Kelompok 1
KULIAH KERJA LAPANG 2 KELAS D
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman
di Kecamatan Beji, Kota Depok” ini dengan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kerja Kuliah Lapang 2. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Beji, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat.
Pada kesempatan ini pula, kami selaku tim penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tjiong Giok Pin, S.Si., M.Si. selaku Dosen Kuliah Kerja Lapang II Departemen Geografi.
2. Ayyasy Siddiq, S.Si. Selaku Asisten Dosen Kuliah Kerja Lapang II Departemen Geografi.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar di masa yang akan datang kami dapat
mengerjakan penelitian yang jauh lebih baik. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Permukiman
3.5. Data
Salah satu bentuk hasil rangkaian interaksi manusia di permukaan bumi adalah
pemukiman. Permukiman dapat diartikan sebagai bentukan buatan manusia atau alam
dengan segala kelengkapannya yang digunakan manusia, baik secara individu maupun
kelompok, untuk menetap sementara atau permanen untuk mengatur kehidupannya (Yunus,
1987). Dengan demikian, ada dua objek penelitian geografi permukiman, yaitu permukiman
buatan (man-made settlements) yang erat kaitannya dengan campur tangan manusia dalam
pembentukannya dan permukiman alami yang berkaitan dengan proses alam dalam
pendidikannya. Kedua hal tersebut sejalan dengan ilmu geografi yaitu sebagai ilmu yang
berpusat pada manusia, sehingga pemahaman tentang permukiman akan selalu dikaitkan
dengan manusia dan kepentingannya
Salah satu data Penginderaan jauh yang digunakan untuk mengetahui tingkat kualitas
permukiman adalah citra Google Earth, karena memiliki resolusi spasial yang sangat tinggi
sehingga dapat menyajikan ketelitian data yang cukup akurat untuk mengidentifikasi
permukiman dengan baik, seperti pola bangunan rumah mukim, kepadatan permukiman,
ukuran bangunan, tutupan vegetasi, lokasi permukiman, dan lebar jalan yang digunakan
sebagai parameter untuk menentukan kualitas lingkungan permukiman. Proses identifikasi
dilakukan dengan interpretasi visual dengan memanfaatkan perangkat Sistem Informasi
Geografis (SIG), sehingga menghasilkan informasi baru yaitu berupa peta sebaran kualitas
lingkungan permukiman.
Kualitas lingkungan hidup, yang dapat berubah dengan cepat, mendorong pengelola kota
dan pembuat kebijakan untuk memantau dan mengevaluasi. Permasalahannya kemudian
adalah pengukuran dan evaluasi tersebut membutuhkan biaya yang tinggi, tenaga yang
banyak dan waktu yang banyak, mengingat lingkungan perkotaan yang sangat padat dan
padat, maka perlu digunakan suatu metode yang mampu mengatasi kendala tersebut. Salah
satu metode yang paling populer untuk menentukan kualitas perangkat adalah penggunaan
data penginderaan jauh.
Kecamatan Beji dengan luas wilayah sekitar 14,56 km² terdiri atas 6 kelurahan, yaitu
Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Beji, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru,
Kelurahan Pondok Cina dan Kelurahan Kemirimuka. Peneliti menentukan geomer penelitian
di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka. Berdasarkan rekapitulasi data BPS
Kecamatan Beji pada tahun 2020, penduduk Kelurahan Beji Timur berjumlah 11.340 jiwa
dan luas wilayah 1 km², dengan kepadatan penduduk 11.340 jiwa per km², kepadatan
penduduk yang tinggi dan penggunaan lahan yang didominasi permukiman. Sementara,
Kelurahan Kemirimuka memiliki penduduk berjumlah 33.460 jiwa dan luas wilayah 2,2 km²,
dengan kepadatan penduduk 19.796 jiwa per km². Hal ini menjadikan Kelurahan Beji Timur
dan Kelurahan Kemirimuka rentan terhadap permukiman kumuh dan berkualitas kurang
baik. Untuk itu, diperlukan analisis atau penilaian terhadap kualitas lingkungan permukiman.
Salah satu upaya untuk mempermudah melakukan analisis tersebut digunakan perangkat
teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi. Kepadatan penduduk yang tinggi
dan penggunaan lahan yang didominasi permukiman membuat Kecamatan Beji rentan
terhadap permukiman kumuh berkualitas buruk. Untuk itu perlu dilakukan analisis atau
penilaian terhadap kualitas lingkungan hidup. Salah satu upaya untuk mempermudah analisis
adalah penggunaan perangkat teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Berdasarkan berbagai latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Beji
(Studi Kasus : kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Permukiman
Yunus (1987) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu bentukan artifisial
maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia, baik secara
individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam
rangka menyelenggarakan kehidupannya. Permukiman dalam arti sempit adalah tempat tinggal
atau bangunan tempat tinggal. Sedangkan, dalam arti luas permukiman adalah perihal tempat
tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal. Dalam hal ini permukiman
bukan hanya merupakan tempat untuk berteduh saja tetapi juga berfungsi melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Permukiman dapat pula didefinisikan sebagai kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian
dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi-fungsi perumahan tersebut dapat
berdaya guna dan berhasil guna.
