Pemukiman Kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar kota-kota yang
ada di Indonesia bahkan hal ini juga masih banyak kita temui di negara berkembang lainnya.
Pengkajian tentang pemukiman kumuh pada umumnya dilihat dari tiga aspek yang
mencangkup didalamnya, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya
masyarakat yang bermukim di permukiman tersebut dan terakhir di ialah dampak yang
diperoleh dari dua kondisi tersebut. kondisi fisik yang dimaksud antara lain ialah tampak dari
kondisi bangunan yang sangat rapat dengan kualitas kontruksi yang rendah, jaringan jalan
tidak terpola dan tidak diperkeras, santasi umum dan drainase yang tidak berfungsi serta
sampah-sampah yang masih belum dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar.
Adapun Pengertian kumuh diatur dalam UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman dalam Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Nomer 13 ialah sebagai berikut,
Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
Perumahan kumuh yaitu perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
yang ada ialah karena semakin banyak masyarakat yang melakukan Urbanisasi dari desa ke
kota tanpa melakukan persiapan yang mantap sehingga hal ini menambah lagi permasalah
yang ada di kota tersebut salah satunya ialah kemiskinan perkotaan yang menyebabkan
Masalah kawasan pemukiman kumuh yang ada dikota pontianak sudah ada sejak
lama. adapun upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalh tersebut
tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Pemukiman Kumuh merupakan satuan perumahan
dan pemukiman dalam lingkup wilayah kota yang dinilai tidak layak huni karena ketidak
teraturannya bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang idak memenuhi syarat. adapun penetapan lokasi pemukiman dan
perumahan kumuh ini ditetapkan berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota Pontianak dengan melibatkan peran masyarakat menggunakan Ketentuan Tata Cara
Pemukiman dan Perumahan Kumuh yang ada di Kota Pontianak meliputi 18 lokasi di 6
Permerintah sebagai dasar penyusun Rencana Aksi Peningkatan Kualitas Perumahan dan
Pemukiman Kumuh di Kota Pontianak yang merupakan Komitmen dari Pemerintah Kota
Perumahan dan Pemukiman Kumuh secara tuntas dan berkelanjutan sebagai priorita
beberapa faktor diantaranya ialah keberadaan pemukiman yang berada dilahan yang bukan
diperuntukan sebagai pemukiman atau pemukiman ilegl, kondisi kawasan kumuh yang
berada di tepi air dan diatas air yang membutuhkan pola penanganan dan teknik
pembangunan yang berbeda dengan didarat, peningkatan akses pada air minum maupun
sanitasi yang layak dan berkualitas seringkali terhambat pesoalan tekni, kelembagaan dan
dukungan prilaku mayarakat, ketersedian sarana dan prasaran perasmpahan tebatas dan dalam
kondisi kurang baik ditambah dengan penangana yang belum mencangkup semua kawasan
pesat perlu diimabangi dengan pembaharuan sistem jaringan drainase yang baru sebagai
konsekuensi menurut catchment area, dan prilaku membuang sampah sembarangan terutama
disungai dan parit sehingga pada saat kondisi surut sampah menjadi menumpuk di sekitar
pemukiman dan pinggiran sungai atai parit yang di mana membuang sampah sembarangan
Kumuh ialah kurangnya sarana untuk publik baik untuk anak-anak maupun dewasa,
kepadatan bangunan yang tinggi dan banyaknya bangunan yang tidak layak huni, kondisi
jalan di lingkungan di pinggir sungai sempit, terbuat dari kayu dan sudah banyak dalam
kondisi buruk atau rusak, permasalahan air minum, sampah d sungai dan sanitasi yang buruk,
terdapat persoalan sosial dalam kawasan yang terkadang mengahmbat program pennganan
pemukiman, dan keterbatasan pendanaaan dan kepedulian masyarakat yang masih sangat
rendah,
Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) adalah satu dari sejumlah upaya strategis
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia dan mendukung “Gerakan 100-0-
100”, yaitu 100 persen akses universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100
persen akses sanitasi layak. Arah kebijakan pembangunan Dirjen Cipta Karya adalah
membangun sistem, memfasilitasi pemerintah daerah, dan memfasilitasi komunitas (berbasis
komunitas). Program Kotaku akan menangani kumuh dengan
membangun platform kolaborasi melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan
partisipasi masyarakat.
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkala guna memastikan ketepatan
kualitas dan sasaran kegiatan, sehingga dapat membantu percepatan penanganan permukiman
kumuh. Kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas untuk pemerintah daerah dan masyarakat
akan dilakukan bersama tahapan kegiatan. Termasuk mendorong perubahan perilaku dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana dasar permukiman.
Program Kotaku ini telah disosialisasikan kepada pemerintah daerah pada 27 April
2016 bertempat di Jakarta. BKM akan menjadi faktor yang dapat mempercepat tercapainya
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan karena sudah berpengalaman dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. BKM ini
“direvitalisasi” dari sebelumnya yang terfokus pada penanggulangan kemiskinan, kini
berorientasi ke penanganan kumuh.
Sumber pembiayaan Program Kotaku berasal dari pinjaman luar negeri lembaga
donor, yaitu Bank Dunia (World Bank), Islamic Development Bank, dan Asian Infrastructure
Investment Bank. Selain itu kontribusi pemerintah daerah dialokasikan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah maupun swadaya masyarakat, yang akan menjadi satu
kesatuan pembiayaan demi mencapai target peningkatan kualitas penanganan kumuh yang
diharapkan.
Tujuan umum program ini adalah meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan
pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung perwujudan
permukiman perkotaan yang layak huni, produktif, dan berkelanjutan. Dalam tujuan umum
tersebut terkandung dua maksud. Pertama, memperbaiki akses masyarakat terhadap
infrastruktur dan fasilitas pelayanan di permukiman kumuh perkotaan. Kedua adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perkotaan melalui pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh, berbasis masyarakat, dan partisipasi pemerintah daerah.
1. Bangunan Gedung
o kepadatan tinggi tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana tata ruang;
2. Jalan Lingkungan
o Kondisi permukaan jalan yang tidak dapat dilalui kendaraan dengan aman dan
nyaman;
4. Drainase Lingkungan
o Menimbulkan bau;
6. Pengelolaan Persampahan
7. Pengamanan Kebakaran
Program Kotaku Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Pontianak Nomor
398 Tahun 2015 wilayah kumuh di Kota Pontianak terdapat di 18 kelurahan dari 29 kelurahan
yang ada. Sehingga target pengentasan kumuh difokuskan pada 18 kelurahan yang di
tetapkan kumuh tadi, sedangkan sisanya 11 kelurahan masuk ke dalam program pencegahan
kawasan kumuh. Target penyelesaian kawasan kumuh di Kota Pontianak sampai dnegan
tahun 2019 sekitar 70,51 hektare. Penanganan dan pencegahan kawasan kumuh tak cukup
hanya mengandalkan pembangunan fisik semata. Pemberdayaan peningkatan kapasitas
penduduk juga tak kalah pentingnya. Melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang
digagas Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, juga dikembangkan program kegiatan penghidupan masyarakat yakni
Business Development Center (BDC).
BDC sejauh ini dengan difasilitasi oleh Pemerintah Kota Pontianak baru dapat
membranding produk jenis makanan dengan cara menitipkan dan mendisplay produk-produk
untuk dijual di 184 lokasi dengan berbagai jenis produk. Diantaranya di koperasi-koperasi,
minimarket dan supermarket, hingga di Bandara Supadio dengan memajang produk di
etelase. Sebagai pelaksananya, pengelola BDC Zamrud Khatulistiwa bertugas memfasilitasi
KSM yang terlibat dalam ekonomi produktif yang kreatif dan potensial. Sedangkan produk-
produk yang dipasarkan diantaranya bahan makanan olahan atau snack, kain tenun corak
insang dan tenun songket Sambas, juga ada kerajinan tangan seperti miniatur Tugu
Khatulistiwa, meriam karbit dan sebagainya.