Anda di halaman 1dari 10

JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)

ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705


| Vol.5 | No.1| 2021

Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Pola Ruang Kota


Baubau (Studi Kasus: Kecamatan Batupoaro,
Murhum dan Wolio)
Asnawati Izat1), La Ode Restele2), Jamal Harimuddin2)
1)
Program Studi Geografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian UHO
2)
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian UHO

Email: 1asnawati.izat@gmail.com, 2naufal_ldrestele@yahoo.com,


3
jamalharimudin@gmail.com

Abstrak: Kota Baubau yang terus berkembang mengakibatkan pesatnya pertumbuhan


penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan sehingga cenderung mempengaruhi pola ruang
wilayah kota. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui berapa besar penyimpangan
pemanfaatan pola ruang; (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan
pemanfaatan pola ruang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini:
(1) analisis overlay dan analisis kesesuaian pemanfaatan pola ruang untuk melihat tingkat
kesesuaian pemanfaatan pola ruang dan mengetahui besaran penyimpangan pemanfaatan pola
ruang; (2) analisis regresi berganda dengan variabel dummy untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi penyimpangan pola ruang. Hasil penelitian antara lain: (1) besaran klasifikasi
luas lahan yang sesuai terhadap rencana tata ruang di lokasi penelitian (Kecamatan
Batupoaro, Murhum dan Wolio) adalah seluas 2.438 ha (67%), klasifikasi belum terbangun
seluas 1.097 ha (30%), dan klasifikasi tidak sesuai atau menyimpang seluas 104 ha (3%)
dari luas wilayah perencanaan; (2) faktor yang paling signifikan mempengaruhi
penyimpangan pola ruang adalah faktor perizinan.

Kata Kunci: Evaluasi, Kesesuaian, Pola Ruang

Abstract: Baubau City that continues to grow resulted in rapid population growth and
increased land requirements so it tends to affect the spatial pattern of urban areas. This study
aims to: (1) know how much the use of spatial pattern deviations; (2) know the factors that
influence the deviation in the use of spatial patterns. Data analysis methods used in this study:
(1) overlay analysis and analysis of suitability of spatial patterns utilization to know the level
of suitability of spatial pattern utilization and know magnitude of spatial pattern deviation; (2)
multiple regression analysis with dummy variables to know the factors that influence spatial
pattern deviations. The results of the study are: (1) the amount of land area classification
according to the spatial plan at the study site (Batupoaro, Murhum and Wolio Districts) is
2,438 acre (67%), the undeveloped classification is 1,097 acre (30%), and the classification is
not according to or deviating area of 104 acre (3%) of the planning area; (2) the most
significant factor affecting spatial pattern deviations is the licensing factor.

Keywords: Evaluation, Suitability, Spatial Pattern

April --- 11
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
1. PENDAHULUAN Badan Pusat Statistik Kota Baubau Tahun
Pemanfaatan pola ruang wilayah kota 2018 menunjukkan jumlah penduduk di
pada dasarnya harus memperhatikan lokasi penelitian terus mengalami
keseimbangan antar kebutuhan dengan peningkatan yaitu di Kecamatan
daya dukung lingkungan dalam Batupoaro, Kecamatan Murhun dan
menyediakan sumberdaya (carrying Kecamatan Wolio berturut-turut pada
capacity). Undang-undang No.26 Tahun tahun 2014 berjumlah 28.648 jiwa, 21.311
2007, tentang penataan ruang jiwa dan 41.948 jiwa, sedangkan pada
mengamanatkan bahwa perlunya suatu tahun 2017 berjumlah 30.802 jiwa, 22.918
perencanaan yang mengharuskan setiap jiwa dan 45.008 jiwa. Dinamika
daerah untuk membuat konsep penataan pertumbuhan penduduk yang
ruang agar kualitas ruang setiap daerah mempengaruhi kecenderungan
dapat terjaga keberlanjutannya, namun peningkatan pembangunan di tiga
kecenderungan penyimpangan terhadap kecamatan tersebut menjadi dasar
tata ruang yang telah ditetapkan disetiap penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi
daerah masih sering terjadi karena kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota
berbagai faktor yang secara umum Baubau khususnya pada Kecamatan
disebabkan adanya kebutuhan tempat Batupoaro, Murhum dan Wolio. Tujuan
tinggal bagi penduduk maupun untuk dari penelitian ini yaitu mengetahui berapa
aktivitas pembangunan lainnya. besar penyimpangan pemanfaatan pola
Kota Baubau yang memiliki potensi ruang; dan mengetahui faktor-faktor yang
untuk pengembangan pariwisata juga mempengaruhi penyimpangan
sebagai kawasan yang potensial untuk pemanfaatan pola ruang.
pengembangan sarana dan prasarana
transportasi laut sangat mendukung 2. METODE PENELITIAN
interaksi antar wilayah dan peningkatan Lokasi penelitian ini berada di
laju pertumbuhan ekonomi, hal ini Kecamatan Wolio, Murhum dan Batupoaro
berimplikasi terhadap peningkatan Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara
pembangunan dan kebutuhan akan ruang (Gambar 1).
sehingga cenderung mempengaruhi
penyimpangan atau ketidak optimalan
pencapaian pemanfaatan pola ruang
sebagaimana yang telah di rencanakan.
Muhajir (2017) ketersediaan ruang
kota terbatas sementara dinamika
kebutuhan ruang sangat tinggi dianggap
sebagai penyebab penataan ruang di Kota
Baubau belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Banyak hambatan serta
penyimpangan baik dari masyarakat
maupun pemerintah sendiri sehingga Gambar 1. Lokasi penelitian
indikator capaian pemanfaatan ruang dan
2.1. Tahap Pengolahan Data
kawasan yang memiliki dokumen
perencanaan belum optimal. Sebelum melakukan analisis data
Pencapaian rencana pemanfaatan untuk menjawab masalah dan tujuan
ruang yang belum optimal di Kota Baubau penelitian, terlebih dahulu data disiapkan
sejalan dengan peningkatan jumlah melalui tahapan pengolahan data.
penduduk dan kebutuhan ruang. Pembuatan Peta Lokasi Penelitian
Berdasarkan data antara Badan Pusat
Statistik Kota Baubau Tahun 2015 dan
12 --- April
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
Pembuatan peta lokasi penelitian pemanfaatan ruang aktual berdasarkan
diolah dengan mengekstrak data dari peta jumlah sampel yang telah ditentukan
administrasi Kota Baubau tahun 2017. sebelumnya. Klasifikasi citra dianggap
Informasi yang diperoleh adalah batas benar jika hasil perhitungan confusion
administrasi masing-masing Kecamatan matrix ≥ 80% (Short, 1982 dalam
dalam lokasi penelitian yaitu Kecamatan Nawangwulan (2013). Adapun rumus
Wolio, Kecamatan Murhum daa untuk menentukan ketelitian klasifiksi
Kecamatan Batupoaro. merujuk pada Mizan (2017) yang
dituliskan sebagai berikut:
Interpretasi Citra Google Earth
Interpretasi citra Google Earth perlu Ketelitian(%) = × 100 ........ (2)
dilakukan pada penelitian ini
guna mengidentifikasi implementasi Re-produksi Data Spasial
pemanfaatan ruang aktual. Interpretasi Reproduksi data spasial dalam
citra dilakukan secara visual untuk penelitian ini merupakan mereproduksi
mengidentifikasi pemanfaatan ruang aktual data Peta Rencana Pola Ruang Kota Bubau
yang meliputi kawasan lindung dan tahun 2014-2034. Dengan melakukan
kawasan budidaya berdasarkan unsur- georeferencing dan kemudian digitasi.
unsur klasifikasi pemanfaatan pola ruang Digitasi peta merupakan pekerjaan
yang terdapat pada rencana tata ruang kota memindahkan peta (hardcopy) dalam
Baubau. bentuk lembaram peta kedalam computer
Uji akurasi (format shp).
Penentuan sampel untuk menguji Tabulasi Data Kuesioner
keakuratan hasil interpretasi citra pada Tabulasi data dilakukan untuk
pembuatan peta penggunaan lahan aktual memudahkan proses analisis data hasil
ditentukan berdasarkan skala peta. Rumus kuesioner untuk melihat faktor-faktor yang
yang digunakan untuk mengetahui jumlah berpengaruh terhadap peyimpangan
sampel minimal dalam total luas lahan (ha) pemanfaatan pola ruang wilayah
ditentukan berdasarkan Pedoman Teknis Kecamatan Batupoaro, Murhun dan Wolio
Data Geospasial Mangrove (2014) yaitu: Kota Baubau.
( )
= TSM + .................................... (1) 2.2. Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan
Keterangan: adalah analisis overlay dan analisis
A : Jumlah Sampel Minimal kesesuaian pemanfaatan pola ruang untuk
TSM : Total Sampel Minimal menjawab tujuan pertama dan analisis
regresi berganda dengan variabel dummy
Tabel 1.Jumlah Sampel Berdasarkan untuk menjawab tujuan kedua.
Skala Peta
Skala Total Sampel Analisis Overlay
Minimal (TSM) Proses Overlay dalam penelitian ini
1:25.000 50 adalah union untuk memperoleh informasi
1:50.000 30 mengenai kesesuaian peta pemanfaatan
1:250.000 20 ruang aktual dengan peta rencana pola
ruang Kota Baubau tahun 2014-2034 pada
Sumber: Pedoman Teknis Data Geospasial
setiap atribut yang sama. Proses analisis ini
Mangrove Tahun 2014 dilakukan untuk mengetahui besarnya
Uji akurasi hasil klasifikasi citra dilakukan penyimpangan pemanfaatan pola ruang.
untuk menguji tingkat akurasi peta
April --- 13
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Pola terhadap variabel-variabel bebas
Ruang (independen) yang mempengaruhinya
Analisis kesesuaian pemanfaatan seperti sosialisasi tata ruang, perizinan dan
pola ruang dilakukan menggunakan hasil sanksi penataan ruang. Secara umum
overlay peta pemanfaatan ruang aktual dan hubungan antara variabel-variabel tersebut
peta rencana pola ruang sebagai instrumen dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan
yang akan dilihat kesesuaiannya. Hasil sebagai berikut (Sulistyono dan
yang didapatkan yaitu peta kesesuaian Sulistiyowati, 2018):
pemanfaatan pola ruang Kecamatan
Batupoaro, Murhum dan Wolio dengan Y = α + β 1D1 + β 2D2 + β 3D3 + εi.......... (3)
klasifikasi sesuai, tidak sesuai dan kawasan
belum terbangun atau belum termanfaatkan Keterangan:
sesuai perencanaan. Y:Penyimpangan Pemanfaatan Pola Ruang
Hasil dari analisis spasial berupa α:Konstanta
luasan penggunaan lahan yang β1:koefisien regresi dari (D1)
menyimpang/tidak sesuai dengan rencana β2:koefisien regresi dari (D2)
pola ruang kemudian diterjemahkan ke β3:koefisien regresi dari (D3)
dalam rentang nilai kuantitatif dari rendah D1:Sosialisasi Tata Ruang sebagai variabel
hingga tinggi menggunakan dasar Dummy (skors)
Pedoman Pemantauan dan Evaluasi D:1 jika ada sosialisasi tata ruang
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota D:0 jika tidak ada sosialisasi tata ruang
Berbasis Sistem Informasi Geografis D2: Perizinan
(Peraturan Direktorat Jenderal Penataan D:1 jika membuat izin membangun
Ruang Kementrian Pekerjaan Umum, D:0 jika tidak membuat izin
2010). Dalam teknik kuantifikasi penilaian membangun
kualitatif ini dibuat dalam ukuran D3: Sanksi Penataan Ruang
kuantitatif dengan skala 4 (nilai 0 sampai D:1 jika mengetahui adanya Sanksi
dengan 4), dimana 0 menunjukkan angka Penataan Ruang
terendah (yang berarti terjadi tidak ada D:0 jika tidak mengetahui adanya
kesesuaian) dan 4 menunjukkan angka Sanksi Penataan Ruang
tertinggi (yang berarti telah sesuai), dengan
klasifikasi sebagai berikut: Nilai yang digunakaan untuk
- > 99% : tidak ada kesesuaian mengetahui variabel penyimpangan
dengan nilai 0 pemanfaatan pola ruang akan diukur
- 50% - < 99% : Simpangan tinggi dengan menggunakan skala Likert yaitu pemberian
nilai 1 skor dengan membentuk lima kategori
- 25% - <50% : Simpangan sedang dengan jawaban yang dinyatakan dengan bilangan
nilai 2 bulat 1,2,3,4 dan 5. Skor tertinggi adalah 5
- 1% - < 25% : Simpangan rendah dengan untuk jawaban yang paling diharapkan
nilai 3 dan skor terendah adalah 1 untuk jawaban
- 0% - < 1% : Kesesuaian sempurna yang paling tidak diharapkan. Dalam
dengan nilai 4 pengolahan data dilakukan beberapa
pengujian, yaitu uji determinasi (R2), uji
Analisis Regresi Berganda dengan signifikan simultan (uji-F) dan Uji
Variabel Dummy signifikansi koefisien regresi (β). Analisis
Bentuk rumusan matematik dalam ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor
penelitian ini menggunakan analisis yang mempengaruhi penyimpangan pola
regresi berganda untuk mengetahui ruang.
penyimpangan pemanfaatan pola ruang
sebagai variabel terikat (dependen)
14 --- April
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pelabuhan, kawasan pendidikan,
3.1. Rencana Pola Ruang perdagangan dan jasa, perkantoran,
Kota Baubau khususnya pada perguruan tinggi, kawasan pertanian dan
Kecamatan Batupoaro, Murhum dan Wolio perumahan keseluruhannya seluas
yang menjadi fokus lokasi dalam 2.252,14 ha atau mencapai 62% dari luas
penelitian ini merupakan kecamatan yang wilayah penelitian, dan didominasi untuk
berpotensi mengalami perkembangan, rencana kawasan perumahan yaitu seluas
sehingga dalam pengendaliannya perlu 1.448,35 ha atau mencapai 40% dari luas
rencana pemanfaatan pola ruang yang lokasi penelitian.
menjadi salah satu bagian dari RTRW Rencana kawasan lindung antara lain
Kota Baubau tahun 2014-2034. Rencana kawasan cagar budaya, ruang terbuka
pemanfaatan ruang ini disusun dengan hijau, hutan lindung dan sungai
tujuan untuk mewujudkan ruang wilayah keseluruhannya seluas 1.386,5 ha atau
kota yang aman, nyaman, produktif dan mencapai 38% dari luas lokasi penelitian.
berkelanjutan. Kawasan hutan lindung dalam
Rencana pola ruang yang dibuat perencanaannya juga diperuntukan dalam
khususnya pada lokasi penelitian sangat cakupan wilayah yang besar seluas
didominasi oleh peruntukan kawasan 1.018,39 ha atau mencapai 28% dari luas
budidaya, antara lain hutan produksi, lokasi penelitian (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Batupoaro,Murhum dan Wolio


Kota Baubau Tahun 2014-2034

3.2. Pemanfaatan Ruang Aktual pendidikan, kawasan cagar budaya,


Kawasan terbangun pada pemanfaatan pergudangan, pelabuhan dan perguruan
ruang aktual berdasarkan hasil interpretasi tinggi, sedangkan ruang terbuka meliputi
citra 2019 meliputi kawasan perumahan, kawasan hutan, pertanian, kebun
perkantoran, perdagangan dan jasa,
April --- 15
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
campuran, lahan terbuka, ruang terbuka Sedangkan pada kawasan terbangun yang
hijau, semak belukar dan sungai, kawasan mendominasi adalah kawasan perumahan
yaitu seluas 608,23 ha atau sebesar 17%
non terbangun yang mendominasi pada dari luas wilayah penelitian. Adapun lebih
lokasi penelitian adalah kawasan hutan jelasnya pola pemanfatan ruang aktual
seluruhnya seluas 2.081,7 ha atau sebesar dapat dilihat pada Gambar 3.
57% dari luas wilayah penelitian,

Gambar 3. Peta Pemanfaatan Ruang Aktual Kecamatan Batupoaro,Murhum dan Wolio


Kota Baubau Tahun 2019
3.3. Uji Akurasi Hasil Interpretasi nilai dari hasil uji akurasi mencapai 80%.
Berdasarkan hasil pengolahan tabel Kesalahan interpretasi dikarenakan
confusion matrix yang telah dilakukan, kenampakan visual kebun campuran dan
didapatkan tingkat ketelitian diperoleh dari semak belukar yang terkadang sulit untuk
pembagian antara jumlah sampel yang dibedakan sehingga terjadi kekeliruan
sesuai (53 sampel) pada hasil observasi pengenalan objek.
lapangan dibagi dengan jumlah sampel
keseluruhan yang diambil (55 sampel) dan 3.4. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
dikali dengan 100, sehingga hasil uji Aktual Tahun 2019 Terhadap Rencana
akurasi pemanfaatan ruang aktual Pola Ruang Tahun 2014-2034
menggunakan metode confusion matrix Kegiatan analisis kesesuaian
menujukkan hasil perhitungan tingkat pemanfaatan pola ruang pada penelitian ini
ketelitian peta pemanfaatan ruang aktual hanya memanfaatkan hasil analisis overlay
hasil interpretasi citra adalah 96%, maka antara peta pemanfaatan ruang aktual
hasil interpretasi dapat digunakan untuk tahun 2019 dan peta rencana pola ruang
analisis lebih lanjut sebagaimana yang tahun 2014-2034 sebagai instrument
telah dikemukakan sebelumya bahwa data pembantu, maka hasil dari analisis overlay
hasil interpretasi dapat digunakan apabila berupa luasan-luasan perbandingan antara
peta tersebut merupakan sebuah asumsi
16 --- April
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
karena pada penelitian ini tidak Murhum dan Wolio, didapatkan besaran
menggunakan dasar aturan lainya yang pemanfaatan ruang sesuai yaitu seluas
mengatur pemanfaatan ruang pada lokasi 2.248 ha (62%) dari luas wilayah rencana.
penelitian. Sedangkan pemanfaatan ruang yang belum
Kesesuaian pemanfaatan ruang terbangun sesuai dengan pola perencanaan
dilakukan dengan membandingkan kondisi yang telah ditentukan masih cukup
pemanfaatan ruang aktual terhadap rencana mendominasi yaitu secara keseluruhan
yang menghasilkan perolehan data seluas 1.097 ha (30%) dari luas wilayah
informasi kesesuaian dengan tiga kriteria perencanaan dan masih berupa kawasan
yaitu pemanfaatan ruang sesuai, tidak semak belukar, kebun campuran, lahan
sesuai dan pemanfaatan ruang belum terbuka, laut atau hutan. Adapun besaran
terbangun. pemanfaatan ruang tidak sesuai atau
Hasil berdasarkan analisis overlay menyimpang, didapatkan seluas 104 ha
dan analisis kesesuaian pemanfaatan pola (3%) dari luas wilayah rencana. Besaran
ruang antara peta pemanfaatan ruang kesesuaian untuk setiap indikator rencana
aktual (2019) dan peta rencana pola ruang pola ruang dapat dilihat pada Gambar 4.
(2014-2034) di Kecamatan Batupoaro,

Gambar 4. Peta Kesesuaian Pemanfaatan Pola Ruang Kecamatan Batupoaro, Murhum dan
Wolio Kota Baubau Tahun 2014-2034
3.5. Besaran penyimpangan besaran penyimpangan pada kecamatan
pemanfaatan pola ruang wilayah Batupoaro, Murhum dan Wolio secara
Kecamatan Batupoaro, Murhum dan keseluruhan yaitu seluas 104 ha atau 3%
Wolio Kota Baubau dari luas perencanaan. Adapun jika dilihat
Tujuan pertama untuk mengetahui dari hasil keseluruhan simpangan yang
besaran penyimpangan pemanfaatan pola terjadi, maka dapat diterjemahkan bahwa
ruang pada penelitian ini dapat terjawab pada lokasi penelitian masuk dalam
berdasarkan hasil analisis diatas, dimana klasifikasi simpangan rendah dengan nilai

April --- 17
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
3, namun jika dilihat per indikator, masih perizinan (D2) dan variabel sanksi (D3)
sangat didominasi pada klasifikasi secara keseluruhan dapat menjelaskan
kesesuaian sempurna dengan nilai 4, dan variabel penyimpangan ruang (Y) di
hanya terdapat 2 indikator rencana pola Kecamatan Batupoaro, Murhum dan Wolio
ruang yang masuk kategori klasifikasi sebesar 15,4% sedangkan sisanya yakni
simpangan rendah dengan nilai 3 yaitu 84,6% dijelaskan oleh variabel lain yang
pada indikator rencana kawasan tidak dimasukan dalam model regresi.
perkantoran dan perumahan.
Uji F (Uji Simultan)
3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji F dilakukan untuk mengetahui
Penyimpangan Pemanfaatan Pola pengaruh variabel independen secara
Ruang Wilayah Kecamatan Batupoaro, bersama-sama (simultan) terhadap variabel
Murhum dan Wolio dependennya. Hasil analisis regresi linear
Faktor-faktor yang menyebabkan berganda nilai signifikansi dari Uji F
penyimpangan pola ruang pada penelitian disajikan pada Tabel 2.
ini ditetapkan dan dibatasi menjadi tiga
faktor penyebab yang di analisis Tabel 2. Hasil Uji F
menggunakan alat analisis uji regresi linear ANOVAb
berganda dengan variabel dummy.
Variabel Y pada penelitian ini merupakan Sum of Mean
Penyimpangan Pola Ruang sedangkan Model Squares df Square F Sig.
variabel D1 adalah Sosialisasi, variabel D2
yakni Perizinan dan Variabel D3 adalah 1Regression 5.107 3 1.702 2.474 .071a
Sanksi. Adapun untuk mengetahui Residual 38.543 56 .688
seberapa besar variabel independen (D)
mempengaruhi variabel dependen (Y), Total 43.650 59
maka penelitian ini menggunakan uji Sumber: Hasil Analisis Pengolahan Data
determinasi, Uji F (Uji Simultan), serta Uji Tahun 2019
Koefisien Regresi (Uji Parsial).
Hasil analisis uji regresi linear
Uji Determinasi (R2) berganda pada Tabel 2 menunjukan bahwa
Hasil analisis uji regresi linear nilai signifikansi Uji F sebesar 0,071. Hasil
berganda yang mengukur nilai koefisien penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
determinasi antara variabel D dan Y dapat independen secara simultan berpengaruh
dilihat pada Tabel 1. signifikan terhadap variabel dependen pada
tingkat kepercayaan 90% (P<0,1), dengan
Tabel 1. Koefisien Determinasi (R2) kata lain faktor-faktor yang ditentukan
Model Summary dalam penelitian ini yakni variabel
independen (sosialisasi, perizinan dan
R Adjusted Std. Error of sanksi) secara bersama-sama
Model R Square R Square the Estimate
mempengaruhi variabel penyimpangan
1 .393a .154 .138 .82961 ruang (Y) secara signifikan di Kecamatan
Sumber: Hasil Analisis Pengolahan Data Batupoaro, Murhum dan Wolio.
Tahun 2019
Uji Koefisien Regresi
Hasil analisis uji regresi linear Hasil analisis regresi linear berganda
berganda pada penelitian ini menunjukan koefisien regresi variabel independen
bahwa nilai koefisien determinasi (R2) terhadap variabel dependen dapat dilihat
bernilai 0,154. Artinya bahwa besaran nilai pada Tabel 3.
presentase variabel sosialisasi (D1),

18 --- April
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
Tabel 3. Hasil Uji Koefisien Regresi 3.Nilai koefisien regresi (β2) adalah -0,583
Coefficientsa menyatakan bahwa setiap kali ada
Unstandardized Standardized perizinan, maka akan mengurangi
Coefficients Coefficients
Std.
penyimpangan pemanfaatan ruang
Model B Error Beta t Sig. sebesar 0,583. Hal ini dapat pula dilihat
1 (Constant)
2.354 .444 5.305 .000 pada nilai signifikansinya yaitu sebesar
Sosialisasi 0,009 (P<0,05) artinya bahwa izin
.180 .300 .079 .601 .550
Perizinan
pemanfaatan ruang sangat berpengaruh
-.583 .215 -.335 -2.708 .009 dapat menurunkan penyimpangan
Sanksi
.324 .220 .190 1.471 .147 pemanfaatan pola ruang. Oleh karena itu
Sumber: Hasil Analisis Pengolahan Data dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H1)
Tahun 2019 yang menyatakan variabel perizinan
berpengaruh secara signifikan terhadap
Hasil uji koefisien regresi penyimpangan ruang diterima.
sebagaimana ditunjukan pada Tabel 3 4.Nilai koefisien regresi (β3) 0,324
dapat dituliskan dalam bentuk persamaan menyatakan bahwa setiap kali ada
regresi sebagai berikut: penerapan sanksi, maka justru
Y = α + β1 D1 – β2 D2 + β3 D3
Y = 2,354 + 0,180 D1 – 0,583 D2 + 0,324 D3
menambah penyimpangan pemanfaatan
Penjelasan dari persamaan hasil uji ruang sebesar 0,324. Nilai signifikansi
koefisien regresi, yaitu: yang diperoleh sebesar 0,147
1.Nilai konstanta (α) sebesar 2,354 artinya menunjukkan bahwa penerapan sanksi
bahwa jika tidak ada kegiatan sosialisasi, tidak berpengaruh terhadap penurunan
perizinan dan penerapan sanksi, maka penyimpangan pemanfaatan ruang,
nilai skoring penyimpangan sehingga dapat disimpulkan juga bahwa
pemanfaatan pola ruang di Kecamatan hipotesis (H1) yang menyatakan variabel
Batupoaro, Murhum dan Wolio adalah sanksi berpengaruh secara signifikan
sebesar 2,354. terhadap penyimpangan ruang ditolak.
2.Nilai koefisien regresi (β1) adalah 0,180
menyatakan bahwa setiap ada 4. KESIMPULAN
pelaksanaan kegiatan sosialisasi, maka Berdasarkan hasil analisis spasial,
justru meningkatkan potensi besaran kesesuaian pemanfaatan pola
penyimpangan pemanfaatan pola ruang ruang pada kecamatan Batupoaro, Murhum
sebesar 0,180. Artinya bahwa kegiatan dan Wolio yang mendominasi yaitu
sosialisasi tidak menurunkan potensi klasifikasi sesuai seluas 2.438 ha (67%)
penyimpangan pemanfaatan pola ruang dari luas wilayah perencanaan dan
karena sosialisasi jarang dilakukan, klasifikasi belum terbangun seluas 1.097
bahkan terdapat wilayah kecamatan ha (30%), sedangkan klasifikasi tidak
yang tidak pernah ada kegiatan sesuai sangat kecil hanya seluas 104 ha
sosialisasi tentang perencanaan (3%). Besaran penyimpangan pemanfaatan
pemanfaatan pola ruang. Nilai pola ruang secara keseluruhan mendapat
signifikansi yang diperoleh sebesar kategori penilaian 3, maka dapat
0,550 (P>0,1) artinya kegiatan diterjemahkan bahwa pada lokasi
sosialisasi tidak mempengaruhi penelitian masuk dalam klasifikasi
penyimpangan pemanfaatan pola ruang, simpangan rendah.
sehingga disimpulkan bahwa hipotesis Hasil penelitian menggunakan analisis
(H1) yang menyatakan variabel regresi linear berganda menunjukan bahwa
sosialisasi berpengaruh secara signifikan faktor yang paling signifikan
terhadap penyimpangan ruang ditolak. mempengaruhi penyimpangan pola ruang
adalah faktor perizinan, sedangkan
variabel sanksi dan sosialisasi tidak
April --- 19
JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi)
ISSN : 2549-9181 | e-ISSN : 2684-6705
| Vol.5 | No.1| 2021
berpengaruh terhadap penurunan Muhajir, Ahmad. 2017. Kebijakan
penyimpangan pola ruang di Kecamatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Batupoaro, Murhum dan Wolio. Kota Baubau Provinsi Sulawesi
Tenggara. Jurnal Renaissance, Vol. 2,
DAFTAR PUSTAKA No.2, p. 184–193.
Badan Informasi Geospasial. 2014. Nawangwulan, Nila Hapsari., Bambang
Peraturan Kepala Badan Informasi Sudarsono, dan Bandi Sasmito. 2013.
Geospasial Nomor 3 Tahun 2014 Analisis Pengaruh Perubahan Lahan
Pedoman Teknis Pengumpulan dan Pertanian Terhadap Hasil Produksi
Pengolahan Data Geospasial Tanaman Pangan Di Kabupaten Pati
Mangrove. 12 Februari 2014. Tahun 2001 – 2011. Jurnal Geodesi
Cibinong. Undip, Vol 2, No.2, p. 127–140.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Baubau Sulistyono dan Wiwik Sulistiyowati. 2018.
Dalam Angka 2018. Septermber. Peramalan Produksi Dengan Metode
Baubau: BPS Baubau. Regresi Linier Berganda. Jurnal
Badan Pusat Statistik. 2015. Kota Baubau PROZIMA (Productivity,
Dalam Angka 2015. Juli. Bubau: BPS Optimization and Manufacturing
Baubau. System Engineering), Vol.1, No.2,
Mizan, Rahmat Azul., Weka Widayati, dan p.82-89.
Jamal Harimudin. 2017. Pola Spasial Undang-Undang Republik Indonesia
Persebaran Tingkat Kerentanan Nomor 26 Tahun 2007 Penataan
Wilayah Terhadap Penyakit Demam Ruang. 26 April 2007. Lembar
Berdarah Dengue (DBD). Kasus Kota Negara Republik Indonesia Tahun
Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. 2007 Nomor 68. Jakarta.
Jurnal Geografi Aplikasi dan
Teknologi, Vol. 1, No. 1, p. 23–32.

20 --- April

Anda mungkin juga menyukai