Google Earth adalah program yang menampilkan citra satelit, peta, medan dan tampilan
objek dalam 3 dimensi. Google Earth merupakan aplikasi pemetaan interaktif yang dapat
menampilkan kondisi permukaan bumi dan kondisi topografi serta dapat ditempelkan dengan
objek-objek di permukaan bumi, seperti jalan, bangunan, informasi lokasi dan informasi
geografis lainnya (Yousman, 2008). Google Earth menampilkan Bumi dalam bentuk tiga
dimensi menggunakan citra satelit, foto udara, dan data GIS, memungkinkan pengguna untuk
melihat keadaan daerah perkotaan dan bentang alamnya dari sudut yang berbeda. Pengguna
dapat menavigasi dengan memasukkan alamat dan koordinat lokasi.
Teknologi Google Earth yang dibuat oleh Keyhold, Inc. dipimpin oleh John Hanke.
Peluncuran Google Earth pada tahun 2005 dan 2006 menyebabkan meningkatnya perhatian
media terhadap dunia maya dan mendapat perhatian publik di bidang teknologi geospasial dan
aplikasinya. Google Earth dapat menampilkan kenampakan permukaan bumi hingga resolusi 15
meter, kecuali di area tertentu. Bola dunia virtual dapat menampilkan rumah, warna mobil, dan
bahkan bayangan orang. Selain representasi 2 dimensi, kenampakan permukaan bumi juga dapat
direpresentasikan secara 3 dimensi menggunakan data DEM (Digital Elevation Model) yang
diperoleh dari citra topografi radar pesawat ulang-alik NASA. Selain menampilkan tampilan
permukaan bumi, Google Earth juga mendukung pengelolaan data geospasial tiga dimensi
melalui KML. Google Earth juga dapat menampilkan struktur bangunan buatan yang dibuat oleh
pengguna menggunakan program pemodelan tiga dimensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Beji, dimana geomer akan dibagi lagi menjadi
dua kelurahan, yaitu Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka. Berdasarkan fitur fisik
yang terdapat di kecamatan tersebut, dapat digunakan dua variabel, yaitu permukiman dan
jaringan jalan. Dari variabel permukiman, terdapat lima indikator, yaitu kepadatan permukiman,
ukuran bangunan, keteraturan permukiman, lokasi permukan, dan tutupan vegetasi. Selanjutnya,
berdasarkan variabel jaringan jalan dapat dibagi menjadi dua indikator, yaitu kondisi permukaan
jalan dan lebar jalan. Melalui ketujuh indikator tersebut, dapat diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Beji, Depok.
Hal pertama yang dilakukan ketika memulai penelitian yaitu melakukan studi literatur
terkait penelitian-penelitian yang berkaitan dengan lingkungan terbangun untuk berjalan. Setelah
itu, berdasarkan literatur yang telah ditelaah, kemudian masalah dapat dirumuskan. Tujuan dan
batasan penelitian dibuat dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, dibutuhkan satu metode yang sesuai. Metode yang digunakan yaitu analisis
kualitas lingkungan permukiman. Pengumpulan data pada penilaian berbasis SIG membutuhkan
data permukiman, vegetasi, dan jaringan jalan. Setelah mendapatkan data, maka akan dilakukan
pengolahan data dilakukan dengan melakukan digitasi, penentuan blok, kepadatan, ukuran,
keteraturan, lokasi, persentase tutupan vegetasi, lebar jalan, dan kondisi jalan. Setelah itu, setiap
indikator dilakukan pembobotan untuk mendapatkan angka tunggal kualitas lingkungan
permukiman.
Indikator Formula
40-60% 2
<40% 3
>100 m2 3
30-60% 2
>60% 3
3-6 m 2
>6 m 3
60% 3
Setelah harkat total diketahui selanjutnya adalah melakukan klasifikasi untuk parameter
dari citra. Klasifikasi ini bertujuan untuk mengkelaskan blok permukiman kedalam kelas baik,
sedang atau buruk. Sebelum melakukan klasifikasi, terlebih dahulu menghitung interval kelas.
