Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341999253

Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

Article · August 2014

CITATIONS READS

0 710

3 authors, including:

Mira Lestira Hariani Yackob Astor


Universitas Swadaya Gunung Jati Politeknik Negeri Bandung
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    51 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Published View project

Application of Water Boundaries Theory for Determining Water Location Permit in the Coastal and Small Islands in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Mira Lestira Hariani on 08 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Konstruksi ISSN : 2085-8744
UNSWAGATI CIREBON

JURNAL KONSTRUKSI

Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota


Cirebon

Mira Lestira Hariani*, Yackob Astor**, Saihul Anwar**

*) Mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
**) Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRAK
Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa suatu wilayah
perkotaan disyaratkan memiliki luas RTH publik minimal 20% dan RTH privat minimal 10%.
Berdasarkan data tahun 2010 RTH publik Kota Cirebon baru mencapai 8,96% dan masih jauh dari
ketentuan Undang-undang. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap RTH publik eksisting Kota
Cirebon Tahun 2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interpretasi dan digitasi citra satelit
Kota Cirebon disertai dengan survei atau identifikasi lapangan. Dalam penelitian ini juga menggunakan
Metode Gerakis untuk menganalisis kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan
oksigen kemudian melakukan proyeksi kebutuhan luas RTH menggunakan persamaan bunga berganda
(exponential).
Hasil analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) RTH publik eksisting Kota Cirebon
tahun 2014 adalah 4,58% dan mengalami penyusutan jika dibandingkan dengan data tahun 2010 serta
belum memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007. 2) RTH Kota cirebon dapat
ditingkatkan dengan cara menambah lahan RTH baru dan mengoptimalkan fungsi RTH yang telah ada. 3)
Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen pada tahun 2014
menggunakan Metode Gerakis adalah 37,2% (jika tingkat pemakaian kendaraan 100%), 29,8% (jika
tingkat pemakaian kendaraan 75%) dan 22,45% (jika tingkat pemakaian kendaraan 50%).

Kata Kunci : RTH Publik, Interpretasi Citra Satelit, Potensi RTH

Abstract
Act 26 of 2007 about Spatial Planning said that urban areas are required to have a wide open
space minimum 20% of public open space and 10% of private open space. Based on 2010 data,
Cirebon’s existing public open space reached 8.96% and is still far from the provisions of the Act.
Therefore it is necessary to analyze Cirebon’s existing public open space in 2014 .

The method used in this research is interpretation and digitation of Cirebon satellite imagery and
then accompanied by survey identification. In this study also used the Gerakis Method to analyze wide
open space needs based on population and oxygen demand then do a projection of wide open space
requirements using the compound interestequation(exponential).

The results of the analysis in this study are as follows: 1) the existing public open space of
Cirebon in 2014 was 4.58% and decreased when compared to 2010 data and has not met the terms of Act
No. 26 of 2007. 2) Cirebon green open space can improved by adding new green space land and optimize
the function of existing green space. 3) The need for extensive green space based on population and
oxygen demand in 2014 using Gerakis Method is 37.2% (if the vehicle usage rate of 100%), 29.8% (if
the vehicle usage rate 75% ) and 22.45% (if the vehicle usage rate 50%).

Keywords: Public green space, interpretation of satellite imagery, potential open space

1
Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

I. PENDAHULUAN atribut Kota Hijau yang disyaratkan oleh


Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
I.1 Latar Belakang Jendral Penataan Ruang?

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah I.3 Maksud Penelitian


diamanatkan dalam Undang-undang No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dimana suatu Penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
wilayah perkotaan disyaratkan memiliki luas RTH mewujudkan Kota Cirebon sebagai Kota Hijau
minimal 30 yang terdiri dari RTH publik minimal dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan
20% dan RTH privat minimal 10%. Pada potensi RTH yang ada di Kota Cirebon dalam
kenyataannya, terjadi penurunan kuantitas RTH rangka implementasi dari Rencana Tata Ruang
secara signifikan di kawasan perkotaan yang Wilayah Kota Cirebon dan untuk memenuhi
menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan di amanat Undang-undang No.26 Tahun 2007
wilayah perkotaan sehingga masih banyak tentang Penataan Ruang.
kota/kabupaten yang masih belum memenuhi RTH
minimal 30%. Berdasarkan informasi dari I.4 Tujuan Penelitian
Peraturan Daerah Kota Cirebon No. 8 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan
Kota Cirebon Tahun 2011 – 2031 ternyata pada dari penelitian ini adalah :
tahun 2010 RTH publik Kota Cirebon baru 1. Menghitung luas RTH eksisting Kota
mencapai 8,96% Cirebon dengan cara melakukan survei RTH
di seluruh wilayah Kota Cirebon.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral 2. Menganalisis kebutuhan RTH Kota Cirebon
Penataan Ruang telah mengupayakan suatu berdasarkan jumlah penduduk dan
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) untuk kebutuhan oksigen.
kota yang berkelanjutan dalam rangka 3. Menganalisis potensi RTH di Kota Cirebon
mewujudkan 8 (delapan) atribut Kota Hijau. yang bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sudah 4. Merencanakan DED (Detail Engineering
dilakukan oleh beberapa kota/kabupaten guna Design) taman kota hijau sebagai proses
mewujudkan kualitas penataan ruang wilayah awal terkait penyelenggaraan konstruksi
nasional, provinsi, dan kota/kabupaten yang aman, implementasi pengembangan RTH dalam
produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan rangka mewujudkan 8 (delapan) atribut Kota
masyarakat. Hijau.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya yang I.5 Manfaat Penelitian


sama untuk Kota Cirebon agar bisa
memaksimalkan potensi RTH di Kota Cirebon dan 1. Aspek Keilmuan (Teoritis)
menjadi suatu wilayah kota yang memenuhi
amanat Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penelitian ini dapat memberikan kontribusi
Penataan Ruang. keilmuan dalam bidang teknik sipil mengenai
lingkungan, pemanfaatan RTH, dan penataan
I.2 Rumusan Masalah ruang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan 2. Aspek Kerekayasaan (Praktis)


masalah dalam penelitian ini adalah:
Memberikan kontribusi kepada pemerintah
1. Berapakah luas RTH eksisting yang dimiliki daerah Kota Cirebon mengenai cara
oleh Kota Cirebon saat ini? Apakah luas RTH pemanfaatan potensi RTH secara optimal sesuai
saat ini sudah sesuai dengan amanat Undang- dengan amanat Undang-undang No.26 Tahun
undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan 2007 tentang Penataan Ruang.
Ruang (RTH minimal 30%)?

2. Jika RTH saat ini belum mencapai 30%,


bagaimana cara meningkatkan RTH di Kota
Cirebon dan memanfaatkan potensi RTH secara
optimal dalam rangka mewujudkan 8 (delapan)

2
Mira Lestira Hariani, Yackob Astor, Saihul Anwar.

II. KAJIAN PUSTAKA angka, dan berupa data kualitatif sebagai


pendukungnya.
Tabel II.1 Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Tahun Judul
1 D.G. Putri 2010 Konsep Penataan Persiapan
Bambang S Ruang Terbuka
Rimadewi S Hijau di Kawasan
Pusat Kota Studi Literatur
Ponorogo
2 Willy Filkosima 2011 Perubahan Luas
Pengadaan Data
Ruang Terbuka
Hijau dan Faktor -
Faktor yang
Mempengaruhi di
Kecamatan Depok Data Sekunder: Data Primer
Kabupaten Sleman  Perda No.8 Tahun 2012  Survei RTH Kota
Tahun 1992-2011  Manual dan Juknis P2KH Cirebon
2013
 Identifikasi dan
3 Lubena Hajar V 2013 Analisis Kebutuhan  Permen No.
Agug R Ruang Terbuka Inventarisasi Data
05/PRT/M/2008
Yulisa F Hijau (RTH) RTH Kota Cirebon
Berdasarkan
Serapan Gas Co2 di
Kota Pontianak
Pembuatan Peta Hijau RTH Eksisting
4 Wahyu Tri W 2013 Kajian Ketersediaan
Ruang Terbuka
Hijau di Kecamatan
Gondokusuman Apakah Memenuhi Syarat
Kota Yogyakarta RTH Publik Minimal 20%?
Tahun 2009
5 Cuak Ardani 2013 Perkiraan Luas Tidak
N.Hanafi Ruang Terbuka
T.Pribadi Hijau Untuk Analisis dan Penentuan Potensi RTH:
Memenuhi
Kebutuhan Oksigen  Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah
di Kota penduduk dan kebutuhan oksigen
Palangkaraya  Proyeksi tingkat kebutuhan Luas RTH
Ya selama 5 Tahun
 Perencanaan sumur resapan berdasarkan
Tabel II.1 menunjukan bahwa dalam penelitian SNI 03-2453-2002
ini menggunakan 5 (lima) penelitian
sebelumnya yang dijadikan sebagai referensi
Pembuatan DED Taman Kota Hijau
dimana masing-masing memiliki persamaan
dan perbedaan. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada Kesimpulan dan
obyek yang diteliti yaitu RTH sedangkan Saran
perbedaannya terletak pada ruang lingkup yang Gambar III.1 Metodologi Penelitian
diteliti.Pada penelitian ini memiliki ruang
lingkup yang lebih luas dimana melakukan
inventarisasi RTH eksisting, menghitung III.1 Metode Analisis
kebutuhan luas RTH menggunakan Metode
Gerakis dan merencanakan DED Taman Kota a. Analisis tingkat kecukupan dan
Hijau sebagai solusi pengoptimalan fungsi kebutuhan luas RTH berdasarkan
RTH. pemenuhan kebutuhan oksigen.
Kebutuhan luas RTH dihitung dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN menggunakan persamaan dari Gerakis
(1974) dan telah disempurnakan oleh
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Wisesa (1988), sebagai berikut:
kuantitatif dimana prosedur pemecahan masalah
dilakukan dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada atau
sebagaimana adanya yang selanjutnya data-data
yang telah diperoleh dinyatakan dalam bentuk

3
Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

dimana: IV. HASIL DAN ANALISIS


Lt = luas Hutan Kota pada tahun ke-t
(m2) IV.1 Pembuatan Peta Hijau
Pt = jumlah kebutuhan oksigen bagi
penduduk pada tahun ke-t Peta hijau merupakan peta sebaran RTH
Kt = jumlah kebutuhan oksigen bagi eksisting Kota Cirebon Tahun 2014 yang
kendaraan bermotor pada tahun ke-t memberikan informasi mengenai sebaran
Tt = jumlah kebutuhan oksigen bagi (distribusi) RTH eksisting Kota Cirebon. Peta
ternak pada tahun ke-t hijau digunakan dalam proses identifikasi dan
54 = tetapan yang menunjukan bahwa 1 inventarisasi untuk menentukan jumlah RTH
m2 luas lahan menghasilkan 54 gram eksisting Kota Cirebon Tahun 2014. Proses
berat kering tanaman per hari. pembuatan peta hijau terbagi menjadi 3 (tiga)
2 adalah jumlah musim di Indonesia tahap, yaitu:
sedangkan 0,9375 adalah tetapan yang
menunjukan bahwa 1 gram berat kering A. Interpretasi dan Digitasi Citra Satelit
tanaman adalah setara dengan produksi
oksigen 0,9375 gram. Tujuan dari interpretasi dan digitasi adalah
diperolehnya peta digital ruang terbuka hijau
yang berisi jenis RTH beserta sebaran luas
b. Proyeksi tingkat kecukupan dan kebutuhan RTH. Teknik interpretasi secara visual
luas RTH . dilakukan dengan cara mengenali obyek
Bertujuan untuk mengetahui tingkat berdasarkan unsur-unsur interpretasi yang
kecukupan dan kebutuhan RTH di Kota berupa rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran,
Cirebon berdasarkan kebutuhan oksigen pola, bayangan, tinggi, situs dan asosiasi. Citra
hingga tahun 2019 menggunakan persamaan satelit yang digunakan adalah citra satelit tahun
bunga berganda (Eksponential). Metode ini pengamatan 2013 dan diperoleh dengan cara
didasarkan atas adanya tingkat pertambahan download menggunakan software Universal
penduduk pada tahun sebelumnya yang Map Downloader.
relatif berganda dengan sendirinya, dengan Proses digitasi dilakukan secara on-screen
rumus: menggunakan software Autodesk Map 2004
pada citra satelit berdasarkan hasil interpretasi
dan identifikasi lapangan. Digitasi dilakukan
dengan cara membuat layer dengan warna
Dimana: berbeda pada gambar dimana setiap layer
Pt = Jumlah populasi pada tahun ke-t tersebut menggambarkan jenis RTH yang
P0 = Jumlah populasi pada tahun awal berbeda sesuai dengan klasifikasi jenis RTH
r = Laju pertumbuhan populasi pada Peraturan Menteri Nomor
t = Satuan waktu yang digunakan 05/PRT/M/2008.
(tahun)

c. Perencanaan sumur resapan

Sumur resapan yang dimaksud dalam


penelitian ini termasuk ke dalam kategori
green water dimana prosedur
perencanaannya mengacu pada SNI 03-
2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Sumur Resapan Untuk Lahan Pekarangan.
Untuk perhitungan curah hujan rata-rata
menggunakan metode perhitungan Poligon
Thiessen Sedangkan untuk menghitung
curah hujan periode ulang 5 tahunan
menggunakan Menggunakan Metode
Gumbel Gambar IV.1 Proses Interpretasi dan Digitasi
Citra Satelit

4
Mira Lestira Hariani, Yackob Astor, Saihul Anwar.

B. Survei Identifikasi Lapangan berdasarkan jenisnya di setiap kecamatan yang


akhirnya akan diakumulasikan menjadi total
Survei identifikasi RTH dilakukan apabila ada luasan RTH publik eksisting Kota Cirebon.
obyek yang sulit diinterpretasikan di citra satelit,
dan bertujuan untuk mengetahui batas sebenarnya Tabel IV.1 Inventarisasi RTH Kota Cirebon
agar luas yang diperoleh lebih mendekati keadaan Tahun 2014
sebenarnya . Alat yang digunakan dalam kegiatan Luas RTH Eksisting Persen
No Kecamatan
(ha) (ha) (%) RTH
survei yaitu pita ukur dan GPS handheld untuk
1 Harjamukti 1.762 52,531 1,40
menentukan posisi/lokasi dan batas RTH. Objek
yang disurvei atara lain lapangan olahraga, RTH 2 Lemahwungkuk 651 62,510 1,67
Taman, RTH Pemakaman, RTH Hutan Kota. 3 Pekalipan 156 7,088 0,19
4 Kesambi 806 32,174 0,86
5 Kejaksan 361 16,881 0,45
Jumlah 3.736 171,184 4,58

Pada Tahun 2010 RTH eksisting Kota Cirebon


adalah 8,96% (Perda Kota Cirebon No 8 Tahun
2012). Jadi, RTH eksisting Kota Cirebon tahun
2014 mengalami penyusutan dan masih jauh dari
ketentuan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
Gambar IV.2 Proses Identifikasi Lapangan
IV.3 Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan
Jumlah Penduduk dan Kebutuhan
C. Kartografi Oksigen.

Kartografi merujuk pada buku Manual Kegiatan Penentuan kebutuhan luas RTH berdasarkan
P2KH 2013 dari Kementerian Pekerjaan Umum jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Kartografi ini dilakukan menggunakan Metode Gerakis (1974)
mencakup format lembar peta, pembagian lembar yang telah dimodifikasi oleh Wisesa (1988)
peta, jenis dan ketebalan garis, informasi tepi dalam Lestari dan Jaya (2005). Setelah
lembar peta seperti judul peta, skala peta, legenda, menghitung kebutuhan luas RTH pada tahun
orientasi (indeks), sumber data, label dan lain-lain 2010 – 2012 selanjurnya dilakukan analisis
sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sebuah proyeksi kebutuhan luas RTH dari tahun 2014
peta sebaran RTH eksiting Kota Cirebon Tahun hingga tahun 2019. Metode proyeksi yang
2014. dilakukan menggunakan persamaan bunga
berganda (Eksponential). dalam penelitian ini
perhitungan kebutuhan luas RTH berdasarkan
jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen
dibedakan menjadi 3 (tiga) berdasarkan tingkat
pemakaian kendaraan per hari yaitu tingkat
pemakaian 100%, 75% dan 50%.Setalah
melakukan analisis, diperoleh hasil sebagai
berikut:

Gambar IV.3 Peta Hijau Hasil Kartografi

IV.2 Inventarisasi RTH Eksisting Kota


Cirebon Tahun 2014

Perhitungan dilakukan dengan cara Gambar IV.4 Kebutuhan Luas RTH Tahun 2010 –
menginventarisasi setiap layer pada peta hijau 2019 Berdasarkan Tingkat Pemakaian Kendaraan
sehingga akan menghasilkan jumlah luasan RTH

5
Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

IV.4 Menentukan Potensi RTH Kota Cirebon

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,


lokasi-lokasi di Kota Cirebon yang memiliki
potensi untuk dikembangkan adalah sebagai
berikut:

Tabel IV.2 Potensi RTH Kota Cirebon


No Lokasi Luas (m2) Keterangan
1 Lapangan Kesenden 13760,6 Pengoptimalan
Fungsi
2 Taman Krucuk 4835,34
3 Lahan Ex-Grand Hotel 9789,09
4 Lap. Kesambi Dalam 3209,64 Gambar IV.6 Siteplan Taman Kesambi
5 Lap. Bola Evakuasi 10692,80
6 Lapangan Sutomo 9656,28
7 Taman BAT 4258,16
8 Lap. Sepak Bola Kebon 11168,51
Pelok
9 Lap. Kebon Pelok 12408,10
10 Menambah RTH Sempadan Sungai sesuai Peraturan
Menteri Nomor 05/PRT/M/2008. Contoh : Mengoptimalkan
Sempadan Sungai Sukalila, Mengoptimalkan Bantaran
Sungai Cimanuk di Jalan Tuparev.
11 Menambah RTH Sempadan kereta api sesuai Peraturan
Menteri Nomor 05/PRT/M/2008.contoh: Sempadan rel
kereta api di Jalan Wahidin – Slamet Riyadi.
12 Memperbanyak koridor hijau dengan cara menanam pohon Gambar IV.7 Desain 3D Taman Kesambi
di jalur hijau jalan
Taman Kesambi memiliki beberapa fasilitas
Dari lokasi tersebut, dalam penelitin ini hanya lain selain 8 (delapan) atribut Kota Hijau.
mengambil 3 (tiga) lokasi untuk dikembangkan Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain lapangan
menjadi taman hijau yaitu: sepak bola mini yang berukuran 20 m x 40 m ,
arena bermain anak (playground), dan picnic
1. Lapangan sepak bola kesambi dalam dengan area dimana pengunjung dapat menggelar tikar
luas 3209,64 m2 sebagai contoh dan menikmati pemandangan di sekitar Taman
pengembangan RTH dengan luas relatif kecil. Kesambi.
2. Lahan ex-Grand Hotel dengan luas 9789,09
m2 sebagai contoh pengembangan RTH dalam
rangka menambah RTH baru

3. Lapangan kebon pelok dengan luas total


23576,61 m2 sebagai contoh pengembangan
RTH dengan luas yang relatif besar.

A. Taman Kesambi

Taman Kesambi merupakan rencana


pengembangan dari lapangan sepak bola di Jalan
Kesambi Dalam dimana lapangan tersebut Gambar IV.8 Fasilitas di Taman Kesambi
memiliki luas sekitar 3209,64 m2 dan memiliki
potensi untuk dikembangkan.
B. Taman Kejaksan

Taman Kejaksan merupakan rencana


pengembangan RTH pada lahan ex-Grand Hotel
yang terletak di Jalan Siliwangi. Lahan ex-
grand hotel saat ini merupakan lahan liar (tidak
terurus) yang terletak di sebelah alun-alun
kejaksan. Berdasarkan informasi yang
diperoleh, lahan ini bukan milik pemerintah
Gambar IV.5 Kondisi Eksisting Lapangan Kesambi Kota Cirebon dan masih dalam sengketa.
Dalam Lahan ex-grand hotel dengan luas 9789,09 m2

6
Mira Lestira Hariani, Yackob Astor, Saihul Anwar.

ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan C. Taman Harjamukti


dengan pertimbangan letaknya yang berada di
tengah kota dan dekat dengan alun-alun Taman Harjamukti merupakan rencana
kejaksan sehingga menjadi sasaran bagi Dinas pengembangan dari 2 (dua) lapangan yang
Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon letaknya bersebelahan di Kawasan Kebon Pelok
untuk menjadikan lokasi ini sebagai RTH baru Jalan Pramuka. Kedua lapangan ini tepat berada
di Kota Cirebon (Sumanto, 2013) di sebelah hutan kota Kecamatan Harjamukti
Harjamukti dan keduanya memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi taman hijau.
Luas lahan yang akan dikembangkan adalah
23576,61 m2.

Gambar IV.9 Kondisi Eksisting Lahan Ex-Grand


Hotel

Gambar IV.13 Kondisi Eksisting Lapangan


Kebon Pelok

Gambar IV.10 Siteplan Taman Kejaksan

Gambar IV.11 Desain 3D Taman Kejaksan


Gambar IV.14 Siteplan Taman Harjamukti

Taman Kejaksan memiliki beberapa fasilitas


antara lain cultural area, skateboard area,
lapangan basket, Playground, picnic area, dan
open stage area.

Gambar IV.15 Desain 3D Taman Harjamukti

Taman Kejaksan memiliki beberapa fasilitas antara


lain lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan
Gambar IV.12 Fasilitas di Taman Kejaksan

7
Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

basket, open stage area, labyrinth area,


playground dan picnic area.

Gambar IV.17 Detail Sumur Resapan Tipe II

V.II Taman Kejaksan


Gambar IV.16 Fasilitas di Taman Harjamukti
Taman Kejaksan memiliki atribut green water
dalam bentuk danau buatan dengan kedalaman
Taman Kesambi, Taman Kejaksan, dan Taman H1= 2,5 m dan H2= 1,5 m dengan luas A1=
Harjamukti masing-masing memiliki unusur-unsur 215,35 m2 dan A2= 91,098 m2 yang mampu
atribut kota hijau sebagai berikut: menampung air hujan sebesar 672,522 m3.
Danau buatan ini selain berfungsi sebagai
Tabel IV.3 Atribut Kota Hijau penampung air hujan juga berfungsi untuk
Taman Taman Taman
No Atribut
Kesambi Kejaksan Harjamukti menambah nilai estetika dari Taman Kejaksan.
Green Planning
1 √ √ √
and Design
Green Open
2 √ √ √
Space A1
Green
3 √ √ √
Transportation
4 Green Building √ √ √ H1
5 Green Waste √ √ √
6 Green Water √ √ √ H2 A2
7 Green Energy - - -
Green
8 - - -
Community

Gambar IV.18 Dimensi Danau Buatan


V. ANALISIS GREEN WATER Taman Kejaksan

V.1 Taman Kesambi

Taman Kesambi memiliki atribut green water


dalam bentuk sumur resapan dimana dalam proses
analisisnya mengacu kepada SNI 03-2453-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan
Untuk Lahan Pekarangan. Pada Taman Kesambi
direncanakan sumur resapan tipe II dengan
diameter 1 m dan kedalaman 3 meter dimana 1
(satu) unit sumur resapan mampu menampung air
hujan sebesar 2,355 m3. Setelah melakukan
analisis dengan luas terbangun 175,74 m2 dan
volume air yang harus ditampung sebesar 17,350 Gambar IV.19 Simulasi 3D Danau Buatan
m3 diperlukan 8 (delapan) unit sumur resapan. Taman Kejaksan

8
Mira Lestira Hariani, Yackob Astor, Saihul Anwar.

V.II Taman Harjamukti KDB diatas 90% seperti pada kawasan


pertokoan di pusat kota, atau pada kawasan-
Taman Harjmukti memiliki atribut green water kawasan dengan kepadatan tinggi dengan lahan
dalam bentuk danau buatan dengan kedalaman yang sangat terbatas, RTH dapat disediakan
H1= 1 m dan H2= 2 m dengan luas A1= 646,397 pada atap bangunan.
m2 dan A2= 327,209 m2 yang mampu
menampung air hujan sebesar 1300,815 m3.
Danau buatan ini selain berfungsi sebagai
penampung air hujan juga berfungsi untuk
menambah nilai estetika dari Taman
Harjamukti.

H1
A2
H2

A1 Gambar IV.22 Contoh Struktur Lapisan Roof


Garden
Gambar IV.20 Dimensi Danau Buatan Taman
Harjamukti

Gambar IV.21 Simulasi 3D Danau Buatan Gambar IV.23 Contoh Aplikasi Sistem Roof
Taman Harjamukti Garden

VI. SOLUSI PENINGKATAN RTH VI.2 Sistem Vertical Garden


PRIVAT
Vertical garden adalah konsep taman tegak,
Dalam penelitian ini tidak diuraikan secara yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang
detail mengenai RTH privat akan tetapi dibahas diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang
mengenai solusi bagi peningkatan RTH privat tegak. Vertical Garden juga sering disebut
di Kota Cirebon dengan harapan masyarakat dengan vertical Landscape yang merupakan
dapat ikut barpartisipasi bagi peningkatan RTH hasil kreasi inovatif untuk menumbuhkan
di Kota Cirebon. Solusi peningkatan RTh tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai
privat di Kota Cirebon antara lain sebagai media pertumbuhan, dengan keberhasilan
berikut: menemukan sistem pertumbuhan tersebut
menyebabkan berkurangnya beban yang harus
VI.1 Sistem Roof Garden ditopang pada sebuah dinding sehingga
Ketersediaan lahan yang sempit tidak menutup
memudahkan dalam penataan desain taman
kemungkinan bagi kalangan privat untuk tetap vertikal dalam skala dinding yang luas serta
dapat berpartisipasi dalam peningkatan RTH
jalan keluar bagi pembuatan taman pada lokasi
Kota Cirebon. Menurut Peraturan Menteri yang terbatas ketersedian lahannya. (Seminar
Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Vertical Garden, 2011)
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan, Lahan dengan

9
Analisis Pengembangan Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cirebon

VI.4 Kolam Retensi

Kolam yang berfungsi untuk menampung air


hujan sementara waktu dengan memberikan
kesempatan untuk dapat meresap kedalam tanah
yang operasionalnya dapat dikombinasikan
dengan pompa atau pintu air.

Gambar IV.24 Contoh Konstruksi Sistem Vertical


Garden

Gambar IV.27 Contoh Kolam Retensi di


Kawasan Perumahan

VI.5 Biopori

Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah


yang terbentuk akibat berbagai aktifitas
Gambar IV.25 Contoh Aplikasi Sistem Vertical organisme di dalamnya, seperti cacing,
Garden
perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah
lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan
VI.3 Sistem Panen Hujan
terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air
di dalam tanah. Bila lubang biopori dibuat
Panen hujan merupakan suatu cara menampung air
dalam jumlah banyak maka kemampuan tanah
pada musim hujan untuk dapat dipergunakan pada dalam meresapkan air akan semakin meningkat.
saat musim kemarau. Air yang dipanen dapat Meningkatnya kemampuan tanah dalam
digunakan bagi keperluan rumah tangga maupun meresapkan air ke dalam tanah akan
domestik. Sistem ini sudah banyak diaplikasikan di memperkecil peluang terjadinya aliran air di
berbagai negara yang sering mengalami permukaan tanah atau dapat mengurangi bahaya
kekurangan air. banjir yang mungkin terjadi. (Tim Biopori
IPB, 2014)

Gambar IV.26 Prototipe Sistem Panen Hujan untuk


Keperluan Rumah Tangga
Gambar IV.28 Contoh Lubang Biopori

10
Mira Lestira Hariani, Yackob Astor, Saihul Anwar.

VI. DAFTAR PUSTAKA


V. KESIMPULAN DAN SARAN
Ardani,Cuak.,N.Hanafi dan T.Pribadi . 2013.
V.1 Kesimpulan Perkiraan Luas Ruang Terbuka Hijau
Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen
1. RTH publik eksisting Kota Cirebon di Kota Palangkaraya. Fakultas
masih belum memenuhi ketentuan Pertanian Universitas PGRI,
Undang-undang Nomor 26 tahun Palangkaraya.
2007 Tentang Penataan Ruang. Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Cirebon
Jumlah RTH publik eksisting Kota Dalam Angka 2013. Cirebon : Biro Pusat
Cirebon tahun 2014 adalah sekitar Statistik.
171,18 hektar atau sekitar 4,58%, Filkosima, Willy. 2011. Perubahan luas ruang
mengalami penyusutan dari tahun terbuka hijau dan faktorfaktor yang
2010 yaitu sekitar 8,96% (Perda Kota mempengruhi di kecamatan depok
Cirebon No 8 Tahun 2012). kabupaten sleman tahun 1992-2011.
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
2. Pemerintah Kota Cirebon akan Manual Program Pengembangan Kota Hijau
kesulitan untuk mewujudkan RTH (P2KH).2013. Kementrian Pekerjaan
Kota Cirebon menjadi 20,02% (sesuai Umum Direktorat Jendral Penataan
Perda Kota Cirebon No 8 Tahun Ruang.
2012). Peningkatan RTH dapat Peraturan Daerah Kota Cirebon No. 8 Tahun
dilakukan dengan cara menambah 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
lahan RTH baru dan mengoptimalkan Wilayah (RTRW) Kota Cirebon Tahun
fungsi RTH yang telah ada. 2011 – 2031.
Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2008 Tentang
3. Kebutuhan luas RTH berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
jumlah penduduk dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
oksigen pada tahun 2014 Perkotaan.
menggunakan Metode Gerakis adalah Petunjuk Teknis Program Pengembangan Kota
37,2% (jika tingkat pemakaian Hijau (P2KH).2013. Kementrian
kendaraan 100%), 29,8% (jika tingkat Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
pemakaian kendaraan 75%) dan Penataan Ruang.
22,45% (jika tingkat pemakaian Putri, D.G.,Bambang Soemardiono dan
kendaraan 50%) Rimadewi Suprihardjo.2010. Konsep
Penataan Ruang Terbuka Hijau di
V.1 Saran Kawasan Pusat Kota Ponorogo. FTSP
1. Untuk mendapatkan hasil perhitungan RTH ITS, Surabaya.
eksisting yang lebih akurat, proses survei SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
dan identifikasi RTH sempadan sungai, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
RTH sempadan jalan, RTH sempadan kereta Pekarangan
api dan RTH sempadan pantai sebaiknya Undang –Undang No.26 Tahun 2007 Tentang
dilakukan bersama dinas terkait. Penataan Ruang
2. Dalam penelitian ini pengembangan RTH Velayati ,Lubena Hajar.,Agug Ruliyansyah dan
diwujudkan dengan cara mengubah fungsi Yulisa Fitrianingsing.2013. Analisis
RTH menjadi taman kota hijau. Untuk Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
penelitian selanjutnya dapat Berdasarkan Serapan Gas Co2 di Kota
mengembangkan fungsi RTH lainnya, Pontianak. Fakultas Pertanian, Universitas
seperti RTH sempadan sungai atau Tanjungpura.
sempadan kereta api. Wijayanto, Wahyu Tri. 2013. Kajian
3. Untuk meminimalkan perubahan fungsi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di
RTH menjadi non-RTH, maka pemerintah Kecamatan Gondokusuman Kota
diharapkan lebih tegas dalam proses Yogyakarta Tahun 2009. Fakultas
pengoptimalan lahan RTH yang belum Geografi UGM, Yogyakarta.
optimal agar tetap dipertahankan fungsinya.

11
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai