Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL TUGAS AKHIR

SEMESTER GASAL 2018 – 2019


KARYA TULIS
Sebagai salah sayu syarat untuk
Menempuh Ujian Tugas Akhir pada
Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur

PENERAPAN ARSITEKTUR
BERKELANJUTAN PADA
PERANCANGAN RUSUN DI KAMAL,
JAKARTA
TEMA:
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

DISUSUN OLEH :
HARDINA ARYANI
NIM : 1551500331

DOSEN
ANGGRAENI DYAH S, M.T

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA, NOVEMBER 2018
PROPOSAL TUGAS AKHIR
SEMESTER GASAL 2018 – 2019
KARYA TULIS
Sebagai salah sayu syarat untuk
Menempuh Ujian Tugas Akhir pada
Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur

PENERAPAN ARSITEKTUR
BERKELANJUTAN PADA
PERANCANGAN RUSUN DI KAMAL,
JAKARTA
TEMA:
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

DISUSUN OLEH :
HARDINA ARYANI
NIM : 1551500331

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA, NOVEMBER 2018
BAB I

1.1. LATAR BELAKANG

Besarnya jumlah penduduk Kota Jakarta dengan tingkat laju pertumbuhan


yang signifikan menjadi suatu masalah tersendiri berkaitan dengan tingkat
kebutuhan rumah dan ketersediaan lahan. Masyarakat yang memiliki pendapatan
rendah terkadang kesulitan untuk memiliki hunian yang layak. Tak jarang sebagian
dari mereka terpaksa mendirikan hunian illegal di berbagai tempat terutama
kawasan dekat pusat kota. Kawasan tersebut akhirnya berkembang secara tidak
teratur sehingga menjadi kawasan yang kumuh dan terjadi penurunan kualitas
hidup. Maka dari itu pembangunan kebutuhan perumahan bagi masyarakat urban
di kota Jakarta terus meningkat, karena lahan perumahan yang terbatas di wilayah
DKI Jakarta, maka perumahan untuk masyarakat di Jakarta, banyak dalam bentuk
bangunan bertingkat seperti Rumah Susun, Rusunami dan Apartemen. Karena
mayoritas penduduk Jakarta adalah kalangan menengah dan menengah bawah.

Rumah Susun yang ada di Jakarta memiliki ukuran beragam yaitu 27,25m2
dan 38,25m2 dengan pembagian ruang terdiri atas: ruang bersama, kamar mandi,
dapur dan area jemur.
Data dari Departemen Pekerjaan Umum (DPU), luas unit hunian yang termasuk tipe
Rumah Susun Sederhana (Rusuna) ada 3 (tiga) tipe yaitu tipe 18m2, 21m2, dan
36m2. Yang termasuk Rumah Susun Sederhana adalah Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa) dan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami). Pernyataan ini
sejalan dengan TOR Sayembara Rusunawa yang di selenggarakan atas kerjasama
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dengan Ikatan Arsitek

Indonesia (IAI) dan Real Estat Indonesia (REI) 2002, yang menyatakan:
ketentuan Rusunawa diperuntukan bagi masyarakat menengah ke bawah di daerah
perkotaan maupun metropolitan, rancangan harus mencakup kebutuhan tipe rumah
berukuran 18m2, 21m2, 25m2 dan 36m2 yang tidak menggunakan sarana lift atau
walk-up flat (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002: 6).Rusunami
merupakan Rumah Susun Sederhana dengan fasilitas apartemen dengan target
masyarakat menengah bawah yang belum memiliki rumah tinggal tetap. Sedangkan
Rusun Tipe 45 dan 54 lebih dipakai untuk apartemen atau
Rumah Susun Menengah (flat atau apartemen) yang dihuni oleh masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah atas. Bila pada Rusunami terdapat tipe unit
hunian yang lebih besar dari tipe 36m2, unit hunian itu merupakan unit yang tidak
disubsidi pemerintah dan bisa juga merupakan gabungan dari 2 unit hunian, yaitu
Unit 18m2 + 25m2 = 42m2 dan Unit 25m2 + 25m2 = 50m2.

Salah satu daerah yang berkembang pesat adalah daerah kamal Menurut
data statistik 2017 jumlah penduduk kamal mencapai 6.935 dengan luas wilayah
1,14 km2 dan kemungkinan besar angka ini akan terus bertambah setiap tahunnnya,
sementara luas wilayah akan tetap. Maka dari itu terjadilah kepadatan penduduk.
Oleh sebab itu penulis memutuskan untuk membuat rusun pada daerah Kamal.