(Dinas Lingkungan Hidup, 2018). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Penilaian kelas kualitas permukiman dilakukan sesudah pengharkatan. Cara penilaian setiap variabel
hasil interpretasi citra Quickbird digunakan faktor penimbang pada masing-masing variabel yang
nantinya dikalikan dengan besarnya variabel itu sendiri. Setelah semua parameter kualitas
lingkungan selesai di input dalam tabel atribut. Penentuan kelas kualitas lingkungan didasarkan pada
jumlah skor total dari hasil penjumlahan dan pengkalian harkat masing-masing parameter penentu
dengan faktor penimbang. Skor total = (padat x 3) + (letak x 3) + (kondisi jalan x 2) + (lebar jalan x
3) + (pohon x 2) + (lokasi x 2) + (kualitas atap x 1). Hasil dari perhitungan diperoleh jumlah skor
tertinggi dan terendah sehingga dapat diketahui selisihnya (range). Berdasarkan pendekatan ini
Klasifikasi kualitas permukiman diperoleh dengan formula : (Ci = R : K) dimana Ci = interval kelas.
R = range (selisih skor total tertinggi – skor total terendah). K = jumlah kelas. Penentuan kelas
kualitas permukiman dilakukan dengan menghitung :
3). Banyaknya kelas yang ditentukan adalah 3 kelas, dengan interval kelas (33–11) / 3 = 7
Pengkelasan harkat untuk kelas kualitas permukiman disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. Klasifikasi Kelas Kualitas Lingkungan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
B. Kelurahan Kemirimuka
Kelurahan Kemirimuka adalah salah satu Kelurahan di antara enam Kelurahan yang ada
di Kecamatan Beji Kota Depok yang terbentuk berdasarkan 1994, tentang Perubahan Status Desa
menjadi Kelurahan dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 1999, tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon dan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok
tanggal 27 April 1999. Kelurahan Kemirimuka memiliki wilayah seluas 100,7 hektar dengan
rincian sebagai berikut :
a) Warna : abu-abu atau orange (dilihat dari kenampakan atap bangunan biasanya terbuat dari
genting)
c) Ukuran : seragam (ukuran bangunan rumah mukim mempunyai ukuran yang sama)
d) Asosiasi : dekat jalan (mempunyai akses jalan masuk ke kawasan rumah mukim)
e) Pola : mengikuti arah jalan (pola rumah mukim biasanya menghadap ke arah jalan)
Penggunaan lahan untuk non permukiman merupakan penggunaan lahan di luar dari penggunaan
untuk permukiman, seperti hutan, sungai, sawah dan lainnya. Masing-masing pola non
permukiman mempunyai karakteristik yang jelas bila dilihat melalui citra Google Earth sehingga
dapat dengan mudah dibedakan. Untuk karakteristik citra untuk mengenali non-permukiman ini
diantaranya :
a) Pasar melalui citra tampak bentuk dan ukuran yang seragam, dimana letaknya berada di
tempat yang strategis, mempunyai ruang yang luas sebagai tempat antrian dan ada
pengelompokan kendaraan di dekatnya.
b) Hutan, pada citra dikenali dengan ukuran vegetasi yang besar dan kompleks, berwarna hijau
penuh vegetasi lebat bentuk kanopi membulat dan bentuk khusus lainnya.
c) Sawah, pada citra tampak bertekstur halus dan teratur, bentuknya berupa empat persegi
panjang atau berupa petak-petak, mempunyai warna hijau.
d) Lapangan, melalui citra tampak berwarna hijau atau berona cerah, mempunyai tekstur halus
dan seragam.
Gambar 3. Peta Klasfikasi Blok Permukiman Bedasarkan Kepadatan Pemukiman Kelurahan Beji Timur
Persebaran blok permukiman berdasarkan kepadatan permukiman di Kelurahan Beji Timur dapat
dilihat pada peta di atas (Gambar 3).
Penilaian kepadatan permukiman melalui citra diperoleh dengan mencari luas tutupan atap
rumah mukim pada blok permukiman yaitu dengan menafsir banyak atap-atap rumah mukim
pada blok permukiman kemudian membandingkan dengan luas blok rumah mukim tersebut.
Berdasarkan peta dapat diketahui bahwa kepadatan permukiman di Kelurahan Beji Timur
didominasi oleh kepadatan bangunan yang tinggi atau padat yaitu dengan kepadatan rumah rata-
rata pada suatu blok permukiman di atas 60%. Hal ini juga terlihat jelas pada perbandingan luas
dan persentase parameter kepadatan permukiman pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok Berdasarkan Kepadatan Permukiman
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa blok permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi oleh
kepadatan bangunan kelas baik atau jarang dengan luas 69% dari luas permukiman Kelurahan
Beji Timur.
