteksi,
identifikasi dan analisis. Deteksi adalah pengamatan keberadaan suatu objek, identifikasi adalah
upaya untuk mengkarakterisasi objek yang terdeteksi menggunakan informasi yang cukup
sedangkan analisis adalah langkah mengumpulkan informasi tambahan.
Interpretasi gambar dapat dilakukan secara visual atau digital. Interpretasi visual
dilakukan pada gambar yang dicetak atau gambar yang ditampilkan di layar komputer. Menurut
Howard dalam Suharyadi (2001), interpretasi visual adalah kegiatan visual meneliti citra
permukaan bumi yang tergambar dalam citra untuk mengidentifikasi objek dan menilai
maknanya. Prinsip pengenalan objek pada citra secara visual bergantung pada karakteristik atau
atribut yang tergambar pada citra. Karakteristik objek pada citra digunakan sebagai unsur
pengenalan objek yang disebut unsur-unsur interpretasi. Menurut Sutanto (1999) unsur-unsur
interpretasi meliputi sebagai berikut.
1. Rona atau warna (tone/color). Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek
pada citra, sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan
dengan gelap – putih. Pantulan rendah, rona nya gelap, pantulan tinggi ronanya putih.
2. Bentuk (shape) adalah variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi
empat.
3. Ukuran (size) adalah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
kemiringan lereng, dan volume.
4. Kekasaran (texture) adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona
terhadap objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
5. Pola (pattern) adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang
menandai objek bentukan manusia maupun alamiah.
6. Bayangan (shadow) adalah aspek yang menyembunyikan detail objek yang berada di
daerah gelap.
7. Situs (site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
8. Asosiasi (association) adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya.

2.5 Google Earth

Google Earth adalah program yang menampilkan citra satelit, peta, medan dan tampilan
objek dalam 3 dimensi. Google Earth merupakan aplikasi pemetaan interaktif yang dapat
menampilkan kondisi permukaan bumi dan kondisi topografi serta dapat ditempelkan dengan
objek-objek di permukaan bumi, seperti jalan, bangunan, informasi lokasi dan informasi
geografis lainnya (Yousman, 2008). Google Earth menampilkan Bumi dalam bentuk tiga
dimensi menggunakan citra satelit, foto udara, dan data GIS, memungkinkan pengguna untuk
melihat keadaan daerah perkotaan dan bentang alamnya dari sudut yang berbeda. Pengguna
dapat menavigasi dengan memasukkan alamat dan koordinat lokasi.

Teknologi Google Earth yang dibuat oleh Keyhold, Inc. dipimpin oleh John Hanke.
Peluncuran Google Earth pada tahun 2005 dan 2006 menyebabkan meningkatnya perhatian
media terhadap dunia maya dan mendapat perhatian publik di bidang teknologi geospasial dan
aplikasinya. Google Earth dapat menampilkan kenampakan permukaan bumi hingga resolusi 15
meter, kecuali di area tertentu. Bola dunia virtual dapat menampilkan rumah, warna mobil, dan
bahkan bayangan orang. Selain representasi 2 dimensi, kenampakan permukaan bumi juga dapat
direpresentasikan secara 3 dimensi menggunakan data DEM (Digital Elevation Model) yang
diperoleh dari citra topografi radar pesawat ulang-alik NASA. Selain menampilkan tampilan
permukaan bumi, Google Earth juga mendukung pengelolaan data geospasial tiga dimensi
melalui KML. Google Earth juga dapat menampilkan struktur bangunan buatan yang dibuat oleh
pengguna menggunakan program pemodelan tiga dimensi.

2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah
sistem informasi otomatis yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
geografis (Aronoff, 1989). GIS adalah alat yang berguna untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengambil data yang diinginkan dan menampilkan data spasial yang berasal dari dunia nyata
(Barrough, 1986). Secara umum definisi SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat
keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan data yang bekerja sama secara efektif untuk
menangkap, menyimpan, meningkatkan, memperbarui, mengelola, memanipulasi data dalam
folder informasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan. berbasis sistem geografis.
GIS memiliki kemampuan untuk menghubungkan, menggabungkan, menganalisis dan akhirnya
memetakan data yang berbeda pada titik tertentu di Bumi. Data yang akan diolah dalam SIG
adalah data spasial, yaitu data yang berorientasi geografis, dan merupakan lokasi dengan sistem
koordinat tertentu sebagai basis referensi. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa
pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, tren, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang
membedakan GIS dari sistem informasi lainnya.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alur Pikir


Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Beji, dimana geomer akan dibagi lagi menjadi
dua kelurahan, yaitu Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka. Berdasarkan fitur fisik
yang terdapat di kecamatan tersebut, dapat digunakan dua variabel, yaitu permukiman dan
jaringan jalan. Dari variabel permukiman, terdapat lima indikator, yaitu kepadatan permukiman,
ukuran bangunan, keteraturan permukiman, lokasi permukan, dan tutupan vegetasi. Selanjutnya,
berdasarkan variabel jaringan jalan dapat dibagi menjadi dua indikator, yaitu kondisi permukaan
jalan dan lebar jalan. Melalui ketujuh indikator tersebut, dapat diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Beji, Depok.

3.2. Alur Kerja


Gambar 3.2. Alur Kerja

Hal pertama yang dilakukan ketika memulai penelitian yaitu melakukan studi literatur
terkait penelitian-penelitian yang berkaitan dengan lingkungan terbangun untuk berjalan. Setelah
itu, berdasarkan literatur yang telah ditelaah, kemudian masalah dapat dirumuskan. Tujuan dan
batasan penelitian dibuat dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, dibutuhkan satu metode yang sesuai. Metode yang digunakan yaitu analisis
kualitas lingkungan permukiman. Pengumpulan data pada penilaian berbasis SIG membutuhkan
data permukiman, vegetasi, dan jaringan jalan. Setelah mendapatkan data, maka akan dilakukan
pengolahan data dilakukan dengan melakukan digitasi, penentuan blok, kepadatan, ukuran,
keteraturan, lokasi, persentase tutupan vegetasi, lebar jalan, dan kondisi jalan. Setelah itu, setiap
indikator dilakukan pembobotan untuk mendapatkan angka tunggal kualitas lingkungan
permukiman.

3.3. Variabel Penelitian


No. Nama Variabel Definisi Operasional Satuan

1. Kepadatan Kepadatan bangunan yaitu luas lantai dasar persentase


Permukiman bangunan (LLDB) dibagi dengan luas blok.

2. Ukuran Bangunan Ukuran bangunan ialah rata-rata dari luas m2


lantai bangunan dalam suatu blok
permukiman.

3. Lokasi Permukiman Lokasi permukiman yaitu jarak meter


permukiman terhadap pabrik dan jalan
utama.

4. Tutupan Vegetasi Tutupan vegetasi yaitu persentase tutupan persentase


vegetasi yang terdapat di blok
permukiman.

5. Lebar Jalan Lebar jalan adalah rata-rata lebar jalan meter


yang terdapat pada suatu blok permukiman.

6. Kondisi Permukaan Kondisi permukaan jalan yaitu terkait %


Jalan dengan pengerasan jalan yang diukur
menggunakan persentase pada suatu blok
permukiman.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Beji, Kota Depok yang kemudian akan dibagi
lagi menjadi dua wilayah berdasarkan jumlah peneliti. Adapun pembagian wilayah akan
dilakukan sebagai berikut.
1. Kelurahan Beji Timur
Kelurahan Beji Timur merupakan salah satu kelurahan yang berada di lingkup
administratif Kecamatan Beji. Menurut data yang disediakan situs resmi Kecamatan Beji,
diketahui bahwa jumlah penduduk di kelurahan ini mencapai 11.340 jiwa.
2. Kelurahan Kemirimuka
Kelurahan Kemirimuka merupakan salah satu kelurahan yang berada di lingkup
administratif Kecamatan Beji. Menurut data yang disediakan situs resmi Kecamatan Beji,
diketahui bahwa jumlah penduduk di kelurahan ini mencapai 33.460 jiwa.

3.5. Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Terdapat
dua teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data
sekunder. Prosedur pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
digitasi dan observasi. Adapun tabel yang menginformasikan jenis data yang dikumpulkan
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2. Pengumpulan Data

No. Data Jenis Data Sumber

1. Batas Administrasi Sekunder Badan Informasi


Geospasial (BIG)

2. Citra Satelit Sekunder Google Earth

3. Permukiman Primer dan Sekunder Survey dan BPS

4. Tutupan vegetasi Sekunder Google Earth

5. Jaringan jalan Sekunder Google Earth

3.6. Metode Pengolahan Data


Hal pertama yang harus dilakukan ialah melakukan digitasi terhadap data yang
diperlukan, yaitu berupa data permukiman, vegetasi, dan jalan. Setelah proses digitasi data, maka
dapat dilakukan penentuan blok permukiman dengan melakukan delineasi. Delineasi dapat
mengacu pada fitur fisik alam (sungai, dll) maupun buatan (jaringan jalan). Setelah itu
pengolahan data dapat dilakukan sesuai pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Tabel Pengolahan Data

Indikator Formula

Kepadatan Permukiman Luas Lantai Dasar Bangunan


(LLDB) / Luas Blok*100%

Ukuran Bangunan LLDB

Lokasi Permukiman Buffer dari titik berat blok


permukiman

Tutupan Vegetasi Luas vegetasi/Luas blok*100%

Lebar Jalan Total Lebar Jalan/ Jumlah


Segmen Jalan

Kondisi Permukaan Jalan Panjang Jalan Keras/Total


Panjang Jalan

3.7. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemberian skor
atau dikenal sebagai skoring. Melalui teknik analisis ini akan ditentukan pembobotan yang akan
menentukan jumlah skor yang dimiliki setiap parameter.

3.7.1. Pemberian Skor Indikator


Melalui pemberian skor, maka setiap indikator akan dibagi menjadi tiga kelas. Setiap
kelas memiliki skor yang terdiri dari 1 (buruk), 2 (sedang), dan 3 (baik). Adapun penjelasan
setiap indikator akan dipaparkan melalui Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Pembobotan Indikator

Parameter Keterangan Skor

Kepadatan Permukiman >60% 1

40-60% 2

<40% 3

Rata- Rata Ukuran <54 m2 1


Bangunan
54-100 m2 2

>100 m2 3

Lokasi Permukiman <200 m dari pabrik, <100 m dari 1


jalan utama

200-400 m dari pabrik, 100 - 200 2


m dari jalan utama

>400 m dari pabrik, >200 m dari 3


jalan utama

Tutupan Vegetasi <30% 1

30-60% 2

>60% 3

Lebar Jalan <3 m 1

3-6 m 2

>6 m 3

Kondisi Permukaan Jalan <30% 1


30-60% 2

60% 3

3.7.2 Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman


Kualitas Lingkungan Permukiman didapatkan dengan melakukan metode penjumlahan
terbobot. Metode pembobotan didapatkan dengan menghitung bobot setiap parameter untuk
menghasilkan sebaran kualitas lingkungan Permukiman. Rumus yang digunakan untuk mencari
total harkat sebagai berikut :

Hasil Interpretasi Citra = (Kepadatan Permukiman x 3) + (Ukuran Bangunan x 3) + (Lokasi


Permukiman x 1)+ (Tutupan Vegetasi x 1) + (Lebar Jalan x 2) + (Kondisi Permukaan Jalan x 1)

Setelah harkat total diketahui selanjutnya adalah melakukan klasifikasi untuk parameter
dari citra. Klasifikasi ini bertujuan untuk mengkelaskan blok permukiman kedalam kelas baik,
sedang atau buruk. Sebelum melakukan klasifikasi, terlebih dahulu menghitung interval kelas.
(Dinas Lingkungan Hidup, 2018). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Interval Kelas = (Skor tertinggi - Skor terendah)/Jumlah kelas yang diinginkan

Penilaian kelas kualitas permukiman dilakukan sesudah pengharkatan. Cara penilaian setiap variabel
hasil interpretasi citra Quickbird digunakan faktor penimbang pada masing-masing variabel yang
nantinya dikalikan dengan besarnya variabel itu sendiri. Setelah semua parameter kualitas
lingkungan selesai di input dalam tabel atribut. Penentuan kelas kualitas lingkungan didasarkan pada
jumlah skor total dari hasil penjumlahan dan pengkalian harkat masing-masing parameter penentu
dengan faktor penimbang. Skor total = (padat x 3) + (letak x 3) + (kondisi jalan x 2) + (lebar jalan x
3) + (pohon x 2) + (lokasi x 2) + (kualitas atap x 1). Hasil dari perhitungan diperoleh jumlah skor
tertinggi dan terendah sehingga dapat diketahui selisihnya (range). Berdasarkan pendekatan ini
Klasifikasi kualitas permukiman diperoleh dengan formula : (Ci = R : K) dimana Ci = interval kelas.
R = range (selisih skor total tertinggi – skor total terendah). K = jumlah kelas. Penentuan kelas
kualitas permukiman dilakukan dengan menghitung :

1). Nilai tertinggi dari skor total yaitu 3 X 11 = 33

2). Nilai terendah dari skor total yaitu 1 X 11 = 11

3). Banyaknya kelas yang ditentukan adalah 3 kelas, dengan interval kelas (33–11) / 3 = 7

Angka 11 diperoleh dari penjumlahan nilai faktor penimbang.

Pengkelasan harkat untuk kelas kualitas permukiman disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Klasifikasi Kelas Kualitas Lingkungan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian


A. Kelurahan Beji Timur
Kelurahan Beji Timur adalah salah satu Kelurahan di antara enam Kelurahan yang ada di
Kecamatan Beji Kota Depok yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 146.1/4024/PUOD/94 tanggal 03 November 1994, tentang Perubahan Status Desa
menjadi Kelurahan dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 1999, tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon dan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok
tanggal 27 April 1999. Kelurahan Beji Timur memiliki wilayah seluas 100,7 hektar dengan
rincian sebagai berikut :

● 90,3 hektar sebagai daerah pemukiman


● 1,3 hektar sebagai tanah makam
● 5,85 hektar sebagai taman
● 0,05 hektar sebagai perkantoran
● 3,2 hektar sebagai prasarana umum lainnya.

Wilayah Kelurahan Beji Timur berbatasan dengan :

● Sebelah Utara berbatasan dengan Universitas Indonesia


● Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pancoranmas
● Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kemirimuka dan Kelurahan Pondok Cina
● Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Beji.

Gambar 1. Peta administrasi Kelurahan Beji Timur


Gambar 2. Citra Google Earth Administrasi Kelurahan Beji Timur

B. Kelurahan Kemirimuka

Kelurahan Kemirimuka adalah salah satu Kelurahan di antara enam Kelurahan yang ada
di Kecamatan Beji Kota Depok yang terbentuk berdasarkan 1994, tentang Perubahan Status Desa
menjadi Kelurahan dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 1999, tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon dan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok
tanggal 27 April 1999. Kelurahan Kemirimuka memiliki wilayah seluas 100,7 hektar dengan
rincian sebagai berikut :

· 41,2 hektar sebagai daerah pemukiman


· 0,83 hektar sebagai tanah makam
· 2,46 hektar sebagai taman
· 0,13 hektar sebagai perkantoran
· 1,8 hektar sebagai prasarana umum lainnya.

Wilayah Kelurahan Kemirimuka berbatasan dengan :

· Sebelah Utara berbatasan dengan Universitas Indonesia dan Kecamatan


Cimanggis
· Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Depok Lama
· Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Pondok
Cina
· Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mekar Jaya

Gambar 1. Peta administrasi Kelurahan Kemirimuka

Gambar 2. Citra Google Earth Administrasi Kelurahan Kemirimuka

4.2. Interpretasi Penggunaan Lahan Permukiman dan Non Permukiman


1. Penggunaan Lahan Untuk Blok Permukiman. Penggunaan lahan sebagai permukiman
dapat jelas diidentifikasi melalui citra Google Earth. Unsur-unsur interpretasi citra untuk
mengenali permukiman ini diantaranya :

a) Warna : abu-abu atau orange (dilihat dari kenampakan atap bangunan biasanya terbuat dari
genting)

b) Bentuk : persegi (bentuk rumah rata-rata persegi)

c) Ukuran : seragam (ukuran bangunan rumah mukim mempunyai ukuran yang sama)

d) Asosiasi : dekat jalan (mempunyai akses jalan masuk ke kawasan rumah mukim)
e) Pola : mengikuti arah jalan (pola rumah mukim biasanya menghadap ke arah jalan)

2. Penggunaan Lahan Untuk Blok Non Permukiman

Penggunaan lahan untuk non permukiman merupakan penggunaan lahan di luar dari penggunaan
untuk permukiman, seperti hutan, sungai, sawah dan lainnya. Masing-masing pola non
permukiman mempunyai karakteristik yang jelas bila dilihat melalui citra Google Earth sehingga
dapat dengan mudah dibedakan. Untuk karakteristik citra untuk mengenali non-permukiman ini
diantaranya :

a) Pasar melalui citra tampak bentuk dan ukuran yang seragam, dimana letaknya berada di
tempat yang strategis, mempunyai ruang yang luas sebagai tempat antrian dan ada
pengelompokan kendaraan di dekatnya.

b) Hutan, pada citra dikenali dengan ukuran vegetasi yang besar dan kompleks, berwarna hijau
penuh vegetasi lebat bentuk kanopi membulat dan bentuk khusus lainnya.

c) Sawah, pada citra tampak bertekstur halus dan teratur, bentuknya berupa empat persegi
panjang atau berupa petak-petak, mempunyai warna hijau.

d) Lapangan, melalui citra tampak berwarna hijau atau berona cerah, mempunyai tekstur halus
dan seragam.

4.3. Hasil Penilaian Parameter Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman

1. Parameter Kepadatan Permukiman


Pengenalan kepadatan permukiman melalui interpretasi dibagi menjadi 3, yaitu kepadatan tinggi,
kepadatan sedang, dan kepadatan jarang. Kepadatan padat dikenali dengan keberadaan bangunan
yang saling berdekatan, dimana tiap bangunan relatif tidak memiliki halaman samping dan jika
ada luas halaman lebih sempit daripada luas bangunan. Kepadatan sedang dapat dilihat dari jarak
antar rumah yang jarang, di antara bangunan rumah yang satu dengan yang lainnya masih
terdapat pohon yang merupakan halaman. Kepadatan jarang dikenali dengan adanya halaman
lebih luas dari luas bangunan, keberadaan pohon yang lebih dominan dan jarak antar bangunan
berjauhan.

a. Kelurahan Beji Timur

Gambar 3. Peta Klasfikasi Blok Permukiman Bedasarkan Kepadatan Pemukiman Kelurahan Beji Timur

Persebaran blok permukiman berdasarkan kepadatan permukiman di Kelurahan Beji Timur dapat
dilihat pada peta di atas (Gambar 3).

Penilaian kepadatan permukiman melalui citra diperoleh dengan mencari luas tutupan atap
rumah mukim pada blok permukiman yaitu dengan menafsir banyak atap-atap rumah mukim
pada blok permukiman kemudian membandingkan dengan luas blok rumah mukim tersebut.
Berdasarkan peta dapat diketahui bahwa kepadatan permukiman di Kelurahan Beji Timur
didominasi oleh kepadatan bangunan yang tinggi atau padat yaitu dengan kepadatan rumah rata-
rata pada suatu blok permukiman di atas 60%. Hal ini juga terlihat jelas pada perbandingan luas
dan persentase parameter kepadatan permukiman pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok Berdasarkan Kepadatan Permukiman

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa blok permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi oleh
kepadatan bangunan kelas baik atau jarang dengan luas 69% dari luas permukiman Kelurahan
Beji Timur.

Tabel . Hasil Observasi Terhadap Analisis Kepadatan Permukiman di Kelurahan Beji Timur

Kelas Kepadatan Kenampakan Citra Hasil Observasi

<40%

40 - 60%
>60%

b. Kelurahan Kemirimuka

Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kepadatan Permukiman di Kelurahan


Kemirimuka

Selanjutnya, persebaran blok permukiman berdasarkan kepadatan permukiman di Kelurahan


Kemirimuka dapat dilihat pada peta di atas (Gambar 4). Terlihat pada peta, Kelurahan
Kemirimuka didominasi oleh blok permukiman dengan kelas kepadatan permukiman 0-30% atau
dalam kategori rendah. Blok permukiman dengan kepadatan permukan sedang dan tinggi
cenderung berada bagian pinggir kawasan Kelurahan Kemirimuka. Untuk memperjelas, dapat
melihat tabel dibawah ini.

Tabel . Jumlah, Luas, dan Persentase Berdasarkan Kepadatan Permukiman

Klasifikasi Kategori Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

<40% Baik 67 1341 21%

40 - 60% Sedang 108 4556 71%

>60% Buruk 7 519 8%

Blok permukiman dengan kepadatan tinggi terdapat pada blok dengan karakteristik permukiman
padat penduduk yang memiliki luas kavling cenderung kecil dan jalan sempit. Walaupun
memiliki ukuran kavling yang kecil, namun sebarannya pada setiap blok sangat rapat. Blok
dengan kepadatan permukiman rendah umumnya memiliki karakteristik permukiman teratur
dengan kavling besar dan jalan yang lebar. Karakteristik seperti ini biasanya merupakan komplek
perumahan yang dibangun oleh pengembang. Kepadatan yang rendah disebabkan masih adanya
tanah-tanah kosong yang belum dimanfaatkan sebagai permukiman didalam blok.

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Kepadatan Permukiman di Kelurahan Kemirimuka

Tingkat Kepadatan Kenampakan Citra Hasil Observasi

<40%

40 - 60%
>60%

2. Parameter Lebar Jalan Masuk

Lebar jalan masuk adalah lebar jalan yang menghubungkan jalan lingkungan permukiman
dengan jalan utama pada masing-masing blok permukiman. Penentuan lebar jalan masuk dipilih
sebagai salah satu penentu kualitas lingkungan karena dari lebar jalan dapat dilihat apakah akses
jalan menuju rumah permukiman baik atau buruk dengan asumsi kemudahan transportasi dari
dan ke permukiman. Penentuan parameter lebar jalan masuk dilakukan dengan cara
mengidentifikasi kenampakan objek pada citra kemudian diberi atribut klas lebar >6 meter
dengan asumsi dapat dilalui dua atau tiga mobil secara bebas masuk dalam kriteria baik dengan
nilai harkat tiga. Lebar jalan 3-6 m masuk dalam klasifikasi sedang dengan nilai harkat dua, dan
yang kurang dari <3 m dengan asumsi hanya dapat dilalui dengan jalan kaki atau satu motor saja
masuk dalam klasifikasi klas buruk dengan nilai harkat satu.

a. Keluruhan Beji Timur

Persebaran blok permukiman berdasarkan lebar jalan masuk permukiman pada peta gambar 4,
peta klasifikasi blok permukiman berdasarkan lebar jalan masuk permukiman Kelurahan Beji
Timur. Berikut ini disajikan tabel luas, jumlah blok, dan persentase parameter lebar jalan masuk :

Tabel 5. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lebar jalan masuk

Dari tabel 5 lebar jalan masuk permukiman pada kelurahan Beji Timur, lebar jalan di antara 3
meter sampai 6 meter merupakan yang paling besar luasannya bila dibandingkan dengan lebar
jalan Kurang dari 3 meter dan lebih dari 6 meter yaitu sebesar 81 %.
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Lebar Jalan Masuk Kelurahan Beji Tim ur

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Lebar Jalan di Kelurahan Beji Timur

Lebar Jalan Kenampakan Citra Hasil Observasi

<3 m
3-6m

>6 m

b. Kelurahan Kemirimuka

Selanjutnya, persebaran blok permukiman berdasarkan lebar jalan di Kelurahan Kemirimuka


dapat dilihat pada peta di bawah. Terlihat pada peta, Kelurahan Kemirimuka memiliki dominasi
lebar jalan 4-5 meter. Kelas lebar jalan ini terlihat mendominasi hampir di seluruh kawasan. Blok
yang memiliki jalan masuk dengan lebar >6 m terletak pada persimpangan jalan tol dan jalan
utama. Blok yang memiliki akses tersebut setidaknya hanya berjumlah 2 blok.
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kepadatan Permukiman di Kelurahan
Kemirimuka

Tabel . Jumlah, Luas, dan Persentase Berdasarkan Lebar Jalan

Klasifikasi Kategori Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

<3 m Buruk 24 12.26 11%

3-6m Sedang 158 98.28 87%

>6 m Baik 2 2.88 3%

Pada variabel lebar jalan, persentase jalan 4 - 5 m sebesar 87% total luas keseluruhan kawasan,
yaitu terdiri dari 158 blok permukiman. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Kelurahan
Kemirimuka memiliki akses yang baik terutama bagi kendaraan beroda empat. Lebar jalan
dengan kelas tersebut umumnya berada pada kawasan permukiman dengan ukuran kavling
cukup besar. Hal ini menandakan kepemilikan mobil pada setiap rumah. Oleh karena itu, lebar
jalan harus mencukupi untuk mobilitas mobil.

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Lebar Jalan di Kelurahan Kemirimuka


Kelas Kepadatan Kenampakan Citra Hasil Observasi

<3 m

3-6m

>6 m

3. Parameter Kondisi Jalan Masuk Permukiman

Kondisi jalan masuk permukiman merupakan kondisi permukaan jalan masuk pada area blok
permukiman apakah sudah diperkeras ataupun belum diperkeras. Penilaian kondisi permukaan
jalan dilihat apabila sebagian besar permukaan jalan sudah diperkeras menggunakan aspal atau
semen menandakan bahwa suatu permukiman memiliki aksesibilitas yang baik sehingga
dimasukkan dalam kelas kualitas baik. Jika sebagian besar jalan belum dilakukan pengerasan
permukaan jalan maka kondisinya dimasukkan ke dalam kelas buruk. Kondisi permukaan jalan
masuk permukiman di daerah penelitianini sebagian besar jalan masuk telah diperkeras
menggunakan bahan aspal atau semen serta paving blok, untuk kondisi jalan yang permukaannya
tanah jumlahnya sedikit. Semakin besarnya kondisi permukaan jalan masuk permukiman maka
kondisi kualitas permukiman akan semakin baik.
a. Kelurahan Beji Timur
Berikut ini disajikan tabel luas, jumlah blok, dan persentase parameter kondisi permukaan jalan
masuk permukiman :

Tabel 6. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lebar jalan masuk

Berdasarkan persebaran kondisi permukaan jalan masuk permukiman di Kelurahan Beji Timur
kondisi jalan >60% diperkeras kategori kelas baik merupakan yang kondisi jalan seluruhnya di
Kelurahan Beji Timur. Kondisi jalan yang telah diperkeras aspal pada citra akan tampak
berwarna abu-abu gelap dan jalan yang menggunakan konblok akan tampak berwarna putih
cerah sedangkan pada permukaan jalan yang belum diperkeras yaitu pada jalan tanah pada citra
dapat dikenali dengan warna coklat dengan jumlah blok permukiman yang jarang. Untuk klas
kriteria baik di Kelurahan Beji Timur mencapai 41 km^2 atau 100 % dari total luas di Kelurahan
Beji Timur.
Gambar 5. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kondisi Jalan Masuk Kelurahan Beji Tim ur

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Beji Timur

Tingkat Kekerasan Jalan Kenampakan Citra Hasil Observasi

< 30 % - -

30 - 60 % - -

> 60 %
b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kondisi Permukaan Jalan di
Kelurahan Kemirimuka

Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Kondisi Permukaan Jalan
Kemrimuka

Keterangan Kategori Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

<30% Buruk 0 0 0

31 - 60% Sedang 0 0 0

> 60% Baik 184 113.424 100%

Berdasarkan hasil pengolahan data, terlihat bahwa di Kelurahan Kemirimuka telah memiliki
kondisi permukaan jalan yang memadai. Hal ini ditunjukkan oleh seluruh kondisi permukaan
jalan telah diperkeras lebih dari 60%. Dari citra terlihat bahwa setidaknya ada 2 tipe perkerasan,
yaitu aspal dan beton. Pada citra aspal terlihat berwarna abu-abu gelap. Berbeda dengan aspal,
beton justru berwarna terang hampir menuju putih. Hasil tersebut tentu saja tidak mengejutkan,
Depok merupakan kota satelit dari DKI Jakarta. Mobilitas orang pada kota ini umumnya
didominasi oleh kendaraan bermotor. Pengerasan jalan tentu sangat dibutuhkan untuk
mempermudah mobilitas.

Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Kemirimuka

Kelas Kepadatan Kenampakan Citra Hasil Observasi

<30% - -

31 - 60% - -

> 60%

4. Parameter Tutupan Vegetasi

Tutupan Vegetasi mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan pada udara disekitar permukiman.
Karena dengan adanya banyak pohon maka udara pada siang hari tidak begitu panas. Dalam
penelitian ini pohon pelindung merupakan pohon-pohon yang tumbuh di sisi kiri kanan jalan
masuk menuju blok permukiman. Keberadaan pohon pelindung di sisi kanan kiri jalan sebagai
fungsi estetika juga mempunyai fungsi yang sangat bermanfaat yaitu sebagai penyaring kadar
karbon yang dilepas oleh mesin-mesin kendaraan bermotor sehingga udara di sekitar
permukiman akan terasa lebih segar dengan berkurangnya polusi. Selain sebagai penyaring
pohon pelindung juga akan memberikan rasa nyaman pada saat siang hari karena pohon
memberikan keteduhan di sepanjang jalan. Tutupan vegetasi dihitung dengan menjumlah luas
tutupan daun yang kemudian dibagi dengan jumlah luas suatu blok permukiman. Jumlah
pelindung pelindung banyak dijumpai di blok permukiman yang memiliki kepadatan jarang dan
sedang, hal ini karena pada permukiman jarang atau sedang terdapat lahan yang difungsikan
sebagai halaman dan biasanya ditanami dengan pohon sebagai batas pekarangan antara rumah.
Makin banyaknya keberadaan pohon pelindung sepanjang jalan menuju blok permukiman maka
blok permukiman mempunyai kualitas baik. Sedangkan bila keberadaan pohon pelindung jalan
menuju blok permukiman sedikit keberadaannya maka blok permukiman mempunyai kualitas
lingkungan yang buruk.

a. Kelurahan Beji Timur

Berikut ini tabel luas dan persentase parameter tutupan vegetasi di Kelurahan Beji Timur :
Tabel 7. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan tutupan vegetasi

Berdasarkan hasil analisis identifikasi pada tabel 7. Kelurahan Beji Timur sebagian besar
wilayahnya masuk dalam kelas baik dengan kriteria tutupan vegetasi lebih dari 60 % yaitu seluas
29,5 km^2 atau 71% dari luas permukiman Kelurahan Beji Timur.

Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Tutupan Vegetasi di Kelurahan Beji
Timur

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Tutupan Vegetasi di Kelurahan Beji Timur

Tingkat Kekerasan Jalan Kenampakan Citra Hasil Observasi


< 30 %

30 - 60 %

> 60 %
b. Kelurahan Kemirimuka

Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Tutupan Vegetasi di Kelurahan


Kemirimuka

Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Tutupan Vegetasi

Keterangan Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

0 - 30% Buruk 94 49.76 44%

31 - 60% Sedang 88 62.464 55%

60 - 100% Baik 2 1.196859 1%

Lain hal dengan kondisi permukaan jalan, kondisi tutupan vegetasi didominasi oleh kategori
sedang dan buruk. Setidaknya terdapat 94 jumlah blok yang memiliki tutupan vegetasi buruk.
Namun, walaupun secara jumlah blok lebih banyak yang buruk, luas kawasan masih diungguli
oleh kelas sedang. Terjadi pola pengelompokkan, terutama pada blok-blok yang berada pada
bagian Selatan Kelurahan Kemirimuka. Pengelompokan ini disebabkan oleh pola permukiman
teratur dari blok-blok tersebut sehingga memiliki karakteristik tutupan vegetasi yang sama.
Karakteristik tersebut berupa adanya kavling-kavling kosong yang telah ditumbuhi oleh
tanaman-tanaman rambat, perdu, bahkan pohon. Sehingga, dapat menghasilkan tutupan vegetasi
yang cukup tinggi pada setiap blok permukiman. Selain itu, luas kavling permukiman pada
karakteristik tersebut cukup besar, sehingga dapat memiliki halaman untuk menanam pohon.
Sebaliknya, kawasan dengan tutupan vegetasi yang kecil terdiri dari permukiman padat dan jalan
sempit. Hal ini membuat sulitnya menemukan lokasi penanaman vegetasi di sekitar permukiman.

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Kemirimuka

Kelas Kepadatan Kenampakan Citra Hasil Observasi

0 - 30%

31 - 60%

60 - 100%
5. Parameter Lokasi Permukiman

Penilaian lokasi permukiman diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: kelas baik, kelas sedang,
dan kelas buruk. Parameter ini didasarkan pada letak jauh dekatnya lokasi blok permukiman
terhadap sumber polusi, seperti terminal, pabrik, tempat pembuangan sampah akhir, jauh
dekatnya dari sungai yang rawan banjir dan longsor maupun kedekatan dengan pusat kota. Cara
penilaian parameter ini dilakukan dengan mengamati kedekatan permukiman dengan sumber
polusi. Kelas baik yaitu permukiman yang lokasinya jauh dari sumber polusi (jalan arteri dan
pabrik). Kelas sedang yaitu posisi permukiman tidak terpengaruh secara langsung dengan
kegiatan sumber polusi. Sedangkan kelas permukiman buruk yaitu permukiman yang dekat
dengan sumber polusi. Asumsi yang digunakan adalah jika blok permukiman dekat dengan
sumber polusi maka mempunyai kualitas yang buruk sebaliknya jika jauh akan mempunyai
kualitas yang baik. Sumber polusi yang ada di daerah penelitian diantaranya berupa polusi udara
karena asap kendaraan bermotor, lokasi ini berada di sepanjang jalan besar.

a. Kelurahan Beji Timur

Berikut ini tabel luas dan persentase parameter lokasi permukiman di Kelurahan Beji Timur :

Tabel 8. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lokasi permukiman

Berdasarkan lokasi permukiman di Kelurahan Beji Timur lokasi yaitu seluruh permukiman di
kelurahan ini termasuk dalam kelas baik karena jauh dari sumber polusi berupa pabrik dan jalan
utama yaitu lebih dari 400 meter dari pabrik dan lebih dari 200 meter dari jalan utama.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan ukuran bangunan Kelurahan Beji Tim ur

Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan Beji
Timur

Klasifikasi Kenampakan Citra

Pabrik >200m, Jalur utama >400m

b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di
Kelurahan Kemirimuka.

Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Jarak

Klasifikasi Kategori Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

Pabrik <200m, Buruk 4 3,211 3%


Jalur utama
<100m

Pabrik 200- Sedang 57 34,994 31%


400m, Jalur
utama 100-200
m

Pabrik >400m, Baik 123 75,22 66%


Jalur utama >200
Berdasarkan hasil analisis, terlihat bahwa Kelurahan Kemirimuka memiliki pabrik dan jalan
utama yang cukup dekat dengan permukiman. Setidaknya ada 4 blok dengan luas 3,2 ha (3% dari
total luas blok). Porsi kedekatan sedang juga cukup tinggi, yaitu sebesar 57 blok dengan luas
34,99 ha (31% dari total luas blok). Hal ini menyumbang penilaian kualitas cukup rendah pada
Kelurahan Kemirimuka. Berdasarkan hasil analisis, setidaknya terdapat 3 pabrik dalam
Kelurahan Kemirimuka, dan 2 jalan utama yaitu berupa tol dan jalan arteri bernama Jl. Margoda
Raya. Jalan utama tersebut memotong bagian Utara dan Tengah kelurahan ini. Begitu juga
dengan pabrik yang terletak pada bagian Utara. Tentu keduanya punya hubungan, ketersediaan
jalan sebagai saluran distribusi membuat dimungkikannya pendirian pabrik di Kelurahan
Kemirimuka.

Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka

Klasifikasi Kenampakan Citra Hasil Observasi

Pabrik <200m, Jalur utama


<100m

Pabrik 200-400m, Jalur utama


100-200 m

Pabrik >400m, Jalur utama


>200
6. Parameter Ukuran Bangunan

Ukuran bangunan ialah rata-rata dari luas lantai bangunan dalam suatu blok permukiman.
Penilaian ukuran bangunan diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: kelas baik, kelas sedang, dan
kelas buruk. Ukuran bangunan kelas baik yaitu rata-rata bangunan yang memiliki luas lebih dari
100 m^2 dalam suatu blok permukiman, Ukuran bangunan kelas sedang yaitu rata-rata bangunan
yang memiliki luas antara 54 - 100 m^2 dalam suatu blok permukiman, sementara ukuran
bangunan kelas buruk yaitu rata-rata bangunan yang memiliki luas kurang dari 54 m^2 dalam
suatu blok permukiman.

a. Kelurahan Beji Timur

Berikut ini tabel luas dan persentase parameter ukuran bangunan di Kelurahan Beji Timur :

Tabel 9. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan ukuran bangunan

Berdasarkan hasil analisis identifikasi pada tabel 9 bahwa ukuran bangunan rata-rata dalam blok
permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi oleh bangunan yang memiliki kategori baik
yaitu lebih besar dari 100m^2 yaitu seluas 29 km^2 atau mencangkup 59% wilayah permukiman
Kelurahan Beji Timur. Terdapat juga wilayah permukiman yang termasuk dalam kelas sedang
dengan kriteria ukuran bangunan lebih antara 54-100 m^2 yaitu seluas 7 km^2 atau 18% dari
luas permukiman Kelurahan Beji Timur dan terdapat juga wilayah permukiman yang termasuk
dalam kelas buruk dengan kriteria ukuran bangunan lebih kecil dari 54 m^2 yaitu seluas 5 km^2
atau 13% dari wilayah permukiman di Kelurahan beji Timur.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan ukuran bangunan Kelurahan Beji Tim ur

b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Ukuran Bangunan Kelurahan Kemirimuka

Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Jarak

Klasifikasi Kategori Jumlah Blok Luas (ha) Persentase

0 - 54 m2 Buruk 7 2.94 3%

55 - 100 m2 Sedang 71 43.55 38%

> 101 m2 Baik 106 66.935 59%

Ukuran bangunan permukiman di Kelurahan Kemirimuka telah masuk dalam kategori baik. Karena
sebanyak 106 blok telah memiliki luas rata-rata bangunan diatas 100 m2. Lalu pada kategori sedang yang
memiliki kelas 55 - 100 m2 terdiri dari 71 blok. Hanya 7 blok saja yang masuk ke dalam kategori buruk.
Hasil ini menunjukkan bahwa dalam permukiman yang padat penduduk, luas bangunan yang ada cukup
besar. Hal ini ditengarai terjadi karena beberapa faktor, diantaranya harga tanah yang masih terjangkau
dan satu bangunan rumah terdiri dari beberapa pintu kontrakan mandiri. Namun, secara umum
perhitungan ini menunjukkan bahwa kualitas blok permukiman di Depok mayoritas telah baik pada
variabel ukuran bangunan.
Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka

Klasifikasi Kenampakan Citra Hasil Observasi

0 - 54 m2

55 - 100 m2

> 101 m2

4.4 Hasil Identifikasi Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kelurahan Beji Timur

Tingkat kualitas lingkungan permukiman merupakan suatu kondisi yang memberikan gambaran
secara jelas tentang keadaan kualitas lingkungan sebagai tempat mukim. Penilaian kualitas
lingkungan permukiman dilakukan dengan menggunakan tujuh parameter penentu kualitas
lingkungan melalui interpretasi citra yaitu kepadatan bangunan permukiman, lebar jalan masuk
permukiman, tata letak bangunan, kondisi permukaan jalan masuk permukiman, pohon
pelindung jalan, kualitas atap bangunan dan lokasi permukiman. Penentuan kualitas lingkungan
permukiman ini diperoleh dengan menghitung nilai total parameter penentu kualitas lingkungan
yaitu dengan menambahkan nilai hasil perkalian antara bobot masing-masing parameter yang
mempengaruhi dengan nilai faktor penimbang masing-masing parameter penentu kualitas
lingkungan. Besarnya nilai yang mempengaruhi kualitas lingkungan permukiman dibagi menjadi
tiga yaitu angka satu yang berarti parameter mempunyai pengaruh kecil terhadap lingkungan
permukiman, sebaliknya bila dinyatakan dengan angka tiga berarti parameter tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas lingkungan permukiman. Setelah masing-masing
blok permukiman diketahui skor total selanjutnya diklasifikasikan klas kualitas permukimannya.
Hasil yang diperoleh terdapat tiga kelas permukiman di wilayah Kecamatan Kotagede yaitu kelas
kualitas I (baik), kelas kualitas II (sedang) dan kelas kualitas III (buruk). Berikut merupakan
tabel luasan pada masing-masing kelas dan jumlah blok di Kelurahan Beji Timur :

Tabel 10. Jumlah dan Luas Blok Permukiman Berdasarkan Kelas Kualitas Lingkungan
Kelurahan beji Timur

Gambar 7. Peta Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kelurahan Beji Tim ur


Berdasarkan hasil dari tabel 10, Kelas kualitas I (Baik) merupakan total jumlah harkat pada
masing-masing parameter yang digunakan untuk menilai kondisi kualitas lingkungan
permukiman yang berada pada kisaran 27-33. Berdasarkan klasifikasi kualitas permukiman
menunjukkan bahwa wilayah yang termasuk dalam kelas I (kualitas baik) di Kelurahan Beji
Timur yaitu seluas 10 km^2 atau 24% dari luas wilayah permukiman di Kelurahan beji Timur
dengan total 19 blok permukiman.

Kelas kualitas II (sedang) merupakan kelas yang paling besar jumlahnya diantara kriteria kelas
yang ada di Kelurahan Beji Timur dengan luas 31 km^2 atau 76% dari luas permukiman di
Kelurahan Beji Timur dengan total 32 blok permukiman. Blok permukiman yang termasuk
dalam kelas kualitas buruk ini adalah blok yang mempunyai skor total antara 20-27.

4.5. Hasil Identifikasi Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kelurahan Kemirimuka

Gambar 7. Peta Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kelurahan Kemirimuka


KUALITAS LINGKUNGAN PEMUKIMAN KEMIRIMUKA

Kelas Jumalah Blok Luas Presentase

I (Kualitas Baik) 74 49.39 44%

II (Kualitas Sedang) 110 64.031 56%

III (Kualitas Buruk) 0 0 0

Tabel 10. Jumlah dan Luas Blok Permukiman Berdasarkan Kelas Kualitas Lingkungan
Kelurahan Kemirimuka

Berdasarkan hasil perhitungan dari 6 variabel, tidak terdapat blok permukiman yang memiliki
kualitas buruk. Sebanyak 74 blok terpilih sebagai blok permukiman dengan kualitas baik..
Persentase luas kedua kategori tidak terlampau jauh, yaitu sebesar 44% dan 56%. Berarti, hanya
selesih sebesar 12%.

Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka

Klasifikasi Kenampakan Citra Hasil Observasi

Baik

Sedang

Buruk - -
Hasil observasi menunjukkan kualitas permukiman dengan kategori baik cenderung berada pada
karakteristik permukiman teratur. Salah satu ciri permukiman ini ialah luas kavling rumah yang
cenderung lebih besar dan jalan yang lebar. Pada kategori sedang, karakteristik permukimannya
yaitu rumah dengan luas kavling kecil dan gang yang hanya dapat dilalui sepeda motor atau
hanya sebuah mobil.

Citra penginderaan jauh memiliki manfaat dalam menilai kualitas lingkungan permukiman
dimana kualitas lingkungan permukiman bisa dinilai berdasarkan kenampakan fisik melalui
teknik interpretasi citra. Pemanfaatan citra penginderaan jauh untuk kajian kualitas lingkungan
permukiman bisa menjadi dasar dalam perencanaan RDTRK dengan harapan pada perencanaan
kedepan dapat diperoleh kondisi lingkungan permukiman yang baik dan pemerintah diharapkan
senantiasa memantau perpindahan dan penambahan penduduk disesuaikan terhadap luas lahan
permukiman yang ada di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka, perizinan IMB dari
pemerintah untuk membangun bangunan diperketat dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan hal ini untuk mencegah peningkatan jumlah penduduk dan akan membawa dampak
semakin padatnya bangunan di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka
mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan permukiman.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang penilaian kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur dan
Kelurahan Kemirimuka menggunakan data penginderaan jauh (citra satelit Google Earth) dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

A. Kelurahan Beji Timur

1. Sebaran kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur memiliki kualitas baik
sebesar 24% (19 blok permukiman) atau seluas 10 km^2, Semetara kualitas sedang sebesar 76 %
(32 blok permukiman) atau seluas 31 km^2, dan kualitas buruk di Kelurahan beji Timur sebesar
0 %.

2. Tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi kelas sedang
sebesar 31 km^2, kemudian klas baik sebesar 10 km^2.

B. Kelurahan Kemirimuka

1. Sebaran kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Kemirimuka memiliki kualitas baik


sebesar 44% dengan 74 blok permukiman, Semetara kualitas sedang sebesar 56% dengan 110
blok permukiman.

2. Kualitas permukiman dengan kategori baik cenderung berada pada karakteristik permukiman
teratur. Salah satu ciri permukiman ini ialah luas kavling rumah yang cenderung lebih besar dan
jalan yang lebar. Pada kategori sedang, karakteristik permukimannya yaitu rumah tidak teratur
dengan luas kavling kecil dan gang yang hanya dapat dilalui sepeda motor atau hanya sebuah
mobil.
\

DAFTAR PUSTAKA

Adeline, Veronica. 2012. Penggunaan Citra GeoEye-1 dan Sistem Informasi Geografi untuk
Pemetaan Kesehatan Lingkungan Permukiman (Kasus di Kecamatan Rawa Lumbu,
Bekasi). Skripsi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Alfiyan Mardiansyah. (2020). Analisis Yuridis Pasal 98 Ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman (Kajian Terhadap
Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh Oleh Pemerintah Daerah Dengan Peraturan Daerah).
Legislasi Indonesia, 17(4). Universitas Sriwijaya, 2020.
Aris Kurniadi. (2014). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Kotagede
Kota Yogyakarta Menggunakan Citra Quickbird. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Yogyakarta.
Anugerah, A., Astuti, F.I., Kridalaksana, H.A. (2016). Sistem Informasi Geografis Berbasis
Web Pemetaan Lokasi Toko Oleh-Oleh Khas Samarinda. Informatika Mulawarman, 11(2).
Universitas Mulawarman.

Badan Pusat Statistik. (2021). Kecamatan Beji Dalam Angka 2021.

Badan Pusat Statistik. (2021). Kota Depok Dalam Angka 2021. Depok: BPS Kota Depok.

Dinas Pekerjaan Umum. 2021. Rumah, Perumahan, dan Permukiman. Situs DPU
Kabupaten Kulonprogo, diakses melalui https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-
perumahan-dan-permukiman pada 04 November 2021.
Ekartaji, Prittaningtyas. 2013. Kajian Kualitas Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Kasus di
Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta). Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Lili Somantri. (2008). Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi
Kerentanan Dan Risiko Banjir. Gea, 8(2)
Ningsih, D., & Setyadi, A. (2003). Remote Sensing (Penginderaan Jauh). Dinamik, 8(2)
Pedoman Direktorat Jenderal Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Tahun 1980 tentang
Pelaksanaan Perintisan Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota.
Putri, Adhysta Probosari and , Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M. Si. (2019) Analisis Spasial
Kerapatan Sambaran Petir di Wilayah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2016. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Risyanto. 1990. Penerapan Pendekatan Kombinasi untuk Evaluasi Lingkungan Permukiman
Desa Sinduadi Kabupaten Penelitian. Hasil Penelitian. Lokakarya Inderaja untuk Analisis
Permukiman. PUSPICS Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Raharjo, Noorhadi. 1989. Penggunaan foto Udara untuk Mengetahui Kualitas Lingkungan
Permukiman di Kotamadya Magelang dalam Kaitannya dengan kondisi Sosial ekonomi
Penghuni. Thesis S-2. Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.
Yuniawan, Rahmad. (2011). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman Menggunakan Citra
Quickbird di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Skripsi, Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN

Tabel Hasil Pengolahan data Kelurahan Beji Timur

No. Nama Variabel Definisi Operasional Satuan

1. Kepadatan Kepadatan bangunan yaitu luas lantai dasar persentase


Permukiman bangunan (LLDB) dibagi dengan luas blok.
2. Ukuran Bangunan Ukuran bangunan ialah rata-rata dari luas m2
lantai bangunan dalam suatu blok
permukiman.

3. Lokasi Permukiman Lokasi permukiman yaitu jarak meter


permukiman terhadap pabrik dan jalan
utama.

4. Tutupan Vegetasi Tutupan vegetasi yaitu persentase tutupan persentase


vegetasi yang terdapat di blok
permukiman.

5. Lebar Jalan Lebar jalan adalah rata-rata lebar jalan meter


yang terdapat pada suatu blok permukiman.

6. Kondisi Permukaan Kondisi permukaan jalan yaitu terkait %


Jalan dengan pengerasan jalan yang diukur
menggunakan persentase pada suatu blok
permukiman.

Anda mungkin juga menyukai