Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KASIBA DAN LISIBA

Dosen Pembimbing :MirthaFirmansyah ST. MT

Nama Kelompok :

Ray Zahin Safero (171910501052)


Indah Ludiana Putri (171910501007)
Sofyan Arik J (171910501053)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan penduduk secara alami (kelahiran dan
kematian), migrasi maupun urbanisasi pada kawasan perkotaan berdampak pada
peningkatan kebutuhan rumah. Masyarakat cenderung memilih tinggal dekat
dengan pusat aktivitas dan tempat mereka bekerja. Namun tidak semua
masyarakat mampu mengakses perumahan formal atau rumah layak huni.
Sehingga mereka membangun rumah di kawasan ilegal atau kumuh. Pemerintah,
pengembang dan pemangku kepentingan terkait perumahan menangkap peluang
pasar pembangunan perumahan dengan konsep Kasiba (Kawasan Siap Bangun)
dan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun).
Sesuai UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman bahwa konsep Kasiba telah dipersiapkan untuk menangani
pembangunan Lingkungan Hunian Skala Besar sesuai dengan rencana tata ruang.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 merupakan turunan dari UU Nomor
1 Tahun 2011 dari PP 80/1999 telah dilengkapi dengan Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat Nomor 31 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri dan
Nomor 32 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri serta Peraturan Menteri Perumahan
Rakyat Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Tata cara Penunjukan Badan
Pengelola Kawasan Siap Bangun dan Penyelenggara Lingkungan Siap Bangun
Yang Berdiri Sendiri.
Selama tahun 2004-2009, Kementerian Perumahan Rakyat telah memfasilitasi
dan menstimulasi pengembangan Kasiba dengan upaya mendorong penetapan
lokasi sebanyak 44 lokasi dengan SK Bupati/Walikota seluas 8.687 ha, memberi
bantuan stimulan prasarana lokal primer/sekunder berupa jalan poros pada 30
kawasan seluas 8.026 hektar, bantuan teknis penyusunan rencana rinci tata ruang
untuk 30 kawasan seluas 8.061 ha, memfasilitasi pembentukan badan pengelola
dan dibentuk tim penyiapan badan pengelola di 27 kabupaten/kota. Upaya ini
perlu di evaluasi untuk menentukan efektifitas konsep Kasiba dan Lisiba dalam
membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman secara terpadu dan sesuai tata
ruang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Kasiba dan Lisiba ?
2. Apa tujuan Kasiba dan Lisiba ?
3. Apa Kriteria Kasiba dan Lisiba ?
4. Apa Kriteria Lisiba berdiri sendiri ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KASIBA dan LISIBA


A. KASIBA (Kawasan Siap Bangun)
Sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk
pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam
satu lingkungan siap bangun atau lebih, yang pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan primer
dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang
lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan
memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan sarana
lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta Rencana Tata
Ruang Lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
B. LISIBA (Lingkungan Siap Bangun)
Sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba yang telah
dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu
juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun
kaveling tanah matang. Selain itu, terdapat pula Lingkungan Siap Bangun
yang Berdiri Sendiri, selanjutnya disebut Lisiba yang Berdiri Sendiri,
adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi
oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi oleh
kawasan dengan fungsi-fungsi lain.
Dalam rangka peningkatan mutu kehidupan dan kesejahteraan bagi
setiap keluarga Indonesia, pembangunan perumahan dan permukiman
sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu terus ditingkatkan dan
dikembangkan secara terpadu, terarah, berencana, dan berkesinambungan.
Dalam 20 tahun terakhir ini, pembangunan perumahan di Indonesia cukup
pesat perkembangannya. Namun demikian hasil pembangunan tersebut
belum mampu memenuhi kebutuhan rumah yang memang sangat besar
(data Bappenas menyebut backlog rumah pada 2009 sebanyak 7,4 juta
unit) dan belum mampu dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,
terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Adanya KETIDAK SEIMBANGAN antara kebutuhan dan pasokan
serta harga yang tidak terjangkau oleh MBR itu menjadi salah satu faktor
yang mendorong sebagian masyarakat mengisi lahan-lahan kosong yang
bukan milik mereka dan tidak sesuai dengan peruntukannya untuk
membangun rumah. Pembiaran itu menyebabkan kekumuhan kota
meningkat, perkembangan kota kedaerah pinggiran menjadi tidak
terkendali, dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien.
Pembangunan perumahan yang tidak terpadu dan terintegrasi dengan
infrastruktur kota juga menimbulkan permasalahan seperti pelayanan
infrastruktur tidak optimal, banjir, kemacetan, sanitasi buruk, dan harga
tanah yang tak terkendali.
Karena itu, perlu strategi atau pendekatan pembangunan
perumahan yang mampu mengurangi berbagai permasalahan tersebut.
Salah satu pendekatan yang dilakukan Kementerian Perumahan Rakyat,
seperti tercantum dalam UU No 4/1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, adalah pengembangan permukiman berbasis kawasan.
Pendekatan kawasan ini dibagi dua, yakni pengembangan permukiman
skala besar melalui pola pembangunan kasiba (kawasan siap bangun) dan
pengembangan permukiman berdasarkan pola lisiba BS (lingkungan siap
bangun berdiri sendiri). Secara teknis kasiba dan lisiba akan menampung
rumah dalam jumlah yang besar. Kasiba mampu memuat sekitar 3.000 -
10.000 unit, lisiba berkisar 1.000 -3.000 unit dan lisiba BS 1.000 - 2.000
unit.
2.2 Tujuan KASIBA dan LISIBA
1 Kasiba/Lisiba adalah alat untuk pengembagan ekonomi lokal dan alat
bagi perkembangan kota.
2 Kasiba/Lisiba adalah alat bagi penyediaan prasarana dan sarana yang
memenuhi pembakuan pelayanan serta sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah.
3 Kasiba/Lisiba alat untuk penyediaan kavling tanah matang beserta
rumah dengan pola hunian yang berimbang, terencana dan terjangkau
bagi seluruh lapisan masyarakat.
4 Kasiba/Lisiba adalah alat untuk pengendali harga tanah.

2.3 Kriteria KASIBA atau LISIBA


1 Penyelenggaraan meliputi :
a) Pembentukan panitia penetapan lokasi
b) Pembentukan Badan Pengelola
c) Perolehan tanah
d) Perencanaan dan pengawasan pembangunan
e) Penertiban dan pengawasan pembangunan
2 Kasiba untuk membangun 3000-10.000 unit
3 Lisiba untuk membangun 1000-3000 unit
4 Penyelenggara Lisiba yaitu badan usaha Pembangunan Perkim yang
dilakukan melalui kompetisi Persyaratan Kasiba dilengkapi jaringan
primer dan sekunder prasarana lingkungan

2.4 Kriteria LISIBA berdiri sendiri


1 Lisiba BS untuk membangun 1000-2000 unit
2 Penyelenggara Lisiba BS yaitu badan usaha pembangunan Perkim atau
masyarakat pemilik tanah dengan penunjukan oleh Kepala Daerah
3 Lokasi Lisiba BS ditetapkan dalam kawasan permukiman yang bukan
dalam skala besar pada kawasan perkotaan/kawasan tertentu yang terletak
dalam 1 Kabupaten/Kota
4 Persyaratan dan standar perencanaan Lisiba BS :
a) Persyaratan prasarana lingkungan dalam Lisiba BS
b) Persyaratan sarana lingkungan dalam Lisiba BS
c) Persyaratan utilitas umum dalam Lisiba BS
BAB III
STUDY CASE

KAJIAN PRAKTEK PENYELENGGARAAN LINGKUNGAN HUNIAN


SKALA BESAR DENGAN KASIBA DAN LISIBA DI INDONESIA
Dwi Rosnarti, Veronika Prabawasari

