Anda di halaman 1dari 9
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. REPUBLIK INDONESIA 41. DAL Panjitan, Kebon Nanas, Jakarta13410, Indonesia Kotak Pos/PO Box 7777 JAT 13000 ‘elepon : 021-8517148 (hunting), 8580067-69 « Faks 021-8517 147 + Website : www.menth.goid Jakarta, 1 Agustus 2010 Nomor — : . B- 6177 /Dep.1V-4/LH/08/2010 Kepada Yth. : Lampiran : — 1(satu) berkas Direktur Utama Perihal :Penyampaian Surat Keputusan PT. Kaltim Prima Coal Menteri Negara Lingkungan Hidup —di- Jokarta 1 Rujukan: Surat Saudara Nomor: L-O79/KTT-IM/VI//10 tanggal 11 Juni 2010 perihal perpanjangan Izin Pemanfaatan Pelumas Bekas sebagai Campuran Bahan Peledak ANFO-Emulsi. 2° Berdasarkan rujukan di atas, bersama ini kami sampaikan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 185 Tahun 2010 tentang Izin Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Kaltim Prima Coal. 3 Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih an Deputi [V MENLH Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Tembusan Yth: + 1. Deputi IV MENLH (sebagai laporan) 2. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kalimantan di Balikpapan; 3. Gubernur Kalimantan Timur u p Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur; 4, Bupati Kutai Timur u p Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur PM 0114110815 SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 185 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat pa PT. KALTIM PRIMA COAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, bahwa limbah bahan berbahaya dan beracun mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup oleh karena itu perlu dilakukan pengclolaan dengan baik, melalui perangkat perizinan, yang memuat ketentuan-ketentuan yang harus diteati oleh Penanggungjawab Kegiatan; bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999, maka dipandang peru menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Izin Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Kaltim Prima Coal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran. ‘Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran ‘Negara Republik Indonesia Nomor 3910); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 4, Peratutan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853); 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampsk Lingkungan Nomor: Kep- OVBAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan ‘Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbshaya dan Beracun; | 6. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep- 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep- 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Memperhatikan : 1, Surat PT. Kaltim Prima Coal Nomor : L-079/KTT-IM/VI/10 tanggal 11 Juni 2010 perihal Perpanjangan Izin Pemanfaatan Pelumas Bekas Sebagai Campuran Bahan Peledak ANFO — Emulsi berikut dokumen pelengkapnya; 2. Hasil verifikasi lapangan yang dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup pada tanggal 8 Juli 2010 dan hasil evaluasi teknis kegiatan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun PT. Kaltim Prima Coal. » MEMUTUSKAN: PERTAMA : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG IZIN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN, PT. KALTIM PRIMA COAL. KEDUA KETIGA, : Memberikan Izin Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) kepada Penanggungjawab Kegiatan: 1. Nama Perusahaan : PT. Kaltim Prima Coal 2. Bidang Usaha : Tambang Batubara_ 3. Alamat Kantor Pusat : Gedung Wisma Bakrie 2 Lantai 7, JLLR. Rasuna Said Kay. B-2, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Telp/Fax : (021) 57945700/57945710 4, Lokasi Tambang : Kecamatan Sangatta Utara, Kecamatan Bengalon dan Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan ‘Timur. Telp/Fax : (0549) 521472/521530 : Dalam melaksanakan Kegiatan pemanfsatan limbah B3, Penanggungjawab Kegiatan harus memenuhi persyaratan dan kewajiban sebagai berikut: 1. Mematuhi Ketentuan tentang jenis limbah B3 yang diizinkan untuk dimanfaatkan yaitu berupa pelumas bekas dari kegiatan pemeliharaan alat berat di bengkel (workshop) PT. Kaltim Prima Coal; 2. Pelumas bekas dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembantu peledakan (ANFO - Emulsi) dalam kegiatan penambangan di PT. Kaltim Prima Coal; 3. Komposisi pemanfaatan pelumas bekas dalam ANFO - Emulsi adalah : a. perbandingan Ammonium Nitrat (AN) dengan Fuel Oil (FO) adalah + 94% : 26%; b. dari 6% Fuel Oil (FO) terdiri dari + 80% pelumas bekas dan 420% solar. 4. Tata cara penanganan pelumas bekas sebelum dimanfaatkan adalah sebagai berikut : a, Pejumas bekas dari alat-alat berat disedot langsung ke tangki waste oil, Selanjutnya pelumas bekas diangkut dengan ixofank ke lokasi penampungan ORICA used oil tank dan AEL (Africa Explosive Limited). Pengotor yang ada di pelumas bekas disaring di dalam pipa pengantar yang menghubungkan isotank ke tangki ORICA used oil tank dan AEL (Cfrica Explosive Limited); b. Pelumas bekas diendapkan di ORICA used oil tank dan AEL (Africa Explosive Limited) selama 8 jam sebelum diambil sampel untuk uji kualitas. Pelumas bekas yang memenuhi kualitas dimanfaatkan sebagai blend oil dengan solar untuk bahan bakar pembantu peledakan (ANFO - Emulsi). ¢. Proses pencampuran Ammonium Nitrat dan Fuel Oil dilakukan di Mobile Mixing Unit (MMU) secara automatic dan langsung diaplikasikan di Japangan pada waktu kegiatan blasting. 5. Persyaratan pemenfaatan pelumas bekas sebagai campuran bahan bakar pembantu dalam ANFO : a. pelumas bekas yang dimanfaatkan harus dilakukan penyaringan (Gilterisasi) dengan ukuran tidak lebih dari 150 mikron; b. pelumas bekas yang dimanfaatkan harus memenuhi kualitas seperti Tabel di bawah ini. ‘Tabel. Batasan Maksimum Kualitas Pelumas Bekas yang Dimanfaatkan ‘Sebagai Bahan Bakar Pembantu di ANFO - Emulsi. No Parameter Konsentrasi Satuan ‘maksimnum 1._| Arsen (AS) 5 mglkg ij 2._| Cadmium (Ca) 2 mghkg i 3._| Chromium (Cr) 10 mykg { 4, | Lead (Pb) 100 mg/kg | 5._| Kandungan air 7 % 1 6._| Flash point (minimum) 37,78 ha ©. tidak diperbolehkan menambahkan bahan kimia tambahan dalam pelumas bekas yang akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembantu di ANFO - Emulsi; d. tidak diperbolehkan memanfaatkan pelumas bekas dari fasilitas atau proses yang bukan berasal dari kegiatan PT. Kaltim Prima Coal; i . tidak diperbolehkan memanfaatkan pelumas bekas yang mengandung Kontaminan halogen dan PCBs; f. tidak diperbolehkn memanfastkan pelumas bekas yang berasal dari pelumas sintetis (non petroleum base); i g. pelumas bekas yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar di ANFO - Emulsi tidak diperbolehkan untuk : 1) digunakan melebihi batasan 80% berat dari total campuran bahan bakar untuk setiap kegiatan peledakan; 2) digunakan diluar spesifikasi bahan peledak yang telah di uji untuk menjaga keseimbangan oksigen (oxygen balance); 3) digunakan diluar kepentingan penambangan PT. Kaltim Prima Coal; 4) digunakan di luar wilayah kerja penambangan PT. Kaltim Prima Coal. ' h, bars membuat catatan mengenai flow rate rata-rata harian dan jumlah pelumas bekas yang digunakan untuk bahan bakar pembantu peledakan setiap kegiatan peledakan. | I | i | KEEMPAT : Penyimpanan limbah B3 yang akan dimanfaatkan harus dilakukan sesuai dengan | ketentuan sebagaimana tercantum dalam Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang ‘Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan | Berbahaya dan Beracun. t | | I It KELIMA : Pelabelan limbah B3 yang akan dimanfaatkan harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Kep-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. KEENAM : Penanggungjawab Kegiatan wajib melakukan pengelolaan lingkungan dari kegiatan pemanfaatan limbah 33 meliputi : 1, Endapan dari tangki pengendapan pelumas bekas wajib disimpan sementara sesuai dengan ketentuan penyimpanan limbah B3 sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/BAPEDAL/09/1995. Sclanjutnya limbah tersebut wajib dikelola lebih lanjut atau menyerahkan kepada pengelola limbah B3 yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup; i | | KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN 2. Sisa pelumas bekas yang tidak dimanfaatkan untuk bahan bakar pembantu peledakan (ANFO = Emulsi) wajib disimpan sementara sesuai dengan ketentuan penyimpanan limbah B3 sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep- OV/BAPEDAL/09/1995. Selanjutnya limbah tersebut wajib dikelola lebih lanjut atau menyerahkan kepada pengelola limbah B3 yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup; 3. Kualitas udara ambient yang terbentuk dati kegiatan pemanfaatan pelumas bekas sebagai bahan bakar pembantu peledakan (ANFO - Emulsi) harus memenubi baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara meliputi parameter S02, CO, NOo, Os, HC, PMip, TSP, Pb dan dust fall. : Penanggungjawab Kegiatan wajib melakukan pemantauan dan secara terus menerus mengukur dan mencatat : 1. Sumber, jenis dan jumlah seluruh pelumas bekas yang dihasilkan; 2. Sumber, jenis dan jumlah pelumas bekas yang dimanfaatkan untuk bahan bakar pembantu peledakan (ANFO - Emulsi); 3. Jumlah pelumas bekas yang tidak dimanfaakan untuk campuran bahan bakar peledakan (ANFO ~ Emulsi) dan pengelolaannya; Jumlah solar yang digunakan sebagai campuran bahan bakar (Fuel Oil); Jumlah endapan dari tangki pengendapan pelumas bekas; Kualitas pelumas bekas yang dimanfaatkan untuk bahan bakar pembantu peledakan (ANFO - Emulsi) sebagaimana dalam Diktum KETIGA Butir 4 huruf bs 7. Kualitas udara ambient disekitar area peledakan; 8. Hasil pencatatan pada butir 1 dan 5 di atas dituangkan dalam format neraca limbah B3 sesuai lampiran I dan lampiran I surat keputusan ini. ae : Penanggungjawab Kegiatan wajibmemiliki sistem dan _peralatan penanggulangan kecelakaan yang memadai, seperti peralatan pemadam kebakaran dan saluran khusus untuk mencegah masuknya tumpahan dan/atau limpasan limbah B3 ke lingkungan. Mekanisme penanggulangen kecelakaan yang diakibatkan olch kegiatan pemanfaatan limbah B3 merajuk kepada ketentuan Pasal 59 dan Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. : Penanggungjawab Kegiatan wajib melaporkan realisasi kegiatan pemanfaatan limbah B3$ sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETUJUH sekurang- kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan ditujukan kepada : 1. Menteri Negara Lingkungan Hidup u.p Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 2. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kalimantan; 3. Gubernur Kalimantan Timur up Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur; 4, Bupati Kutai Timur up Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur. KESEPULUH KETIGABELAS 1. Sebagai pelaksanaan fungsi pengawasan perizinan limbah B3, maka pejabat yang berwenang pada Kementerian Lingkungan Hidup dan/atau BLH Provinsi dan/atan BLH Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Penanggungjawab Kegiatan, sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali; 2. Hasil evaluasi dari pengawasan dimaksud dapat dijadikan sebagai dasar pertimbengan untuk membatalkan atau mencabut Surat Keputusan ini apabila Penanggungjawab Kegiatan tidak melaksanakan kewajibannya. : 1.Lampiran dari izin ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini 2. Keputusan ini berlaku selama 5 (lima) tabun sejakt tanggal ditetapkan; 3. Permohonan perpanjangan terhadap izin ini diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum masa berlaku izin ini berakhir; 4, Apabila dikemmdian hari ditemukan kekeliruan pada izin ini, maka akan ditinjau ulang sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal 11 Agustus _ 21 Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Prof. DR. Ir. Gusti Muhammad Hatta, M.S Salinan ini sesuai dengan aslinya ibemur Kalimantan Timor u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tim; 3. Bupati Kutai Timur u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur. mu, ny wren ep sum Bury wmpe wegen aru, ny Hadn_“¢ id dnprpy ueBunxBury wepeg vjedoyy dn un ‘uvdedyyyeg Ip uREMNeY jeuoHSoy dnpury uedUNYSUY woE WMA epeday uexpedus SOW ‘SHH PHOWYNYE HERD THAN O44 oy “dnp weber, ein Ua Dror suena Tet t sue puexéeoua, orga TTT: 12) ats oy ‘Prat 2099 dee ‘rear repo gunna Bt (aps magn Sin ap gmoney sn em Ue oem “(mm gg weet tee yen) sone tn 1 Mond Ho Bayes You Sooe UNS CaN prema jong tae © o ow © ron seqmaer ema wpetng | cospqars ‘eeu ceimger | sawn | “Sac aon ten ad seme on, eemturort | mm | “Sogees | ama, ves San Tava ca uvann VANEVaTD. Sau tu uyaNTT YADINSV aa (» €8 VEIN NVLVVANVIVGA AVENE LVAIOS Doe ITY TT "IVDONVL Fa gequi] ueeepm ONVINGL otoz une SBI YOWON <4NGIH NVDNAONIT VEVOEN RILLNSN NYSMLNdI INVENT LAMPIRAN TT KEPUTUSAN MENTERINEGARA LINGKUNGAN HIDUP. NOMOR NS Tabon 000 JRUANG | finFereetn Limba Bs TANGOAL #1 Rgioas 210 | GRACA PEMANEA » heieeaaatt i i oe : | paseo aT xem 1 SUMLAH TOR) JEN LINAH YANG | FERIZINAN LIMBAN DS DIKELOLA, Dan ‘ADA | DAR] KADALUARS TSA E_DNANFARTEAN, TDA, 5 DSSRATRANEE PHAR RETIOA, SPORT TARANTO [| peso eae = Seana YANG Teneeibuasen orn sce "ATAU TENET TANG ie [Ske i KETERANGAN: imeanon dn pengumpen SUNLAIT LIBAN YANG BELUM ‘7 RESIDU ah um nba era da poser phat ep ab cosa, Sattom ah an tla dr sae TEPAELOLA sis ents NGaBS A" Supati Kuiai Timur u.p. Kepala Badan Lingkungan Hidup xanupren Kutai Timur, ile hla a pean, dng eben Bena el degen end yang Ditetapkan di padatmegsl__:_1 Agustus 2010 Merten Negars Linglangan dup, te Prof DR. rH. Gusti Muhammad Hats, MS

Anda mungkin juga menyukai