Tuntutan peranan arsitektur dalam perencanaan tidak hanya sekedar


memenuhi kebutuhan manusia saja namun juga dituntut untuk menciptakan hunian
yang berkelanjutan (sustainable). Hal ini dilakukan untuk karena bangunan hunian
salah satu konsumen terbesar dalam konsumsi energydalam memenuhi
kebutuhannya. Pengadaan hunian rumah susun jika tidak dirancang dengan konsep
bekelanjutan tentu akan menjadi beban pada saat perawatan yang ditanggung oleh
penghuninya. Konsep sustainable sendiri nantinya diharapkan dapat menekan
harga dalam biaya perawatansehingga permasalahan perekonomian dapat
terbantukan melalui peranan hunian.Maka dari itu penulis akan menerapka
arsitektur berkelanjutan pada rusun nantinya.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan

Terwujudnya sebuah konsep bangunan rumah susun sederhana sewa di


Kamal dengan dasar pendekatan arsitektur berkelanjutan yang diperuntukan untuk
masyarakat golongan ekonomi bawah yang memiliki pekerjaan tidak tetap serta
berpenghasilan rendah melalui pengolahan bentuk bangunan dengan pendekatan
arsitektur berkelanjutan guna memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.

Sasaran

1. Mampu mewujudkan sebuah rumah susun sederhana sewa yang ditujukan untuk
golongan ekonomi bawah.
2. Mewujudkan sebuah rumah susun sederhana sewa sebagai kampung vertikal
yang ramah lingkungan dengan konsep berkelanjutan.

1.3. PERMASALAHAN ARSITEKTUR

Kota Jakarta mengalami laju pertumbuhan secara signifikan. Kebutuhan hunian


yang meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan yang ada ditambah dengan
kemampuan ekonomi masyarakat yang menengah ke bawah. Seiring dengan hal tersebut
padatnya bangunan yang ada di Kota Jakarta menyebabkan adanya kawasan kumuh dan
mengurangi lahan terbuka hijau dijakarta, sekaligus penyebab terjadinya bencana banjir.

1.4. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH ARSITEKTUR

1. Pengumpulan Data

Jenis Data

1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan pada
lokasi perencanaan rumah susun di Kabupaten Sleman yang telah meliputi
data tapak dan data keadaan fisik baik berupa gambar maupun data tertulis.

2. Data Sekunder : Data yang diperoleh dari studi pustaka dan dan data yang
relevan tentang rumah susun, serta data dokumen yang pernah dibuat orang
lain.

1.5.2 Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan langsung : Melakukan pengamatan secara langsung


mengenai kondisi rumah susun yang ada di Sleman serta kondisi lokasi
perencanaan Rumah Susun di Jakarta yang meliputi :

a) Observasi, pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan


langsung terhadap lokasi perencanaan desain rumah susun di Kamal
Jakarta.

b) Dokumentasi Pribadi, pengumpulan data dengan mengunakan media

pengambilan data seperti kamera untuk memperoleh foto-foto kondisi di

lapangan.
c) Wawancara, pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
dengan pihak pengelola rumah susun dan penghuni rumah susun.

2. Pengamatan tidak langsung : Pengamatan melalui data – data dari


pemerintah terkait peraturan pembangunan perumahan dan permukiman,
rumah susun, serta peraturan daerah di Jakarta.

3. Studi literatur : Mencari literatur atau referensi yang berkaitan dengan


rumah susun dan rencana tata ruang dan wilayah Kamal Jakarta guna
mendapat data –data dan informasi yang relevan melalui buku, internet, dan
sumber informasi lainnya.

2. Analisis

Analisis dilakukan secara deskriptif mulai dari pengertian hingga


persyaratan serta kebutuhan ruangnya, tinjauan terhadap ruang, masalah-masalah
yang ditemui serta landasan teori dan pemecahan masalahnya. Teknik analisis
yang digunakan adalah metoda komparasi. Penilaian terhadap fungsi yang sudah
ada dipilih dari yang paling sederhana hingga ke detail-detail.

3. Sintesa

Setelah melakukan analisis tentang prinsip-prinsip dalam arsitektur


keberlanjutan maka tahap selanjutnya adalah sintesa. Metode yang digunakan
dalam menyimpulkan penelitian ini adalah dengan cara deduktif, yakni
pembahasan dari hal-hal yang bersifat umum ke halhal yang bersifat khusus.
Sistesa ini digunakan sebagai dasar konsep perancangan. Konsep ini kemudian
ditransformasikan ke dalam bentuk bangunan rumah susun.

Anda mungkin juga menyukai