PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu batas-batas dilayah di darat
2. Mengetahui metode yang digunakan untuk mementukan batas wilayah di darat
3. Mengetahui peraturan penentuan batas wilayah di darat
1.3 Metode
BAB II
METODE PENELITIAN
BAB III
Hasil Dan Analisa
Jenis
No Persyaratan
1 Datum Horizontal DGN 95
Batas desa indikatif pada Peta Rupa Bumi Indonesia selanjutnya disebut peta RBI adalah batas
sementara yang dibuat oleh tim penetapan batas desa pada peta RBI yang merupakan batas desa
yang tidak dapat digunakan sebagai acuan batas desa yang benar akan tetapi batas indikatif
dibuat dengan tujuan memudahkan tim penetapan batas dalam pembuatan batas desa yang
sebenarnya (Khafid, 2013).
3.5 Ajudikasi
Menurut definisi hukum Kamus Umum Bahasa Indonesia “Ajudikasi” adalah penyelesaian
perkara atau sengketa di pengadilan; pengambilan keputusan. Kegiatan ajudikasi meliputi
pengumpulan dan pengolahan data fisik, pembuktian hak dan pembukuannya, penerbitan
sertifikat, penyajian data fisik dan data yuridis, penyimpanan daftar umum dan dokumen untuk
memperoleh data fisik yang diperlukan untuk penetapan batas, kumpulan dari bidang-bidang
tanah (persil) yang akan dipetakan dilakukan pengukuran, ditetapkan letaknya, batas-batasnya
dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas disetiap titik batas yang bersangkutan.
Ajudikasi yang dimaksud dalam kegiatan ini bukan merupakan pengertian ajudikasi dalam
pendaftaran tanah tetapi yang dimaksud dengan ajudikasi dalam hal ini adalah kegiatan
penetapan batas desa yang diwujudkan melalui tahapan penelitian dokumen, penentuan peta
kerja yang dipakai, dan deliniasi batas secara kartometrik diatas peta kerja.
1. Penelitian dokumen, Dokumen batas yang perlu disiapkan adalah perundang- undangan dan
peraturan lainnya, baik yang bersifat tertulis maupun yang tidak tertulis tentang pembentukan
batas yang ditentukan. Dokumen batas yang perlu disiapkan, antara lain adalah :
a. Batas desa indikatif dari peta RBI
b. Peta acuan batas desa seperti : peta rupa bumi, peta topografi, peta pajak
bumi dan
bangunan, peta pendaftaran tanah dan peta citra satelit
c. Data lainnya dan dokumen sejarah.
2. Penentuan peta dasar, menurut undang-undang No. 4 tahun 2011 tentang informasi
geospasial, peta dasar yang digunakan untuk menggambarkan batas desa secara kartometrik
dapat menggunakan peta rupa bumi, peta topografi, peta hipsografi, peta perairan, peta batas
wilayah, peta penutup lahan sebagai peta acuan batas secara kartometrik.
3. Deliniasi batas secara kartometrik di atas peta kerja, penarikan garis batas secara kartometrik
di atas peta kerja di sesuaikan dengan spesifikasi peta yang ada yaitu mengacu kepada
lampiran Permendagri nomor 27 tahun 2006 tentang prosedur penetapan dan penegasan batas.
Tahapan kegiatan ajudikasi batas desa :
1. Mendatangi kelurahan yang akan ditetapkan batasnya dengan membawa peta kerja yang
telah disiapkan
2. Melakukan penarikan batas desa secara kartometrik diatas peta kerja.
3. Melakukan survei lapangan jika diperlukan.
Nominal lebar swath : 16,5 km pada nadir. Ground swath yang dapat dica
Lebar swath
satelit (sampai 30 ̊ off-nadir)
Single area : 16,5 km x 16,5 km Strip : 16,5 km x 115 km
Ukuran area yang tercakup
23 m circular error, 17 m linear error (tanpa kontrol tanah)
Ketelitian metric
Pankromatik Multispektral
Sensor
0,61 m (2ft) Ground Sample Distance
2,4 m (8ft) GSD pada nadi
Resolusi (GSD) pada nadir
Citra Quickbird memiliki resolusi image pankromatik 0,61 m dan resolusi multispektralnya
sebesar 2,4 m dari nadir. Citra pankromatik maupun spektral sangat baik untuk melakukan
klasifikasi dan interpretasi obyek di permukaan bumi dengan cakupan yang luas. Dengan citra
pankromatik tekstur dan bentuk dari suatu obyek
akan sangat terlihat jelas detilnya. Dari citra multispektral yang terdiri dari beberapa band (RGB)
citra akan memiliki warna, hal tersebut akan memudahkan kita untuk mengenali obyek di
lapangan berdasarkan warna yang divisualisasikan pada citra. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan interpretasi citra secara manual.
Citra Quickbird adalah citra yang memiliki resolusi yang tinggi, dengan resolusi yang tinggi
tersebut obyek di lapangan yang dijadikan sebagai acuan penetapan batas seperti garis tepi
sungai, garis tepi jalan, pematang sawah dan obyek-obyek lainnya akan mudah diidentifikasi.
Untuk menafsirkan atau mengkaji obyek-obyek yang tampak pada citra dilakukan interpretasi
citra. Interpretasi citra dapat didefinisikan sebagai proses menafsirkan secara intensif suatu citra
yang dilaksanakan secara menyeluruh untuk mengidentifikasi dan menyimpulkan kenampakan
unsur-unsur yang ada pada citra tersebut, yang selanjutnya digunakan untuk menyajikan
informasi yang diperlukan mengenai daerah yang diinterpretasi (Sumaryo, 2002).
3.6.1 Koreksi Geometrik. Koreksi Geometrik terdiri dari dua langkah yaitu : Georeferensi dan
rektifikasi. Georeferensi adalah suatu proses pemberian koordinat peta pada citra yang
sebenarnya telah planimetris. Dalam arti pemberian sistem koordinat suatu peta hasil pada hasil
digitasi peta atau hasil scaning citra. Hasil dari digitasi citra sebenarnya sudah datar tetapi area
yang direkam masih memiliki kesalahan (distorsi) yang diakibatkan oleh pengaruh kelengkungan
bumi dan sensor itu sendiri. Koreksi geometrik sesungguhnya melibatkan proses georeferensi
karena semua sistem proyeksi sangat terkait dengan koordinat peta. Registrasi citra ke citra
melibatkan proses georeferensi apabila citra acuannya sudah digeoreferensi. Georeferensi hanya
merubah sistem koordinat peta dalam file citra, sedangkan grid citra tidak berubah
(Prasetyo,2008).
Rektifikasi adalah proses melakukan transformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu
transformasi geometrik. Karena posisi piksel pada citra output (hasil) tidak sama dengan posisi
piksel input (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus
dilakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada sistem grid yang baru dari nilai piksel
citra aslinya (Harintaka. 2005).
Tahap dalam rektifikasi peta secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Memilih titik kontrol lapangan (Ground Control Point). GCP tersebut sedapat mungkin
adalah titik-titik yang mudah berubah dalam jangka waktu lama, misalkan tugu
dipersimpangan jalan atau di pojok bangunan.GCP harus menyebar merata keseluruh
obyek citra yang akan dikoreksi. Dan juga bisa menggunakan peta RBI untuk penarikan
GCP dalam penetapan batas sebagai kontrol kualitas titik.
2. Membuat persamaan transformasi yang digunakan untuk interpolasi spasial. Persamaan
yang sering digunakan adalah :
Ordo I : disebut juga persamaan affin (diperlukan 3
GCP)
Ordo II : Memerlukan 6 GCP
Ordo III : Memerlukan 10 GCP
3. Menghitung kesalahan RMS (Root Mean Square Error) dari GCP yang
dipilih.Pada
umumnya tidak boleh dari 0,5 piksel.
4. Melakukan interpolasi intensitas (nilai kecerahan).
3.7.2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006. Permendagri No.27/2006
tentang”Penetapan dan Penegasan Batas Desa” merupakan tindak lanjut untuk melaksanakan
ketentuan pasal 106 Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa,perlu menetapkan
peraturan menteri dalam negeri tentang penetapan dan penegasan batas desa. diadakannya
penetapan dan penegasan batas desa ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap
batas desa di wilayah darat dan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan penetapan dan
penegasan batas desa secara tertib dan terkoordinasi.
Permendagri No.27 tahun 2006 tentang”Penetapan dan Penegasan Batas Desa” menyatakan
bahwa penetapan dan penegasan batas desa yang dilakukan mengikuti prinsip-prinsip penetapan
batas desa yang telah ditentukan dalam lampiran Permendagri No. 27 tahun 2006. Penetapan
batas desa dilakukan secara kartometrik di atas peta dasar yang disepakati.
Penegasan batas daerah berpedoman pada batas daerah yang ditetapkan dalam undang-undang
pembentukan daerah, peraturan perundang-undangan, dan dokumen lain yang mempunyai
kekuatan hukum.Batas daerah hasil penegasan batas ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
dengan Peraturan Menteri yang memuat titik koordinat batas daerah yang diuraikan dalam
batang tubuh dan dituangkan dalam bentuk peta batas dan daftar titik koordinat yang tercantum
dalam laporan.
DAFTAR PUSTAKA