Anda di halaman 1dari 11

PLANO MADANI

VOLUME 9 NOMOR 2 OKTOBER 2020, 57-67


© 2020 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

PENGEMBANGAN KAWASAN TEKNOPOLIS GEDEBAGE KOTA


BANDUNG BERDASARKAN ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN

Hadi Fitriansyah1, Moch. Fajrin Ibrahim2


1
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
1
Email : hadifitriansyah76@gmail.com

Diterima (received): 01 Mei 2020 Disetujui (accepted): 17 Juli 2020

ABSTRAK

Konsep Teknopolis yang akan dikembangkan pada Kawasan Gedebage, Kota Bandung
yaitu menjadi suatu konsep yang akan mendukung sinergitas antara peruntukkan
pendidikan tinggi, industri kreatif, komersial serta pusat pemerintahan berkonsep
teknopolis. Selain itu, pengembangan Kawasan Gedebage didasari bahwa Kota Bandung
membutuhkan pusat kota kedua setelah CBD Alun-alun guna melayani kegiatan yang
terdapat di Kota Bandung. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa daya dukung
lahan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi pengembangan Kawasan Teknopolis di
Kecamatan Gedebage. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
satuan kemampuan lahan dengan 9 SKL yang digunakan serta analisis kesesuaian lahan.
Kemampuan lahan Kecamatan Gedebage terdapat tiga kategori kemampuan lahan yaitu
pengembangan tinggi, sedang, dan rendah. Daya dukung lahan di Kawasan Teknopolis
Gedebage terdiri dari masalah kesuaian lahan antara pola ruang dan rencana teknopolis
yang tidak sesuai, dimana kesesuaian yang sesuai antara rencana teknopolis dengan pola
ruang seluas 302,64 Ha atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis,
kemudian untuk kondisi eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas
46,71 Ha atau 8,13% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis.

Kata Kunci: teknopolis, daya dukung, Gedebage

A. PENDAHULUAN
Konsep teknopolis telah lama berkembang pada beberapa Negara seperti Rusia
dan Jepang. Konsep teknopolis dikembangkan sebagai pusat teknologi serta
menjadi jembatan interaksi antara institusi riset dalam hal pengembangan sains dan
teknologi dengan aktifitas industri berperan sebagai kapital, dan pemerintah dalam
tata kelola dan regulasi, yang bertujuan agar melahirkan inovasi yang baru
(Ajikusumah, 2017). Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kota Bandung Tahun 2014-2034 dijelaskan bahwa tujuan penataan ruang di Kota
Bandung membuat teknopolis menjadi suatu konsep yang akan mendukung
sinergitas antara pendidikan tinggi, industri kreatif, komersial dan pusat
pemerintahan berkonsep teknopolis.
Kawasan Gedebage di Kota Bandung merupakan daerah dibagian Bandung
Timur yang akan dirubah menjadi kota futuristik. Pengembangan kawasan ini
diakibatkan berdasarkan bahwa Kota Bandung membutuhkan pusat kota kedua
guna melayani kegiatan di Kota Bandung seperti menampung penduduk serta
sebagai pusat inovasi industri digital. Rencana pengembangan Gedebage sebagai

Available online : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/planomadani


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

Kawasan Teknopolis seperti teritegrasinya transportasi yang memadai, serta


rencana pengembangan pusat industri dan inovasi yang berbasis teknologi
komunikasi dan informasi. Pada pengembangan Kawasan pusat Primer Gedebage
diproyeksikan memiliki fungsi yang pada umumnya terdapat di Kawasan
Teknopolis seperi fasilitas bisnis, komersial, olah raga, hunian/permukiman, dan
tempat rekreasi. Sedangkan pada Kawasan Gedebage terdapat kawasan terminal
peti kemas yang berskala loka, regional, maupun nasional. Kawasan ini memiliki
aksesibilitas tinggi baik dari jalan utama, jalan tol dan akses kereta api. Kawasan
Gedebage masih didominasi lahan yang sebagian besar masih berupa persawahan
atau lahan kosong yang dapat memudahkan dalam perancangan dan
pengembangannya (Kusumadewi, 2016).
Dalam hal pembangunan Kawasan Teknopolis terdapat lima hal yang harus
diperhatikan pada Kawasan Gedebage, antara lain: Kawasan Gedebage merupakan
kawasan terbuka hijau untuk Kota Bandung, akibat adanya pengembangan kawasan
gedebage sebagai kawasan teknopolis membuat ruang terbuka hijau di Kota
Bandung semakin berkurang. Kawasan Gedebage memiliki daerah terendah pada
cekungan Bandung sehingga berpotensi banjir, selain itu, kawasan gedebage
terdapat potensi angina puting beliung akibat letak Kawasan Gedebage dalam jalur
angin yang berhembus dari utara menuju selatan. Gedebage juga memiliki potensi
tanah ambles yang tinggi. Dan pembangunan teknopolis di Gedebage berpotensi
mengurangi daerah tangkapan air. Gedebage merupakan daerah tangkapan air di
Kota Bandung (Suranto, 2016).
Dengan adanya rencana pengembangan Kawasan Teknopolis di Kecamatan
Gedebage bisa saja menimbulkan masalah seperti bencana alam dan berkurangnya
ruang terbuka hijau jika daya dukung lahan di Kecamatan Gedebage tersebut tidak
bisa mendukung rencana pengembangan Kawasan Teknopolis tersebut, belum lagi
tanah di Kecamatan Gedebage mudah ambles akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan dan memiliki potensi banjir dan gempa, mengingat tanah yang datar dan
tidak stabil.

B. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Kecamatan Gedebage merupakan pemekaran dari Kecamatan rancasari yang
terletak di sebelah timur wilayah Kota Bandung. Luas wilayah Kecamatan
Gedebage adalah 978 Ha. Kawasan Teknopolis menjadi pusat dari pengembangan
kawasan Gedebage sebagai kawasan pusat primer ke dua di Kota Bandung,
Kawasan Teknopolis memiliki luas lahan sebesar 588,95 Ha atau 60% luas dari
total luas Kecamatan Gedebage. Unit analisis pada penelitian ini adalah skala
kelurahan di Kawasan Teknopolis Gedebage.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang diawali
pada peninjauan terhadap latar belakang serta isu permasalahan pada wilayah studi,
dan dilanjutkan diuraikan secara rinci kedalam beberapa langkah-langkah, yaitu:
a. Pendekatan terhadap pola ruang kawasan teknopolis, dilakukan melalui
identifikasi dan analisa kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.

58 Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

b. Analisis pengembangan Kawasan Teknopolis dalam pemanfaatan lahan guna


mendukung aktifitas di dalam Kawasan Teknopolis Gedebage.
3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini dilakukan melalui survei yang secara garis besar
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Survei Primer
Dalam studi ini survei primer dililakukan untuk melihat kondisi daya dukung
lahan eksisting dan melihat guna lahan terbaru di wilayah studi, dimana untuk
dapat mengetahui guna lahan terbaru di wilayah studi maka dilakukan komparasi
peta guna lahan tahun 2014 dan data guna lahan 2018 dari Google Earth, setelah
melakukan komparasi maka akan menghasilkan peta survei yang nantinya akan
digunakan untuk melakukan ground check, dimana ground check sendiri
dilakukan untuk menguji validitas dari hasil komparasi guna lahan di wilayah
studi tersebut, kemudian mengambil foto-foto sebagai referensi untuk
mendukung validitas dari keterbahruan dari guna lahan di wilayah studi.
b. Survei Sekunder
Dalam studi ini survei sekunder dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
tidak bisa didapatkan dari survei sekunder, seperti data digital (SHP, Peta dan
Dokumen digital).
4. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk penelitian ini bertujuan untuk
menjawab sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun metode analisis yang
diguanakan sebagai berikut:
a. Analisis Satuan Kemampuan Lahan
Dalam menganalisis Fisik Kemampuan Lahan di gunakan pedoman Permen PU
No.20/PRT/M/2007 yang didalamnya menjelaskan langkah yang harus di
lakukan setelah tahap pengumpulan data yang sebelumnya telah dilakukan.
Dalam analisis ini, banyak menggunakan overlay berbagai peta yang dimiliki.
Dalam analisis Kemampuan Lahan ini dilakukan 9 Satuan Kemampuan Lahan,
yaitu :
1. SKL Morfologi 6. SKL Ketersediaan Air
2. SKL Kemudahan Dikerjakan 7. SKL Terhadap Erosi
3. SKL Kestabilan Lereng 8. SKL Pembuangan Limbah
4. SKL Kestabilan Pondasi 9. SKL Terhadap Bencana Alam
5. SKL Untuk Drainase
Apabila SKL diatas telah selesai dikerjakan, maka langkah selanjutnya yaitu semua
peta SKL di beri skor dan di overlay sehingga akan menghasilkan peta kemampuan
lahan wilayah tersebut.
b. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan merupakan analisis yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk keperluan pengembangan
Kawasan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan bagi analisis kesesuaian
lahan di Kecamatan Gedebage. Skoring Kemampuan Lahan dan Klasifikasi
Pengembangan, Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan
nilai dikalikan bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan
lahan yang telah diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu

Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 59


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh
satuan kemampuan lahan secara kumulatif. Berikut dibawah ini tabel 1. klasifikasi
pengembangan berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2007.
Tabel 1. Klasifikasi Pengembangan
Nilai Total Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
- Kelas C Kemampuan Pengembangan Rendah
- Kelas B Kemampuan Pengembangan Sedang
- Kelas A Kemampuan Pengembangan Tinggi
Sumber : Permen PU No 20 Tahun 2007

c. Analisis Kesesuaian Lahan


Analisis kesesuaian lahan di sini bersifat evaluasi di mana evaluasi kesesuian
lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang
hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil. Data yang dibutuhkan dalam analisis ini yaitu peta
kemampuan lahan, peta guna lahan eksisting, peta rencana pola ruang RDTR
Gedebage dan peta rencana Teknopolis Gedebage.

C. HASIL DAN PEMBASAHAN


1. Gambaran Lokasi
Kawasan Teknopolis Gedebage merupakan gabungan dari berbagai
pemanfaatan ruang dalam deliniasi yang cukup besar. Pengembangan deliniasi
Kawasan Teknopolis ini mencakup beberapa kegiatan penujang yang mendukung
kegiatan teknopolis antara lain kawasan pemerintahan kota bandung, kawasan
Transit Oriented Development (TOD), serta kawasan rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL) kawasan terminal terpadu Gedebage Bandung. Rencana
pemanfaatan ruang zonasi dan ketetapan intensitas ruang Kawasan Teknopolis
Gedebage telah tercantum dalam dokumen penyusunan perencanaan
pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage tahun 2014. Kawasan inti
teknopolis Gedebage direncanakan sebagai kawasan mixed use, dengan fungsi guna
lahan yang telah ditentukan. Selain kebijakan dalam penentuan fungsi guna lahan,
juga diatur penentuan ketinggian bangunan serta keofisien lantai Bangunan (KLB)
untuk mengendallikan Kawasan Teknopolis tersebut. Adapun kebijakan dalam
penentuan lantai bangunan yang tinggi diarahkan pada kawasan inti Teknopolis
Gedebage, yang terdiri dari kawasan komersial dan kawasan terminal terpadu
(TOD). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Peta Rencana
Teknopolis dan Gambar 2. Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Kawasan
Teknopolis Gedebage.

60 Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

Gambar 1. Peta Rencana Teknopolis

Gambar 2. Peta Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Kawasan Teknopolis


Gedebage

Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 61


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

Secara geografis wilayah Gedebage mempunyai jarak yang dekat dengan pusat
kota kota Bandung dan memiliki topografi lahan yang relatif datar (0 – 3%)
sehingga berpotensi sebagai lahan fisik perkotaan. Berdasarkan data Direktorat
Geologi Tata Lingkungan Jawa Barat tahun 1991, wilayah Gedebage secara
keseluruhan mempunyai tingkat kerentanan tanah rendah untuk terkena gerakan
tanah sehingga mempunyai kemungkinan yang sangat kecil terhadap terjadinya
gerakan tanah/gempa. Kecamatan Gedebage secara administratif berbatasan
dengan daerah kabupaten/kota dan kecamatan lainnya, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Gedebage.

Gambar 3. Administrasi Kecamatan Gedebage

2. Analisis Kemampuan Lahan


Dalam menganalisis Fisik Kemampuan Lahan di gunakan pedoman Permen
PU No.20/PRT/M/2007 yang didalamnya menjelaskan langkah yang harus di
lakukan setelah tahap pengumpulan data yang sebelumnya telah dilakukan. Dalam
analisis ini, banyak menggunakan overlay berbagai peta yang dimiliki. Apabila 9
SKL telah selesai dikerjakan, maka langkah selanjutnya yaitu semua peta SKL di
beri skor dan di overlay sehingga akan menghasilkan peta kemampuan lahan
wilayah tersebut. Analisis kemampuan lahan merupakan analisis yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk keperluan
pengembangan kawasan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan bagi analisis
kesesuaian lahan di Kecamatan Gedebage Analisis kemampuan lahan ini dilakukan
dengan cara meng-overlay seluruh peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL) yang
telah dibuat.
Kemampuan pengembangan tinggi artinya lahan stabil, datar, pondasi kuat dan
tidak rawan bencana. Kemampuan pengembangan sedang artinya lahan stabil,

62 Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

relatif datar, pondasi sedikit kuat, dan rawan bencana. Kemampuan pengembangan
rendah artinya lahan tidak dapat dikembangkan (boleh dikembangkan tetapi dengan
syarat harus melakukan pematangan lahan terlebih dahulu) karena lahan tersebut
rendah dalam semua aspek fisik. Berikut dibawah ini hasil dari analisis kemampuan
lahan Kecamatan Gedebage, dapat dilihat pada Tabel 2. dan Gambar 4.
Tabel 2. Kemampuan Lahan Kecamatan Gedebage
Kemampuan Lahan (Ha)
Kelurahan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Tinggi (A) Sedang (B) Rendah ( C)
Ciminrang 154,46 - 6,54
Cisaranten Kidul 394 22,73 8,97
Rancabolang 191,24 74,17 -
Rancamumpang 49,09 66,36 -
Total 788,79 163,26 15,51
Sumber: Hasil analisis Tahun 2020

Gambar 4. Peta Kemampuan Lahan Kecamatan Gedebage


3. Overlay Rencana Teknopolis dengan Kemampuan Lahan
Overlay rencana teknopolis dengan kemampuan lahan dilakukan agar dapat
melihat bagaimana kemampuan lahan dari pengembangan rencana teknopolis
terebut, apakah Kawasan Teknopolis berada pada lahan dengan kemampuan
pengembangan tinggi, sedang atau rendah. Kawasan rencana pengembangan
teknopolis di dominasi oleh kawasan dengan kemampuan lahan tinggi, tetapi juga
terdapat kawasan rencana pengembangan teknopolis yang terdapat pada
kemampuan pengembangan sedang yaitu pada Kelurahan Rancanumpang dimana
kawasan komersial K 1 memiliki kemampuan pengembangan sedang, pada

Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 63


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

kelurahan Rancabolang dimana kawasan komersial K 32, kawasan hunian


bertingkat rendah R3 5 dan R3 6, dan pada Kelurahan Cisantren Kidul dimana
kawasan hunian bertingkat rendah R3 4, hunian bertingkat sedang HBS8, badan air
BA6, dan Ruang Terbuka Hijau RTH 3. Kemudian terdapat juga kawasan rencana
pengembangan teknopolis pada kemampuan pengembangan rendah yaitu pada
Kelurahan Cimencrang dimana kawasan komersial K 2 dan K 3, dan pada kawasan
pengembangan eksisting PE 2 dan PE 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Peta Daya Dukung Rencana Teknopolis Gedebage

4. Kesesuaian Pola Ruang Kecamatan Gedebage, Rencana Teknopolis


Dengan Kondisi Eksisting
Analisis kesesuaian lahan di sini bersifat evaluasi dimana evaluasi kesesuian
lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu, evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan
pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta
memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan
penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Dimana dalam hal ini yaitu analisis
kesesuaian pola ruang Kecamatan Gedebage, rencana teknopolis Gedebage dan
kondisi eksisting Kecamatan Gedebage sehingga analisis tersebut dapat
mengeluarkan potensi masalah terkait daya dukung lahan Teknopolis Gedebage.
Untuk data yang dibutuhkan dalam analisis ini yaitu data kondisi eksisting
Kecamatan Gedebage, peta pola ruang Kecamatan Gedebage dan peta rencana

64 Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

Teknopolis Gedebage skala. Kesimpulan dari analisis kesesuaian lahan ini adalah
kesesuaian antara rencana teknopolis dengan pola ruang adalah seluas 302,64 Ha
atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, kemudian untuk kondisi
eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas 46,71 Ha atau 8,13%
dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis.

Gambar 6. Skema Analisis Kesesuaian Lahan

Gambar 7. Peta Kesesuaian Pola Ruang dengan Rencana Teknopolis

Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 65


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

Gambar 8. Peta Kesesuaian Pola Ruang dengan Rencana Teknopolis

D. KESIMPULAN
Kemampuan lahan Kecamatan Gedebade terdapat tiga kategori kemampuan
lahan yaitu pengembangan tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan lahan
Kecamatan Gedebage di dominasi oleh kemampuan lahan pengembangan tinggi
seluas 788,79 Ha, dimana untuk pengembangan lahan tinggi memiliki arti lahan
yang ada di Kecamatan Gedebage dapat dikembangkan secara maksimal
dikarenakan pada kategori ini tanah dan kondisi fisik yang ada di Kecamatan
Gedebage tidak mempunyai masalah daya dukung lahan sehingga untuk
pengembangan lahan Kecamatan Gedebage dapat dikembangkan sesuai
peruntukannya, Untuk pengembangan lahan sedang seluas 163,26 Ha, dan
Kemampuan pengembahan lahan rendah seluas 15,51 Ha yang tersebar di 2
kelurahan yaitu kelurahan Cimencrang dan Cisaranten Kidul. Kemudian untuk
masalah terkait daya dukung lahan di Kawasan Teknopolis Gedebage terdiri dari
masalah kesuaian lahan antara pola ruang dan rencana teknopolis yang tidak sesuai,
dimana kesesuaian yang sesuai antara rencana teknopolis dengan pola ruang seluas
302,64 Ha atau 51,38% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, kemudian
untuk kondisi eksisting yang sudah sesuai dengan rencana teknopolis seluas 46,71
Ha atau 8,13% dari luas keseluruhan Kawasan Teknopolis, lalu masalah kondisi
eksisting yang sudah terbangun kawasan yang berbeda dari rencana teknoplis dan
pola ruang, kemudian masalah bencana alam, dan masalah kemampuan lahan yaitu
kemampuan lahan rendah terdapat di Kelurahan Ciminrang.

66 Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973


Hadi Fitriansyah dan Moch. Fajrin Ibrahim, Pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage
Kota Bandung Berdasarkan Analisis Daya Dukung Lahan

DAFTAR PUSTAKA
Ajikusumah, 2017, Studi Tentang Pembangunan Dalam Perspektif Keberlanjutan
Warga Pinggiran Kota, ITB, Bandung, Hal. 32-33
Aulia, N. R., AS, N. S., & Surur, F. (2019). Pengaruh Reproduksi Ruang terhadap
Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Setempat di Kelurahan Samata
Kabupaten Gowa. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS), 2(2), 237-244.
Aziz, 2017, Studi Jejaring Aktor Dalam Pembentukan Kawasan Inti Teknopolis
Gedebage, ITB, Bandung, Hal. 48-51
Chatterjee, & Sanchita, 2016, Sustainable Metropolitan Development Using
Carrying Capacity as a tool: a case of Mumbai Metropolitan Region, India,
International Advance Research Journal in Science, Engineering and
Technology, vol. 03, Issue 04, hal 32-35
Delfis, Balamba, Monintja, & Saraja, 2013, Analisis Potensi Likuifasi di PT. PLN
(Persero) UIP KIT SULAMA PLTU 2 Sulawesi Utara, Jurnal Sipil Statik, vol,
01, no. 11, hal. 705-717
Ishak, Asma, & Ahmad, 2016, Pemanfaatan Teknologi Spasial Dalam Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Binaga Lumbua Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Selatan, Jurnal PWK, vol 21, no. 14, hal. 201-208
Kumar, 2017, Urban Carrying capacity Assessment for metropolitan area: Case
study of Patna City, Bihar, India, International Research Journal of
Engineering and Technology (IRJET), vol. 04, Issue 02, hal. 1561-1563
Navastara, Mahriyar, & Bintang, 2010, Konsep Compact City Sebagai Salah Satu
Konsep Inovatif Perencanaan Tata Ruang Dalam Menyelesaikan
Permasalahan Pembangunan Kota di Surabaya, Jurnal Nasional, vol. 24, no.
11, hal. 334-339
Ridha, Vipriyanti, & Wiswasta, 2016, Analisis Daya Dukung Lahan Sebagai
Pengembangan Fasilitas Perkotaan Kecamatan Mpuda Kota Bima Tahun
2015-2035,Jurnal Wilayah dan Lingkungan, vol 04, No 1, hal. 65-80
Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor: 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung 2015-2035
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Tentang Teknik Analisis
Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 179 Tahun 2018 Tentang Panduan Rancang
Kota Pusat Pelayanan Gedebage
Tilaar, Sela, & Tondobala, 2014, Analisis Urban Compactness Kota Manado,
Jurnal PWK, vol 17, no 22, hal. 116-122

Volume 9 Nomor 2 – Oktober 2020 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 67

Anda mungkin juga menyukai