Anda di halaman 1dari 29

DESAIN ARSITEKTUR III

LAPORAN PENDAHULUAN

FASILITAS RUMAH SUSUN SEWA SEDERHANA

DOSEN PENGAMPU:
JONO WARDOYO,ST.,MT

DISUSUN OLEH:
AUBREY GIANDIMA (165060500111036)
ANNISA WINDAHASANAH (
BRAHMATYA DIPOWALUYO (165060507111030)
FEBRIANA MAHARANI S. (165060507111026)
GHEFIRA RAHMA TSURAYYA (165060500111026)
RIZKY REFI RANGGA (165060507111024)
SEKAR AYU DIAH LARASATI (165060507111011)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan anugrah serta
bimbingan-Nya yang telah ia limpahkan kepada kami semua, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
laporan pendahuluan yang merupakan bagian dari tugas mata kuliah desain arsitektur III ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini merupakan laporan pendahuluan yang membahas tentang Desain Rumah Susun Sewa Sederhana,
yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah desain arsitektur III. Dalam proses penyusunannya, tentu tak luput dari
hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh penulis untuk mendapatkan data dari obervasi objek secara langsung maupun
dari literatur. Namun, segala hambatan dan rintangan dapat di hadapi dengan baik, juga tak luput dari bantuan berbagai
pihak yang bersangkutan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Eng. Herry Santosa, ST., MT selaku koordinator dosen pengampu Desain Arsitektur III
2. Bapak Jono Wardoyo,ST.,MT selaku dosen pengampu Desain Arsitektur III kelas F sekaligus pemimbing
kelompok F1,2.

Kami menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dan
kesalahan yang dapat ditemukan. Sehingga, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran untuk membantu
penyempurnaan laporan pendahuluan ini. Disisi lain, kami berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
serta dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan informasi, terutama dari bidang arsitektur. Akhir kata, kami
meminta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang ada, atas waktu dan perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

Malang, 15 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Malang dikenal sebagai kota pariwisata dengan potensi geografis yang dikelilingi pegunungan dan dibagain selatan terdapat
pantai, 90 km ke surabaya dan 16km ke batu. Potensi yang strategis ini menjadikan kota dan kabupaten Malang banyak didatangi
turis dari luar maupun dalam negeri yang mana meningkat setiap tahun nya, hingga pada tahun 2016 wisatawan local malang
menembus angka 3 juta jiwa dan juga mancanegara hingga 5000 jiwa (Agustina:2016) pertumbuhan ini menyumbang
Perbaikan infrastruktur pun mulai ditingkatkan oleh pemerintah kota Malang dengan adanya lonjakan wisatawan rata rata 10
% setiap tahun nya , bukan hanya kota kabupaten yaitu Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (DPUBM) Kabupaten Malang pun
menargetkan perbaikan infrasturktur pada jalan jalan menuju tempat wisata di malang, seiring dengan penambahan maupun
perbaikan jalan terbuka lah pula potensi pembangunan tempat hunian, perpindah juga orientasi masyarakat khusus nya kabupaten
untuk membuka peluang-peluang yang lebih menjajikan contoh nya adalah industri buah tangan semakin marak menjamur.
Terbuka jalan-jalan,tertutup juga ruang terbuka hijau kecenderungan ini terjadi secara spontan juga dapat dilihat dari angka
yang ditunjukan bahwa luasan yang ideal ruang terbuka hijau (RTH) adalah 20 persen dari luas wilayah namun kota malang sendiri
hanya menyisakan 2 persen saja (Aini:2016), ruang terbuka hijau (RTH) ini ditemukan pada perbatasan kota malang salah satunya jl
karya wiguna, karangploso. Sebagai jalan alternative menuju batu, jalan tersebut banyak di bangun tempat hunian seperti cluster
perumahan yang menjajikan view dataran tinggi, keadaan ini membuat sawah-sawah menjadi prioritas kedua dalam kelestarian nya,
Dengan demikian, Rusunawa menjawab tantangan kebutuhan akan tempat tinggal dan kelestarian sumber daya pokok pada
perbatasan kota dan kabupaten Malang, pembangunan nya yang vertical tercipta nya keefesiensian lahan tanpa merusak ruang
terbuka hijau Kawasan dan menambah resapan air dikawasan tersebut,Rususnwa pun juga menciptakan ruang komunal yang cocok
untuk karateristik perkampungan hingga terjadi nya kontak social anatara penduduk asli dan pendatang di kota Malang

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana merancang bangunan rumah susun yang dapat mewadahi dan memenuhi kebutuhan lahan yang
semakin sempit karena laju pertumbuhan yang pesat?
b. Bagaimana kriteria bangunan rumah susun yang tanggap iklim dan memperhatikan karakteristik lingkungan
sekitar?
c. Bagaimana merancang bangunan rumah susun di lahan yang berkontur?

1.3 TUJUAN
a. Merancang bangunan rumah susun yang dapat mewadahi dan memenuhi kebutuhan lahan yang semakin
sempit karena laju pertumbuhan yang pesat
b. Merancang bangunan rumah susun dengan kriteria tertentu agar bangunan tanggap iklim dan sesuai dengan
lingkungan sekitar
c. Merancang bangunan rumah susun yang sesuai ditanah yang berkontur

1.4 BATASAN
• Lokasi tapak berada di kawasan kota Malang
• Luas Tapak berkisar 9000 m2.
• Luas lantai bangunan total bangunan fungsional: >8.000 - 10.000 m2
• Jumlah massa: majemuk (>2 massa)
• Jumlah lantai bertingkat rendah-menengah (2 lantai), untuk massa fungsi utama: 5 lantai.
• Koefisien Dasar Bangunan (KDB): maksimal 60%.
• Topografi tapak untuk perletakan massa-massa bangunan: berkontur, bervariasi-proporsional mulai
relatif datar (> 10%) sampai dengan maks. 20%
1.5 METODE
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, dilakukan beberapa metode desain dengan maksud untuk mendapatkan sumber-
sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan nantinya akan digunakan dalam penyusunan laporan. Sumber
tersebut berupa data-data secara tertulis, gambar, tabel dan diagram.
Metode yang digunakan antara lain:

1.5.1 DATA PRIMER


Data primer diperoleh dengan pengambilan data yang dilakukan dengan melihat secara langsung ke lokasi tapak,
berikut penjelasan proses pengambilan data primer:
• Observasi Lapangan
Observasi ke Lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang obyektif mengenai obyek perancangan
yang akan digunakan. Dengan observasi langsung, perancang dapat melihat keadaan di lapangan yang kemudian
disesuaikan dengan kebutuhan ruang, aktivitas dan perilaku serta fasilitas penunjang yang dibutuhkan pengguna.
Kemudian data yang telah didapat didokumentasikan secara langsung, baik dengan video atau foto yang
menunjang untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Observasi dilakukan dengan cara mengukur tapak, melihat
kondisi tapak, kontur pada tapak, dan lingkungan di sekitar tapak. Hasil yang diperoleh dari observasi pada tapak yaitu
kondisi tapak yang berkontur, lingkungan di sekitar tapak merupakan lahan pertanian, lahan pembuangan sampah,
terdapat asrama mahasiswa UMM di arah barat laut tapak, serta terdapat tiang listrik dan rumah warga di dalam tapak.
Kondisi tanah pada tapak gembur cenderung kering dan ditumbuhi tanaman padi dalam tapak dan pohon bambu pada
sisi barat daya tapak.

1.5.2 DATA SEKUNDER


Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber-sumber bacaan yang mendukung sumber data primer yang
relevan. Hal tersebut sebagai penyempurnaan bahan perancangan terhadap bahasan dan pemahaman. Selain itu data atau
informasi ini mendukung program rancangan obyek yaitu studi pustaka dan studi komparasi, berikut penjelasan mengenai
rancangan obyek studi:
• Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data dan informasi mengenai prinsip perancangan, persyaratan
besaran ruang, perabot yang diperlukan, penghawaan dan pencahayaan yang diperlukan masing-masing ruang. Data
ini diperoleh dari studi literatur, baik dari teori maupun pendapat para ahli, yang akan menjadi dasar perancangan
rusunawa. Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari buku diperpustakaan sebagai sumber pustaka. Dari studi
pustaka diperoleh data mengenai struktur dan konstruksi bangunan di lahan yang berkontur. Data tersebut diterapkan
dalam konstruksi rusunawa yang akan dibangun dan untuk mengolah lahan yang berkontur.
• Studi Komparasi
Komparasi adalah menggabungkan data untuk melakukan perbandingan data-data mengenai obyek rancangan
sejenis. Selanjutnya, dari tahapan metode tersebut diperoleh data-data ideal yang akan mendukung perancangan.
Selain itu, studi komparasi untuk mendapatkan data mengenai obyek sejenis, dengan mencari obyek yang sesuai
dengan pengembangan obyek ini kemudian menganalisa kelebihan dan kekurangan obyek tersebut, dengan cara
membandingkan data-data literatur yang ada sebagai pembanding dengan data-data di lapangan.
Studi komparasi berguna sebagai acuan dalam mendisain dan mengumpulkan data yang berguna bagi
perkembangan obyek yang akan dirancang. Studi komparasi yang digunakan yaitu rusunawa di Universitas
Muhamadiyah Malang. Data rusunawa Universitas Muhamadiyah diperoleh dengan survey lapangan dan mengambil
gambar rusunawa. Dengan menggunakan obyek komparasi rusunawa UMM dapat diketahui bagaimana kriteria rusun
yang diperuntukkan bagi mahasiswa.
• Browsing Internet
Mencari data-data yang penunjang yang diperlukan untuk melengkapi data yang ada, dan sekiranya data
tersebut tidak terdapat dalam buku. Browsing internet dilakukan untuk mencari data tinjauan pustaka, utilitas bangunan
bertingkat rendahsedang. Tinjauan pustaka yang didapat yaitu mengenai pengertian rumah susun, peraturan mengenai
rumah susun, sedangkan data utilitas yang diperoleh yaitu mengenai drainase, sanitasi, jaringan listrik, sistem
pemadaman kebakaran pada bangunan beringkat rendah- sedang, dll.
• Tipologi
Tipologi merujuk pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenal bagian-bagian
arsitektur. Hal ini berarti ada satu tipe-tipe tertentu dari suatu bangunan yang akan membentuk satu karakter, ciri, atau
image. Ada satu hal yang sangat general yang dapat dijadikan patokan untuk dapat dikelompokkan, dalam skala kota
yaitu warna, skala, tekstur, line dan bentuk, juga potongan-potongan bidang maupun ruang
1.5.3 ANALISA TAPAK
Analisa tapak merupakan proses pembelajaran potensi lingkungan yang mempengaruhi bagaimana cara menentukan lokasi
bangunan, tata letak, orientasi ruang, bentuk dan artikulasi selubungnya serta membentuk keterkaitan antara bangunan
dengan bentang alam.

1.5.4 ANALISA PELAKU DAN AKTIFITAS


Faktor kenyamanan pengguna menjadi hal yang sangat penting dalam merancang rumah susun sewa. Diperlukan analisis
bagaimana aktivitas pelaku yang sesuai dengan fungsi dan kebutuhan.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

2.3 KLASIFIKASI
2.3.1 MENURUT PERUNTUKAN
Berdasarkan surat keputusan menteri Negara Perumahan Rakyat No. 02/KPTS/1993, tentang
Rumah Susun Sederhana, dikategorikan menjadi beberapa tipe berdasarkan golongan pendapatan,
yaitu T-12, T-15, T-18,T-21. Selain golongan pendapatan penghuni, luasan satuan unit rumah susun
di Indonesia dibagi menjadi:
a) Rumah susun sederhana, diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah,
dengan luasan perunit rusun 21-36 m2.
b) Rumah susun menengah, diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah
dengan luasan perunit rusun 36-54 m2.
c) Rumah Susun mewah, diperuntukkan bagi golongan masyarakat berpenghasilan tinggi, dengan
lusan perunit, kualitas bangunan, perlengkapan bangunan yang bervariatif tergantung dari tujuan

pembangunannya.
2.3.2 MENURUT KEPEMILIKAN
Pada dasarnya menurut hak kepemilikan, rumah susun dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) dan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Hal
tersebut dijelaskan lebih mendetail dalam Lampiran Keputusan Menteri Negara Perumahan dan
permukiman No.10/KPTS/M/1999. Dalam lampiran disebutkan bahwa rumah susun memiliki sasaran
prioritas yang dibagi dalam beberapa kategori, yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami)
Rumah susun sederhana milik ini diprioritaskan untuk masyarakat yang memiliki
kemampuan secara ekonomi baik, yaitu mampu untuk membeli secara tunai atau dengan KPR
untuk perunit rumah susun. Pemerintah hanya sebatas memberikan kemudahan dalam perijinan
dan petunjuk teknik kepemilikan.
b. Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa)
Untuk rumah susun sederhana ini diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki
kemampuan secara ekonomi menengah-kebawah, pemerintah memberikan kemudahan
berbentuk subsidi untuk uang sewa yang dibayarkan pengguna. Rumah susun sewa
dikelompokkan menjadi Rusunawa tanpa subsidi dan Rusunawa bersubsidi. Peraturan mengenai
sewa-menyewa rumah susun diatur dalam Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1963 dan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1981.
i. Rumah susun sederhana sewa tanpa subsidi
Rumah susun sederhana sewa ini diperuntukkan bagi masyarakat yang mampu secara
ekonomi, namun memilih untuk tinggal dirumah sewa karena tinggal sementara atau alasan
tertentu.
ii. Rumah susun sewa bersubsidi ini secara umum dibagi menjadi 2 yaitu:
• Subsidi terbatas: diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas, yaitu mampu untuk membayar meskipun terbatas.
• Subsidi penuh: diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki kemapuan ekonomi sangat
terbatas, yaitu hanya mampu membayar sewa untuk menutup ongkos operasi dan
pemeliharaan rutin saja.

2.3.3 MENURUT KETINGGIAN BANGUNAN


Berdasarkan jumlah lantai dan ketinggian bangunan rumah susun, rumah susun dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
a. Rumah susun Low Rise, yaitu rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai. Sehingga
menggunakan tangga konvensional sebagai alat transportasi vertikal .
b. Rumah susun Medium Rise, yaitu rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai. Sehingga untuk
transportasi antar lantai dapat menggunakan elevator maupun tangga konvensional.
c. Rumah susun High Rise, yaitu rumah susun dengan ketinggian > 8 lantai. Sehingga untuk
transportasi antar lantai dapat menggunakan elevator.

2.3.4 MENURUT BENTUKNYA


Rumah susun dapat dibedakan menjadi :
a) Memanjang/linear (slab).
Untuk rumah susun memanjang/linear umumnya dapat menampung jumlah tipe unit hunian
perlantainya lebih banyak.
b) Vertikal.

GAMBAR 2.3.4 (a)Rusun berbentuk memanjang di Depok


Untuk rumah susun berbentuk towe/vertikal umumnya dapat menampung hanya beberapa tipe
unit hunian perlantainya (tebatas). Untuk rumah susun di Indonesia paling tinggi memiliki 12 lantai

dengan transportasi vertikal/antar lantai berupa elevator.


c) Gabungan antara linear dan memanjang secara vertikal.
Untuk rumah susun ini memiliki bentuk gabungan antara linear dan vertikal dan memiliki dua
macam, yaitu bentuk slab yang digabung dengan bentuk tower dan bentuk terrace.

GAMBAR 2.3.4 (b) Rusun Atlet Kemayoran berbentuk tower

GAMBAR 2.3.4 (c) Rusun berbentuk gabungan linear dan vertikal


2.3.5 MENURUT SIRKULASI
Menurut sirkulasi, pencapaian pada bangunan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu secara vertikal dan
horizontal.
a. Berdasarkan pencapaian sirkulasi vertikal, pencapaian dapat dilakukan dengan cara:
1. Tangga: pencapaian vertikal dengan menggunakan tangga, umumnya untuk bangunan
bertingkat rendah 2-4 lantai
2. Elevator/lift : pencapaian vertikal dengan menggunakan lift, umumnya untuk bangunan rumah
susun dengan ketinggian lebih dari > 5 lantai.
b. Berdasarkan pencapaian sirkulasi horizontal
1. Exterior corridor
Disebut juga single loaded corridor, merupakan sistem koridor yang berada/hanya
menghubungkan pada satu sisi unit hunian saja. Ciri utama bangunan ini ialah memungkinkan
rusun untuk mendapatkan ventilasi silang dan pencahayaan alami dari dua arah. Pada umumnya
ditemukan pada rusun dengan bentuk massa memanjang.

• Kelebihan : penghawaan dan pencahayaan alami yang baik.


• Kekurangan : sirkulasi menajadi lebih boros, sehingga membutuhkan lahan lebih besar
2. Interior corridor/Central Corridor System
Disebut juga sebagai double loaded corridor, merupakan sistem sirkulasi berbentuk
koridor yang menghubungkan unit hunian dari dua sisi
• Kelebihan : pemakaian lahan lebih efisien.
• Kekurangan : sirkulasi lebih boros; penghawaan dan pencahayaan koridor dan unit kurang
baik (gelap).
3. Point Block System
Merupakan pengembangan dari sistem double loaded, sistem koridor ini memiliki akses
pencapaian dipusat yang tersusun mengelilingin hunian, sehigga terhubung secara langsung
dengan unit-unit hunian. Umumnya bangunan berbentuk tower/menara dengan unit-unit hunian
yang ada terbatas antara 4 sampai 6 unit perlantai.
4. Multicore system
Sistem ini merupakan gabungan dari beberapa sistem yang gunakan untuk kebutuhan
yang lebih bervariasi dari bangunan hunian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan jenis
ini pada umumnya ialah kondisi tapak, pemandanga dan jumlah unit.
2.6 PERSYARATAN BANGUNAN DAN RUANG
Pada dasarnya ketika ketika sedang merencanakan pembangunan rumah susun/bangunan vertikal
banyak hal serta syarat yang harus dipertimbangkan dan dipenuhi demi keamanan dan kenyamanan calon
pengguna, karena sistem bangunan rumah susun/rumah vertikal berbeda dengan sistem bangunan non-
vertikal. Hal-hal tersebut menyangkut struktur, kelengkapan, prasarana dan fasilitas lingkungan sekitar,
hingga penghuninya. Oleh karenanya sebagaimana di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988
tentang persyaratan teknis rumah susun, yang berisi tentang berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh
perusahaan pengembang. Dengan harapan persyaratan tersebut dapat menjamin keselamatan, keamanan,
kenyamanan dan ketertiban calon pengguna dan lingkungan sekitar.
Isi dari peraturan tersebut sebagai berikut:
1. Persyaratan Teknis
• Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung
maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung
secara alami dalam jumlah yang cukup.
• Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan
bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku.
2. Kelengkapan Rumah susun
• jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan perlengkapannya termasuk
meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan;
• jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter
listrik dan pembatas arus, serta peng- amanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan;
• jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya termasuk meter gas, pengatur
arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan;
• saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan;
• saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan pemasangan;
• saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan,
kesehatan, dan kemudahan;
• Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya;
• Alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan
persyaratan yang berlaku;
• Pintu dan tangga darurat kebakaran; Tempat jemuran; Alat pemadam kebakaran; Penangkal petir;
Alat/ sistem alarm; Pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu; Generator listrik disediakan untuk
rumah susun yang menggunakan lift.
3. Satuan Rumah Susun
• Satuan rumah susun harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya. Satuan rumah susun dapat
berada pada permukaan tanah, di atas atau di bawah permukaan tanah, atau sebagian di bawah dan
sebagian di atas permukaan tanah.
4. Bagian Bersama dan Benda Bersama
• Rumah susun harus dibangun di lokasi yang sesuai dengan peruntukan dan keserasian lingkungan
dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah yang ada.
• Rumah susun harus dibangun pada lokasi yang memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-
saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan air hujan dan jaringan air
limbah kota.
• Lokasi rumah susun harus mudah dicapai angkutan yang diperlukan pada waktu pembangunan
hingga perkembangan di masa mendatang, dengan memperhatikan keamanan, ketertiban, dan
gangguan pada Iokasi sekitarnya.
• Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik, jika tidak
penyelenggara pembangunan wajib menyediakan secara tersendiri sarana air bersih dan listrik dan
dikelola berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
5. Prasarana Lingkungan
a. Jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk kemungkinan
diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, tangki gas, dan gardu-gardu listrik;
b. Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari rumah susun ke
sistem jaringan pembuangan air kota;
c. Saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang menghubungkan pembuangan air
limbah dari rumah susun ke sistem jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut
ke dalam tangki septik dalam lingkungan.
d. Tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari
rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan
memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan;
e. Kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang dapat
menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup untuk pemadam
kebakaran;
f. Tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan terhadap kebutuhan
penghuni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya;
g. Jaringan telepon dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat keperluannya.

Dengan adanya persyaratan teknis sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka
diharapkan dapat menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan calon penghuni dan pihak
lainnya yang bersangkutan. Selain itu, persyaratan mendirikan bangunan secara administratif berupa
izin merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pengembang.

Persyaratan administratif tersebut sebagai berikut:


• Sertifikat hak milik tanah.
• Ijin Lokasi (Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi dan Surat Izin Penunjukan Penggunaan
Tanah), ijin lokasi merupakan persetujuan lokasi bagi pengembangan yang menyatakan kawasan
yang akan digunakan pemohon sesuai untuk dimanfaatkan bagi aktivitas dominan yang telah
memperoleh izin prinsip.
• Fatwa peruntukan tanah dan rencana tapak
• Gambar rencana arsitektur yang memuat denah dan potongan beserta pertelaannya yang
menunjukkan dengan jelas batasan secara vertikal dan horizontal dari satuah rumah susun; gambar
rencana struktur beserta perhitungannya; gambar rencana menunjukkan dengan jelas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama; gambar rencana jaringan dan instalasi beserta
perlengkapannya.
• Advice Planning, Advice Planning adalah suatu keterangan tentang rencana kota yang dikeluarkan
oleh Dinas Tata Kota kotamadya atau kabupaten.
• IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), Ijin Mendirikan Bangunan yang harus diperoleh sebelum mendirikan
bangunan. Ijin mendirikan bangunan diterbitkan oleh Dinas Pengawasan Pembangunan Kota
Kotamadya atau Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Daerah Tingkat II.
• ILH (Izin Layak Huni), Ijin Layak Huni adalah suatu izin yang dikeluarkan berdasarkan referensi
bahwa bangunan yang telah rampung dibangun dan telah sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan
yang tercantum di dalam IMB.
Selain peraturan pemerintah no.4 ditemukan juga prasyaratan pendukung lainnya dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.5 2007 tentang pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana tingkat
tinggi yang isinya sebagai berikut:
1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung
a. Bentuk denah bangunan gedung rusuna
bertingkat tinggi sedapat mungkin simetris dan
sederhana, guna mengantisipasi kerusakan
yang diakibatkan oleh gempa.
b. Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk
T, L, atau U, atau panjang lebih dari 50 m,
maka harus dilakukan pemisahan struktur atau
delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan
akibat gempa atau penurunan tanah.
c. Denah bangunan gedung berbentuk sentris
(bujursangkar, segibanyak, atau lingkaran)
lebih baik daripada denah bangunan yang
berbentuk memanjang dalam mengantisipasi Sumber: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
terjadinya kerusakan akibat gempa. NOMOR : 05/PRT/M/2007 (perumnas.co.id)

d. Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang ringan untuk mengurangi
intensitas kerusakan akibat gempa.
2. Perancangan Ruang Dalam
a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama yang
mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
b. Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur, kamar mandi dan
kakus/WC.
3. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung
a. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antarruang i. Untuk mendapatkan
kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung, harus mempertimbangkan:\
(1) fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas ruang, di dalam bangunan
gedung; dan (2) persyaratan keselamatan dan kesehatan.
b. Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antarruang harus mempertimbangkan:
(1) fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan perabot/peralatan di dalam
bangunan gedung; (2) sirkulasi antarruang horizontal dan vertikal; dan (3) persyaratan
keselamatan dan kesehatan.
4. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang
a. Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan gedung harus mempertimbangkan
temperatur dan kelembaban udara.
b. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kenyamanan termal dalam ruang harus
memperhatikan letak geografis dan orientasi bangunan, penggunaan bentuk masa yang
menimbulkan shading (bayangan), ventilasi alami dan penggunaan bahan bangunan
c. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan
dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan: (1) prinsip-prinsip penghematan
energi dan ramah lingkungan; (2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan.
5. Persyaratan Kenyamanan Pandangan (Visual)
a. Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan (visual) harus mempertimbangkan kenyamanan
pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari luar ke dalam bangunan.
b. Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar harus mempertimbangkan: (1)
gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan
rancangan bentuk luar bangunan; dan (2) pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan
penyediaan RTH.
c. Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam bangunan harus mempertimbangkan: (1)
rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan ruang-luar bangunan, dan rancangan bentuk luar
bangunan gedung; (2) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di
sekitarnya; dan (3) pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar .
6. Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan
a. Persyaratan Getaran
i. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran pada bangunan
rusuna bertingkat tinggi harus mengikuti standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap
getaran pada bangunan gedung
b. Persyaratan Kebisingan
i. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan rusuna
bertingkat tinggi harus mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau
sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan gedung maupun di luar bangunan
gedung.
BAB III
TINJAUAN OBJEK KOMPARASI

3.3 KOMPARASI LAPANGAN


3.3.2 PELAKU AKTIVITAS

3.3.2.2 Analisis Pelaku dan Aktivitas

FUNGSI PELAKU AKTIVITAS

Mahasiswa

Pengelola

Servis

Penjual koperasi

Penjaga Rusunawa
BAB IV
TINJAUAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

TINJAUAN WILAYAH KOTA MALANG


Kota Malang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Malang merupakan kota
terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Surabaya serta kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota ini berada di dataran
tinggi yang memiliki udara cukup sejuk dengan luasan kota sebesar 145,28 km2. Kota Malang yang terletak di tengah
Kabupaten Malang dengan posisi geografis yang berada di sisi selatan pulau jawa, memiliki ketinggian antara 429 - 667
meter diatas permukaan air laut. 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan.
Kota ini dibatasi oleh:
• Utara: Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso
• Timur: Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang
• Barat: Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau
• Selatan: Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji
Selain itu secara Geografis Kota Malang dikelilingi oleh beberapa gunung dan pegunungan yaitu:
• Utara: Gunung Arjuno
• Timur: Gunung Semeru
• Barat: Gunung Kawi, Panderman
• Selatan: Gunung Kelud

4.1 IKLIM

Kota Malang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan segar dengan iklim tropis. Kondisi iklim Kota Malang
tercatat selama tahun 2016 memiliki rata-rata suhu udara berkisar antara 22,4 °C—24,3 °C, sedangkan suhu
maksimum yang pernah tercatat berkisar 30,2°C dan suhu minimum 16,5°C. Sedangkan rata kelembaban udara
berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%.
Sumber: Wikipedia

Berdasarkan data dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso, curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada
bulan Februari, November, dan Desember. Sedangkan, pada bulan Juni dan September curah hujan relatif rendah.
Kecepatan angin maksimum terjadi di bulan Mei, September, dan Juli.
BAB V
JADWAL DAN ORGANISASI KERJA
daftar pustaka

http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/674/jbptitbpp-gdl-solyimansa-33674-3-2008ta-2.pdf
http://eprints.undip.ac.id/45023/2/07_Khairul_Fajri_21020110141006_BAB_2.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2241/3/2TA12847.pdf
http://www.perumnas.co.id/download/prodhukum/pp/PP-04-1988%20RUMAH%20SUSUN.pdf
http://www.perumnas.co.id/download/prodhukum/permen/05-PRT-M-
2007%20PEDOMAN%20TEKNIS%20PEMBANGUNAN%20RUMAH%20SUSUN%20SEDERHA
NA%20BERTINGKAT%20TINGGI.pdf
gambar:
http://www.depokpos.com/arsip/2017/05/pemerintah-pusat-siap-bangun-rusun-di-depok/
http://detak.co/pembangunan-rusun-atlet-kemayoran-sudah-66-persen/
https://nasional.tempo.co/read/855158/tenteram-di-rumah-susun

Anda mungkin juga menyukai