Anda di halaman 1dari 47

1 Program Studi Sarjana

Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian

GD 2206: Hukum dan


Perundangan Geospasial
Dosen (Kelas-01): Hasanuddin Z. Abidin

Hukum dan Perundangan


terkait Batas Wilayah Administrasi
2
Hukum dan Perundangan Wilayah Administrasi (1)
• Batas wilayah di Indonesia diatur di dalam perundangan, mulai dari UUD 1945 hingga
Peraturan Perundangan lainnya
• Wilayah Indonesia secara administratif dibagi menjadi wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan, hingga Kelurahan/Desa.
• Dengan begitu luasnya wilayah yang dimiliki Indonesia, maka menurut UUD 1945,
Pemerintah Pusat memberikan otonomi kepada Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta Desa
untuk mengurus wilayah, sebagai bagian pembantuan pengurusan Negara dalam konteks NKRI.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


3
Hukum dan Perundangan Wilayah Administrasi (2)
• UU Otonomi Wilayah merupakan implementasi dari ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyebutkan otonomi wilayah sebagai
bagian dari sistem tata negara Indonesia dan pelaksanaan pemerintahan di Indonesia.
• Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi wilayah di Indonesia tercantum dalam
pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa:

“Pemerintahan wilayah propinsi, wilayah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

• Undang-Undang Dasar 1945 memerintahkan pembentukan UU Otonomi Wilayah untuk


mengatur mengenai susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan wilayah,
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:

“Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan wilayah


diatur dalam undang-undang”.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


4
Hukum dan Perundangan Wilayah Administrasi (3)

Versi Slide: HZAbidin (2023)


5
Undang-undang Terkait Otonomi Daerah
1. Pada tahap awal pelaksanaannya, otonomi wilayah di Indonesia mulai diberlakukan
berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Wilayah.
Setelah diberlakukannya UU ini, terjadi perubahan yang besar terhadap struktur dan tata
laksana pemerintahan di Wilayah-Wilayah di Indonesia.
2. Dengan terjadinya judicial review maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Wilayah diubah dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Wilayah.
3. UU No. 23 Tahun 2014 menggantikan UU No. 32 Tahun 2004 karena tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
pemerintahan Wilayah sehingga perlu diganti.
4. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah disempurnakan sebanyak
dua kali. Penyempurnaan yang pertama dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
6
Contoh Peraturan Perundang-undangan
Terkait Batas Wilayah Administrasi
No. Nama Tentang
1. UU No. 4/2011 Informasi Geospasial
2. UU No. 6/2014 Desa
3. UU No. 23/2014 Pemerintahan Daerah
4. UU No. 9/2015 Perubahan Kedua Atas UU No. 23/2014
Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan
5. PP No. 78/2007
Penggabungan Daerah
6. Perpres No. 51/2016 Batas Sempadan Pantai
7. Permendagri No. 76/2012 Pedoman Penegasan Batas Daerah
8. Permendagri No. 45/2016 Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa
9. Permendagri No. 141/2017 Penegasan Batas Daerah
10. Berbagai Pemendagri Batas Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota)

Versi Slide: HZAbidin (2023)


7
Pembagian Wilayah Negara
(Pasal 2-4 UU No. 23/2014 Pemerintahan Daerah)
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu
dibagi atas daerah Kabupaten dan Kota.
2. Daerah Kabupaten/Kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi atas Kelurahan
dan/atau Desa.
3. Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai
Pemerintahan Daerah.
4. Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk dengan Undang-Undang.
5. Daerah Provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah Administratif
yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan wilayah
kerja bagi Gubernur dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum di wilayah
Daerah Provinsi.
6. Daerah Kabupaten/Kota selain berstatus sebagai Daerah juga merupakan Wilayah
Administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah Kabupaten/Kota.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
8

Pengertian Batas Daerah


(Pasal 1 Permendagri No. 141/2017)

1. Daerah adalah daerah provinsi dan kabupaten/kota.


2. Batas Daerah di Darat adalah pembatas wilayah administrasi pemerintahan
antar daerah yang merupakan rangkaian titik-titik koordinat yang berada
pada permukaan bumi, dapat berupa tanda-tanda alam seperti
igir/punggung gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau
unsur buatan di lapangan yang dituangkan dalam bentuk peta.
3. Batas Daerah di Laut adalah pembatas kewenangan pengelolaan sumber
daya di laut sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
4. Batas Daerah secara Pasti di Lapangan adalah kumpulan titik-titik koordinat
geografis yang merujuk kepada sistem georeferensi nasional dan
membentuk garis batas wilayah administrasi pemerintahan antar daerah.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


9

Penegasan Batas Daerah (1)


(Pasal 1 dan 2 Permendagri No. 141/2017)

1. Penegasan Batas Daerah adalah kegiatan penentuan titik titik


koordinat batas daerah yang dapat dilakukan dengan metode
kartometrik dan/atau survei di lapangan, yang dituangkan dalam
bentuk peta batas dengan daftar titik-titik koordinat batas daerah.
2. Penegasan Batas Daerah bertujuan untuk:
• menciptakan tertib administrasi pemerintahan, serta
• memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas
wilayah suatu daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis.
3. Penegasan Batas Daerah tersebut tidak menghapus hak atas tanah,
kepemilikan aset, hak ulayat, dan hak adat pada masyarakat.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


10
Penegasan Batas Daerah (2)
(Pasal 3 Permendagri No. 141/2017)
1. Penegasan Batas Daerah berpedoman pada dokumen penegasan batas.
Dokumen penegasan batas tersebut meliputi:
a. Undang-Undang mengenai Pembentukan e. Citra/foto hasil penginderaan jauh
Daerah dan Peta Lampirannya. (remote sensing).
b. Peraturan perundang-undangan lainnya yang f. Kesepakatan tentang batas daerah
terkait dengan batas daerah. yang pernah dibuat pemerintah
c. Peta Rupa Bumi Indonesia. daerah yang berbatasan

d. Peta Topografi Angkatan Darat, Peta BPN, Peta g. Dokumen lain yang berkaitan
Minutes dan peta-peta lain yang secara teknis dengan batas wilayah administrasi
dapat digunakan sebagai acuan penegasan batas. yang disepakati para pihak.

2. Penegasan batas daerah dilakukan dengan kartometrik dan/atau survei


lapangan berdasarkan kesepakatan Tim Penegasan Batas Daerah.
3. Penegasan batas daerah terdiri atas: batas daerah di darat
dan batas daerah di laut.
4. Batas daerah diatur dengan Peraturan Menteri.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
11
Penegasan Batas Daerah (3)
(Pasal 1 dan Lampiran Permendagri No. 141/2017)
Penegasan batas daerah dapat dilakukan Ada dua jenis Peta Batas, yaitu:
dengan dua cara, yaitu: 1. Peta Batas Daerah di Darat adalah peta
a) Metode Kartometrik, adalah tematik yang menggambarkan garis batas
penelusuran/penarikan garis batas pada dan situasi sepanjang garis batas daerah
peta kerja dan pengukuran/penghitungan minimal satu segmen dengan koridor batas
posisi titik, jarak serta luas cakupan wilayah minimal 10 cm dari garis batas di atas peta
dengan menggunakan peta dasar dan yang memuat titik-titik koordinat garis batas
peta-peta lain sebagai pelengkap. serta unsur-unsur peta dasar.
2. Peta Batas Kewenangan Pengelolaan
b) Survei Lapangan, adalah kegiatan
Daerah Wilayah Laut adalah peta tematik
penentuan titik-titik koordinat batas
yang menggambarkan tempat kedudukan
daerah melalui pengecekan di lapangan
titik-titik koordinat garis batas dan garis
berdasarkan peta dasar dan peta lain
pantai serta unsur-unsur peta dasar minimal
sebagai pelengkap.
satu segmen dengan koridor batas minimal
Versi Slide: HZAbidin (2023) 15 cm dari garis batas di atas peta.
12
Tim Penegasan Batas Daerah (1)
(Pasal 16-17 Permendagri No. 141/2017)

Dalam rangka penegasan batas daerah


dibentuk Tim Penegasan Batas Daerah yang selanjutnya disebut Tim PBD

Tim PBD Tim PBD Tim PBD


Pusat Provinsi Kab/Kota

Tim PBD Pusat Tim PBD Provinsi Tim PBD Kabupaten/Kota


ditetapkan dengan ditetapkan dengan ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Keputusan Bupati/Wali Kota

Versi Slide: HZAbidin (2023)


13
Tim Penegasan Batas Daerah (2)
(Pasal 18 Permendagri No. 141/2017)
Tim PBD Tim PBD Tim PBD
Pusat Provinsi Kab/Kota
Ketua Menteri Dalam Negeri Gubernur Bupati/Wali Kota

Direktur Jenderal Bina Wakil Gubernur


Wakil Ketua Wakil Bupati/Wali Kota
Administrasi Kewilayahan

Sekretaris Direktur Toponimi dan Batas Daerah Sekretaris Daerah Sekretaris Daerah

Anggota 1. Kepala Biro Hukum Kementerian 1. Asisten yang membidangi urusan 1. Asisten yang membidangi urusan
Dalam Negeri pemerintahan pemerintahan
2. Kepala Pusat Pemetaan Batas 2. Kepala Biro yang membidangi 2. Kepala Bagian yang membidangi
Wilayah BIG pemerintahan pemerintahan
3. Kepala Pusat Hidrografi dan 3. Kepala Biro yang membidangi Hukum 3. Kepala Bagian yang membidangi Hukum
Oseanografi TNI AL 4. Kepala OPD yang membidangi urusan 4. Kepala Organisasi Perangkat Daerah
4. Direktur Topografi Angkatan Darat perencanaan pembangunan daerah; yang membidangi urusan perencanaan
5. Kepala Pusat Pemanfaatan 5. Kepala Kantor Wilayah BPN pembangunan daerah
Teknologi Dirgantara LAPAN 6. Kepala Topografi Daerah Militer, dan 5. Kepala Kantor BPN, dan
6. Pejabat dari Kementerian dan/atau 7. Pejabat dari OPD terkait lainnya dan/atau 6. Pejabat dari OPD dan lembaga terkait
LPNK terkait lainnya instansi vertikal di daerah terkait lainnya. lainnya.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


14
Mempunyai tugas:
a. memfasilitasi penegasan batas antar
Tim Penegasan Batas
daerah Provinsi,
b. memfasilitasi penegasan batas antar Daerah (3)
daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) (Pasal 19 Permendagri No. 141/2017)
Provinsi atas permintaan Gubernur
kepada Menteri; dan
c. memfasilitasi penegasan batas antar
daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
daerah Provinsi yang berselisih dan
diserahkan penyelesaiannya oleh Tim PBD
Gubernur kepada Menteri.
Pusat

Mempunyai tugas:
a. melaksanakan penegasan batas Mempunyai tugas:
antar daerah Provinsi, dan Tim PBD Tim PBD melaksanakan
b. memfasilitasi penegasan batas Provinsi Kab/Kota penegasan batas antar
Kabupaten/Kota.
antar daerah Kabupaten/Kota
dalam 1 (satu) Provinsi.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


15
Penegasan Batas Daerah di Darat (1)
(Pasal 4 Permendagri No. 141/2017)

(1) Penegasan batas daerah di darat dilakukan


melalui tahapan:
a. penyiapan dokumen,
(d) Pembuatan b. pelacakan batas,
Peta Batas c. pengukuran dan penentuan posisi batas, dan
d. pembuatan Peta batas.
(c) Pengukuran dan (2) Tahapan penegasan batas daerah dilakukan
Penentuan Posisi Batas dengan prinsip akuntabilitas dan memiliki
kekuatan hukum.
(b) Pelacakan Batas (3) Tahapan penegasan batas daerah butir (b),
(c), dan (d) tersebut di atas, dilakukan dengan
prinsip geodesi.
(a) Penyiapan Dokumen
Versi Slide: HZAbidin (2023)
16
Penegasan Batas Daerah di Darat (2)
(Pasal 5 Permendagri No. 141/2017)
Penyiapan dokumen mencakup dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
a. Undang-Undang mengenai Pembentukan Daerah
dan Peta Lampirannya,
(d) Pembuatan
Peta Batas b. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait
dengan batas daerah,
c. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI),
(c) Pengukuran dan d. Peta topografi angkatan darat, Peta BPN, Peta Minutes
Penentuan Posisi Batas dan peta-peta lain yang secara teknis dapat digunakan
sebagai acuan penegasan batas;
e. Citra/foto hasil penginderaan jauh (remote sensing);
(b) Pelacakan Batas f. Kesepakatan tentang batas daerah yang pernah dibuat
pemerintah daerah yang berbatasan; dan
g. Dokumen lain yang berkaitan dengan batas wilayah
administrasi yang disepakati para pihak.
(a) Penyiapan Dokumen
Versi Slide: HZAbidin (2023)
17
Penegasan Batas Daerah di Darat (3)
(Pasal 6 Permendagri No. 141/2017)

(1) Pelacakan batas dilakukan dengan metode kartometrik.


(2) Pelacakan batas dapat disertai dengan survei lapangan.
(3) Survei lapangan tersebut dilakukan melalui tahapan:
(d) Pembuatan a. pelacakan dan pemasangan tanda batas sementara;
Peta Batas b. pemasangan pilar batas;
c. pengukuran posisi pilar batas; dan
d. pembuatan Peta batas.
(c) Pengukuran dan
Penentuan Posisi Batas (4). Hasil pelacakan batas berupa daftar titik-titik koordinat
batas.
(5). Pemasangan pilar batas dilakukan oleh Pemerintah
(b) Pelacakan Batas Daerah.
(6). Pemeliharaan pilar batas menjadi kewajiban
pemerintah daerah.
(a) Penyiapan Dokumen
Versi Slide: HZAbidin (2023)
18
Penegasan Batas Daerah di Darat (4)
(Pasal 7-9 Permendagri No. 141/2017)

1. Pengukuran dan penentuan posisi batas dilakukan melalui


a. pengambilan/ekstraksi titik-titik koordinat batas dengan
interval tertentu pada peta kerja, dan/atau
b. hasil survei lapangan.
(d) Pembuatan
Peta Batas 2. Pembuatan peta batas dilakukan dengan tahapan berikut:
c. pembuatan kerangka peta batas dengan skala dan
interval tertentu yang memuat minimal 1 (satu) segmen
(c) Pengukuran dan batas;
Penentuan Posisi Batas
d. melakukan kompilasi dan generalisasi dari peta RBI
dan/atau hasil survei lapangan, dan/atau data citra dalam
format digital; dan
(b) Pelacakan Batas
e. penambahan informasi isi dan tepi peta batas.
3. Setiap tahapan penegasan batas daerah dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh para pihak.
(a) Penyiapan Dokumen
Versi Slide: HZAbidin (2023)
19
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (1)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Sungai

Penggunaan bentuk- Garis Pemisah


bentuk batas alam Air/Watershed

Danau/Kawah
Metode
Kartometrik
Jalan

Penggunaan bentuk-
Jalan Kereta Api
bentuk batas buatan

Saluran Irigasi

Versi Slide: HZAbidin (2023)


20
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (2)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

1. Detil-detil pada peta yang merupakan batas alam dapat dinyatakan sebagai batas daerah.
2. Penggunaan detil batas alam pada peta akan memudahkan penegasan batas daerah.
3. Kaidah penggunaan Sungai sebagai garis batas (lihat Gambar):
a. Garis batas di sungai merupakan garis khayal yang melewati tengah-tengah atau as
(median) sungai yang ditandai dengan titik-titik koordinat.
b. Jika garis batas memotong tepi sungai,
maka dilakukan pengukuran titik koordinat
pada tepi sungai (T.1 dan T.3).
c. Jika as sungai sebagai batas dua
daerah/lebih, maka dilakukan
pengukuran titik koordinat batas
pada tengah sungai (titik simpul)
secara kartometrik (T.2).

Versi Slide: HZAbidin (2023)


Batas Alam
21
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (3)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

1. Garis batas pada Garis Pemisah Air (Watershed) merupakan garis khayal yang dimulai dari
suatu puncak gunung menelusuri punggung pegunungan/perbukitan yang mengarah kepada
puncak gunung berikutnya.
2. Ketentuan menetapkan garis batas pada watershed dilakukan dengan prinsip berikut ini:
a. Garis batas merupakan garis pemisah air
yang terpendek, karena kemungkinan
terdapat lebih dari satu garis pemisah air.
b. Garis batas tersebut tidak boleh
memotong sungai.
c. Jika batasnya adalah pertemuan lebih
dari dua batas daerah maka dilakukan
pengukuran titik koordinat batas pada
watershed (garis pemisah air) yang
merupakan simpul secara kartometrik.

Batas Alam Versi Slide: HZAbidin (2023)


22
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (4)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Kaidah penggunaan Danau/Kawah sebagai garis batas:


a. Jika seluruh danau/kawah masuk ke salah satu
daerah, maka tepi danau/kawah menjadi batas
antara dua daerah.
b. Jika garis batas memotong danau/kawah, maka
garis batas pada danau adalah garis khayal yang
menghubungkan antara dua titik kartometrik yang
merupakan perpotongan garis batas dengan tepi
danau/kawah (Lihat Gambar)
c. Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua
batas daerah, maka dilakukan pengukuran titik
koordinat batas pada danau/kawah (titik simpul)
secara kartometrik (Lihat Gambar)

Batas Alam Versi Slide: HZAbidin (2023)


23
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (5)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Penegasan batas daerah dapat juga menggunakan
unsur-unsur buatan manusia seperti: jalan, jalan
kereta api, saluran irigasi, pilar dan sebagainya. As Jalan
sebagai
2. Kaidah penggunaan Jalan sebagai garis batas: batas daerah
a. Untuk batas jalan, dapat digunakan as atau
tepinya sebagai tanda batas sesuai kesepakatan
antara dua daerah yang berbatasan. Titik Batas
(Simpul)
b. Pada awal dan akhir batas yang berpotongan
dengan jalan dilakukan pengukuran titik-titik
koordinat batas secara kartometrik atau jika Tepi Jalan
sebagai
disepakati dapat dipasang pilar sementara/pilar batas daerah
batas dengan bentuk sesuai ketentuan.
c. Khusus untuk batas yang merupakan pertigaan
jalan, maka ditentukan/diukur posisi batas di
pertigaan jalan tersebut.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
Batas Buatan
24
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (6)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

1. Kaidah penggunaan Jalan Kereta Api sebagai


As Jalan
garis batas: sebagai
batas daerah
Menggunakan prinsip sama dengan prinsip
penetapan tanda batas pada jalan.
2. Kaidah penggunaan Saluran Irigasi sebagai Titik Batas
garis batas: (Simpul)

Bila saluran irigasi ditetapkan sebagai batas daerah,


maka penetapan/pemasangan tanda batas Tepi Jalan
sebagai
tersebut menggunakan cara sebagaimana yang batas daerah
diterapkan pada penetapan batas pada jalan.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


Batas Buatan
25
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Darat (7)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Daerah yang berbatasan dengan beberapa daerah lain,
maka kegiatan penegasan batas daerah harus dilakukan
bersama dengan daerah-daerah yang berbatasan. Sebagai
contoh daerah C berbatasan dengan daerah A, B, D, dan
daerah E (Lihat Gambar).
2. Jika batasnya adalah pertemuan lebih dari dua batas
daerah, maka dilakukan pengukuran titik koordinat batas
pada pertemuan batas (titik simpul) secara kartometrik.
3. Penarikan garis batas yang melintasi sarana dan prasarana (sungai, jalan, danau, dsb)
yang merupakan batas antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, diatur bersama kedua
daerah yang difasilitasi oleh pemerintah provinsi.
4. Pembangunan sarana dan prasarana melintasi sungai yang merupakan batas antar
kabupaten/kota berbeda provinsi, diatur bersama kedua daerah yang difasilitasi oleh
Pemerintah Pusat.
Versi Slide: HZAbidin (2022)
26
Pemasangan Pilar Batas Daerah di Darat (1)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Apabila diperlukan dan kondisi memungkinkan, pilar batas dapat dipasang pada saat
pengecekan lapangan dan/atau setelah Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Batas
Daerah ditetapkan dan diundangkan.
2. Pemasangan pilar dimaksud dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
3. Pilar Batas Utama (PBU) adalah bangunan fisik di lapangan yang menandai batas daerah.
4. Berdasarkan peruntukan, pilar batas dapat dibedakan dalam berbagai macam:
• Pilar tipe A merupakan pilar batas untuk daerah provinsi.
• Pilar tipe B merupakan pilar batas untuk daerah kabupaten atau kota.
• Pilar tipe C merupakan pilar batas untuk daerah kecamatan.
Jenis Pilar Ukuran pilar di atas tanah Kedalaman di bawah tanah
Pilar tipe A 50 cm x 50 cm x 100 cm 150 cm
Pilar tipe B 40 cm x 40 cm x 75 cm 100 cm
Pilar tipe C 30 cm X 30 cm x 50 cm 75 cm
Versi Slide: HZAbidin (2023)
27
Pemasangan Pilar Batas Daerah di Darat (2)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Untuk batas daerah provinsi yang
mempunyai potensi tinggi, kerapatan pilar
tidak melebihi 3-5 km, sedangkan untuk
batas provinsi yang kurang potensi tidak
melebihi 5 - 10 km.
2. Untuk batas daerah kabupaten/kota yang
mempunyai potensi tinggi kerapatan pilar Contoh
tidak melebihi 1 - 3 km, sedangkan yang Pilar Tipe B
kurang potensi kerapatan pilar tidak melebihi
3 - 5 km.
3. Untuk batas kecamatan yang mempunyai
potensi tinggi kerapatan pilar tidak melebihi
0.5 – 1 km, sedangkan yang kurang potensi
tidak melebihi 1 - 3 km.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


28
Sejumlah Spesifikasi Peta Batas Daerah di Darat
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Jenis Peta Peta Garis dan/atau Peta Foto


Batas Provinsi: Batas Kabupaten: Batas Kota:
Skala Peta 1 : 500.000 1 : 100.000 1 : 50.000

UTM, Lebar Zona: 6o, Skala: 0.9996 pada Meridian Tengah,


Sistem Proyeksi Jarak Meridian Tepi : 180.000 m di sebelah Timur
dan sebelah Barat Meridian Tengah
Ellipsoid Referensi WGS 1984
Ketelitian Planimetris 0.5 mm jika diukur di atas peta
Batas Provinsi: Batas Kabupaten: Batas Kota:
Interval Kontur 25 m
250 m 50 m

Versi Slide: HZAbidin (2023)


29
Status Batas Kabupaten/Kota (2018)
Ref: BIG (Juli 2019)

Penyelesaian batas Kabupaten/Kota (di bawah koordinasi Kemendagri): Saat ini (2023), jumlah segmen
batas yang sudah ditetapkan,
Jumlah Segmen Batas : 979 kemungkinan besar sudah jauh
Segmen Definitif : 551 (56.28%) (garis warna hijau) lebih banyak.
Penyelesaian dalam proses : 320 segmen Versi Slide: HZAbidin (2023)
30
a. penyiapan dokumen

b. penentuan garis pantai Penegasan Batas


c. pengukuran dan
penentuan batas
Daerah di Laut (1)
(Pasal 10-11 Permendagri No. 141/2017)
d. pembuatan peta batas
daerah di laut

(1) Penegasan batas daerah di laut merupakan penentuan titik-titik batas kewenangan pengelolaan
sumber daya di laut untuk daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penegasan batas daerah di laut dilakukan secara kartometrik dengan tahapan:
a. penyiapan dokumen;
b. penentuan Garis Pantai;
c. pengukuran dan penentuan batas; dan
d. pembuatan Peta Batas Daerah di Laut.
(3) Apabila diperlukan, tahapan penegasan batas tersebut dapat dilakukan pengecekan lapangan dengan
prinsip geodesi dan hidrografi.
(4) Setiap tahapan penegasan batas dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


31
a. penyiapan dokumen

b. penentuan garis pantai


Penegasan Batas
c. pengukuran dan Daerah di Laut (2)
penentuan batas
(Pasal 1, 12-13 Permendagri No. 141/2017)
d. pembuatan peta batas
daerah di laut

(1) Penyiapan dokumen meliputi penyiapan:


a. Undang-Undang mengenai Pembentukan Daerah dan peta lampirannya;
b. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan batas daerah;
c. Peta Dasar; dan/atau
d. Dokumen dan peta lain yang berkaitan dengan batas wilayah administrasi yang
disepakati para pihak.
(2) Penentuan garis pantai dilakukan dengan cara mengidentifikasi peta dasar dan/atau peta
lain skala terbesar yang tersedia secara kartometrik.
(3) Garis Pantai adalah garis pertemuan antara daratan dan lautan yang Versi Slide: HZAbidin (2023)
dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang tersedia pada peta dasar.
32
a. penyiapan dokumen

b. penentuan garis pantai Penegasan Batas


c. pengukuran dan
penentuan batas
Daerah di Laut (3)
(Pasal 14 Permendagri No. 141/2017)
d. pembuatan peta batas
daerah di laut

(1) Pengukuran dan penentuan batas daerah di laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan paling jauh 12 (dua belas) mil laut untuk daerah provinsi.
(2) Pengukuran dan penentuan batas daerah di laut dilakukan dengan cara:
a. batas antara dua daerah provinsi diukur mulai dari titik batas sekutu pada garis pantai antara kedua daerah
provinsi ke arah laut lepas atau perairan kepulauan yang ditetapkan berdasarkan prinsip sama jarak;
b. batas antara dua daerah provinsi yang saling berhadapan dengan jarak kurang dari 24 mil laut diukur
berdasarkan prinsip garis tengah; dan
c. batas daerah di laut untuk pulau yang berada dalam satu daerah provinsi dan jaraknya lebih dari dua kali
12 mil laut, diukur secara melingkar dengan lebar 12 mil laut.
(3) Hasil pengukuran dan penentuan batas daerah di laut dilengkapi dengan daftar titik-titik koordinat batas
daerah di laut.
Versi Slide: HZAbidin (2022)
33
a. penyiapan dokumen

b. penentuan garis pantai


Penegasan Batas
c. pengukuran dan Daerah di Laut (4)
penentuan batas (Pasal 15 Permendagri No. 141/2017)
d. pembuatan peta batas
daerah di laut

Pembuatan peta batas daerah di laut dilakukan melalui tahapan:


a. pembuatan kerangka peta batas dengan skala dan interval
tertentu yang memuat minimal 1 (satu) segmen batas;
b. melakukan kompilasi dan/atau turunan dari peta dasar, peta lain,
dan/atau data citra; dan
c. penambahan informasi isi dan tepi peta batas.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


34
Penegasan Batas Daerah di Laut (5)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Titik Dasar adalah titik koordinat pada
perpotongan garis air pasang tertinggi dengan
daratan sebagai acuan penarikan garis pantai guna
mengukur batas daerah di laut yang ditarik tegak
lurus dari garis pantai tersebut sejauh maksimal
12 mil laut ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi.
2. Mil laut adalah jarak satuan panjang yang sama
dengan 1.852 meter.
3. Pulau adalah daratan yang terbentuk secara
alamiah dan senantiasa berada di atas permukaan
laut pada saat pasang tertinggi.
4. Titik batas sekutu adalah tanda batas yang terletak
di darat pada koordinat batas antar daerah
provinsi, kabupaten/kota yang digunakan sebagai
titik acuan untuk penegasan batas daerah di laut.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
35
Penetapan Batas Daerah di Laut Secara Kartometrik
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Tahapan Penetapan Batas Daerah di Laut Secara Kartometrik:


1. Menyiapkan Peta Dasar yaitu Peta Rupa Bumi Indonesia (Peta RBI), Peta Lingkungan Laut
Nasional (Peta LLN), Peta Lingkungan Pantai Indonesia (Peta LPI), dan/atau Peta Laut
Indonesia (Peta LI).
2. Menelusuri secara cermat cakupan daerah yang akan ditentukan batasnya dengan
memperhatikan garis pantai yang ada untuk penegasan batas daerah di laut yang ditarik
tegak lurus dari garis pantai sejauh maksimum 12 mil laut.
3. Memberi tanda rencana titik dasar yang berada di garis pantai, yang akan digunakan untuk
penarikan batas daerah di laut.
4. Menarik garis sejajar dengan garis pantai yang berjarak 12 mil laut sebagai garis batas
daerah di laut, yang digambarkan beserta daftar titik koordinatnya.
5. Membuat Peta Batas Daerah di Laut, lengkap dengan daftar titik koordinatnya dalam format
yang akan ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


36
Penegasan Batas Daerah di Laut Melalui Pengecekan di Lapangan
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)
1. Penyiapan Dokumen Batas: mengumpulkan semua dokumen yang terkait dengan penentuan batas daerah
di laut.
2. Pelacakan Batas: kegiatan secara fisik di lapangan untuk menyiapkan rencana penentuan lokasi Titik Acuan.
Hasil kegiatan pelacakan ini dapat ditandai dengan pemasangan Titik Acuan sementara berupa bangunan
Pilar Sementara yang belum diukur posisinya.
3. Pemasangan Pilar di Titik Acuan: mendirikan pilar
permanen di Titik Acuan, kemudian mengukur
posisinya dengan GPS, serta membangun 3 (tiga)
pilar bantu untuk melindungi dan menjaga
keberadaan pilar permanen di Titik Acuan.
4. Penentuan Titik Dasar: mencakup kegiatan untuk
menentukan kedudukan garis pantai melalui survei
Batimetri dan pengukuran pasang surut. Apabila
sudah diperoleh garis pantai maka ditetapkan lokasi
Titik Dasar sebagai awal penegasan batas daerah di laut.
5. Pengukuran Batas
6. Pembuatan Peta Batas Versi Slide: HZAbidin (2023)
37
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Laut (1)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Contoh penarikan garis tengah dengan Contoh penarikan garis batas dengan
metode ekuidistan pada metode garis tengah (median line) pada
dua daerah yang saling berdampingan dua daerah yang saling berhadapan

Versi Slide: HZAbidin (2023)


38
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Laut (2)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Contoh penarikan garis batas pada pulau Contoh penarikan garis batas pada pulau
yang berjarak lebih dari dua kali 12 mil laut yang berjarak kurang dari dua kali 12 mil laut
yang berada dalam satu provinsi. yang berada dalam satu provinsi.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


39
Kaidah Penarikan Garis Batas Daerah di Laut (3)
(Lampiran Permendagri No. 141/2017)

Contoh penarikan garis batas pada gugusan Contoh penarikan garis batas pada pulau
pulau-pulau yang berada dalam satu provinsi yang berjarak kurang dari dua kali 12 mil laut
yang berada pada provinsi yang berbeda

Versi Slide: HZAbidin (2023)


40
Penetapan dan Penegasan Batas Desa (1)
(Pasal 1 Permendagri No. 45/2016)
1. Batas Desa adalah pembatas wilayah administrasi pemerintahan antar Desa yang merupakan
rangkaian titik-titik koordinat yang berada pada permukaan bumi, dapat berupa tanda-tanda
alam seperti igir/punggung gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau unsur
buatan dilapangan yang dituangkan dalam bentuk peta.
2. Penetapan Batas Desa adalah proses penetapan batas Desa secara kartometrik di atas suatu
peta dasar yang disepakati.
3. Metode Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan
pengukuran/perhitungan posisi titik, garis, jarak dan luas cakupan wilayah dengan
menggunakan peta dasar dan informasi geospasial lainnya sebagai pendukung.
4. Penegasan Batas Desa adalah kegiatan penentuan titik-titik koordinat batas Desa yang
dapat dilakukan dengan metode kartometrik dan/atau survey dilapangan, yang dituangkan
dalam bentuk peta batas dengan daftar titiktitik koordinat batas Desa.
5. Peta batas Desa adalah peta yang menyajikan semua unsur batas dan unsur lainnya,
seperti pilar batas, garis batas, toponimi perairan dan transportasi.
Versi Slide: HZAbidin (2023)
41
Penetapan dan Penegasan Batas Desa (2)
(Pasal 4 dan 9 Permendagri No. 45/2016)
1. Penetapan, penegasan dan pengesahan batas Desa di darat berpedoman pada dokumen batas Desa
berupa Peta Rupabumi, Topografi, Minuteplan, Staatsblad, Kesepakatan dan dokumen lain yang
mempunyai kekuatan hukum.
2. Penetapan, penegasan dan pengesahan batas Desa di wilayah laut berpedoman
pada dokumen batas Desa berupa Undang-Undang Pembentukan Daerah, Peta Laut,
Peta Lingkungan Laut Nasional dan dokumen lain yang mempunyai kekuatan hukum.
3. Batas Desa hasil penetapan, penegasan dan pengesahan ditetapkan
oleh Bupati/Walikota dengan Peraturan Bupati/Walikota.
4. Peraturan Bupati/Walikota memuat titik koordinat batas Desa yang
diuraikan dalam batang tubuh dan dituangkan di dalam peta batas
dan daftar titik koordinat yang tercantum dalam Lampiran Peraturan
Bupati/Walikota.
5. Untuk melaksanakan penetapan dan penegasan batas Desa dibentuk Tim PPB Des (Penetapan dan
Penegasan Batas Desa) yang terdiri atas: (a). Tim PPB Des Pemerintah Pusat, (b). Tim PPB Des Provinsi,
dan (c). Tim PPB Des Kabupaten/Kota.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


42
Penetapan dan Penegasan Batas Desa (3)
(Pasal 10, 13 Permendagri No. 45/2016)

1. Penetapan Batas Desa dilakukan melalui 1. Penegasan Batas Desa dilakukan melalui
tahapan: tahapan:
a. pengumpulan dan penelitian dokumen, a. penelitian dokumen,
b. pemilihan peta dasar, dan b. pelacakan dan penentuan posisi batas,
c. pembuatan garis batas di atas peta. c. pemasangan dan pengukuran pilar batas, dan
2. Setiap tahapan penetapan batas Desa d. pembuatan peta batas Desa.
dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan 2. Setiap tahapan penegasan batas
antar Desa yang berbatasan. dituangkan dalam berita acara kesepakatan
3. Berita Acara tersebut ditandatangani antar Desa yang berbatasan.
oleh Kepala Desa yang berbatasan dan Tim 3. Berita Acara dimaksud ditandatangani
PPB Des Kabupaten/Kota. oleh Kepala Desa yang berbatasan dan Tim PPB
Des Kabupaten/Kota.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


43
Penetapan dan Penegasan Batas Desa (4)
(Lampiran Permendagri No. 45/2016)

1. Penetapan Batas Desa dilakukan melalui 1. Penegasan Batas Desa dilakukan melalui
tahapan: tahapan:
a. pengumpulan dan penelitian dokumen, a. penelitian dokumen,
b. pemilihan peta dasar, dan b. pelacakan dan penentuan posisi batas,
c. pembuatan garis batas di atas peta. c. pemasangan dan pengukuran pilar batas, dan
2. Setiap tahapan penetapan batas Desa d. pembuatan peta batas Desa.
dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan 2. Setiap tahapan penegasan batas
antar Desa yang berbatasan. dituangkan dalam berita acara kesepakatan
3. Berita Acara tersebut ditandatangani antar Desa yang berbatasan.
oleh Kepala Desa yang berbatasan dan Tim 3. Berita Acara dimaksud ditandatangani
PPB Des kabupaten/kota. oleh Kepala Desa yang berbatasan dan Tim PPB
Des kabupaten/kota.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


44
8430 Kelurahan
74754 Desa

Total
83.436
Desa/Kel.
Ref: BIG (Maret 2019)

Versi Slide: HZAbidin (2023)


SEBARAN DESA/KELURAHAN PADA SETIAP PROVINSI
Berdasarkan Permendagri No. 137 Tahun 2017
45

Pemetaan
(Delineasi)
Batas Desa
Secara
Kartometrik
(Status 2018)
Ref: BIG (Maret 2019)

Saat ini (2023), jumlah batas desa yang


2013-2017
sudah didelineasi, kemungkinan besar Jumlah Desa/Kelurahan
2018
sudah jauh lebih banyak. 2019 (Permendagri 137/2017):

Pada Peta RBI Skala 1:25.000 40.130 Desa/Kel


83.436
Hasil Delineasi (2013 – 2017), Skala 1:5.000 – 1:10.000 12.159 Desa/Kel
Versi Slide: HZAbidin (2023)
Proses Delineasi 2018, Skala 1:5.000 – 1:10.000 31.147 Desa/Kel
46

TUGAS - 7
Hukum dan Perundangan terkait
Batas Wilayah Administrasi
• Sebutkan dan jelaskan secara singkat contoh peraturan perundangan untuk
batas daerah dan batas desa di wilayah Indonesia yang sudah ditetapkan:
a. Batas Provinsi (minimal 2)
b. Batas Kabupaten (minimal 2)
c. Batas Kota (minimal 2)
d. Batas Desa (minimal 2)

• Tugas dikumpulkan dalam bentuk softcopy (doc atau pdf).


Nilai tugas ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas dari pembahasan.
• Waktu Penyelesaian = 1 minggu.

Versi Slide: HZAbidin (2023)


47

Terima Kasih

KERJA 5 As (KERAS, CERDAS, TUNTAS, MAWAS, IKHLAS)


Versi Slide: HZAbidin (2022)

Anda mungkin juga menyukai