Anda di halaman 1dari 10

PROSES DAN MEKANISME PERATURAN DAERAH

Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas
makalah Perancangan Peraturan Perundang-undangan

DI SUSUSN OLEH:

KELOMPOK 3

MAYA 183070001
ALYA PRATIWI 183070006
SUCI RAHMADANI SIMORANGKIR 173070009
NURFAIDAH 103070012
NOVI MULATINSIH 183070020
ALAM WAHYU LUHUR.M 103070024
SRI WAHYUNI AMIN 183070026
DOSEN PENGAMPUH:

Besse Tendri Abeng Mursyid, SH.,M.H

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan peraturan daerah merupakan wujud kewenangan yang di


berikan kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelengraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan
penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pembentuakan peraturan Daerah (PERDA) harus di lakukan secara taat


asas. Agar proses pembentukan PERDA lebih terarah dan terkoordinasi, secara
formal telah di tetapkan serangkain proses yang harus di lalui yang meliputi
proses perencanaan, proses penyusunan, proses pembahasan, proses penetapan
dan proses pengundangan.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Peraturan Daerah (PERDA)

Peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk


oleh dewan perwakilan rakyat dengan persetujuan kepala daerah. Penyelenggara
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan
tanggungjawabnya dapat menetapkan kebijakan daerah yang di rumuskan antara
lain melalui peraturan daerah.

Hal ini di pertegas oleh pasal 18 ayat 6 undang-undang dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lainuntuk
melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan” dan juga penjelasan umum
undang-undang No.23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah mengemukakan
bahwa “penyelenggara pemerintah dalam melaksanakan tugas, wewenang,
kewajiaban dan tanggung jawabnya serta atas kuasa peraturan perundangan yang
lebih tinggidan dapat menetapkan kebijakan daerah yang di rumuskan antara lain
dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya.
Kebijakan daerah yang di maksud tidak boleh betentangan dengandengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dan kepentingan umum serta
peraturan daerah lain.”1

Pengertian pembentukan peraturan perundang-undangan dalam pasal 1


angka 1 UU No. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan yang menyatakan bahwa “pembentukan peraturan perundang-undangan
adalah pembuatan peraturan peraturan perundang-undangan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahsan, pengesahan, penetapan dan
pengundangan.

1
Agussalim Andi Gadjong, 2005. Pemerintah Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm.76.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
mengatur asas-asas materi muatan peraturan daerah. Asas-asas peraturan
perundag-undangan yang di maksud yaitu:

a) Kejelasan tujuan;
b) Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c) Kesesuaian antara jenis dan mateeri muatan;
d) Dapat di laksanakan;
e) Kedayagunaan dan hasilgunaan;
f) Kejelasan rumusan; dan
g) Keterbukaan.2

Kedudukan peraturan daerah dalam peraturan perundang-undangan pada


pasal 7 ayat 1 UU no,12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan, yaitu:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


b) Ketetapam MPR
c) Peraturan pemerintah Pengganti UU/ PERPU
d) Peraturan Pemerintah
e) Peraturan Presiden
f) Peraturan Daerah Provinsi
g) Peraturan Daerah Kab/Kota

Dasar pembentukan peraturan daerah berdasarkan ketentuan butir 39


Lampiran II UU No.12/2011, tentang dasar pemebentukan peraturan daerah
dibedakan menjadi:

1. Yang memberikan dasar kewenangan,yaitu:


a) Pasal 18 ayat 6 undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b) Undang-Undang tentang pembentukan daerah yang bersagkutan

2
Bagir Manan. Wewenang Provinsi,kabupaten,dan kota dalam Rangka Otonomi Daerah. Makalah
fakultas hukum UNPAD, Bandung. Di Akses pada tanggal 10 Desember 2020
c) Undang-Undang no. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.
2. Yang Memerintahkan
Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan secara tegas
pembentukan peraturan daerah.3

Proses dan prosedur penyusunan Raperda yaitu:

a) Penyusunan rancanagn perda di lakuakn berdasarkan program


pembentukan perda
b) Penuyusan rancangan perda dapat dapat berasal dari DPRD atau kepala
daerah
c) Pembahasan di lakukan oleh DPRD bersama kepal daerah untuk mendapat
ersetujuan bersama
d) Pembahasan bersama di lakukan melalui tingkat pembicaraan, yaitu
pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II
e) Pada tingkat II apabila persetujuan tidak dapat di capai secara musyawarah
untuk mufakat, keputusan di ambil berdasarkan keputusan terbanyak
f) Dalam hal rancangan perda tidak mendapat persetujuan bersama antara
DPRD dan kepala daerah, rancanagan perda tersebut tidak boleh di ajukan
lagi dala persidangan DPRD masa itu.
g) Rancanagan perda yang telah di setujui bersama oleh DPRD dan kepala
daerah di sampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah unuk di
tetapkan menjadi PERDA
h) Penyampaian rancangan perda di lakukan dalam jangka waktu paling lama
3 hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama
i) Kepala daerah wajib menyampaikan rancangan perda kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat paling lama 3 hari terhitung sejak
menerima rancangan perda dari pimpinan DPRD untuk mendapat nomor
register PERDA
j) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat memberikan nomor register
rancangan perda paling lama 7 hari sejak rancangan perda di terima
3
Koesoemahatmadja. 1979. Pengantar Sisrem Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Binacipta.
Bandung.
k) Rancangan perda yang mendapat nomor register di tetapkan oleh kepala
daerah dengan membubuhkan tanda tangan paling lama 30 hari sejak
rancangan perda di setujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah
l) Dalam hal kepala daerah tidak mendatangani rancangan perda yang te
mendapat nomor register akan sah menjadi perda dan wajib di undangkan
dalam lembaran daerah
m) Rancangan perda yang tidak di tanda tangani kepala daerah di nyatakan
sah dalam kalimat pengesahan yang berbunyi “peraturan daerah ini di
nyatakan sah”
n) Pengesahan tersebut harus di bubuhkan pada halaman terakhir perda
sebelum pengundangan naskah perda ke dalam lembaran daerah.
o) Rancangan perda yang belum mendapat nomor register belum dapat di
tetapkan kepala daerah dan belum dapat di undangakan dalam lembaran
daerah
p) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat secara erkala menyampaikan
laporan perda yang telah mendapat nomor register pada menteri.
q) Perda di undangkan dalam lemaran daerah
r) Pengundangan perda dalam lenbaran daerah di lakukan oleh sekretaris
daerah
s) Perda mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal di
undangkan, kecuali di tentukan lain di dalam perda yang bersangkutan.
t) DPRD dan kepala daerah wajib melakukan penyebarluasan sejak
penyusunan program pembentukan perda, penyusunan rancangan perda,
dan pembentukan rancangan perda.
u) Peneyebarluasan rogram pembentukan perda di lakukan bersama oleh
DPRD dan kepala daerah yang koordinasikan oleh alat kelengkapan
DPRD yang khusus menangani pembentukan PERDA.
v) Penyebarluasan rancangan perda yang berasal dari DPRD di laksakan oleh
alat kelengkapan DPRD.
w) Penyebarluasan rancangan perda yang berasal dari kepala daerah di
laksanakan oleh sekrtaris daerah.
x) Penyebarluasan di lakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.4

B. Mekanisme Peraturan Daerah (PERDA)


Mekanisme penyusunan peraturan daerah (PERDA), yaitu:
a) Penyusunan program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kotadi laksanakan oleh DPRD provinsi, kabupaten/kota dan
pemerintah provinsi, kabupaten/kota.
b) Program pembentukan provinsi kabupatean/kota di tetapkan untuk jangka
waktu 1 tahun berdasarkan skla prioritas pembentukan rancangan
peraturan daerah provinsi, kabupatean/kota.
c) Penyusunan dan penetapan program pembentukan peraturan daerah
provinsi, kabupaten/kota dilakukan setiap tahun sebelum penetpan
rancangan peraturan daerah provinsi tentang anggaran pendapatan dan
belanja daerah provinsi, kabupaten/kota.
d) Penyusunan program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kota antara DPRD provinsi, kabupaten/kota dan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten/kota di koordinasikan oleh DPRD provinsi,
kabupaten kotamelalui alat kelengkapan DPRD provinsi, kabupaten/kota
yang khusus menangani bidang legislasi.
e) Penyusunan program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kota antara DPRD provinsi, kabupaten/kota di lingkungan
DPRD Provinsi, kabupaten/kota dikoordinasikan oleh alat kelengkapan
DPRD provinsi, kabupaten/kota khusus menangani bidang legislasi.
f) Penyusunan program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kota antara DPRD provinsi, kabupaten/kota di lingkungan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota di koordinasikan oleh biro
hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.

4
Nikmatul Huda dan R. Nazriyah. 2011. Teori dan Pengajuan Peraturan Perundang-Undangan.
Nusa Media. Bandung.
g) Hasil penyusunan Penyusunan program pembentukan peraturan daerah
provinsi, kabupaten/kota antara DPRD provinsi, kabupaten/kota antara
DPRD provinsi, kabupaten/kota, dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/ kota di sepakati menjadi program pembentukan peraturan
daerah provinsi, kabupaten/kota dan di tetapkan dalam rapat paripurna
DPRD provinsi, kabupaten/kota
h) Program pembentukan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota di
tetapkan dengan keputusan DPRD provinsi, kabupaten/kota.5

BAB III

PENUTUP

5
Suprin na’a.2003. Ruang Lingkup Muatan Materi Peraturan Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota Dalam Rangaka Penyelenggaraan Pemerintah. Bandung. Tesis program
Pascasajana UNPAD. Di akses pada tanggal 10 desember 2020.
A. Kesimpulan

B. Saran

Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih atas


antusiasme dari pembaca yang telah menelaah isi makalah, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan dari makalah ini karena keterbatasannya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Kami berharap para pembaca memberikan saran dan kritik konstruktif kepada
kami demi sempurna makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Agussalim Andi Gadjong, 2005. Pemerintah Daerah Kajian Politik dan Hukum,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.76.

Bagir Manan. Wewenang Provinsi,kabupaten,dan kota dalam Rangka Otonomi


Daerah. Makalah fakultas hukum UNPAD, Bandung. Di Akses pada tanggal 10
Desember 2020

Koesoemahatmadja. 1979. Pengantar Sisrem Pemerintahan Daerah Di Indonesia.


Binacipta. Bandung.

Nikmatul Huda dan R. Nazriyah. 2011. Teori dan Pengajuan Peraturan


Perundang-Undangan. Nusa Media. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai