Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR

SEMESTER GASAL 2018 – 2019


KARYA TULIS
Sebagai salah satu syarat untuk
Menempuh Ujian Tugas Akhir pada
Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur

PENERAPAN ARSITEKTUR HYBRID


PADA PERANCANGAN RUSUN DI
PENJARINGAN, JAKARTA
TEMA:
ARSITEKTUR HYBRID

DISUSUN OLEH :
HARDINA ARYANI
NIM : 1551500331

PEMBIMBING MATERI :
Ir.KARYA SUBAGYA, M.T.,IAI
PEMBIMBING TEKNIS :
SRI KURNIASIH,ST.,M.Ars

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA, MARET 2019
BAB I

1.1. LATAR BELAKANG


Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mewacanakan akan menata 16
pemukiman kumuh di Ibu Kota. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta
mencatat ada lima kawasan RW kumuh dengan kategori berat yang tersebar di
wilayah Ibu Kota. Kepala Seksi Ketahanan BPS DKI Robert menjelaskan dari data
terakhir sensus BPS tahun 2013, ada lima wilayah dengan kategori kumuh berat di
Ibu Kota. Diantara, di RW 12 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng Jakarta
Barat, RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, RW
12 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, dan RW 02 dan 03
Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
(Medkom,2018)

RW 17, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah RW dengan luas


wilayah 62 hektare ini dinobatkan sebagai salah satu RW terkumuh Dan terpadat di
Jakarta. Bahkan bisa dikatakan se-Indonesia. Bayangkan saja, RW 17 total memiliki
22 RT. Di sisi sebelah barat disanalah kawasan lautan manusia saling berdesakan
menyambung hidup di Ibu Kota. Di sisi sebelah timur berdiri beberapa sentra industri
dan pabrik-pabrik. Denah RW 17 memanjang sepanjang lima kilometer di bibir
Waduk Pluit. Dari data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta tahun 2013
tercatat wilayah ini berpenduduk kurang lebih 33.346 jiwa dengan total 10.554
kepala keluarga. Itu pun belum ditambah dengan jumlah penduduk pendatang yang
belum terdata jumlahnya. Untuk memasuki RW 17 ada beberapa akses jalan-jalan
kecil menuju permukiman warga. Itu pun hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Dengan lebar jalan yang tak sampai dua meter tak mungkin kendaraan roda empat
bisa masuk.Dari Jalan Muara Baru Raya sudah terlihat puluhan bangunan semi
permanen saling berhimpitan yang mayoritas dari bahan seng dan asbes. Masalah
permukiman sepadat ini, tentu masalah sanitasi terabaikan.

Aliran Kali Gedong yang melintas di permukiman warga tak mengalir sama
sekali. Justru di beberapa lokasi aliran Kali ini tak terlihat lantaran tertutupi
bangunan semi permanen warga. Ditambah limbah industri rumah tangga yang
mengendap di aliran sungai.Aliran sungai yang mengendap dan kotor beralih fungsi.
Justru menjadi lahan bermain. Sejumlah anak tampak asyik menghabiskan waktu
siang mereka di atas aliran sungai yang kotor dengan menggunakan jeriken apung.
Dari tata letak bangunan, nyaris tak ditemukan rumah warga yang memiliki halaman
rumah. Bahkan untuk parkir kendaraan roda dua saja memakan badan jalan yang
sempit. Bangunan semi permanen berlantai dua saling berhimpitan menghalangi
cahaya matahari masuk ke pemukiman warga. Instalasi kabel listrik bergelantungan
tak beraturan. Ancaman bencana kebakaran selalu ada. Data BPS DKI mencatat
dari 22 RT, 18 di antaranya wilayah rawan kebakaran.
Wilayah sepadat ini pun rawan tindakan kriminalitas dan gesekan masyarakat.
Lahan pemukiman yang semakin menyempit membuat warga leluasa memarkirkan
kendaraan roda duanya di depan rumah.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan segera membangun uji coba pertama
pembangunan rumah susun (rusun) hybrid. Rusun hybrid akan dibangun di
kawasan Penjaringan, Jakarta Utara bagi masyarakat yang selama ini tinggal di
kawasan kumuh. (Wartakota, 2018)

Nantinya rusun itu memiliki lima sampai enam lantai yang bertujuan untuk
menggantikan rumah-rumah yang kumuh miskin (Kumis) dan kumuh Padat (Kupat)
di kawasan itu. Rusun hibrid ini dibangun di lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal
warga semula. Sehingga penataan kampung kumpuh di kawasan Penjaringan tidak
menindahkan secara terstruktur terhadap masyarakat, melainkan dibangun Rusun
di kawasan itu. (Okezone,2018)

Kawasan rusun hybrid akan disiapkan fasilitas pendidikan hingga peluang


usaha yang dibutuhkan warga. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk
mendesain rusun dengan konsep hybrid, memadukan dua unsur yang berbeda di
dalam rusun dalam tugas akhir ini.

