Anda di halaman 1dari 12

PROJECT INDIVIDU BERBASIS STUDI KASUS TERBENGKALAINYA

BANGUNAN RUSUNAWA DI PRINGSEWU

Dibuat Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Geografi


Pembangunan dan Perencanaan Wilayah

Dosen Pengampu:

Dr. Rahma Kurnia Sri Utami, S.Si.,M.Pd.

Disusun Oleh:

Aldi Ansyah (2113034055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

TAHUN 2023
A. Deskripsi Wilayah Pengamatan

Rusunawa Pemda Pringsewu merupakan sebuah bangunan yang terletak di area


perkantoran Pemda Pringsewu, tepatnya di Jl Raya Pemda Pringsewu, Jogyakarta.
Bangunan gedung Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) yang berada di
komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Pringsewu Lampung itu dibangun pada
tahun 2016 merupakan Proyek Nasional yang sudah menghabiskan anggaran kurang
lebih Rp 30 miliar. Kemudian, bangunan yang dikerjakan pada tahun 2016 oleh
pemerintah pusat melalui Satker Pengembangan Perumahan Ditjen Penyediaan
Perumahan Kementerian PUPR dengan model 1 ‘twin tower’ dengan 5 lantai, jumlah
hunian seluruhnya 114 unit dengan luas masing-masing ruangan 24 meter persegi.

Yogyakarta adalah pekon yang berada di kecamatan Gading Rejo, Kabupaten


Pringsewu, Lampung, Indonesia. Kondisi Pekon Yogyakarta pada umumnya berbeda
dengan Pekon-pekon yang lain yang ada di wilayah Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung dengan Kategori Pekon Berkembang
dengan letak yang berada dekat Perkantoran Pemda Pringsewu. Dengan Kategori
Status desa berkembang menurut surat Keputusan (SK) Kementrian Dalam Negeri
Nomor 81 tahun 2015.

Secara umum Pekon Yogyakarta mengalami perkembangan dalam bidang


pemerataan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dari Hasil analisis
perkembangan Pekon Yogyakarta tidak sebanding dengan wilayah yang luas dan
banyak nya jumlah penduduk dengan tingkat ekonomi masyarakat yang rendah serta
kurang sejahtera ( miskin) dan masih banyak infrastruktur jalan yang kurang baik.
Sehingga status kemajuan Pekon Yogyakarta masih sangat membutuhkan prioritas
kebutuhan dasar seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan insfrastruktur
pembangunan yang lebih baik.

Pekon Yogyakarta berada di kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu


Provinsi Lampung.
 Luas Pekon Yogyakarta : 431 Ha
 Tanah sawah : 233 Ha
 Tanah Pemukiman : 161 Ha
 Tanah Peladangan : 35 Ha
 Tanah Perikanan : 2 Ha
 Tanah lain-lain : 0 Ha
 Iklim : Tropis
 Curah hujan : 2.000 mm
 Jumlah Bulan Hujan : 7 Bulan.
 Suhu Rata-rata Harian : 27 s/d 32 derajat celcius
 Tinggi Tempat : 1500 M/dpl
 Bentang Wilayah : Datar

Desa Yogyakarta memiliki batas wilayah sebagai berikut

 Sebelah Utara : Pekon Sukoharjo IV Kecamatan Sukoharjo


 Sebelah Selatan : Pekon Yogyakarta Selatan
 Sebelah Barat : Pekon Klaten
 Sebelah Timur : Pekon Kediri
Gambar 1. Peta Administrasi Desa Yogyakarta
B. Pembahasan

\Gambar 2. Peta Lokasi Pengamatan

Aspek Fisik:

Ketika melihat dari perspektif aspek fisik, letak rusunawa di dekat area
perkantoran Pemerintah Daerah Pringsewu mungkin dianggap strategis karena
konsep awalnya adalah untuk memberikan perumahan kepada Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang bekerja di kantor pemerintah setempat. Namun, penting untuk diakui
bahwa aksesibilitas menuju rusunawa ini sangat sulit, terutama mengingat kondisi
jalan yang masih berbatu, berlumpur, dan berlubang. Selain itu, kurangnya fasilitas
penerangan seperti lampu jalan yang tidak tersedia di sekitar area tersebut semakin
mempersulit kondisi keseluruhan. Semua ini, menurut pandangan saya, bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar pembangunan dan perencanaan yang baik, karena
aksesibilitas yang baik dan fasilitas yang memadai merupakan indikator utama yang
memengaruhi kenyamanan penghuni rusunawa.

Lebih lanjut, tidak hanya masalah aksesibilitas yang menjadi permasalahan.


Fasilitas-fasilitas yang sebelumnya ada di rusunawa ini, seperti fasilitas air bersih,
telah rusak dan tidak lagi berfungsi. Ini sejalan dengan keluhan yang diungkapkan
oleh masyarakat setempat, seperti yang dikutip dalam berita terkini: "Bangunannya
berdiri setinggi lima lantai dengan total 114 unit hunian berukuran 24 m2. Meskipun
peresmiannya dilakukan oleh Bupati Pringsewu H. Sujadi Saddat melalui Asisten
Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Pringsewu, saat ini rusunawa ini
seperti menjadi 'rumah hantu' yang tak berpenghuni. Tidak ada ASN yang tinggal di
sana, dan hanya dihuni oleh 4 orang penjaga gedung. Bahkan fasilitas utama seperti
air bersih tidak berfungsi dan plafon rusunawa ini telah mengalami kerusakan yang
signifikan."

Selain itu, perawatan bangunan rusunawa tampaknya kurang memadai, seperti


yang dapat dilihat dari vegetasi dan rumput liar yang tumbuh hingga menyentuh
dinding dan tembok bangunan rusunawa tersebut. Kondisi ini menciptakan tampilan
yang sangat horor dan kurang terjaga. Kurangnya perawatan juga telah
mengakibatkan munculnya retakan yang semakin memburuk di sepanjang bangunan,
termasuk retakan di bawah jendela, dinding samping sebelah kanan, dan dinding
belakang gedung. Hal ini semakin memperburuk kualitas fisik bangunan secara
keseluruhan.

Aspek Sosial:

Dalam konteks aspek sosial, pembangunan rusunawa yang terbengkalai ini


belum memberikan manfaat ekonomi yang diharapkan, terutama karena proyek
tersebut mangkrak dan belum dapat digunakan. Hal ini sangat disayangkan mengingat
biaya yang fantastis yang dikeluarkan untuk membangun rusunawa ini, yang
mencapai angka 30 miliar rupiah.
Terbengkalainya rusunawa tersebut juga telah mendapat reaksi negatif dari
masyarakat setempat. Banyak yang merasa bahwa dana yang dialokasikan untuk
pembangunan rusunawa ini telah sia-sia, dan proyek ini dianggap sebagai
pemborosan anggaran. Hal ini berdampak negatif pada persepsi masyarakat terhadap
proyek-proyek pembangunan di wilayah mereka.

Akibat terbengkalainya rusunawa ini, tidak sedikit warga yang tinggal di


sekitar rusunawa sering mendengar suara-suaran aneh ketika melewati bangunan
tersebut. Kesimpulan ini sejalan dengan pernyataan dari Imam, yang dikutip dari
berita online, "Ada suara aneh di bangunan rusunawa ini, dan banyak yang bertanya
mengapa bangunan sebagus itu dibiarkan kosong tanpa penghuni. Sangat
disayangkan jika rusunawa ini menjadi bangunan yang terbengkalai dan tampak
seperti rumah hantu."

Kondisi Seharusnya:

Dalam situasi ideal, pembangunan rusunawa harus memperhatikan


aksesibilitas yang baik. Jalan menuju rusunawa seharusnya mudah diakses dan dalam
kondisi baik demi kenyamanan penghuni rusunawa. Di samping itu, penting juga
untuk menyediakan penerangan lampu jalan yang memadai untuk memastikan
keamanan dan kenyamanan penghuni yang pulang malam.

Perawatan yang baik merupakan komponen kunci dalam menjaga kualitas


fisik rusunawa. Ini mencakup perbaikan teratur, pengecatan ulang, pemeliharaan
sistem listrik dan sanitasi, serta perawatan struktural yang diperlukan. Bangunan dan
fasilitas lainnya harus dalam kondisi aman dan nyaman untuk ditinggali, sehingga
rusunawa tetap terjaga dengan baik.

Terbengkalainya rusunawa di area perkantoran harus segera menjadi fokus


perhatian dari pemerintah dan dinas setempat. Hal ini sangat penting mengingat
lokasi strategis rusunawa ini dalam lingkungan perkantoran yang memiliki peran vital
dalam ekonomi dan bisnis lokal serta kesejahteraan masyarakat yang bekerja dan
tinggal di sekitar wilayah tersebut. Upaya pemeliharaan, pemugaran, atau
penggunaan kembali bangunan rusunawa harus menjadi prioritas untuk menjaga
investasi yang sudah dilakukan dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi
masyarakat sekitar.

Tentunya, dalam konteks kondisi seharusnya, penting untuk memahami


bahwa pembangunan rusunawa adalah sebuah investasi yang signifikan dalam
pembangunan wilayah. Oleh karena itu, perlu ada perencanaan yang matang dan
pelaksanaan yang efisien untuk memastikan bahwa fasilitas ini benar-benar
bermanfaat bagi masyarakat dan tidak hanya menjadi proyek pembangunan yang sia-
sia. Upaya perawatan dan perbaikan yang berkelanjutan juga harus diterapkan untuk
memastikan bahwa bangunan rusunawa tetap berfungsi dan aman bagi penghuninya
dalam jangka panjang.

Selain itu, penting untuk melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan


dan pengelolaan rusunawa ini. Pendapat dan aspirasi masyarakat sekitar harus
didengarkan, dan mekanisme partisipatif harus diterapkan untuk memastikan bahwa
keputusan terkait dengan perawatan, penggunaan, dan pengelolaan rusunawa
mencerminkan kebutuhan dan harapan mereka. Ini akan menciptakan ikatan yang
lebih kuat antara bangunan rusunawa dan komunitas sekitarnya, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kualitas hidup bersama dan menciptakan lingkungan yang lebih
inklusif.

Selanjutnya, perencanaan wilayah yang komprehensif juga harus


mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih luas.
Pembangunan rusunawa tidak hanya berkaitan dengan aspek fisik, tetapi juga dengan
dampaknya terhadap perekonomian lokal, kualitas lingkungan, dan kesejahteraan
sosial. Oleh karena itu, pemahaman yang holistik dan terintegrasi tentang bagaimana
rusunawa ini dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan inklusif di
wilayah tersebut sangat diperlukan.
Terakhir, pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan juga harus diterapkan
untuk memastikan bahwa rusunawa ini terus berfungsi sesuai dengan tujuannya dan
bahwa perbaikan dan perawatan yang diperlukan dilakukan secara tepat waktu.
Dengan pendekatan yang matang dan terpadu seperti ini, pembangunan rusunawa
dapat benar-benar mencapai kondisi yang seharusnya dan memberikan manfaat
maksimal bagi masyarakat dan wilayah sekitarnya.

C. Kesimpulan:

Dalam pemahaman aspek fisik dan sosial dari rusunawa yang terbengkalai,
terungkap bahwa ada ketidaksesuaian antara konsep awal pembangunan dan kondisi
aktualnya. Aspek fisik, seperti aksesibilitas yang sulit, kurangnya fasilitas penerangan,
dan rusaknya fasilitas esensial seperti air bersih, menciptakan ketidaknyamanan bagi
penghuni potensial dan merusak kualitas fisik bangunan rusunawa. Selain itu,
kurangnya perawatan telah memperparah kondisi fisik bangunan tersebut.

Dari segi aspek sosial, terbengkalainya rusunawa ini telah menciptakan


dampak negatif pada masyarakat setempat, baik dalam hal persepsi terhadap proyek
tersebut maupun dalam pemanfaatan ekonomi yang seharusnya dihasilkan. Suara-
suara aneh dan kesan "rumah hantu" di sekitar rusunawa menciptakan ketidakpastian
dan ketidaknyamanan.

Dalam situasi yang diharapkan, pembangunan rusunawa harus memperhatikan


aksesibilitas yang baik, perawatan yang berkala, dan peran yang kuat dalam
pembangunan wilayah yang lebih luas. Melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pengelolaan juga penting, untuk menciptakan hubungan yang lebih
erat antara rusunawa dan komunitas sekitarnya. Perencanaan wilayah yang
terintegrasi dan berkelanjutan harus mempertimbangkan aspek fisik dan sosial, serta
dampaknya pada ekonomi dan lingkungan.
Terakhir, pemantauan yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan
bahwa rusunawa mencapai tujuannya dan bahwa upaya perbaikan dan perawatan
dilakukan dengan tepat waktu. Dengan pendekatan holistik ini, pembangunan
rusunawa dapat menjadi aset yang bermanfaat bagi masyarakat dan wilayah
sekitarnya, serta mencapai kondisi yang seharusnya.

D. Dokumentasi

Gambar 3. Gambar Jalan Menuju Rusunawa

Gambar 4. Gambar Dinding Rusunawa


Gambar 5. Gambar Rumput Liar

Gambar 6. Contoh Fasilitas Rusak


E. Referensi

Widyandini, W. (2012). HAKEKAT RUMAH PADA PERENCANAAN RUMAH


SUSUN. Teodolita, 31-37.

Rifianty, L.(2022). Pembangunan Gedung Rusunawa Pringsewu Diduga Mangkrak.


https://www.tvonenews.com/daerah/sumatera/32800-pembangunan-gedung-
rusunawa-pringsewu-diduga-mangkrak-dprd-membantah (Diakses pada
Minggu 15 Oktober 2023 pukul 09.39 WIB).

Anda mungkin juga menyukai