Tabel . Hasil Observasi Terhadap Analisis Kepadatan Permukiman di Kelurahan Beji Timur
<40%
40 - 60%
>60%
b. Kelurahan Kemirimuka
Blok permukiman dengan kepadatan tinggi terdapat pada blok dengan karakteristik permukiman
padat penduduk yang memiliki luas kavling cenderung kecil dan jalan sempit. Walaupun
memiliki ukuran kavling yang kecil, namun sebarannya pada setiap blok sangat rapat. Blok
dengan kepadatan permukiman rendah umumnya memiliki karakteristik permukiman teratur
dengan kavling besar dan jalan yang lebar. Karakteristik seperti ini biasanya merupakan komplek
perumahan yang dibangun oleh pengembang. Kepadatan yang rendah disebabkan masih adanya
tanah-tanah kosong yang belum dimanfaatkan sebagai permukiman didalam blok.
<40%
40 - 60%
>60%
Lebar jalan masuk adalah lebar jalan yang menghubungkan jalan lingkungan permukiman
dengan jalan utama pada masing-masing blok permukiman. Penentuan lebar jalan masuk dipilih
sebagai salah satu penentu kualitas lingkungan karena dari lebar jalan dapat dilihat apakah akses
jalan menuju rumah permukiman baik atau buruk dengan asumsi kemudahan transportasi dari
dan ke permukiman. Penentuan parameter lebar jalan masuk dilakukan dengan cara
mengidentifikasi kenampakan objek pada citra kemudian diberi atribut klas lebar >6 meter
dengan asumsi dapat dilalui dua atau tiga mobil secara bebas masuk dalam kriteria baik dengan
nilai harkat tiga. Lebar jalan 3-6 m masuk dalam klasifikasi sedang dengan nilai harkat dua, dan
yang kurang dari <3 m dengan asumsi hanya dapat dilalui dengan jalan kaki atau satu motor saja
masuk dalam klasifikasi klas buruk dengan nilai harkat satu.
Persebaran blok permukiman berdasarkan lebar jalan masuk permukiman pada peta gambar 4,
peta klasifikasi blok permukiman berdasarkan lebar jalan masuk permukiman Kelurahan Beji
Timur. Berikut ini disajikan tabel luas, jumlah blok, dan persentase parameter lebar jalan masuk :
Tabel 5. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lebar jalan masuk
Dari tabel 5 lebar jalan masuk permukiman pada kelurahan Beji Timur, lebar jalan di antara 3
meter sampai 6 meter merupakan yang paling besar luasannya bila dibandingkan dengan lebar
jalan Kurang dari 3 meter dan lebih dari 6 meter yaitu sebesar 81 %.
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Lebar Jalan Masuk Kelurahan Beji Tim ur
Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Lebar Jalan di Kelurahan Beji Timur
<3 m
3-6m
>6 m
b. Kelurahan Kemirimuka
Pada variabel lebar jalan, persentase jalan 4 - 5 m sebesar 87% total luas keseluruhan kawasan,
yaitu terdiri dari 158 blok permukiman. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Kelurahan
Kemirimuka memiliki akses yang baik terutama bagi kendaraan beroda empat. Lebar jalan
dengan kelas tersebut umumnya berada pada kawasan permukiman dengan ukuran kavling
cukup besar. Hal ini menandakan kepemilikan mobil pada setiap rumah. Oleh karena itu, lebar
jalan harus mencukupi untuk mobilitas mobil.
<3 m
3-6m
>6 m
Kondisi jalan masuk permukiman merupakan kondisi permukaan jalan masuk pada area blok
permukiman apakah sudah diperkeras ataupun belum diperkeras. Penilaian kondisi permukaan
jalan dilihat apabila sebagian besar permukaan jalan sudah diperkeras menggunakan aspal atau
semen menandakan bahwa suatu permukiman memiliki aksesibilitas yang baik sehingga
dimasukkan dalam kelas kualitas baik. Jika sebagian besar jalan belum dilakukan pengerasan
permukaan jalan maka kondisinya dimasukkan ke dalam kelas buruk. Kondisi permukaan jalan
masuk permukiman di daerah penelitianini sebagian besar jalan masuk telah diperkeras
menggunakan bahan aspal atau semen serta paving blok, untuk kondisi jalan yang permukaannya
tanah jumlahnya sedikit. Semakin besarnya kondisi permukaan jalan masuk permukiman maka
kondisi kualitas permukiman akan semakin baik.
a. Kelurahan Beji Timur
Berikut ini disajikan tabel luas, jumlah blok, dan persentase parameter kondisi permukaan jalan
masuk permukiman :
Tabel 6. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lebar jalan masuk
Berdasarkan persebaran kondisi permukaan jalan masuk permukiman di Kelurahan Beji Timur
kondisi jalan >60% diperkeras kategori kelas baik merupakan yang kondisi jalan seluruhnya di
Kelurahan Beji Timur. Kondisi jalan yang telah diperkeras aspal pada citra akan tampak
berwarna abu-abu gelap dan jalan yang menggunakan konblok akan tampak berwarna putih
cerah sedangkan pada permukaan jalan yang belum diperkeras yaitu pada jalan tanah pada citra
dapat dikenali dengan warna coklat dengan jumlah blok permukiman yang jarang. Untuk klas
kriteria baik di Kelurahan Beji Timur mencapai 41 km^2 atau 100 % dari total luas di Kelurahan
Beji Timur.
Gambar 5. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kondisi Jalan Masuk Kelurahan Beji Tim ur
Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Beji Timur
< 30 % - -
30 - 60 % - -
> 60 %
b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Kondisi Permukaan Jalan di
Kelurahan Kemirimuka
Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Kondisi Permukaan Jalan
Kemrimuka
<30% Buruk 0 0 0
31 - 60% Sedang 0 0 0
Berdasarkan hasil pengolahan data, terlihat bahwa di Kelurahan Kemirimuka telah memiliki
kondisi permukaan jalan yang memadai. Hal ini ditunjukkan oleh seluruh kondisi permukaan
jalan telah diperkeras lebih dari 60%. Dari citra terlihat bahwa setidaknya ada 2 tipe perkerasan,
yaitu aspal dan beton. Pada citra aspal terlihat berwarna abu-abu gelap. Berbeda dengan aspal,
beton justru berwarna terang hampir menuju putih. Hasil tersebut tentu saja tidak mengejutkan,
Depok merupakan kota satelit dari DKI Jakarta. Mobilitas orang pada kota ini umumnya
didominasi oleh kendaraan bermotor. Pengerasan jalan tentu sangat dibutuhkan untuk
mempermudah mobilitas.
Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Kemirimuka
<30% - -
31 - 60% - -
> 60%
Tutupan Vegetasi mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan pada udara disekitar permukiman.
Karena dengan adanya banyak pohon maka udara pada siang hari tidak begitu panas. Dalam
penelitian ini pohon pelindung merupakan pohon-pohon yang tumbuh di sisi kiri kanan jalan
masuk menuju blok permukiman. Keberadaan pohon pelindung di sisi kanan kiri jalan sebagai
fungsi estetika juga mempunyai fungsi yang sangat bermanfaat yaitu sebagai penyaring kadar
karbon yang dilepas oleh mesin-mesin kendaraan bermotor sehingga udara di sekitar
permukiman akan terasa lebih segar dengan berkurangnya polusi. Selain sebagai penyaring
pohon pelindung juga akan memberikan rasa nyaman pada saat siang hari karena pohon
memberikan keteduhan di sepanjang jalan. Tutupan vegetasi dihitung dengan menjumlah luas
tutupan daun yang kemudian dibagi dengan jumlah luas suatu blok permukiman. Jumlah
pelindung pelindung banyak dijumpai di blok permukiman yang memiliki kepadatan jarang dan
sedang, hal ini karena pada permukiman jarang atau sedang terdapat lahan yang difungsikan
sebagai halaman dan biasanya ditanami dengan pohon sebagai batas pekarangan antara rumah.
Makin banyaknya keberadaan pohon pelindung sepanjang jalan menuju blok permukiman maka
blok permukiman mempunyai kualitas baik. Sedangkan bila keberadaan pohon pelindung jalan
menuju blok permukiman sedikit keberadaannya maka blok permukiman mempunyai kualitas
lingkungan yang buruk.
Berikut ini tabel luas dan persentase parameter tutupan vegetasi di Kelurahan Beji Timur :
Tabel 7. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan tutupan vegetasi
Berdasarkan hasil analisis identifikasi pada tabel 7. Kelurahan Beji Timur sebagian besar
wilayahnya masuk dalam kelas baik dengan kriteria tutupan vegetasi lebih dari 60 % yaitu seluas
29,5 km^2 atau 71% dari luas permukiman Kelurahan Beji Timur.
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Tutupan Vegetasi di Kelurahan Beji
Timur
Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Tutupan Vegetasi di Kelurahan Beji Timur
30 - 60 %
> 60 %
b. Kelurahan Kemirimuka
Tabel. Jumlah, Luas, dan Persentase Blok Permukiman berdasarkan Tutupan Vegetasi
Lain hal dengan kondisi permukaan jalan, kondisi tutupan vegetasi didominasi oleh kategori
sedang dan buruk. Setidaknya terdapat 94 jumlah blok yang memiliki tutupan vegetasi buruk.
Namun, walaupun secara jumlah blok lebih banyak yang buruk, luas kawasan masih diungguli
oleh kelas sedang. Terjadi pola pengelompokkan, terutama pada blok-blok yang berada pada
bagian Selatan Kelurahan Kemirimuka. Pengelompokan ini disebabkan oleh pola permukiman
teratur dari blok-blok tersebut sehingga memiliki karakteristik tutupan vegetasi yang sama.
Karakteristik tersebut berupa adanya kavling-kavling kosong yang telah ditumbuhi oleh
tanaman-tanaman rambat, perdu, bahkan pohon. Sehingga, dapat menghasilkan tutupan vegetasi
yang cukup tinggi pada setiap blok permukiman. Selain itu, luas kavling permukiman pada
karakteristik tersebut cukup besar, sehingga dapat memiliki halaman untuk menanam pohon.
Sebaliknya, kawasan dengan tutupan vegetasi yang kecil terdiri dari permukiman padat dan jalan
sempit. Hal ini membuat sulitnya menemukan lokasi penanaman vegetasi di sekitar permukiman.
Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Kondisi Permukaan Jalan di Kelurahan Kemirimuka
0 - 30%
31 - 60%
60 - 100%
5. Parameter Lokasi Permukiman
Penilaian lokasi permukiman diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: kelas baik, kelas sedang,
dan kelas buruk. Parameter ini didasarkan pada letak jauh dekatnya lokasi blok permukiman
terhadap sumber polusi, seperti terminal, pabrik, tempat pembuangan sampah akhir, jauh
dekatnya dari sungai yang rawan banjir dan longsor maupun kedekatan dengan pusat kota. Cara
penilaian parameter ini dilakukan dengan mengamati kedekatan permukiman dengan sumber
polusi. Kelas baik yaitu permukiman yang lokasinya jauh dari sumber polusi (jalan arteri dan
pabrik). Kelas sedang yaitu posisi permukiman tidak terpengaruh secara langsung dengan
kegiatan sumber polusi. Sedangkan kelas permukiman buruk yaitu permukiman yang dekat
dengan sumber polusi. Asumsi yang digunakan adalah jika blok permukiman dekat dengan
sumber polusi maka mempunyai kualitas yang buruk sebaliknya jika jauh akan mempunyai
kualitas yang baik. Sumber polusi yang ada di daerah penelitian diantaranya berupa polusi udara
karena asap kendaraan bermotor, lokasi ini berada di sepanjang jalan besar.
Berikut ini tabel luas dan persentase parameter lokasi permukiman di Kelurahan Beji Timur :
Tabel 8. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan lokasi permukiman
Berdasarkan lokasi permukiman di Kelurahan Beji Timur lokasi yaitu seluruh permukiman di
kelurahan ini termasuk dalam kelas baik karena jauh dari sumber polusi berupa pabrik dan jalan
utama yaitu lebih dari 400 meter dari pabrik dan lebih dari 200 meter dari jalan utama.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan ukuran bangunan Kelurahan Beji Tim ur
Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan Beji
Timur
b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 4. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di
Kelurahan Kemirimuka.
Tabel. Hasil Observasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka
Ukuran bangunan ialah rata-rata dari luas lantai bangunan dalam suatu blok permukiman.
Penilaian ukuran bangunan diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu: kelas baik, kelas sedang, dan
kelas buruk. Ukuran bangunan kelas baik yaitu rata-rata bangunan yang memiliki luas lebih dari
100 m^2 dalam suatu blok permukiman, Ukuran bangunan kelas sedang yaitu rata-rata bangunan
yang memiliki luas antara 54 - 100 m^2 dalam suatu blok permukiman, sementara ukuran
bangunan kelas buruk yaitu rata-rata bangunan yang memiliki luas kurang dari 54 m^2 dalam
suatu blok permukiman.
Berikut ini tabel luas dan persentase parameter ukuran bangunan di Kelurahan Beji Timur :
Tabel 9. Luas Blok Permukiman dan jumlah blok berdasarkan ukuran bangunan
Berdasarkan hasil analisis identifikasi pada tabel 9 bahwa ukuran bangunan rata-rata dalam blok
permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi oleh bangunan yang memiliki kategori baik
yaitu lebih besar dari 100m^2 yaitu seluas 29 km^2 atau mencangkup 59% wilayah permukiman
Kelurahan Beji Timur. Terdapat juga wilayah permukiman yang termasuk dalam kelas sedang
dengan kriteria ukuran bangunan lebih antara 54-100 m^2 yaitu seluas 7 km^2 atau 18% dari
luas permukiman Kelurahan Beji Timur dan terdapat juga wilayah permukiman yang termasuk
dalam kelas buruk dengan kriteria ukuran bangunan lebih kecil dari 54 m^2 yaitu seluas 5 km^2
atau 13% dari wilayah permukiman di Kelurahan beji Timur.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan ukuran bangunan Kelurahan Beji Tim ur
b. Kelurahan Kemirimuka
Gambar 7. Peta Klasifikasi Blok Permukiman Berdasarkan Ukuran Bangunan Kelurahan Kemirimuka
0 - 54 m2 Buruk 7 2.94 3%
Ukuran bangunan permukiman di Kelurahan Kemirimuka telah masuk dalam kategori baik. Karena
sebanyak 106 blok telah memiliki luas rata-rata bangunan diatas 100 m2. Lalu pada kategori sedang yang
memiliki kelas 55 - 100 m2 terdiri dari 71 blok. Hanya 7 blok saja yang masuk ke dalam kategori buruk.
Hasil ini menunjukkan bahwa dalam permukiman yang padat penduduk, luas bangunan yang ada cukup
besar. Hal ini ditengarai terjadi karena beberapa faktor, diantaranya harga tanah yang masih terjangkau
dan satu bangunan rumah terdiri dari beberapa pintu kontrakan mandiri. Namun, secara umum
perhitungan ini menunjukkan bahwa kualitas blok permukiman di Depok mayoritas telah baik pada
variabel ukuran bangunan.
Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka
0 - 54 m2
55 - 100 m2
> 101 m2
4.4 Hasil Identifikasi Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kelurahan Beji Timur
Tingkat kualitas lingkungan permukiman merupakan suatu kondisi yang memberikan gambaran
secara jelas tentang keadaan kualitas lingkungan sebagai tempat mukim. Penilaian kualitas
lingkungan permukiman dilakukan dengan menggunakan tujuh parameter penentu kualitas
lingkungan melalui interpretasi citra yaitu kepadatan bangunan permukiman, lebar jalan masuk
permukiman, tata letak bangunan, kondisi permukaan jalan masuk permukiman, pohon
pelindung jalan, kualitas atap bangunan dan lokasi permukiman. Penentuan kualitas lingkungan
permukiman ini diperoleh dengan menghitung nilai total parameter penentu kualitas lingkungan
yaitu dengan menambahkan nilai hasil perkalian antara bobot masing-masing parameter yang
mempengaruhi dengan nilai faktor penimbang masing-masing parameter penentu kualitas
lingkungan. Besarnya nilai yang mempengaruhi kualitas lingkungan permukiman dibagi menjadi
tiga yaitu angka satu yang berarti parameter mempunyai pengaruh kecil terhadap lingkungan
permukiman, sebaliknya bila dinyatakan dengan angka tiga berarti parameter tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas lingkungan permukiman. Setelah masing-masing
blok permukiman diketahui skor total selanjutnya diklasifikasikan klas kualitas permukimannya.
Hasil yang diperoleh terdapat tiga kelas permukiman di wilayah Kecamatan Kotagede yaitu kelas
kualitas I (baik), kelas kualitas II (sedang) dan kelas kualitas III (buruk). Berikut merupakan
tabel luasan pada masing-masing kelas dan jumlah blok di Kelurahan Beji Timur :
Tabel 10. Jumlah dan Luas Blok Permukiman Berdasarkan Kelas Kualitas Lingkungan
Kelurahan beji Timur
Kelas kualitas II (sedang) merupakan kelas yang paling besar jumlahnya diantara kriteria kelas
yang ada di Kelurahan Beji Timur dengan luas 31 km^2 atau 76% dari luas permukiman di
Kelurahan Beji Timur dengan total 32 blok permukiman. Blok permukiman yang termasuk
dalam kelas kualitas buruk ini adalah blok yang mempunyai skor total antara 20-27.
Tabel 10. Jumlah dan Luas Blok Permukiman Berdasarkan Kelas Kualitas Lingkungan
Kelurahan Kemirimuka
Berdasarkan hasil perhitungan dari 6 variabel, tidak terdapat blok permukiman yang memiliki
kualitas buruk. Sebanyak 74 blok terpilih sebagai blok permukiman dengan kualitas baik..
Persentase luas kedua kategori tidak terlampau jauh, yaitu sebesar 44% dan 56%. Berarti, hanya
selesih sebesar 12%.
Tabel. Hasil Oberservasi Terhadap Analisis Jarak dari Pabrik dan Jalan Utama di Kelurahan
Kemirimuka
Baik
Sedang
Buruk - -
Hasil observasi menunjukkan kualitas permukiman dengan kategori baik cenderung berada pada
karakteristik permukiman teratur. Salah satu ciri permukiman ini ialah luas kavling rumah yang
cenderung lebih besar dan jalan yang lebar. Pada kategori sedang, karakteristik permukimannya
yaitu rumah dengan luas kavling kecil dan gang yang hanya dapat dilalui sepeda motor atau
hanya sebuah mobil.
Citra penginderaan jauh memiliki manfaat dalam menilai kualitas lingkungan permukiman
dimana kualitas lingkungan permukiman bisa dinilai berdasarkan kenampakan fisik melalui
teknik interpretasi citra. Pemanfaatan citra penginderaan jauh untuk kajian kualitas lingkungan
permukiman bisa menjadi dasar dalam perencanaan RDTRK dengan harapan pada perencanaan
kedepan dapat diperoleh kondisi lingkungan permukiman yang baik dan pemerintah diharapkan
senantiasa memantau perpindahan dan penambahan penduduk disesuaikan terhadap luas lahan
permukiman yang ada di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka, perizinan IMB dari
pemerintah untuk membangun bangunan diperketat dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan hal ini untuk mencegah peningkatan jumlah penduduk dan akan membawa dampak
semakin padatnya bangunan di Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Kemirimuka
mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan permukiman.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang penilaian kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur dan
Kelurahan Kemirimuka menggunakan data penginderaan jauh (citra satelit Google Earth) dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebaran kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur memiliki kualitas baik
sebesar 24% (19 blok permukiman) atau seluas 10 km^2, Semetara kualitas sedang sebesar 76 %
(32 blok permukiman) atau seluas 31 km^2, dan kualitas buruk di Kelurahan beji Timur sebesar
0 %.
2. Tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kelurahan Beji Timur didominasi kelas sedang
sebesar 31 km^2, kemudian klas baik sebesar 10 km^2.
B. Kelurahan Kemirimuka
2. Kualitas permukiman dengan kategori baik cenderung berada pada karakteristik permukiman
teratur. Salah satu ciri permukiman ini ialah luas kavling rumah yang cenderung lebih besar dan
jalan yang lebar. Pada kategori sedang, karakteristik permukimannya yaitu rumah tidak teratur
dengan luas kavling kecil dan gang yang hanya dapat dilalui sepeda motor atau hanya sebuah
mobil.
\
DAFTAR PUSTAKA
Adeline, Veronica. 2012. Penggunaan Citra GeoEye-1 dan Sistem Informasi Geografi untuk
Pemetaan Kesehatan Lingkungan Permukiman (Kasus di Kecamatan Rawa Lumbu,
Bekasi). Skripsi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Alfiyan Mardiansyah. (2020). Analisis Yuridis Pasal 98 Ayat (3) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman (Kajian Terhadap
Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh Oleh Pemerintah Daerah Dengan Peraturan Daerah).
Legislasi Indonesia, 17(4). Universitas Sriwijaya, 2020.
Aris Kurniadi. (2014). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Kotagede
Kota Yogyakarta Menggunakan Citra Quickbird. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Yogyakarta.
Anugerah, A., Astuti, F.I., Kridalaksana, H.A. (2016). Sistem Informasi Geografis Berbasis
Web Pemetaan Lokasi Toko Oleh-Oleh Khas Samarinda. Informatika Mulawarman, 11(2).
Universitas Mulawarman.
Badan Pusat Statistik. (2021). Kota Depok Dalam Angka 2021. Depok: BPS Kota Depok.
Dinas Pekerjaan Umum. 2021. Rumah, Perumahan, dan Permukiman. Situs DPU
Kabupaten Kulonprogo, diakses melalui https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/52/rumah-
perumahan-dan-permukiman pada 04 November 2021.
Ekartaji, Prittaningtyas. 2013. Kajian Kualitas Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Kasus di
Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta). Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Lili Somantri. (2008). Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi
Kerentanan Dan Risiko Banjir. Gea, 8(2)
Ningsih, D., & Setyadi, A. (2003). Remote Sensing (Penginderaan Jauh). Dinamik, 8(2)
Pedoman Direktorat Jenderal Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Tahun 1980 tentang
Pelaksanaan Perintisan Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota.
Putri, Adhysta Probosari and , Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M. Si. (2019) Analisis Spasial
Kerapatan Sambaran Petir di Wilayah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2016. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Risyanto. 1990. Penerapan Pendekatan Kombinasi untuk Evaluasi Lingkungan Permukiman
Desa Sinduadi Kabupaten Penelitian. Hasil Penelitian. Lokakarya Inderaja untuk Analisis
Permukiman. PUSPICS Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Raharjo, Noorhadi. 1989. Penggunaan foto Udara untuk Mengetahui Kualitas Lingkungan
Permukiman di Kotamadya Magelang dalam Kaitannya dengan kondisi Sosial ekonomi
Penghuni. Thesis S-2. Yogyakarta: Pasca Sarjana UGM.
Yuniawan, Rahmad. (2011). Analisis Kualitas Lingkungan Permukiman Menggunakan Citra
Quickbird di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Skripsi, Fakultas Geografi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN