Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA

KEGIATAN PENDATAAN RUMAH FORMAL DAN RUMAH


SWADAYA DI WP II KABUPATEN BEKASI

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN

PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

TAHUN ANGGARAN 2018


I. LATAR BELAKANG
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta menjadi asset bagi pemiliknya.
Hal itu menjadi salah satu kebutuhan primer setelah sandang dan pangan. Setiap manusia pasti
berkeinginan untuk mendapatkan tempat yang layak, layak fisik bangunannya maupun layak
infrastrukturnya. Kebutuhan akan rumah/backlog rumah secara nasional mencapai 11,4 juta unit rumah
formal dan masih adanya rumah yang tidak layak huni nasional sebanyak 3,4 juta rumah swadaya.
adapun Jawa Barat sebesar 1,2 juta unit rumah formal dan rumah swadaya sebesar 285 ribu unit
(Sumber Kementerian PUPR dan Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat 2017).
Kabupaten Bekasi sampai dengan saat ini belum mempunyai data yang akurat tentang jumlah rumah
baik formal maupun rumah swadaya, sedangkan proses pembangunan tempat tinggal yang dilakukan
oleh para pengembang maupun oleh masyarakat sendiri sangat pesat, hal itu seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan tumbuhnya kawasan-kawasan industri baru. Dalam rangka mendukung
program pembangunan yang berkelanjutan terutama dalam penyediaan rumah dan perumahan dalam
kawasan permukiman sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, Paragraf 3 Pemerintah Kabupaten/Kota Pasal 18 Kewenangan Pemerintah
Daerah huruf a menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan
Permukiman dan Pertanahan telah mengalokasikan anggaran untuk melakukan pekerjaan Pendataan
Rumah Formal dan Rumah Sawadaya di Wilayah Pengembangan II meliputi Kecamatan Cikarang
Pusat, Cibarusah, Bojongmangu, Setu, Serang Baru. Kegiatan tersebut sebagai salah satu
pelaksanaan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan, merupakan wujud nyata political will
pemerintah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pelayanan bagi warganya. Mengingat strategisnya
peran informasi mengenai perumahan dan permukiman tersebut maka di dalam pengelolaannya harus
dilakukan secara efektif, efisien dan mencerminkan suatu semangat tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) mulai dari aspek kebijakan, perencanaan, pembangunan, pengendalian, pemantauan
dan evaluasinya terhadap pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan review, kajian dan fasilitasi awal tentang pemanfaatan ruang untuk perumahan dan
permukiman diindikasikan terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aspek teknis,
kelembagaan, terutama dalam hal kebijakan peruntukan pemanfaatan ruang. Secara prosedural
permasalahan utama adalah belum sinerginya kedua belah pihak yaitu masyarakat sebagai pihak yang
dilayani dan pemerintah selaku administrator dan regulator dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman telah
mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk bertanggung jawab dan melakukan pemantauan
pengendalian dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan
perumahan dan permukiman oleh swasta, pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam pemanfaatan ruang perlu
dikembangkan penatagunaan tanah yang mengatur pola pengelolaan penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah. Hal ini terkait dengan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004
tentang Penatagunaan Tanah yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mengatur
perumahan dan permukiman.
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi. Berdasarkan Bekasi Dalam Angka Tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten
Bekasi 3.371.691 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.647 jiwa/km2 dengan komposisi jumlah rumah
tangga 869.454 KK, namun data kebutuhan akan rumah secara riil belum tersedia. Hal ini kontradiksi
dengan pertumbuhan penduduk seperti data diatas sehingga di wilayah Kabupaten Bekasi banyak
tumbuh rumah secara masif tidak terkendali. Rumah atau perumahan yang berupa kontrakan, kos
kosan atau bahkan perumahan yang berbentuk cluster masih sering dijumpai dibangun tanpa memiliki
perizinan sesuai aturan yang berlaku. Hal ini menyulitkan dalam hal pendataan bangunan perumahan di
Kabupaten Bekasi.
Perumahan yang dibangun sebagai akibat dari urban renewall akan muncul kekumuhan di
beberapa tempat tertentu yang memerlukan revitalisasi dan peremajaan kota. Dalam implementasi
rencana tata guna tanah untuk kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bekasi dilakukan
dengan melaksanakan:
1. Perencanaan pembangunan yang terintegrasi
2. Pengendalian pemanfaatan ruang
3. Pengendalian intensitas bangunan
4. Tata guna tanah untuk kawasan permukiman
5. Pengembangan wilayah perumahan dan permukiman
6. Pendataan sebagai bagian dari kegiatan pelaporan pembangunan.
Hasil kegiatan akan mengindikasikan keluaran data pembangunan perumahan yang berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga memudahkan untuk mengakses dan mengupdate data yang
dapat digunakan untuk merumuskan kebijakan penataan dan pembangunan perumahan di Kabupaten
Bekasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Maksud kegiatan ini adalah sebagai pedoman untuk memperoleh data jumlah backlog rumah di
Kabupaten Bekasi.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah :
1. Mengumpulkan dan menginventarisasi data rumah formal yang dibangun oleh pengembang
dan rumah swadaya yang dibangun oleh masyarakat serta bangunan sejenisnya yang
dijadikan sebagai tempat hunian atau sebagai tempat tinggal yang berbasis Sitem Informasi
Geografis (SIG) sehingga dapat dijadikan salah satu landasan perumusan kebijakan,
perencanaan, pemrograman, penganggaran, pemantauan dan evaluasi pengadaan rumah
formal dan rumah swadaya di Kabupaten Bekasi.
2. Menyusun data sebaran rumah dan sejenisnya serta perumahan sesuai kondisi lapang
(existing) masing-masing desa/kelurahan dengan skala perbandingan 1 : 5000.
3. Mengevaluasi program yang telah dilakukan dan memberikan usulan program
pengembangan rumah formal dan rumah swadaya serta sejenisnya ke depan di Kabupaten
Bekasi.

III. SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah pembangunan perumahan formal dan perumahan swadaya,
apartemen, ruko, rukos, kontrakan dan bangunan sejenisnya yang digunakan untuk tempat tinggal,
baik yang memiliki izin maupun yang tidak memiliki izin. Perizinan yang dimaksud dalam kegiatan
ini meliputi kesesuaian dengan tata ruang, status penguasaan tanah, status kepemilikan bangunan
dan izin mendirikan bangunan (IMB).

IV. DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 Tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
12. Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2003 tentang Badan Kebijakan dan Pengendalian
Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/2006 tentang Pedoman PersyaratanTeknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan.
17. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
2015 tentang Izin Lokasi.

V. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA


Pengguna jasa untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bekasi Bidang
Perumahan Rakat dengan PPK : Kepala Bidang Perumahan Rakyat. Pekerjaan ini akan dilaksanakan
oleh penyedia jasa (Konsultan Perencana), dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
dalam pembahasannya.

VI. SUMBER DANA DAN PEMBIAYAAN


Kegiatan Pendataan Rumah Formal Dan Rumah Swadaya Di WP II Kabupaten Bekasi sebesar Rp.
425.500.000,- (Empat Ratus Dua Puluh Lima Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) yang dibiayai dari dana
APBD Pemerintah Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2018.

VII. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan melalui kegiatan ini adalah terkumpulnya data rumah formal, apartemen,
rusun dan rumah swadaya, ruko, rukos, kontrakan dan sejenisnya yang berfungsi untuk tempat
tinggal secara akurat dan relevan sesuai kondisi existing sehingga dapat dijadikan salah satu dasar
dalam pengambilan kebijakan, penyusunan perencanaan, penyususnan program penanganan,
penganggaran, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan rumah formal dan rumah
swadaya di WP II Kabupaten Bekasi, antara lain :
1. Data perumahan formal yang dibangun oleh pengembang baik perorangan atau berbadan hukum
meliputi RSH, rumah komersil, ruko, rukos, kontrakan atau bangunan sejenis yang digunakan
untuk tempat tinggal;
2. Data rumah swadaya yang dibangun oleh masyarakat yang membentuk kawasan permukiman;
3. Data perumahan bersusun yang dibangun oleh perorangan/badan hukum (Apartemen, Rusunami,
Rusunawa, Maisonet);
4. Tingkat hunian pada masing masing tempat tinggal;
5. Data-data tersebut terintegrasi dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
VIII. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup pekerjaan ini adalah:
1. Pendataan kondisi eksisting
a. Pengumpulan data pembangunan perumahan dan permukiman dan sejenisnya
b. Identifikasi data
c. Integrasi data yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman
d. Klasifikasi data
2. Penyusunan data.
3. Usulan program yang harus dilakukan berdasarkan kondisi eksisting.

IX. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan Pendataan Rumah Formal Dan Rumah
Swadaya Di WP II Kabupaten Bekasi yaitu selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender, terhitung
sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja hingga produk.

X. TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN


Konsultan harus membentuk Tim yang dapat langsung berhubungan dengan Pemberi Tugas untuk
penyelesaian pekerjaan. Tim tersebut merupakan gabungan dari berbagai keahlian, dan minimal
meliputi bidang keahlian sebagai berikut:
• Ketua Tim (Team Leader 1 orang) Lulusan Pasca Sarjana S2 Perencanaan Wilayah dan Kota
lulusan PTN atau PTS yang terakreditasi dengan pengalaman sebagai Team Leader pada bidang
Perencanaan Kota/Wilayah sekurang-kurangnya 5 Tahun.
• Ahli Arsitektur (1 orang) Lulusan Sarjana S1 Teknik Arsitektur lulusan PTN atau PTS
terakreditasi dengan pengalaman sebagai Ahli Arsitektur minimal 5 Tahun.
• Ahli Sipil (1 orang) Lulusan Sarjana S1 Teknik Sipil lulusan PTN atau PTS terakreditasi dengan
pengalaman sebagai Ahli Sipil minimal 5 Tahun.
• Ahli Geografi/GIS (1 orang) Lulusan Sarjana S1 Geografi lulusan PTN atau PTS terakreditasi
dengan pengalaman sebagai ahli statistik minimal 4 Tahun
• Ahli Kebijakan/Hukum Lulusan Sarjana S1 Hukum lulusan PTN atau PTS terakreditasi dengan
pengalaman sebagai Ahli Hukum minimal 5 Tahun.
• Surveyor (3 orang) Lulusan Sarjana atau D3 Geodesi/Geografi/informatika dengan pengalaman
sekurang-kurangnya 3 Tahun.

Tenaga Pendukung meliputi :


• Drafter (1 orang) Lulusan Sarjana D3 / STM dengan pengalaman sekurang-kurangnya 3 Tahun.
• Operator Database Komputer (1 orang)
• Administrasi dan Keuangan Lulusan Sarjana D3 / SMA dengan pengalaman sekurang-kurangnya
3 Tahun.
XI. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN
1. Tahapan pekerjaan meliputi :
a. Persiapan Survey Lapangan :
• Penelaahan materi bahan-bahan untuk pendataan rumah formal dan rumah swadaya
• Pembuatan daftar data primer dan data sekunder yang diperlukan .
• Persiapan model dan metode pengumpulan data.
• Penyediaan peta dasar untuk kebutuhan pendataan.
• Pembuatan program kerja survey lapangan.
b. Pelaksanaan Survey Lapangan
c. Kompilasi Data Hasil Survey
d. Usulan program pengembangan rumah formal dan rumah swadaya dan sejenisnya
berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan.

Pelaksanaan Pekerjaan harus dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan data yang
relevan, analisis, dan evaluasi dari data yang telah ada.

2. Pembahasan intern terbatas antara Dinas dan Konsultan dilakukan minimal 1 (satu) kali yaitu
untuk pembahasan Draft Laporan Pendahuluan yang pertama. Pembahasan selanjutnya bersama
Tim dan Instansi terkait yaitu:
a. Pembahasan Laporan Pendahuluan
b. Pembahasan Laporan Antara
c. Pembahasan Laporan Final
Konsultan diwajibkan untuk berkonsultansi dan koordinasi dengan pihak-pihak yang
ditunjuk/ditentukan oleh PPTK baik secara perorangan maupun diskusi terbatas dengan Tim
Teknis sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali secara bersama-sama dan melaporkan hasil
konsultasi/diskusi yang telah dilaksanakan baik secara tertulis maupun lisan sesuai dengan
petunjuk oleh PPTK.
Konsultan menyiapkan Resume/Draft Laporan untuk bahan pembahasan, juga diwajibkan
membuat laporan kegiatan pembahasan yang berupa catatan-catatan (notulen) baik berupa tanya
jawab, kesepakatan, aspirasi masyarakat dan menyampaikannya ke pemberi tugas berikut
penyempurnaan/perbaikan draft laporan.
Selain pembahasan pada tahap awal konsultan wajib berkonsultansi dengan PPK dan PPTK
dalam rangka menetapkan Penyelenggaraan Pembahasan.

XII. TEKNIK PENYAJIAN


Teknik penyajian untuk setiap laporan harus sesuai dengan ketentuan berikut:
1. Pengetikan menggunakan word dengan spasi 1,5 pada kertas HVS putih polos dengan
penulisan 2 kolom.
2. Nama buku/laporan dan ukuran buku:
• Laporan Pendahuluan (A4)
• Laporan Antara (A4)
• Laporan Akhir (A4)
• Executive Summary (A5) dalam bentuk hand book
• Album Peta (A1)
3. Khusus peta menggunakan program Arc view, untuk peta di dalam buku laporan dibuat A3 dan
semuanya berwarna.
4. Kulit/sampul berwarna kuning (sesuai dengan standar warna yang ditetapkan) CD/disket yang
berisi seluruh file laporan, baik materi tulisan, peta maupun gambar diserahkan kepada pemberi
pekerjaan.
5. Harddisk 1 TB.

XIII. KUALIFIKASI PENYEDIA/SPESIFIKASI TEKNIS


Penyedia jasa untuk kegatian ini harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Ijin Usaha
Surat Ijin Usaha Jasa Konsultan dan Sertifikat Badan Usaha yang masih berlaku
2. Klasifikasi SUJK
Memiliki sub klasifikasi Jasa Perencanaan dan Perancangan Perkotaan (PR101) atau Jasa
Perencanaan Wilayah (PR102) atau Jasa Pengembangan Pemanfaatan Ruang (PR104)
3. Kualifikasi Usaha Kecil

XIV. LAPORAN PEKERJAAN


1. Laporan Pendahuluan berjumlah 5 buku
2. Laporan Antara berjumlah 5 buku
3. Laporan Akhir berjumlah 5 buku dan 5 CD dan berbasis SIG
4. Album Data dan Peta Sebaran rumah formal dan swadaya dan sejenisnya berjumlah 5 buku
5. External Hard disk yang berisikan Data rumah formal dan swadaya dan sejenisnya berbasis
SIG.

Dokumen laporan dibuat dengan ketentuan dimensi kertas A4 (21 cm X 33 cm), polos-putih, HVS,
80 gram, dilapisi kertas tipis berwarna (pembatas bab), tulisan (huruf) jenis tegak, standar, bentuk
jelas, huruf cetak dan bukan matrix dot dengan spasi 1,5 spasi. Sampul menggunakan kertas
tebal/jenis buffalo/matte paper warna yang sesuai dengan dinas terkait dan dijilid rapi.
XV. PENUTUP
Pemberi Tugas akan menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebagai dasar bagi
Konsultan/Tenaga Ahli untuk memulai pelaksanaan pekerjaan. Kontrak Kerja segera diterbitkan dan
ditandatangani setelah ada kesepakatan ikatan kerja kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai