PROPOSAL TESIS
Oleh :
SUHADI
NIM. 1609200060038
Pusat kota kecamatan Ingin Jaya adalah Pasar Lambaro yang merupakan pusat
perdagangan yang sedang tumbuh berkembang perputaran ekonominya dengan
potensi letak dan posisi tersebut sebagai penyangga untuk wilayah kota Banda
Aceh. Disamping itu kawasan dipinggiran masih ada lahan pertanian sawah
beririgasi yang terjadi alih fungsi pada lahan pertanian produktif. Berdasarkan
permasalahan perubahan lahan pertanian beririgasi menjadi lahan pemukiman atau
terbangun berdampak terhadap berkurangnya lahan dan tidak terkendalinya
pembangunan pada lahan pertanian beririgasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor perubahan penggunaan lahan yang terjadi dan tinjauan
kesesuaian penggunaan lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan model tumpang susun (overlay) analitis dan untuk
mengetahui faktor-faktor alih fungsi lahan menggunakan metode analisis
deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan yaitu untuk dapat diperhatikan
keberadaan lahan pertanian beririgasi di kawasan pinggiran pasar lambaro
kecamatan Ingin Jaya.
Kata kunci : Alih fungsi lahan pertanian beririgasi, Faktor-faktor alih fungsi
lahan, Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Metode Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 4
1.7 Hasil Penelitian 4
II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Konversi Lahan Sawah 5
2.1.1 Definisi Konversi Lahan Sawah 5
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Konversi Lahan Sawah 6
2.1.3 Dampak Konversi Lahan Sawah 7
2.1.4 Strategi Pengendalian Konversi Lahan Sawah 8
2.1.5 Pemanfaatan dan Pertambahan Lahan Permukiman 9
2.2 Irigasi 9
2.2.1 Irigasi dan Daerah Irigasi 9
2.3 Sistem Informasi Geografis 11
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis 11
2.3.2 Subsistem SIG 12
2.3.3 Jenis dan Sumber Data SIG 13
2.3.4 Komponen SIG 17
2.3.5 Software ArcGIS 10.1 18
2.4 Analisa Faktor 19
2.5 Analisa Regresi Linier Berganda 19
2.6 SPSS (Statistical Product and Service Solution) 19
2.7 Penelitian Terdahulu 20
III : METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian 23
3.2 Pengumpulan Data 24
3.2.1 Data Primer 24
3.2.2 Data Sekunder 25
3.3 Pengolahan Data 25
3.3.1 Data Kuesioner 25
3.3.2 Data Peta 25
3.4 Analisa Data 26
3.4.1 Data Peta 26
3.4.2 Penentuan Faktor-Faktor Alih Fungsi Lahan 26
IV : RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN 27
V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
VI : DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
LAMPIRAN TABEL
LAMPIRAN KUESIONER
I. PENDAHULUAN
1
gerbang Kabupaten Aceh Besar dan penyangga dari Kota Banda Aceh
diaantaranya dalam kebutuhan perumahan.
Sejalan dengan potensi letak dan posisi pusat kota Kecamatan Ingin Jaya
adalah pasar Lambaro yang memiliki pasar induk Lambaro merupakan pasar
utama sebagai penyokong pemasaran di wilayah Kota Banda Aceh dan Kabupaten
Aceh Besar sehingga kawasan ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang terus
tumbuh dan berkembang pembangunan dengan bangunan-bangunan yang
semakin pesat dan tidak terkendali. Disamping itu, kebutuhan lahan semakin luas
yang dampaknya kepada lahan di sekitar pasar Lambaro di mana saat ini masih
ada lahan persawahaan beririgasi atau lahan basah.
Menurut qanun nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RT/RW) Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Ingin Jaya termasuk ke
dalam Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi sebagai pusat
perkembangan fisik kawasan perkotaan untuk mempertahankan lahan pertanian
pangan berkelanjutan. Dilihat dari fungsinya, maka sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) Kecamatan Ingin Jaya memiliki tugas untuk meningkatkan
infrastruktur dan fasilitas dalam mendukung kegiatan perkotaan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi daerah lokal dan kawasan sebagai
sentra pertanian, perkebunan, dan perternakan untuk daerah Kabupaten Aceh
Besar.
Dengan adanya kendala dan permasalahan seperti tersebut di atas, maka
sangat diperlukan analisis faktor-faktor yang menpengaruhi alih fungsi lahan
pertanian beririgasi terhadap lahan permukiman.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana perubahan alih fungsi lahan pertanian dalam kurun waktu
tahun 2010 sampai dengan tahun 2019?
2. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian di kawasan pinggiran pasar
Lambaro Kecamatan Ingin Jaya?
3. Apakah perubahan penggunaan lahan yang terjadi sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh Besar tahun 2012-2032?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui luas dan pemanfaatan perubahan penggunaan lahan
pertanian yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan
tahun 2019.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor terhadap dampak perubahan konversi
lahan.
3. Untuk mengetahui kesesuaiaan antara Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Aceh Besar dengan perubahan penggunaan lahan
tahun 2019 di kawasan pasar Lambaro.
3
b. Bagi masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelestarian lahan pertanian
guna mempertahankan keberadaan lahan pertanian dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c. Bagi pemerintah atau instansi terkait sebagai rekomendasi untuk
memperhatikan keberadaan lahan pertanian dan mengadakan analisis
kebijakan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang ada di
Kabupaten Aceh Besar.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti untuk bahan kajian penelitian lebih lanjut dan sebagai
pengetahuan terhadap faktor perubahan lahan sawah irigasi ke lahan
non-pertanian.
4
II. TIJAUAN PUSTAKA
5
wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi
datar ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.
6
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Konversi Lahan Sawah
Irawan (2005) menyatakan bahwa faktor determinan konversi lahan
sawah pada dasarnya terjadi akibat persaingan dalam pemanfaatan lahan
antara sektor pertanian dan sektor non pertanian. Persaingan dalam
pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi
dan sosial yaitu keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan penduduk, dan
pertumbuhan ekonomi. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya
konversi lahan sawah diantaranya (Lestari, 2005):
a) Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya
dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.
b) Faktor internal, lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi
sosial- ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
c) Faktor kebijakan, yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan
fungsi lahan pertanian.
7
dilakukan oleh pihak lain secara umum memiliki dampak yang lebih besar
terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses konversi lahan
tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas, terutama
ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan. Konversi lahan yang
dilakukan oleh pihak lain biasanya berlangsung melalui pelepasan hak
pemilikan lahan petani kepada pihak lain yang kemudian diikuti dengan
pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian. Dampak konversi
lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada dasarnya terjadi
pada tahap kedua. Namun, tahap kedua tersebut secara umum tidak akan
terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian
dimiliki oleh petani.
8
kepemilikan. Oleh karena kelangkaan lahan dan air akan berlangsung terus
menerus, maka kebijakan pengendalian konversi lahan hendaknya
ditempatkan dalam kerangka pendekatan keterpaduan pengelolaan sumber
daya lahan dan air dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) dan perbaikan
sistem usaha tani.
2.2 Irigasi
2.2.1 Irigasi dan Daerah Irigasi
Irigasi merupakan salah satu kebutuhan utama di dalam kegiatan
pertanian, khususnya untuk lahan sawah. Dengan sistem irigasi yang baik
9
diharapkan kebutuhan air tanaman maupun lahan dapat terpenuhi, sehingga
akan meningkatkan produktivitas. Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream)
sampai dengan hilir (downstream).
Jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran
pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah
dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke
saluran pembuang. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan
irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas
keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang
sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Pengertian Daerah Irigasi (DI) menurut Permen PUPR No.
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. Menurut
kewenangannya, DI dibagi dalam tiga (3) kewenangan, DI kewenangan pusat,
DI kewenangan provinsi, DI kewenangan kabupaten. Didalam suatu daerah
irigasi terdapat tiga (3) bagian penting, yaitu daerah irigasi baku (luas baku),
daerah irigasi potensial (luas potensial), daerah irigasi fungsional (luas
fungsional).
10
Gambar 2.2.1 Luasan Daerah Irigasi (Modul Penyususnan D.I, 2018)
11
cepat. Berikut adalah beberapa definisi SIG yang telah beredar di berbagai
sumber pustaka (Prahasta, 2009):
a) SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer (CBIS) yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-
informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan menganalisis objek- objek dan fenomena di mana
lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan
sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografis: (a) masukan, (b)
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis
dan manipulasi data, dan (d) keluaran (Aronoff, 1989).
b) SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan
meyebarkan informasi- informasi mengenai daerah-daerah di
permukaan bumi (Chrisman, 1997).
c) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi
data geografis. Sistem ini diimplementasikan dengan menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi
untuk: (a) akusisi dan verifikasi data, (b) kompilasi data, (c)
penyimpanan data, (d) perubahan dan atau updating data, (e)
manajemen dan pertukaran data, (f) manipulasi data, (g)
pemanggilan dan presentasi data, dan (h) analisa data (Bern,
1992).
d) SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis
informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi
(Demers, 1997).
e) SIG adalah sistem yang dapat mendukung (proses) pengambilan
keputusan (terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan
12
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik
fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap
akan mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu
data spasial, perangkat keras, perangkat lunak, dan struktur
organisasi (Gistut, 1994).
Dari beberapa definisi SIG di atas maka dapat disimpulkan bahwa SIG
merupakan sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang
dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan
menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari suatu objek atau
fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaanya di permukaan
bumi.
13
d) Data Manipulation & Analysis : sub-sistem ini menentukan
informasi- informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,
sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan
penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika)
dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
1. Data Spasial
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas
representasi objek di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan
peta yang berisikan interpretasi dan proyeksi seluruh fenomena yang
berada di bumi. Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya
merepresentasikan objek-objek yang ada di muk bumi, tetapi
berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di
udara) dan di bawah permukaan bumi.
Data spasial dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam
berbagai format. Sumber data spasial antara lain mencakup: data
14
grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan,
pengukuran theodolit, pengukuran dengan menggunakan global
positioning systems (GPS) dan lain-lain.
15
Garis (line/segment) : merepresentasikan objek yang memiliki
dimensi panjang namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya
jaringan jalan, pola aliran, garis kontur.
Poligon : merepresentasikan fitur spasial yang memiliki area,
contohnya adalah unit administrasi, unit tanah, zona penggunaan
lahan.
16
Gambar 2.3.3.3 Tampilan Model Data Vektor dan Raster (Ekadinata, dkk., 2008)
2. Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik
atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan
tidak mempunyai hubungan dengan posisi geografi. Data atribut
dapat berupa informasi numerik, foto, narasi, dan lain sebagainya,
yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan sensus,
dan lain-lain.
Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe,
klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan
dengan objek lain, msalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan
sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur
atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau
selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu.
Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu sekolah 500-600
siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.
17
SIG merupakan suatu sistem yang cukup kompleks dan terdiri
dari beberapa komponen. Komponen-komponen yang membangun SIG
adalah:
a. perangkat lunak (software)
OS : DOS, Windows, Linux
software SIG : ArcInfo, ArcView, ArcGIS, ENVI, ERDAS,
MapInfo, ILWIS, dan sebagainya
b. perangkat keras (hardware)
komputer (PC: desktop, notebook, desk note), stand alone/lan
(prosesor, memori/ram, video card, harddisk, display)
peripheral : digitizer, scanner, printer, plotter, CD writer
c. data
data : satu set informasi (numerik, alphabet, gambar) tentang
sesuat (barang, kejadian, kegiatan)
metadata : informasi identitas data
d. pengguna : operator ataupun pemakai yang sangat berpengaruh
pada hasil akhir SIG
e. aplikasi
beberapa contoh aplikasi SIG :
penentuan tata guna lahan
mengetahui kawasan yang bernilai konservasi tinggi
hidrologi hutan
mengetahui tingkat bahaya erosi, dan sebagainya.
18
Gambar 2.2.4 Komponen SIG (Ekadinata, dkk., 2008)
19
Gambar 2.2.5 Tampilan ArcGIS ArcMap 10.1
20
Peneliti harus mempelajari penelitian sejenis di masa lalu untuk
mendukung penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu akan memberikan
gambaran kepada penulis tentang penelitian sejenis yang akan dilakukan. Oleh
karena itu, penulis juga melakukan penelusuran tentang penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian ini.
Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini, penulis mencoba
mengemukakan contoh studi terdahulu yang membahas tentang pemilihan
prioritas dengan menggunakan metode GWR, SRS dan Analisis SWOT, yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian dari Merisa Kurniasari dan Putu Gde Ariastita (2014) dalam
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai
Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten Lamongan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis GWR (Geographically
Weighted Regression) sebagai proses pengambilan keputusan. Hasil yang
diperoleh adalah faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan
pertanian yaitu rasio harga lahan dan rasio aksebilitas wilayah, dimana
dihasilkan kelompok-kelompok kecamatan sesuai dengan faktor alih
fungsi yang mempengaruhinya.
2. Penelitian dari Anna Karenina, Ernan Rustiadi dan Yusman Syaukat
(2016) dalam Strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan
model analisis SWOT dalam memperoleh hasil penelitian. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa ada potensi reklamasi lahan sawah irigasi
menjadi lahan non-irigasi atau konversi lahan sawah irigasi seluas
23.755.19 ha di Kabupaten Tangerang.
3. Penelitian dari Nurma Kumala Dewi dan Iwan Rudiarto (2013) dalam
Indentifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode SRS (Startified Random Sampling)
dalam proses pengambilan keputusan atau memperoleh hasil penelitian.
Hasil yang diperoleh adalah alih fungsi lahan pertanian terjadi secara
21
progresif pada area-area pengembangan seperti pada area dekat pusat kota,
pada kawasan pendidikan, dan pada koridor yang merupakan pintu masuk
ke Kecamatan Gunung Pati. Bagi petani yang kehilangan lahan sawahnya
mayoritas mengalami penurunan pendapatan yang dikarenakan tingkat
pendidikan dan keterampilan para petani yang terbatas atau tergolong
rendah sehingga tidak dapat mengakses pekerjaan formal. Ringkasan
tinjauan penelitian ini dijabarkan pada Tabel 1.
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tahun Nama Judul Penelitian Metodologi Hasil Penelitian
N Peneliti Penelitian
o
1 2014 Merisa Faktor-Faktor yang Penelitian ini Faktor yang
Kurniasari Mempengaruhi menggunakan berpengaruh terhadap
dan Putu Alih Fungsi Lahan metode alih fungsi lahan
Gde Pertanian Sebagai analisis GWR pertanian yaitu rasio
Ariastita Upaya Prediksi (Geographica harga lahan dan rasio
Perkembangan lly Weighted aksebilitas wilayah,
Lahan Pertanian di Regression) dimana dihasilkan
Kabupaten kelompok-kelompok
Lamongan kecamatan sesuai
dengan faktor alih
fungsi yang
mempengaruhinya
2 2016 Anna Strategi Penelitian ini Hasil yang diperoleh
Karenina, Perlindungan menggunakan menunjukkan bahwa
Ernan Lahan Pertanian model analisis ada potensi reklamasi
Rustiadi Pangan SWOT dalam lahan sawah irigasi
dan Berkelanjutan di memperoleh menjadi lahan non-
Yusman Kabupaten hasil irigasi atau konversi
Syaukat Tangerang penelitian lahan sawah irigasi
seluas 23.755.19 ha di
Kabupaten Tangerang
3 2013 Nurma Indentifikasi Alih Penelitian ini Alih fungsi lahan
Kumala Fungsi Lahan menggunakan pertanian terjadi
Dewi dan Pertanian dan metode SRS secara progresif pada
Iwan Kondisi Sosial (Startified area-area
Rudiarto Ekonomi Random pengembangan
Masyarakat Sampling) seperti pada area
Daerah Pinggiran dalam proses dekat pusat kota, pada
di Kecamatan pengambilan kawasan pendidikan,
Gunung Pati Kota keputusan dan pada koridor
Semarang atau yang merupakan pintu
memperoleh masuk ke Kecamatan
hasil Gunung Pati. Bagi
penelitian petani yang
22
kehilangan lahan
sawahnya mayoritas
mengalami penurunan
pendapatan yang
dikarenakan tingkat
pendidikan dan
keterampilan para
petani yang terbatas
atau tergolong rendah
sehingga tidak dapat
mengakses pekerjaan
formal
23
Untuk dapat lebih mengarahkan pada jalannya penelitian dan
menghasilakn penelitian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya bagan
alir penelitian sebagai pedoman pelaksanaan. Bagan alir meliputi langkah dan hal-
hal yang perlu dipersiapkan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan yang
meliputi berbagai hal dan rencana konsep yang ada. Konsep perancangan
pelaksanaan penelitian dijelaskan pada Lampiran A.3.1.
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada daerah pinggiran pasar Lambaro
Kecamatan Ingin Jaya yaitu di kawasan Daerah Irigasi (D.I) Kr.Jreu yang
memiliki jaringan irigasi dengan luas total berdasarkan data dasar skema jaringan
irigasi seluas 152,04 ha.
Lahan yang ditinjau adalah lahan sawah beririgasi yang berada pada ruas
BJKR 20 dan BJKR 21 merupakan ruas hilir dari daerah layanan irigasi D.I
Kr.Jreu. Bangunan BJKR terdiri dari BJKR 20 Kn merupakan layanan irigasi
yang berada di desa Lubok Batee. Bangunan BJKR 20 Kr merupakan daerah
layanan irigasi yang berlokasi di desa Juroung Peujera. Untuk bangunan BJKR 21
Kn berada pada desa Bineh Blang dan yang terakhir BJKR 21 Kr daerah layanan
irigasi untuk desa Pante.
Adapun titik tinjauan terhadap ke 4 (empat) luasan sawah merupakan
layanan irigasi yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini dapat dilihat pada
table 3.1 berikut ini.
24
Untuk lebih jelas detail lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran
A.4.1 dan Lampiran A.4.1.a.
25
Data sekunder merupakan data penunjang yang diambil dari instansi-
instansi terkait seperti dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, pihak
yang terkait lainnya (stakesholder) dan hasil penelitian terdahulu. Dalam
penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah data luasan sawah, dan data
peta-peta.
26
(pertanian) menjadi non sawah (non pertanian/terbangun) yang terjadi antara
tahun 2010 sampai 2019 dan dapat diketahui kesesuaian dengan RTRW.
3.4.2 Analisa Faktor-Faktor Alih Fungsi Lahan
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
sawah beririgasi menggunakan analisis software SPSS untuk memperoleh
variable penentu yang signifikan mempengaruhi alih fungsi lahan sawah
beririgasi pada wilayah penelitian. Variabel yang diduga mempengaruhi alih
fungsi lahan sawah adalah pertumbuhan penduduk/urbanisasi, peningkatan
aktivitas sosial ekonomi penduduk, kebutuhan lahan meningkat, dan
dinamika daerah yang sedang tumbuh dan pinggiran.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, rencana hasil dan pembahasan yang
ingin dicapai adalah :
Pemanfaatan Lahan tahun 2010
Mengetahui luas lahan yang ada di lokasi penelitian pada tahun 2010 dan
mengetahui jenis pemanfaatan lahan.
27
Pemanfaatan lahan tahun 2019
Mengetahui luas lahan yang ada di lokasi penelitian pada tahun 2019 dan
mengetahui jenis pemanfaatan lahan.
Perubahan Pemanfaatan Lahan
Mengetahui perubahan pemanfaatan lahan yang terdiri dari bentuk dan
luasannya yang terjadi dui lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai dengan hasil
analisis peta.
Pemanfaatan Lahan menurut RTRW
Rencana pemanfaatan lahan RTRW digunakan untuk mengetahui sebagai
pedoman atau acuan untuk menentukan apakah perubahan yang terjadi sudah
sesuai, atau tidak sesuai.
Kesesuaian Perubahan Pemanfaatan Lahan Aktual dengan RTRW
Melalaui hasil tumpang susun (overlay) peta perubahan pemanfaatan lahan
tahun 2010-2019 dengan peta RTRW yang kemudian mengetahui kesesuaian
atau ketidaksesuaian pemanfaatan lahan saat ini .
Rekomendasi Arah Kebijakan
Memberikan pendapat tentang kebijakan yang dapat diambil untuk
mendukung pengendalian atau keberadaan lahan pertanian beririgasi yang
masih produktif untuk dipertahankan.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Fahmuddin & Irawan, Alih Guna dam Aspek Lingkungan Lahan Sawah,
dalam http://balittanah.litbang.deptan.go.id/
Anonim, 2018, Modul Penyusunan Daerah Irigasi.
Bappeda, 2015, Laporan Badan Koordinasi Penataan Daerah (BKPRD)
Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Besar: Bappeda.
29
BPS, 2019, Kecamatan Ingin Jaya dalam Angka 2019, Kabupaten Aceh Besar:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar.
Dwipradnyana, I.M, 2015, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Pertanian serta Dampaknya terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus di
Subak Jadi Kecamatan Kediri Tabanan), Denpasar: Program Studi Magister
Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Indarto, Arif Faisol, 2012, Konsep Dasar Analisis Spasial, Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Irawan, Bambang, 2005, Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya dan Faktor Determinan, Forum Penelitian Agro Ekonomi,
Vol. 23. No. 1. Tahun 2005, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonimi Pertanian.
Lestari, Tri, 2005, Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani,
Makalah Kolokium, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Bogor: IPB Press.
Pemerintah Republik Indonesia, 2019, Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019
Tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah, Jakarta.
Pesandaran, E, 2006, Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Sawah
Beririgasi di Indonesia, Jurnal Litbang Pertanian, 25(4):123-129.
Qanun Kabupaten Aceh Besar, 2014, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012-2032, Cetakan Tahun 2014, Pemerintah
Kabuapten Aceh Besar.
Rusmini, 2018, Analisis Perubahan Lahan Sawah Berkaitan dengan Kebutuhan
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Aceh Besar.
Sumaryanto dan Iqbal, Tanpa Tahun, Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan
Nonpertanian dan Dampak Negatifnya, dalam
http://balittanah.litbang.deptan.go.id
Yunus, Hadi Sabri, 2008, Dinamika Wilayah Peri-urban Determinan Masa
Depan Kota, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
30
31