1.2.TUJUAN DAN SASARAN

Adapun tujuan dan sasaran dari pembangunan kawasan pemukiman ini adalah
sebagai berikut :

1.2.1.Tujuan

1. Untuk membentuk penataan pemukiman yang padat dengan peningkatan


kualitas pemukiman yang seimbang, nyaman, dan bersih bagi semua pengguna
dan lingkungan pada Pluit Jakarta, dengan menerapkan konsep arsitektur
hybrid.
2. Merencanakan suatu bangunan rumah susun yang mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi di kota Jakarta yang sangat kompleks khususnya
pada daerah kumuh serta bangunan yang kurang memperhatikan faktor
lingkungan.
3. Memfasilitasi kebutuhan penghuni akan area terbuka hijau dan area publik
sebagai sarana bersosialisasi.
4. Menjadikan rumah susun untuk mengatasi ledakan penduduk.

1.2.2. Sasaran

1. Memberikan tempat tinggal yang menyehatkan dan memberikan kemudahan


bagi masyarakat untuk saling bersosialisasi.
2. Menghidupkan, mendorong dan meningkatkan kepedulian para perancang
bangunan terhadap kebutuhan hunian yang layak terutama kepada masyarakat
berpenghasilan menengah kebawah.

1.3.RUMUSAN PERMASALAHAN ARSITEKTUR

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas pada latar belakang, maka


terdapat beberapa perumusan masalah yang akan dibahas yaitu :

1.3.1. Aspek Manusia

1. Bagaimana merencanakan dan mengatur pola kegiatan manusia di dalam


bangunan maupun dikawasan hunian rumah susun agar tiap pengguna dapat
melakukan aktifitas dan kegiatan yang berbeda sehingga tidak saling mengganggu
antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya.

2. Bagaimana merencanakan dan mengatur tata letak bangunan di dalam hunian


rumah susun dengan fungsi dan kegunaan yang berbeda.

3. Bagaimana bangunan ini akan diterima oleh semua masyarakat khususnya


pada tiap orang dengan kemampuan daya beli dari golongan ekonomi menengah
ke bawah.

1.3.2. Aspek lingkungan

1. Bagaimana aspek lingkungan tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah


Jakarta, dimana lingkungan tersebut diperuntukan sebagai hunian rumah tinggal
yakni rumah susun sehingga dapat menciptakan suatu kawasan hunian di Jakarta
Utara.

2. Bagaimana merencanakan dan merancang bangunan tersebut sesuai dengan


lingkungan sekitar dan juga bisa menunjang kegiatan yang berada di kawasan
pemukiman Jakarta Utara

3. Bagaimana merencanakan kembali pola pencapaian, sirkulasi dalam tapak,


dan perletakan masa bangunan dan pengelolaan ruang terbuka di dalam hunian
rumah susun di Jakarta Utara.

1.3.3. Aspek Bangunan

Bagaimana merencanakan tampilan bangunan yang menarik dengan


arsitektur hybrid.

1.4.PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH


Sesuai dengan permasalahan yang dibahas pada latar belakang, maka terdapat
beberapa pendekatan pemecahan masalah, yaitu :
1.4.1. Aspek Manuasia
Membuat pola hubungan ruang dan pola organisasi ruang, layout tata ruang
terhadap kegiatan yang berada arsitektur hibrid pada kawasan pemukiman yang
direncanakan agar saling menunjang satu dan lainnya.
1.4.2. Aspek Lingkungan
Melakukan analisa tapak yang sesuai dengan lokasi yang dipilih berdasarkan
analisa pemilihan lokasi dan juga peninjauan lapangan.
1.4.3. Aspek Bangunan
Menampilkan suatu bangunan dengan tema arsitektur hybrid

1.5. METODE PEMBAHASAN

1.5.1. Pengumpulan Data

Jenis Data

1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan pada
lokasi perencanaan rumah susun di Kabupaten Sleman yang telah meliputi
data tapak dan data keadaan fisik baik berupa gambar maupun data tertulis.

2. Data Sekunder : Data yang diperoleh dari studi pustaka dan dan data yang
relevan tentang rumah susun, serta data dokumen yang pernah dibuat orang
lain.
1.5.2 Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan langsung : Melakukan pengamatan secara langsung


mengenai kondisi rumah susun yang ada di Jakarta serta kondisi lokasi
perencanaan Rumah Susun di Jakarta yang meliputi :

a) Observasi, pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan


langsung terhadap lokasi perencanaan desain rumah susun di Penjaringan
Pluit Jakarta.

b) Dokumentasi Pribadi, pengumpulan data dengan mengunakan media


pengambilan data seperti kamera untuk memperoleh foto-foto kondisi di
lapangan.

c) Wawancara, pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara


dengan pihak pengelola rumah susun dan penghuni rumah susun.

2. Pengamatan tidak langsung : Pengamatan melalui data – data dari


pemerintah terkait peraturan pembangunan perumahan dan permukiman,
rumah susun, serta peraturan daerah di Jakarta.

3. Studi literatur : Mencari literatur atau referensi yang berkaitan dengan


rumah susun dan rencana tata ruang dan wilayah Kamal Jakarta guna
mendapat data –data dan informasi yang relevan melalui buku, internet, dan
sumber informasi lainnya.

2. Analisis

Analisis dilakukan secara deskriptif mulai dari pengertian hingga


persyaratan serta kebutuhan ruangnya, tinjauan terhadap ruang, masalah-
masalah yang ditemui serta landasan teori dan pemecahan masalahnya.
Teknik analisis yang digunakan adalah metoda komparasi. Penilaian
terhadap fungsi yang sudah ada dipilih dari yang paling sederhana hingga
ke detail-detail.

3. Sintesa

Setelah melakukan analisis tentang prinsip-prinsip dalam arsitektur


keberlanjutan maka tahap selanjutnya adalah sintesa. Metode yang
digunakan dalam menyimpulkan penelitian ini adalah dengan cara deduktif,
yakni pembahasan dari hal-hal yang bersifat umum ke halhal yang bersifat
khusus. Sistesa ini digunakan sebagai dasar konsep perancangan. Konsep
ini kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk bangunan rumah susun.
1.3. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

JUDUL PROYEK
PENERAPAN ARSITEKTUR HYBRID PADA PERANCANGAN RUSUN DI PLUIT, JAKARTA

LATAR BELAKANG

TEMA
Peningkatan kebutuhan hunian di Jakarta
Tema : Arsitektur Hybrid
sementara jumlah lahan tetep serta dalam
penyediaan rumah lapis dengan konsep Hybrid.

Tujuan dan Sasaran

Menyediakan hunian (Rumah Susun) yang nyaman, aman, sehat, dan dapat mewadahi aktifitas
penghuninya dengan menerapkan Arsitektur Hybrid untuk waraga RW.17 Penjaringan Jakarta Utara dan
untuk masyarakat dengan golongan menengah kebawah.

Permasalahan Arsitektur
Bagaimana merencanakan dan merancang tampilan bangunan Rusun dengan konsep Hybrid

PENGUMPULAN INFORMASI DAN DATA


 Data Primer, Survai langsung dan pengamatan study kasus
 Data Sekunder, Data Literatur

F
Analisa
E
E
Aspek Manusia
Aspek Lingkungan
Aspek Bangunan D
 Analisa pelaku kegiatan  Fisik dan bangunan
 Penentuan Lokasi
 Aktifitas dan sirkulasi  Struktur bangunan
 Sudut pandang B
 Kebutuhan Ruang  Pencahayaan dan
 Orientasi tapak A
 Tata ruang dan pola penghawaan
 Potensi lingungan C
ruang  Material Bangunan
K

KONSEP

DESAIN
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I. PENDAHULUAN
Pada Bab ini membahas mengenai Latar Belakang Permasalahan, Maksud dan
Tujuan Arsitektural yang ingin dicapai, Perumusan persoalan arsitektural yang
hendak diatasi sesuai dengan tema yang diambil (ditinjau dari aspek
manusia/pemakai, bangunan/fisik dan tapak/lingkungan) dan Sistematika
pembahasan laporan.

BAB II. TINJAUAN UMUM


Tinjauan umum proyek membahas mengenai Gambaran umum proyek (judul
proyek, tema, lokasi, sifat/kasus proyek, pemilik/pendanaan, sasaran, luas
bangunan, luas lahan, fasilitas yang direncanakan) dan Tinjauan teoritis mengenai
kasus proyek/judul proyek.

BAB III. TINJAUAN KHUSUS (TEMA)


Tinjauan khusus (tema) proyek membahas mengenai Pengertian tema yang diambil
Tinjauan teoritis penerapan teori-teori arsitektur yang relevan terhadap
permasalahan sesuai dengan tema (diterjemahkan ke dalam bentuk
arsitektural/grafis).

BAB IV. ANALISA PERENCANAAN


Analisa Perencanaan membahas mengenai analisa dan sintesa dari Analisa
manusia, Analisa pemilihan tapak lokasi dengan ketentuan : luas lahan ± 4Ha, jika
lahan kurang atau lebih dari ketentuan, maka harus memberikan solusi desain
dalam bentuk gambar situasi/gambar rancangan. Analisa konteks lingkungan tapak
yang dipilih meliputi ; kondisi tapak, kondisi sosial ekonomi, infrastruktur, potensi
tapak, peta dan foto tapak beserta lingkungan, Analisa bangunan (fisik), Analisa
struktur dan konstruksi bangunan, Analisa sistem utilitas danTema diterapkan pada
setiap analisa (sesuai konsep desain).

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Konsep Perencanaan dan Perancangan membahas mengenai Konsep dasar
perancangan yang diperoleh dari penjabaran tema yang diambil. Konsep manusia,
tapak dan bangunan. Konsep perencanaan/perancangan bangunan dan
perlengkapan bangunan serta Kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai