ABSTRAK
Konsep Teknopolis yang akan dikembangkan pada Kawasan Gedebage, Kota Bandung
yaitu menjadi suatu konsep yang akan mendukung sinergitas antara peruntukkan
pendidikan tinggi, industri kreatif, komersial serta pusat pemerintahan berkonsep
teknopolis. Selain itu, pengembangan Kawasan Gedebage didasari bahwa Kota Bandung
membutuhkan pusat kota kedua setelah CBD Alun-alun guna melayani kegiatan yang
terdapat di Kota Bandung. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa daya dukung
lahan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi pengembangan Kawasan Teknopolis di
Kecamatan Gedebage. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
satuan kemampuan lahan dengan 9 SKL yang digunakan serta analisis kesesuaian lahan.
Kemampuan lahan Kecamatan Gedebage terdapat tiga kategori kemampuan lahan yaitu
pengembangan tinggi, sedang, dan rendah. Daya dukung lahan di Kawasan Teknopolis
Gedebage terdiri dari masalah kesuaian lahan antara pola ruang dan rencana teknopolis
yang tidak sesuai, dimana kesesuaian yang sesuai antara rencana teknopolis dengan pola
ruang seluas 302,64 Ha atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis,
kemudian untuk kondisi eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas
46,71 Ha atau 8,13% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis.
A. PENDAHULUAN
Konsep teknopolis telah lama berkembang pada beberapa Negara seperti Rusia
dan Jepang. Konsep teknopolis dikembangkan sebagai pusat teknologi serta
menjadi jembatan interaksi antara institusi riset dalam hal pengembangan sains dan
teknologi dengan aktifitas industri berperan sebagai kapital, dan pemerintah dalam
tata kelola dan regulasi, yang bertujuan agar melahirkan inovasi yang baru
(Ajikusumah, 2017). Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kota Bandung Tahun 2014-2034 dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang di Kota
Bandung membuat teknopolis menjadi suatu konsep yang akan mendukung
sinergitas antara pendidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat
pemerintahan berkonsep teknopolis.
Kawasan Gedebage di Kota Bandung merupakan daerah dibagian Bandung
Timur yang akan dirubah menjadi kota futuristik. Pengembangan kawasan ini
diakibatkan berdasarkan bahwa Kota Bandung membutuhkan pusat kota kedua
guna melayani kegiatan di Kota Bandung seperti menampung penduduk serta
sebagai pusat inovasi industri digital. Rencana pengembangan Gedebage sebagai
B. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Kecamatan Gedebage merupakan pemekaran dari Kecamatan rancasari yang
terletak di sebelah timur wilayah Kota Bandung. Luas wilayah Kecamatan
Gedebage adalah 978 Ha. Kawasan Teknopolis menjadi pusat dari pengembangan
kawasan Gedebage sebagai kawasan pusat primer ke dua di Kota Bandung,
Kawasan Teknopolis memiliki luas lahan sebesar 588,95 Ha atau 60% luas dari
total luas Kecamatan Gedebage. Unit analisis pada penelitian ini adalah skala
kelurahan di Kawasan Teknopolis Gedebage.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang diawali
pada peninjauan terhadap latar belakang serta isu permasalahan pada wilayah studi,
dan dilanjutkan diuraikan secara rinci kedalam beberapa langkah-langkah, yaitu:
a. Pendekatan terhadap pola ruang kawasan teknopolis, dilakukan melalui
identifikasi dan analisa kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh
satuan kemampuan lahan secara kumulatif. Berikut dibawah ini tabel 1. klasifikasi
pengembangan berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2007.
Tabel 1. Klasifikasi Pengembangan
Nilai Total Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
- Kelas C Kemampuan Pengembangan Rendah
- Kelas B Kemampuan Pengembangan Sedang
- Kelas A Kemampuan Pengembangan Tinggi
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007
Secara geografis wilayah Gedebage mempunyai jarak yang dekat dengan pusat
kota kota Bandung dan memiliki topografi lahan yang relatif datar (0 – 3%)
sehingga berpotensi sebagai lahan fisik perkotaan. Berdasarkan data Direktorat
Geologi Tata Lingkungan Jawa Barat tahun 1991, wilayah Gedebage secara
keseluruhan mempunyai tingkat kerentanan tanah rendah untuk terkena gerakan
tanah sehingga mempunyai kemungkinan yang sangat kecil terhadap terjadinya
gerakan tanah/gempa. Kecamatan Gedebage secara administratif berbatasan
dengan daerah kabupaten/kota dan kecamatan lainnya, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Gedebage.
relatif datar, pondasi sedikit kuat, dan rawan bencana. Kemampuan pengembangan
rendah artinya lahan tidak dapat dikembangkan (boleh dikembangkan tetapi dengan
syarat harus melakukan pematangan lahan terlebih dahulu) karena lahan tersebut
rendah dalam semua aspek fisik. Berikut dibawah ini hasil dari analisis kemampuan
lahan Kecamatan Gedebage, dapat dilihat pada Tabel 2. dan Gambar 4.
Tabel 2. Kemampuan Lahan Kecamatan Gedebage
Kemampuan Lahan (Ha)
Kelurahan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Tinggi (A) Sedang (B) Rendah ( C)
Ciminrang 154,46 - 6,54
Cisaranten Kidul 394 22,73 8,97
Rancabolang 191,24 74,17 -
Rancamumpang 49,09 66,36 -
Total 788,79 163,26 15,51
Sumber: Hasil analisis Tahun 2020
Teknopolis Gedebage skala. Kesimpulan dari analisis kesesuaian lahan ini adalah
kesesuaian antara rencana teknopolis dengan pola ruang adalah seluas 302,64 Ha
atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, kemudian untuk kondisi
eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas 46,71 Ha atau 8,13%
dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis.
D. KESIMPULAN
Kemampuan lahan Kecamatan Gedebade terdapat tiga kategori kemampuan
lahan yaitu pengembangan tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan lahan
Kecamatan Gedebage di dominasi oleh kemampuan lahan pengembangan tinggi
seluas 788,79 Ha, dimana untuk pengembangan lahan tinggi memiliki arti lahan
yang ada di Kecamatan Gedebage dapat dikembangkan secara maksimal
dikarenakan pada kategori ini tanah dan kondisi fisik yang ada di Kecamatan
Gedebage tidak mempunyai masalah daya dukung lahan sehingga untuk
pengembangan lahan Kecamatan Gedebage dapat dikembangkan sesuai
peruntukannya, Untuk pengembangan lahan sedang seluas 163,26 Ha, dan
Kemampuan pengembahan lahan rendah seluas 15,51 Ha yang tersebar di 2
kelurahan yaitu kelurahan Cimencrang dan Cisaranten Kidul. Kemudian untuk
masalah terkait daya dukung lahan di Kawasan Teknopolis Gedebage terdiri dari
masalah kesuaian lahan antara pola ruang dan rencana teknopolis yang tidak sesuai,
dimana kesesuaian yang sesuai antara rencana teknopolis dengan pola ruang seluas
302,64 Ha atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, kemudian
untuk kondisi eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas 46,71
Ha atau 8,13% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, lalu masalah kondisi
eksisting yang sudah terbangun kawasan yang berbeda dari rencana teknoplis dan
pola ruang, kemudian masalah bencana alam, dan masalah kemampuan lahan yaitu
kemampuan lahan rendah terdapat di Kelurahan Ciminrang.
DAFTAR PUSTAKA
Ajikusumah, 2017, Studi Tentang Pembangunan Dalam Perspektif Keberlanjutan
Warga Pinggiran Kota, ITB, Bandung, Hal. 32-33
Aulia, N. R., AS, N. S., & Surur, F. (2019). Pengaruh Reproduksi Ruang terhadap
Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Setempat di Kelurahan Samata
Kabupaten Gowa. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS), 2(2), 237-244.
Aziz, 2017, Studi Jejaring Aktor Dalam Pembentukan Kawasan Inti Teknopolis
Gedebage, ITB, Bandung, Hal. 48-51
Chatterjee, & Sanchita, 2016, Sustainable Metropolitan Development Using
Carrying Capacity as a tool: a case of Mumbai Metropolitan Region, India,
International Advance Research Journal in Science, Engineering and
Technology, vol. 03, Issue 04, hal 32-35
Delfis, Balamba, Monintja, & Saraja, 2013, Analisis Potensi Likuifasi di PT. PLN
(Persero) UIP KIT SULAMA PLTU 2 Sulawesi Utara, Jurnal Sipil Statik, vol,
01, no. 11, hal. 705-717
Ishak, Asma, & Ahmad, 2016, Pemanfaatan Teknologi Spasial Dalam Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Binaga Lumbua Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan, Jurnal PWK, vol 21, no. 14, hal. 201-208
Kumar, 2017, Urban Carrying capacity Assessment for metropolitan area: Case
study of Patna City, Bihar, India, International Research Journal of
Engineering and Technology (IRJET), vol. 04, Issue 02, hal. 1561-1563
Navastara, Mahriyar, & Bintang, 2010, Konsep Compact City Sebagai Salah Satu
Konsep Inovatif Perencanaan Tata Ruang Dalam Menyelesaikan
Permasalahan Pembangunan Kota di Surabaya, Jurnal Nasional, vol. 24, no.
11, hal. 334-339
Ridha, Vipriyanti, & Wiswasta, 2016, Analisis Daya Dukung Lahan Sebagai
Pengembangan Fasilitas Perkotaan Kecamatan Mpuda Kota Bima Tahun
2015-2035,Jurnal Wilayah dan Lingkungan, vol 04, No 1, hal. 65-80
Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor: 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung 2015-2035
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Tentang Teknik Analisis
Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 179 Tahun 2018 Tentang Panduan Rancang
Kota Pusat Pelayanan Gedebage
Tilaar, Sela, & Tondobala, 2014, Analisis Urban Compactness Kota Manado,
Jurnal PWK, vol 17, no 22, hal. 116-122