Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH
Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 – 8 Jakarta Pusat 10110 Telp/Fax. (021) 3453627
Website: www.otda.kemendagri.go.id, E-mail: phd.otda@kemendagri.go.id
\

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


(TERM OF REFERENCE)
RAPAT KOORDINASI NASIONAL PRODUK HUKUM DAERAH

“PERAN STRATEGIS BIRO HUKUM PROVINSI DAN BAGIAN HUKUM


KABUPATEN/KOTA DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH”
Pekanbaru, 13–15 September 2023

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Berdasarkan ketentuan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI Tahun 1945) bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan yang
berbentuk Republik dan merupakan negara yang berlandaskan hukum. Untuk mencapai
salah satu tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat, penyelenggaraan pemerintahan perlu
didukung dengan kepastian hukum. Kemudian, berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18
Ayat (2) dan Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan serta sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Ayat (6) UUD NRI Tahun
1945, Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan yang digunakan sebagai instrumen
hukum dalam menjalankan otonomi daerah.

Berdasarkan amanah Konstitusi Indonesia dalam Pasal 18 Ayat (7) menyatakan,


bahwa susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang–undang, hadirlah Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Dengan mandat konstitusional tersebut, bahwa peraturan daerah merupakan
dasar hukum untuk Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta penjabaran lebih lanjut atas ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi. Peraturan perundang-undangan di daerah yang dibentuk sesuai dengan
kewenangan pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah
dalam menyejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, pembentukan peraturan
perundang-undangan di daerah perlu memperhatikan berbagai aspek yang strategis,
terutama aspek materi muatan dan mekanisme pembentukannya.

Mengingat bahwa penyelenggaraan otonomi daerah memerlukan suatu produk


hukum daerah yang berkualitas baik yang berbentuk Peraturan Daerah (Perda) maupun
Peraturan Kepala Daerah (Perkada), serta berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56
Tahun 2019 tentang Pedoman Nomenklatur Dan Unit Kerja Sekretariat Daerah Provinsi
Dan Kabupaten/Kota, bahwa Pemerintah Daerah membentuk perangkat daerah yang
menangani tugas pokok dan fungsi yang melakukan pengoordinasian, pemantauan
pelaksanaan Perda dan Perkada yang telah diundangkan serta evaluasi produk hukum
daerah kabupaten/kota.

Peran strategis Biro Hukum Setda Provinsi dan Bagian Hukum Setda
Kabupaten/Kota yang bertugas melakukan pengoordinasian, pemantauan pelaksanaan
Perda dan Perkada yang telah diundangkan dan evaluasi produk hukum daerah
kabupaten/kota secara eksplisit memberikan penegasan bahwa keberhasilan atas
terselenggaranya otonomi daerah tercermin dari berbagai produk hukum daerah yang
telah diterbitkan. Oleh sebab itu, tingkat keberhasilan penataan peraturan
perundang-undangan yang disusun di tingkat pusat yang berkaitan dengan urusan daerah
sangat bergantung pada peran aktif Pemerintah Daerah itu sendiri, sehingga Pemerintah
Daerah c.q. Biro Hukum Setda Provinsi dan Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota sudah
tentu memerlukan penguatan pemahaman dari aspek sumber daya manusianya serta
penguatan pada aspek kelembagaan dan penganggarannya.

Pasca diundangkan dan ditetapkannya Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2023


tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang–Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang–Undang (UU Cipta Kerja) berikut seluruh
peraturan turunannya juga menyiratkan fakta objektif bahwa implementasi
Undang–Undang ini sangat bergantung pada peran serta Biro Hukum Setda Provinsi dan
Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota. Hal tersebut dilatarbelakangi sebab UU Cipta Kerja
berikut peraturan pelaksanaannya memberikan dampak yang fundamental dan signifikan
terhadap Perda dan Perkada yang telah ada sebelum disahkan di tingkat daerah.

2. Dasar Hukum

a. Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas
Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
c. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang–Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang–Undang;
d. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; dan
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2019 tentang Pedoman
Nomenklatur Dan Unit Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota.

B. Isu dan Pembahasan

● Penegasan peran strategis Biro Hukum Setda Provinsi/Bagian Hukum Kab/Kota


● Penguatan aspek kelembagaan dan penganggaran pada Biro Hukum Setda
Provinsi/Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota.
● Indeks Kepatuhan Daerah dalam pembentukan produk hukum daerah.
● Inventarisasi praktik baik (best practice), tantangan dan hambatan yang dihadapi
C. Persiapan Pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Biro Hukum dan Bagian Hukum
Seluruh Indonesia
Berdasarkan isu dan pembahasan di atas, adapun hal-hal yang perlu dibahas dalam
rangka persiapan pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Biro Hukum dan Bagian Hukum
Seluruh Indonesia, antara lain:
1. Waktu Pelaksanaan, direncanakan pada tanggal 13 s.d.15 September Tahun 2023;
2. Tempat Pelaksanaan, direncanakan di Hotel Grand Elite, Pekanbaru. Provinsi Riau;
3. Jumlah Peserta, direncanakan jumlah keseluruhan Peserta Rakornas sejumlah 584
(lima ratus delapan puluh empat) peserta dengan rincian sebagai berikut:
a. Kepala Biro Hukum Setda Provinsi sejumlah 38 (tiga puluh delapan) peserta;
b. Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Provinsi sejumlah 38 (tiga
puluh delapan) peserta;
c. Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten sejumlah 415 (empat ratus lima belas)
peserta; dan
d. Kepala Bagian Hukum Kota sejumlah 93 (sembilah puluh tiga) peserta;
4. Narasumber, terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah dan
Akademisi, antara lain:
a. Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri;
b. Deputi Hukum dan HAM, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
c. Gubernur Riau;
d. Pj. Wali Kota Pekanbaru;
e. Direktur Produk Hukum Daerah, Ditjen Otonomi Daerah, Kementerian Dalam
Negeri;
f. Plh. Direktur Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian Perangkat Daerah, Ditjen
Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri;
g. Asisten Deputi Kelembagaan dan Tata Laksana Politik, Hukum, Keamanan, dan
Pemerintahan Daerah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
h. Kepala Biro Hukum Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
i. Prof. Susi Dwi Harijanti, S.H., LL.M., Ph.D. (Akademisi, Guru Besar Hukum Tata
Negara di Universitas Padjajaran/Ketua Tim Percepatan Reformasi Hukum);
j. Dr. Fitriani Ahlan Sjarief, S.H., M.H., (Akademisi, Pakar Perundang-undangan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia / Direktur ICLD (Indonesian Centre for
Legislative Drafting), Anggota Tim Percepatan Reformasi Hukum);
k. Kepala Biro Hukum Setda Provinsi seluruh Indonesia;
l. Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota seluruh Indonesia; dan
m. Moderator oleh Dr. Drs. Herie Saksono, M.Si, Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN).
5. Panitia Pusat dan Daerah, perlu dibentuk panitia yang berasal dari pusat
(Kemendagri) dan Pemerintah Daerah (Provinsi Riau) untuk memudahkan komunikasi
dan koordinasi penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional Kepala Biro Hukum Setda
Provinsi dan Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia.
6. Peralatan dan Perlengkapan, perlu dilakukan inventarisasi kebutuhan dan
ketersediaan alat dan perlengkapan penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional
Kepala Biro Hukum Setda Provinsi dan Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota
Seluruh Indonesia.
7. Akomodasi dan Transportasi, perlu pengaturan khusus terkait jadwal penerbangan
ke Riau, Transportasi dari Bandara menuju Hotel, dan tempat penginapan mengingat
banyaknya jumlah peserta.
8. Penganggaran, pelaksanaan kegiatan Rapat Koordinasi Nasional Kepala Biro Hukum
Setda Provinsi dan Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia
tersebut dibebankan kepada APBN/APBD Provinsi Riau/APBD masing-masing.
DIREKTORAT PRODUK HUKUM DAERAH
DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH

Anda mungkin juga menyukai