Praktek penyelenggaraan Lingkungan Hunian Skala Besar dengan Kasiba


di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2004 dengan merujuk pada PP No 80
Tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba. Kasiba wajib dilakukan pada Lingkungan
Hunian Skala Besar yang sudah terintegrasi dengan Tata Ruang kota. Sementara,
pembangunan Lingkungan Hunian Skala Besar di Indonesia belum dilakukan
secara terpadu dengan infrastruktur kota. Sehingga menimbulkan banyak
persoalan terutama penyediaan infrastruktur yang tidak optimal, sanitasi buruk,
dan harga tanah tak terkendali. Pemerintah sesuai amanat UU No.1 tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mendorong pengembangan
permukiman berbasis kawasan. Pemerintah melalui Kementrian PUPR tengah
merevisi PP No. 80 tahun 1999 agar lebih efektif, terarah dan berkelanjutan.
Pemerintah mengakui banyak kelemahan dalam implementasi penyelenggaraan
Lingkungan Hunian Skala Besar dengan Kasiba dan Lisiba terutama pada aspek
penyediaan lahan, pengelolaan dan jumlah unit yang terbangun. Lokasi
penyelenggaraan Lingkungan Hunian Skala Besar dengan Kasiba dan Lisiba
diperkotaan sudah tidak memungkinkan. Kota baru merupakan solusi dari
penyelenggaraan Lingkungan Hunian Skala Besar dengan Kasiba dan Lisiba di
Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

 Kesimpulan
Penyelenggaraan Pengelolaan Kasiba Badan Pengelola bertugas
menyelenggarakan Kasiba sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah
Daerah. Badan Pengelola dapat berupa Badan Usaha Milik Negara atau
Badan lain yang dibentuk Pemerintah untuk mengelola Kasiba termasuk
Badan Usaha Milik Daerah. Badan Pengelola diberikan tugas untuk
menyiapkan pemenuhan persyaratan penetapan Kasiba sebagaimana diatur
dalam PP No. 80 Tahun 1999.
Penyelenggaraan Pembangunan Kasiba Kasiba merupakan pendekatan
perencanaan pembangunan kawasan permukiman skala besar secara
menyeluruh dan terpadu yang dilaksanakan secara bertahap. Kasiba
digunakan dalam kontek pengembangan lingkungan hunian, pembangunan
lingkungan hunian baru, pembangunan kembali lingkungan hunian dalam
satu wilayah Kabupaten/Kota. Dalam menentukan lokasi Kasiba,
Pemerintah Daerah dapat melakukan dengar pendapat dengan masyarakat
sekitar lokasi yang akan ditetapkan menjadi Kasiba. Pemerintah Daerah
harus memperhatikan jumlah unit rumah yang dapat ditambung dalam 1
Kasiba sekurang-kurangnya 3.000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya
10.000 unit rumah dan jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam 1
Lisiba pada Kasiba sekurang-kurangnya 1.000 unit rumah dan sebanyak-
banyaknya 3.000 unit rumah.
 Saran
Penyelenggaraan Pengelolaan Kasiba menunjukkan Lembaga Pengelola
Lembaga Pengelola ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi dari
BUMN atau BUMD-BUMN atau BUMD. Apabila tidak ada BUMN atau
BUMD yang memenuhi persyaratan, maka Pemerintah
Kabupaten/Kota/Propinsi membentuk Badan Hukum lain yang ditugasi
untuk mengelola lingkungan hunian baru skala besar dengan persetujuan
DPRD.
DAFTAR PUSTAKA

Rosnarti, dkk. 2018. Kajian praktek penyelenggaraan lingkungan hunian skala


besar dengan kasiba dan lisiba di indonesia. Jurusan Arsitektur, FTSP,
Universitas Gunadarma Jakarta.

Republik Indonesia. 2013. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang


Kasiba dan Lisiba. Sekretariat Negara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai