Anda di halaman 1dari 14

Studi Penegasan Batas Daerah Antara Kabupaten Banyuwangi Dan

Kabupaten Bondowoso Menggunakan Metode Kartometrik


(Studi Kasus : Segmen Kawah Ijen)
Renita Purwanti1), Yanto Budisusanto2), dan Teguh Fayakun Alif3)
Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia1,2)
Pusat Pemetaan Batas Wilayah, Badan Informasi Geospasial, Cibinong3)
e-mail: renita.purwanti10@gmail.com1), yanto_budisusanto@yahoo.com2) ,
goeh_98@gmail.com3)

Abstrak
Dengan adanya kebijakan otonomi daerah pada UU No. 32 tahun 2004 dimana sebelumnya
dijelaskan pada Undang Undang No. 22 Tahun 1999, seringkali sumber daya alam menjadi
potensi konflik kewilayahan terkait dengan perselisihan batas daerah. Permasalahan batas
daerah muncul salah satunya dikarenakan perebutan sumber daya alam terkait dengan
pendapatan asli daerah (PAD). Penegasan batas daerah bertujuan untuk menciptakan tertib
administrasi pemerintahan, memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas
wilayah suatu daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis. Batas daerah yang tidak jelas
dapat menimbulkan permasalahan pengelolaan di wilayah perbatasan dan menghambat
penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Salah satu permasalahan terkait penegasan
batas daerah adalah perselisihan batas antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Bondowoso pada segmen batas Kawah Ijen.
Proses penetapan segmen garis batas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
kartometrik. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan
pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan
peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap.
Penelitian ini menghasilkan dua garis batas wilayah alternatif antara Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen Kawah Ijen yang dikaji secara teknis dan
historis, dengan menggunakan aspek teknis berdasarkan Permendagri No. 76 Tahun 2012
tentang pedoman penegasan batas daerah dan aspek historis berdasarkan dokumen batas yang
dimiliki kedua kabupaten terkait.

Kata kunci: Batas Daerah, Kawah Ijen, Metode Kartometrik, Penarikan Garis Batas,
Permendagri No. 76 Tahun 2012.

1. PENDAHULUAN

Permasalahan batas daerah muncul salah satunya dikarenakan perebutan sumber daya alam
terkait dengan pendapatan asli daerah (PAD). Kesalahan dan tidak akuratnya gambar garis batas
wilayah di peta berpotensi menimbulkan sengketa posisional antar daerah yang berbatasan [1].
Kurangnya pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar juga merupakan salah satu faktor
terjadinya perselisihan batas daerah [2]. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan setiap kabupaten mempunyai kewenangan untuk mengatur
daerahnya sendiri, untuk itu diperlukan adanya kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

teknis dan yuridis dengan berpedoman pada penentuan batas daerah yang sudah ditetapkan
dalam Undang Undang Pedoman Penegasan Batas Daerah
Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan
daerah lain, dan bukan merupakan alokasi teritorial sehingga tidak menentukan kedaulatan [2].
Batas daerah yang tidak jelas dapat menimbulkan permasalahan pengelolaan di wilayah
perbatasan dan menghambat penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera
diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Salah satu permasalahan terkait penegasan batas daerah adalah perselisihan batas antara
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada segmen batas Kawah Ijen.
Hasil studi penegasan batas daerah oleh bagian pemerintahan sekretariat daerah Kabupaten
Bondowoso pada tahun 2007 diketahui terdapat satu segmen garis batas antara Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso yang masih belum disepakati [3].
Proses penetapan segmen garis batas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
kartometrik. Metode kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan
pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan
peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap [4]. Penggunaan metode ini sekaligus sebagai
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 tahun 2012 dengan tahapan :
1. Penelitian dokumen batas,
2. Pelacakan Batas (Penentuan peta dasar, dan delineasi garis batas secara kartometrik diatas
peta dasar)
3. Pengukuran dan penentuan posisi batas (Pemasangan pilar batas, pengukuran koordinat
titik titik batas).
4. Pembuatan peta batas wilayah daerah (Pemanfaatan data DEM SRTM untuk mendukung
penetapan batas daerah mampu dijadikan sebagai salah satu data pelengkap dalam
pembuatan peta batas daerah

2. PERSELISIHAN BATAS DI SEGMEN KAWAH IJEN


Perselisihan status kepemilikan Kawah Ijen yang berlangsung sejak 2006 tidak lepas dari
potensi wisata dan tambang belerang yang dimiliki gunung berapi tersebut. Setiap tahun, ribuan
wisatawan mancanegara berkunjung untuk menikmati kawah terbesar se-Asia Tenggara
tersebut. Dilansir dari tempointeraktif.com, Pemerintah Banyuwangi bersikukuh bahwa Gunung
Ijen milik Banyuwangi berdasarkan peta di zaman Belanda. Yakni Besoeki Afdeling 1895, Idjen
Hooglan 1920, Java Madura 1942, Java Resn Besoeki 1924, Java Resn Besoeki 1924 Blad
XCIII C, dan Java Resn Besoeki 1925. Sementara Kabupaten Bondowoso berpijak pada peta
milik Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional tahun 2000, dimana dalam peta ini,
terdapat garis batas yang membagi kawasan Kawah Ijen menjadi dua bagian, masing-masing
menjadi milik Banyuwangi dan Bondowoso.
Eksotika Kawah Ijen dan potensi sumberdaya alam di sekitarnya menjadikan munculnya
potensi konflik yang diakibatkan oleh berbagai macam sebab, antara lain[5] :
- Potensi sumber daya alam yang besar, diantaranya pertambangan belerang tradisional,
gypsum sintetis, dan potensi kehutanan.
- Potensi pariwisata yang sangat potensial sebagai daya tarik, khususnya wisatawan
Eropa.
- Nilai prestise atas kepemilikan Kawah Ijen sebagai Ikon Daerah.
- Keinginan untuk mengelola dan melestarikan kawasan Kawah Ijen.
Pada Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melaksanakan kegiatan Penetapan dan
Penegasan Batas Daerah (PPBD) dengan Kabupaten Banyuwangi dan Tim PPBD Kabupaten
Banyuwangi untuk melaksanakan perundingan batas Kabupaten dengan Kabupaten Bondowoso.
Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :
a. Tidak ada kegiatan Penetapan dan Penegasan Batas pada wilayah Monunen Alam Kawah
Ijen (batas kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten Bondowoso pada kilometer 32
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

hingga kilometer 39 dari titik nol simpul batas kabupaten Banyuwangi Bondowoso
Jember pada S.887/3332 Gunung Raung.
b. Masalah batas antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso pada kawasan
monumen alam Kawah Ijen akan dibahas tersendiri dengan mediasi Propinsi Jawa Timur.
c. Pelaksanaan kegiatan PPBD antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso
dapat dilaksanakan pada area diluar Kawah Ijen [6].

3. PRINSIP PENEGASAN BATAS DAERAH


Penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan
pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan
menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap.
Survei lapangan adalah kegiatan penentuan titik-titik koordinat batas daerah melalui
pengecekan di lapangan berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai pelengkap.
Penegasan batas wilayah daerah dapat dilakukan dengan menggunakan unsur unsur alam
atau buatan manusia. Penggunaan sungai atau danau sebagai batas daerah juga harus jelas
apakah pinggir sungai, ataukah tengah sungai.

3.1 PRINSIP PENENTUAN BATAS ALAM


Detil-detil pada peta yang merupakan batas alam dapat dinyatakan sebagai batas daerah.
Penggunaan detil batas alam pada peta akan memudahkan penegasan batas daerah. Detil-detil
peta yang dapat digunakan adalah sebagai berikut [4] :

Sungai

- Garis batas di sungai merupakan garis khayal yang melewati tengah-tengah atau as (median)
sungai yang ditandai dengan titik-titik koordinat. Jika garis batas memotong tepi sungai maka
dilakukan pengukuran titik koordinat pada tepi sungai (T.1 dan T.3). Jika as sungai sebagai
batas dua daerah/lebih maka dilakukan pengukuran titik koordinat batas pada tengah sungai
(titik simpul) secara kartometrik (T.2).

Gambar. 1. Penggambaran Sungai Sebagai Garis Batas Daerah (Sumber : Lampiran Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)

Garis Pemisah Air / Watershed

Garis batas pada watershed merupakan garis khayal yang dimulai dari suatu puncak gunung
menelusuri punggung pegunungan/perbukitan yang mengarah kepada puncak gunung
berikutnya.
Ketentuan menetapkan garis batas pada watershed dilakukan dengan beberapa perinsip
seperti garis batas merupakan garis pemisah air yang terpendek, karena kemungkinan
terdapat lebih dari satu garis pemisah air. Garis batas tersebut tidak boleh memotong sungai.
Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua batas daerah maka dilakukan pengukuran titik
koordinat batas pada watershed (garis pemisah air) yang merupakan simpul secara
kartometrik.
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

Gambar. 2. Penggambaran Garis Pemisah Air sebagai Batas Daerah


(Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)

Danau/Kawah

Jika seluruh danau/kawah masuk ke salah satu daerah, maka tepi danau/kawah menjadi batas
antara dua daerah.
Jika garis batas memotong danau/kawah, maka garis batas pada danau adalah garis khayal
yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan perpotongan garis batas
dengan tepi danau/kawah. (Gambar 3)
Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua batas daerah maka dilakukan pengukuran titik
koordinat batas pada danau/kawah (titik simpul) secara kartometrik. (Gambar 4)

Gambar. 3. Penggambaran Danau/Kawah sebagai Batas Daerah


(Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)

Gambar. 4. Penggambaran Danau/Kawah sebagai Batas Daerah


(Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Th 2012)

4. METODOLOGI PENELITIAN

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kawah Ijen yang terletak di pada posisi geografi 80330 LS dan
1141430 BT di wilayah perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso Jawa Timur.

Gambar. 5. Lokasi Penelitian

Tahap Pengolahan Data

Secara garis besar tahapan dari pengolahan data yang direncanakan adalah seperti pada
diagram alir sebagai berikut :

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian

Berikut merupakan penjelasan dari diagram alir tahap pengolahan data :


a) Data DEM SRTM
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEM SRTM yang diunduh secara
gratis melalui situs http://srtm.csi.cgiar.org/. Data DEM SRTM ini tersimpan dalam
format .tiff dengan area satu pulau Jawa. Setelah proses pengunduhan data selesai, maka

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

langkah selanjutnya adalah melakukan proses pemotongan data DEM SRTM sesuai
dengan area penelitian. Kemudian setelah proses clipping selesai dilakukan, selanjutnya
adalah membuat model TIN dari data DEM SRTM dengan menggunakan menu
ArcToolbox 3D Analyst Tools Conversion From Raster Raster to TIN.
Kemudian masukkan data yang akan di proses, dalam hal ini nilai z = 5. Setelah
didapatkan Model TIN, selanjutnya adalah membuat model hillshade dan pembuatan
model 3 dimensi dari Data DEM SRTM.
b) Data Vektor
Data vektor yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Pusat Pemetaan Batas
Wilayah Badan Informasi Geospasial dan sudah dalam format *.shp dengan sistem
koordinat geografis dan datum WGS 1984, kemudian dilakukan pemilihan layer apa
saja yang akan ditampilkan kemudian dilakukan proses clipping sesuai dengan area
penelitian.
c) Peta Java & Madura keluaran US Army.
Salah satu dokumen batas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta US Army
Java & Madura skala 1 : 50.000 Sheet No. 59/XLIII-A. Peta ini merupakan peta
topografi yang dikeluarkan oleh Lembaga American Military Service (AMS) yang dicopy dari peta Belanda. Proses registrasi ini dilakukan dengan menggunakan software
Global Mapper 12.0 dengan memasukkan sistem proyeksi dan datum yang digunakan.
Setelah peta ini ter registrasi maka lakukan proses digitasi garis batas yang ada pada
peta ini untuk digunakan sebagai analisis.
d) Overlay Data
Seluruh data yang sudah diolah seperti data DEM SRTM, data vektor yang sudah
dilakukan pemilihan layer di overlay kan untuk kemudian dilakukan proses analisa
garis batas alternatif.
e) Analisa Garis Batas Alternatif
Proses penarikan garis batas alternatif dilakukan dengan menggunakan kajian dari
dokumen batas daerah serta Permendagri No. 76 Tahun 2012 mengenai pedoman
penegasan batas daerah dan melalui metode kartometrik.
f) Hasil dan Penyajian Data
Hasil akhir dari penelitian tugas akhir ini adalah tiga buah peta garis batas alternatif
pada segmen Kawah Ijen.

5. HASIL DAN ANALISA


5.1 Hasil
5.1.1

Hasil Pemodelan 3 Dimensi Daerah penelitian & Delineasi Garis Batas

Pembuatan model 3 Dimensi data DEM SRTM bertujuan untuk mempermudah proses
penarikan garis batas karena melalui tampilan 3 dimensi dapat terlihat cukup jelas
morfologi lokasi penelitian yang menyerupai kenampakan alam sebenarnya di lapangan.
Pemodelan 3 dimensi ini juga memiliki kelebihan lain yakni dapat membantu proses
identifikasi unsur - unsur alam seperti punggungan bukit, dan aliran sungai. Tahapan ini
dilakukan menggunakan software ArcScene dengan cara memasukkan data TIN yang
dikonversi dari data DEM SRTM.

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

Gambar 7. Hasil Pemodelan 3 Dimensi dari Data TIN Lokasi Penelitian

Kawah Ijen

Gambar 8. Hasil Delineasi Garis Batas

5.1.2

Hasil Peta Alternatif Batas Wilayah

Peta Alternatif Garis Batas Segmen Kawah Ijen


Pada peta alternatif garis batas segmen Kawah Ijen terdapat layer yang ditambahkan, yaitu
layer hillshade hasil pengolahan data DEM SRTM dimana dengan adanya penambahan layer ini
dapat memberikan visualisasi efek 3 dimensi sehingga kenampakan morfologi daerah penelitian
dapat menyerupai kenampakan sebenarnya di lapangan.

Gambar. 9. Peta Alternatif Batas Daerah

Peta Koridor Batas Alternatif Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso


Pada Lampiran Permendagri No. 76 Tahun 2012 dijelaskan bahwa salah satu spesifikasi
pembuatan peta batas daerah adalah cakupan peta minimal satu segmen batas ditambah
informasi rupabumi dengan koridor 10 cm ke kanan dan 10 cm ke kiri dan / atau ke atas dan ke
bawah dan mencakup informasi titik titik acuan. Peta Batas Daerah menggambarkan situasi
sepanjang garis batas daerah dengan koridor batas minimal 10 cm dari garis batas di atas peta
dasar yang memuat titik-titik koordinat garis batas serta unsur-unsur lain pada peta seperti

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

cakupan wilayah, toponimi, kontur, titik-titik ketinggian, unsur-unsur alam dan buatan. Untuk
itu hasil dari penelitian ini juga adalah Peta Koridor Batas Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Bondowoso segmen Kawah Ijen seperti yang dapat dilihat pada gambar 10 dan 11.

Gambar. 10. Peta Koridor Batas Alternatif 1

Gambar. 11. Peta Koridor Batas Alternatif 2

Titik Kartometrik Batas Wilayah


Titik kartometrik yang terdapat pada segmen batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Bondowoso hasil kajian penelitian ini berjumlah 75 titik yang tersebar di sepanjang garis batas
yang berisi informasi koordinat dari lokasi titik dan daerah yang bersinggungan dengan titik
kartometrik.

5.2 Analisa
5.2.1 Kajian Permasalahan Garis Batas
Perselisihan garis batas daerah antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso
pada segmen batas Kawah Ijen dimulai karena adanya perbedaan jalur garis imajiner batas
daerah. Perselisihan garis batas ini juga dikarenakan adanya perbedaan peta dasar yang
digunakan oleh kedua kabupaten tersebut. Dikutip dari Laporan Tim PPBD Kabupaten
Bondowoso, 2011, permasalahan perbedaan persepsi garis batas daerah antara Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupeten Bondowoso, berawal dari Kegiatan Penegasan dan Penetapan
Batas Daerah (PPBD) yang dilaksanakan oleh Pemkab. Banyuwangi tahun 2005 2006, dalam
dokumen yang disampaikan kepada Pemkab. Bondowoso mengklaim bahwa perairan atau
danau Kawah Ijen keseluruhannya berada dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Salah satu perkembangan dan hasil pembahasan PPBD yang dapat disepakati adalah :
Menyepakati penundaan (pending) penegasan batas pada Kawasan Kawah Ijen, yaitu
pada kilometer 32 hingga kilometer 39 dari titik nol simpul batas Kabupaten Banyuwangi
dan Kabupaten Bondowoso di titik S.887/3332 di Gunung Raung [3].

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

5.2.2

Kajian Historis Penelusuran Dokumen Batas Kab. Bondowoso

Dokumen garis batas yang digunakan oleh Kabupaten Bondowoso adalah Peta RBI Lembar
1707 434, Sempol, Edisi I 2001. Hasil Identifikasi Garis Batas pada Peta RBI dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :

Gambar. 12. Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2001 Lembar 1707 434, Sempol, Edisi I 2000, Keluaran Bakosurtanal.

Dalam kajian dokumen batas segmen Kawah ijen, Pemerintah Kabupaten Bondowoso
menggunakan peta yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal sebagai peta dasar, dan seperti yang
dapat dilihat pada gambar terdapat garis batas yang membagi perairan Kawah Ijen ke dalam
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Sementara itu, sebagai catatan bahwa peta
Rupa Bumi Indonesia bukan diperuntukkan untuk penginformasian batas administrasi, hal ini
dijelaskan pada setiap produk peta yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal atau Badan Informasi
Geospasial selalu mencatumkan disclaimer sebagai berikut : Peta RBI ini bukan referensi
resmi mengenai garis garis batas administrasi nasional dan internasional. Jika terdapat
kesalahan pada peta ini, harap memberitahukan kepada Bakosurtanal.

Gambar. 13. Disclaimer Pada Peta RBI

5.2.3

Kajian Historis Penelusuran Dokumen Batas Kab. Banyuwangi

Berdasarkan hasil kajian dokumen batas oleh tim PPBD Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2009 menjelaskan analisis terhadap dokumen batas segmen Kawah Ijen, adapun deskripsi
dokumen yang digunakan yaitu :
Peta Java Resn Besoeki 1924 Skala 1 : 50000
Peta Java Resn Besoeki 1925 Skala 1 : 50000
Peta Besoeki Afdeling Banyuwangi skala 1 : 200000
Peta Idjen Hoogland tahun 1920 Skala 1 : 20000
Peta Java & Madura tahun 1942 Skala 1 : 50000
Jika dikaji pada dokumen batas yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, keseluruhan peta
keluaran Belanda tersebut memasukkan kawasan Kawah Ijen ke dalam Kabupaten Banyuwangi.
Pada kajian yang dilakukan oleh penulis dengan menampalkan Peta Java & Madura 1942
Sheet no. 59/XLIII-A Skala 1 : 50000 keluaran US Army Service yang sudah di registrasi
dengan Garis batas alternatif hasil kajian secara teknis pada penelitian ini dan Garis batas pada
Peta RBI Sheet 1707 - 434, memiliki perbedaan yang cukup signifikan dan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

Gambar. 14. Perbedaan Garis Batas

Garis batas berwarna kuning merupakan garis batas yang ditarik pada peta Java & Madura
keluaran US Army Service, sedangkan garis batas berwarna biru tua dan merah merupakan garis
batas alternatif hasil kajian secara kartometrik dengan menggunakan batas alam.
Garis batas berwarna hitam merupakan garis batas administrasi yang diambil dari peta
RBI. Jika ditelusuri, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan garis
batas tersebut, diantaranya :
Faktor Skala dan Transformasi
Pada peta Java & Madura diketahui bahwa skala yang digunakan adalah 1 : 50000
sementara pada peta batas alternatif dengan menggunakan unsur alam menggunakan
skala 1 : 50000 namun perbedaan sistem proyeksi dan datum yang digunakan
dimungkinkan menjadi faktor adanya selisih garis batas tersebut
Perbedaan datum yang digunakan.
Peta Java & Madura dibuat pada tahun 1943 dimana peta ini di-copy dari peta
Belanda yang dikeluarkan pada tahun 1925 yaitu Peta Java Resn Besoeki. Perlu
diketahui bahwa dalam proses pemetaan yang dilakukan oleh Belanda pada saat itu
menggunakan datum Bessel dengan sistem proyeksi Lambert Conical Orthomorphic.
Sementara peta batas alternatif ini dibuat dengan menggunakan proyeksi Transverse
Mercator dan datum WGS 1984. Perbedaan datum dan sistem proyeksi yang digunakan
menyebabkan terjadinya distorsi dalam penarikan garis batas, hal ini juga dikarenakan
setiap datum dan sistem proyeksi memiliki parameter yang berbeda beda.
Delineasi Garis Batas
Garis batas pada peta konvensional topografi buatan Belanda ditenggarai tidak
mencerminkan bagi penginformasian garis batas administrasi.
Metode Survei dan Pemetaan
Proses pengukuran pada peta Java & Madura dilakukan pada tahun 1920 1922,
dengan rentang waktu hampir satu abad, dimungkinkan terjadinya perubahan bentuk
pada unsur alam sehingga mengakibatkan adanya perbedaan garis batas pada peta Java
& Madura dengan peta alternatif garis batas.

5.2.4

Kajian Aturan Hukum dan Teknis Mengenai Penetapan dan Penegasan


Batas Daerah

Dasar aturan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Permendagri No. 76 Tahun 2012 mengenai
Pedoman Penegasan Batas Daerah. Pada UU No. 32 Tahun 2004 membawa implikasi
pentingnya penegasan batas untuk otonomi daerah dimana pengelolaan suatu daerah dan aspek
kewenangan suatu daerah sangat berkaitan dengan batas wilayah yang menjadi dasar pembentuk
daerah tersebut karena ketidakjelasan garis batas pada suatu daerah dapat memicu adanya
konflik batas daerah. Sementara berdasarkan Permendagri No. 76 Tahun 2012 penegasan batas
daerah dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu metode kartometrik dan survei
lapangan. Penarikan garis batas diatas peta dengan menggunakan metode kartometrik
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

diharapkan dapat mempercepat proses penegasan batas daerah, dan metode kartometrik dapat
menggunakan unsur unsur alam yang dinyatakan sebagai batas alam seperti Danau/Kawah,
Watersheed, dan Sungai. Penggunaan unsur alam sebagai batas daerah akan memudahkan
dalam hal pelaksanaan penegasan batas.
Alternatif 1 :
Garis batas (berwarna merah) ditarik dari simpul batas antara Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso menyusuri punggungan bukit di sekitar
Gunung Raung, ditandai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.01 dengan koordinat 80731.97
LS dan 1140246.407 BT. Terletak pada puncak Gunung Raung antara Kecamatan Tlogosari
Kabupaten Bondowoso dengan Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi, selanjutnya
menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung sampai pada titik kartometrik TK.
35.10.11.04 dengan koordinat 80710.276 LS dan 1140352.5 BT, kemudian turun dan
mengarah ke punggungan bukit, pada TK. 35.10.11.06 dengan koordinat 8079.06 LS dan
1140447.68 BT kemudian terus menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung,
sampai kepada TK. 35.10.11.10 dengan koordinat 8072.47 LS dan 1140521.01 BT,
terletak pada Kecamatan Sempol, Desa Jampit Kecamatan Glenmore, Desa Sumberarum,
kembali turun menyusuri punggungan bukit yang mengarah menuju As Sungai, pada TK.
35.10.11.14 dengan koordinat 8072.495 LS dan 114074.67 BT, kembali naik menyusuri
punggungan bukit yang mengarah pada Puncak Gunung Pendu yaitu TK. 35.10.11.17 dengan
koordinat 80611.422 LS dan 114086.25 BT di antara Kecamatan Sempol, Kabupaten
Bondowoso Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, terus menyusuri punggungan
bukit sampai menuju puncak Gunung Gempit pada titik TK. 35.10.11.19 dengan koordinat
8063.65 LS dan 1140858.66 BT. Kemudian kembali turun menyusuri as sungai sampai
kepada titik TK. 35.10.11.23 dengan koordinat 80626.81 LS dan 1141018.08 BT terus
menyusuri sungai di sekitar Kecamatan Sempol dan Kecamatan Songgon hingga ke titik TK.
35.10.11.27 dengan koordinat 80713.77 LS dan 1141048.6 BT, berlanjut naik menyusuri
punggungan bukit disekitar Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah yang mengarah ke
puncak Gunung Ranti pada TK. 35.10.11.33 dengan koordinat 80554.57 LS dan
1141251.57 BT kembali menyusuri punggungan bukit, mengarah turun ke Kawah Ijen pada
TK. 35.10.11.43 berada diantara Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah pada koordinat
80411.33 LS dan 1141352. 25 BT, menuju ke Kawah Ijen pada Titik TK. 35.10.11.48
dengan koordinat 80343.5 LS dan 1141421.35 BT kemudian membagi Kawah Ijen
sampai bertemu TK. 35.10.11.49 dengan koordinat 80310.69 LS dan 1141437.68 BT
kemudian kembali menyusuri punggungan bukit yang mengarah pada simpul perbatasan
Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo, menyusuri
pegunungan Kendeng.
Alternatif 2 :
Garis batas (berwarna biru) ditarik dari simpul batas antara Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso menyusuri punggungan bukit di sekitar
Gunung Raung, ditandai pada titik kartometrik TK. 35.10.11.01 dengan koordinat 80731.97
LS dan 1140246.407 BT. Terletak pada puncak Gunung Raung antara Kecamatan Tlogosari
Kabupaten Bondowoso dengan Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi, selanjutnya
menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung sampai pada titik kartometrik TK.
35.10.11.04 dengan koordinat 80710.276 LS dan 1140352.5 BT, kemudian turun dan
mengarah ke punggungan bukit, pada TK. 35.10.11.06 dengan koordinat 8079.06 LS dan
1140447.68 BT kemudian terus menyusuri punggungan bukit di sekitar Gunung Raung,
sampai kepada TK. 35.10.11.10 dengan koordinat 8072.47 LS dan 1140521.01 BT,
terletak pada Kecamatan Sempol, Desa Jampit Kecamatan Glenmore, Desa Sumberarum,
kembali turun menyusuri punggungan bukit yang mengarah menuju As Sungai, pada TK.
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

35.10.11.14 dengan koordinat 8072.495 LS dan 114074.67 BT, kembali naik menyusuri
punggungan bukit yang mengarah pada Puncak Gunung Pendu yaitu TK. 35.10.11.17 dengan
koordinat 80611.422 LS dan 114086.25 BT di antara Kecamatan Sempol, Kabupaten
Bondowoso Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, terus menyusuri punggungan
bukit sampai menuju puncak Gunung Gempit pada titik TK. 35.10.11.19 dengan koordinat
8063.65 LS dan 1140858.66 BT. Kemudian kembali turun menyusuri as sungai sampai
kepada titik TK. 35.10.11.23 dengan koordinat 80626.81 LS dan 1141018.08 BT terus
menyusuri sungai di sekitar Kecamatan Sempol dan Kecamatan Songgon hingga ke titik TK.
35.10.11.27 dengan koordinat 80713.77 LS dan 1141048.6 BT, berlanjut naik menyusuri
punggungan bukit disekitar Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah yang mengarah ke
puncak Gunung Ranti pada TK. 35.10.11.33 dengan koordinat 80554.57 LS dan
1141251.57 BT kembali menyusuri punggungan bukit, mengarah turun ke Kawah Ijen pada
TK. 35.10.11.43 berada diantara Kecamatan Sempol dengan Kecamatan Glagah pada koordinat
80411.33 LS dan 1141352.25 BT, menuju ke Kawah Ijen pada Titik TK. 35.10.11.48
dengan koordinat 80343.5 LS dan 1141421.35 BT, kemudian menyusuri sekitar tepi
Kawah Ijen dimulai dari TK. 35.10.11.66 dengan koordinat 80341.79 LS dan 1141 420.32
BT sampai mengarah kepada ujung tepi kawah di TK. 35.10.11.49 dengan koordinat
80310.69 LS dan 1141437.68 BT kemudian kembali menyusuri punggungan bukit yang
mengarah pada simpul perbatasan Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Bondowoso
Kabupaten Situbondo, menyusuri pegunungan Kendeng.
Pada Permendagri no. 76 Tahun 2012 tentang Penegasan Batas Daerah, dijelaskan bahwa
proses penarikan garis batas dengan metode kartometrik dapat dilakukan dengan menggunakan
batas alam dengan menerapkan kaidah kaidah penarikan garis batas. Setelah melakukan kajian
penelusuran dokumen batas Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, dilakukan
proses penarikan garis batas alternatif pada segmen Kawah Ijen dengan menggunakan unsur
alam. Adapun berdasarkan hasil dari analisis dapat diketahui bahwa :
- Apabila dikehendaki membagi kawasan Kawah Ijen kedalam dua Kabupaten, maka garis
batas alternatif satu adalah batas alternatif yang ditarik dengan menggunakan unsur alam
dan sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penegasan Batas mengenai Danau/Kawah sebagai batas alam dijelaskan bahwa
: Jika garis batas memotong Danau atau Kawah maka garis batas pada danau atau kawah
adalah garis khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan
perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah.
- Apabila keseluruhan kawasan Kawah Ijen dikehendaki masuk kedalam Kabupaten
Banyuwangi, maka garis batas alternatif dua yang ditarik dengan menggunakan unsur
alam sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012
tentang Pedoman Penegasan Batas mengenai Danau/Kawah sebagai batas alam dijelaskan
bahwa : Jika seluruh danau/kawah masuk ke salah satu daerah, maka tepi danau/kawah
menjadi batas antara dua daerah.
Hasil analisa dari penelitian ini adalah proses penarikan garis batas dengan menggunakan
metode kartometrik menghasilkan dua garis batas alternatif. Penggunaan peta dasar yang
dilengkapi dengan pembuatan model 3 dimensi dapat menampilkan kenampakan morfologi di
sekitar lokasi penelitian sehingga dapat dijadikan sebuah alternatif yang cukup baik dalam
penyelesaian masalah perselisihan batas.

5.2.5

Kajian Penomoran Titik Kartometrik

Dalam lampiran Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah,
metode kartometrik dapat dijadikan sebagai salah satu upaya percepatan proses penegasan batas
di Indonesia dan menghasilkan suatu titik koordinat yang disebut dengan titik kartometrik. Titik
kartometrik yang terdapat di sepanjang segmen garis batas, memiliki informasi koordinat serta
nama kecamatan/kelurahan/desa yang bersinggungan dengan titik kartometrik tersebut. Hasil
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

kajian dari penelitian ini adalah dua garis batas alternatif, dimana setiap garis batas mempunyai
jumlah titik kartometrik yang berbeda. Pada garis batas alternatif 1 yang membagi Kawah Ijen
kedalam kedua Kabupaten, memiliki 65 titik kartometrik, sementara garis batas alternatif dua
yang memasukkan perairan Kawah Ijen kedalam Kabupaten Banyuwangi, memiliki 75 titik
kartometrik.
Sistem penomoran titik kartometrik sampai saat ini belum mempunyai aturan yang jelas.
Adapun pada studi tugas akhir ini, menggunakan sistem penomoran dengan menggunakan kode
wilayah yang diambil dari buku induk kode dan data wilayah se Indonesia, yang dijelaskan
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Daftar Kode Wilayah di Indonesia
(Sumber : Buku Induk Kode Wilayah Kemdagri)

Kode
35

Wilayah
Povinsi Jawa Timur

10

Kabupaten Banyuwangi

11

Kabupaten Bondowoso

Adapun penomeran ini diawali dengan kode Provinsi kemudian Kode Kabupaten,
dikarenakan segmen garis batas yang menjadi perselisihan pada penelitian ini adalah segmen
garis batas Kabupaten. Sebagai contoh, salah satu titik kartometrik yang terdapat pada segmen
garis batas ini :
- TK. 35.10.11.01, dilengkapi dengan koordinat geografis, dan deskripsi lokasi titik.
Dimana :
o
TK
: Titik Kartometrik
o
35
: Kode Propinsi Jawa Timur
o
10
: Kode Kabupaten Banyuwangi
o
11
: Kode Kabupaten Bondowoso
Sistem penomoran titik kartometrik ini dirasa cukup efektif, namun jika segmen batas yang
menjadi perselisihan adalah segmen batas kecamatan atau kelurahan, maka sistem penomoran
titik kartometrik ini menjadi lebih kompleks dan rumit. Diharapkan adanya peraturan mengenai
pembakuan sistem penomoran titik kartometrik

6. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Berdasarkan kajian peraturan menteri dalam negeri nomor 76 Tahun 2012 mengenai
pedoman penegasan batas daerah, diperoleh dua garis batas alternatif sebagai rekomendasi
penyelesaian perselisihan batas segmen Kawah Ijen.
2. Alternatif 1 membagi Kawah Ijen kedalam dua Kabupaten, proses penarikan garis batas ini
dilakukan dengan berpedoman pada Lampiran Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012
pada segmen penarikan batas dengan menggunakan unsur alam, yaitu Danau/Kawah yang
berbunyi : Jika garis batas memotong danau/kawah, maka garis batas pada danau adalah
garis khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan
perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah.
3. Alternatif 2 memasukkan seluruh perairan Kawah Ijen kedalam Kabupaten Banyuwangi.
Proses penarikan garis batas ini dilakukan dengan berpedoman pada Lampiran Menteri
Dalam Negeri No. 76 Tahun 2012 pada segmen penarikan batas dengan menggunakan
unsur alam, yaitu Danau/Kawah yang berbunyi : Jika seluruh danau/kawah masuk ke salah
satu daerah, maka tepi danau/kawah menjadi batas antara dua daerah. Dan juga
berdasarkan kajian historis melalui dokumen batas.
Conference on Geospatial Information Science and Engineering
Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

4.

Dalam mendukung penetapan dan penegasan batas dengan metode kartometrik,


penggunaan data DEM SRTM resolusi tinggi dapat menggambarkan kenampakan
morfologi daerah sekitar lokasi penelitian sehingga membantu dalam proses penarikan
garis batas dengan menggunakan unsur alam

DAFTAR PUSTAKA
[1] Adler, R., 1995, Positioning and Mapping International Land Boundaries, IBRU Boundary

& Territory Briefing, Vol.2, No.1, ISBN 1-897643-19-5, Durham, UK.


[2] Kementrian Dalam Negeri. 2011. Rapat Koordinasi Pra Grand Design Survei Dasar dan

[3]

[4]
[5]

[6]

Sumber Daya Alam (Pemetaan Tematik Nasional) : slide Presentasi Direktorat Wilayah
Administrasi dan Perbatasan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam
Negeri.
Laporan Tim PPBD Kabupaten Bondowoso. 2011. Identifikasi Batas Daerah antara
Kabupaten Bondowoso & Kabupaten Banyuwangi di Kawasan Kawah Ijen : Arsip Bappeda
Kabupaten Bondowoso. Tidak dipublikasikan.
Kementrian Dalam Negeri. 2012. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Jakarta.
Anonim. 2011. Identifikasi Batas Daerah antara Kabupaten Bondowoso & Kabupaten
Banyuwangi di Kawasan Kawah Ijen : Arsip Bappeda Kabupaten Bondowoso : Laporan
Tim PPBD Kabupaten Bondowoso.
Anonim. 2009. Penegasan Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi Kabupaten
Bondowoso. Arsip Dokumen Batas Wilayah Kabupaten Banyuwangi : Studi Dokumen
Batas.

BIOGRAFI SINGKAT
1. Renita Purwanti
Penulis pertama bernama Renita Purwanti, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10
Januari 1993. Penulis menempuh pendidikan formal antara lain di TK 02 Menteng
Jakarta, SD Bani Saleh 6 Bekasi, SMP Bani Saleh 2 Bekasi, SMA Negeri 3 Bekasi.
Setelah lulus dari SMA pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi di Teknik Geomatika FTSP-ITS. Prestasi selama masa kuliah
adalah Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Informasi Geospasial Pesisir.
2. Yanto Budisusanto
3. Teguh Fayakun Alif

Conference on Geospatial Information Science and Engineering


Menuju Pengelolaan Informasi Secara Spasial
Yogyakarta, 20 September 2014

Anda mungkin juga menyukai