(BIG)
Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 46. Cibinong 16911
BADAN INFORMASI
GEOSPASIAL Telepon. (021) 875 2062-2063. Faksimile. (021) 875 2064 PO. Box. 46 CBI
http://www.big.go.id
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2016-2019
Ditetapkan di Cibinong
KEPALA
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,
Visi BIG yang harus dicapai tahun 2019 adalah Menjadi integrator
penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan
Indonesia. BIG berupaya untuk selalu meningkatkan kontribusi dalam
mendukung pembangunan nasional melalui penyelenggaraan informasi geospasial
yang terintegrasi. Renstra BIG disusun dengan mempertimbangkan perkembangan
lingkungan eksternal serta lingkungan internal organisasi termasuk perubahannya
i
agar strategi yang disusun dapat diterapkan dengan baik dan menjawab
permasalahan bangsa. Hal ini dilakukan agar Renstra BIG tahun 2016 - 2019
realistis sehingga dapat diimplementasikan, sebab permasalahan utama dalam
pengelolaan strategi terletak pada pelaksanaan strategi tersebut.
Renstra ini merupakan deskripsi tentang apa yang ingin dicapai BIG melalui
serangkaian upaya strategis dan sistematis. Roadmap strategi serta standar kinerja
yang ditetapkan pada Renstra ini menjadi tolak ukur pencapaian BIG dari waktu
ke waktu hingga periode Renstra ini selesai. Keselarasan Renstra ini dengan Nawa
Cita yang tertuang dalam RPJMN tahun 2015 - 2019 serta kebijakan nasional lain
terkait BIG diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan khususnya di bidang informasi geospasial.
Akhirnya saya berharap Revitalisasi Renstra BIG tahun 2016 - 2019 ini
dapat menjadi awal yang baik bagi BIG untuk menyatukan tekad dan semangat
melalui kerja nyata. Kolaborasi antar elemen baik internal maupun eksternal BIG
menjadi kunci utama keberhasilan pelaksanaan Renstra ini, sehingga mampu
mewujudkan visi BIG tahun 2019 dalam rangka mencapai visi pembangunan
nasional.
Priyadi Kardono
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .................... 104
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Titik Kontrol yang Dirawat dan Dibangun BIG Periode 2013
2014 ....................................................................................................................... 13
Tabel 1.2 Peta RBI Skala Kecil dan Menengah untuk Kepentingan
Perencanaan Pembangunan. .................................................................................. 16
Tabel 1.3 Peta RBI Skala Besar untuk Kepentingan Penyusunan RDTR
Kabupaten/Kota dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota. ................................... 18
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan Target ...... 84
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.5 Distribusi Jaring Kontrol Pasang Surut Laut di Indonesia ............... 15
Gambar 1.8 Indeks Peta Rupabumi Skala 1:25.000 hingga Tahun 2014............. 17
Gambar 1.9 Indeks Peta Rupabumi Skala 1:50.000 hingga Tahun 2014............. 17
Gambar 1.10 Indeks Peta Rupabumi Skala 1:5.000 hingga Tahun 2014............. 19
Gambar 1.11 Indeks Peta Rupabumi Skala 1:10.000 hingga Tahun 2014........... 19
Gambar 1.19 Peta One Map Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut ..................... 26
vi
Gambar 1.23 Peta Multirawan Bencana Alam di Provinsi Jawa Tengah ............ 28
Nasional................................................................................................................. 91
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Renstra BIG yang telah disusun untuk periode 5 (lima) tahun tidak menutup
kemungkinan dapat mengalami perubahan, penyesuaian, maupun penguatan untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis organisasi yang terjadi
antara tahun 2015 hingga tahun 2019. Perubahan lingkungan strategis tersebut
umumnya diikuti dengan perubahan kebijakan (emerging strategy), baik di tingkat
nasional hingga tingkat Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/P).
Renstra ini adalah Renstra versi kedua yang merupakan bentuk revitalisasi
Renstra BIG dikarenakan terjadinya perubahan lingkungan eksternal. Renstra
versi pertama yang disusun sebelumnya masih menggunakan asumsi bahwa BIG
berada dibawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek Dikti). Hal ini berarti orientasi Renstra versi pertama lebih
mengarah kepada peran BIG sebagai salah satu Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian (LPNK) penelitian dengan fokus utama adalah melakukan penelitian
dalam mendukung riset, teknologi, dan pendidikan tinggi nasional. Kemudian
pada tahun 2016, BIG mengalami pergeseran peran dimana BIG tidak lagi berada
dibawah koordinasi Kemenristek Dikti, melainkan berpindah menjadi dibawah
koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kemen
1
PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kepala Bappenas). Hal
ini berarti bahwa peran BIG tidak lagi dominan dalam bidang penelitian,
melainkan lebih didorong kepada pemanfaatan informasi geospasial (IG) untuk
mendukung perencanaan pembangunan nasional berbasis kewilayahan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan suatu upaya revitalisasi terhadap Renstra BIG versi
pertama untuk disesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis maupun
perubahan kebijakan yang berdampak terhadap BIG.
2
1.1.1 Evaluasi Capaian Renstra BIG Terdahulu
3
d. Peraturan Kepala BIG Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Sistem Sertifikasi di Bidang Informasi Geospasial.
e. Peraturan Kepala BIG Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Lembaga Pengembangan Jasa Informasi Geospasial.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang.
g. Standar terkait penyelenggaraan IG, yaitu 25 Norma,
Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK), 4 (empat)
Standard Operating Procedure (SOP), 32 rancangan
standar nasional Indonesia (RSNI), dan 17 standar
nasional Indonesia (SNI).
4
d. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
e. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional
f. Kementerian Pertanian
g. Kementerian Kelautan dan Perikanan
h. Kementerian Kesehatan
i. Kementerian Perhubungan
j. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
k. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
l. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
m. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
n. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
o. BIG
p. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
q. Badan Pusat Statistik
r. Dinas Pendidikan
s. Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL
t. Direktorat Topografi TNI AD
5
Sesuai target capaian yang ditetapkan oleh Pimpinan
BIG, pada lingkup masyarakat sudah terdapat 4 organisasi
non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan satu peta.
Kedua organisasi non-pemerintah tersebut adalah The Nature
Conservancy, Wetlands International, Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (WALHI), dan Center for International
Foresty Research (CIFOR). The Nature Conservancy terlibat
dalam penyusunan Satu Peta Habitat Lamun Nasional.
Wetlands International terlibat dalam penyusunan Satu Peta
Penutup Lahan Nasional dan Satu Peta Mangrove Nasional.
WALHI turut berpartisipasi dalam membuat peta wilayah
masyarakat adat Dayak Tomun di Laman Kubung dan
Sekombulan (Kalimantan), dan CIFOR memetakan tentang
persebaran penjualan pasar berdasarkan ukuran pasarnya serta
jenis komoditi yang dijual, persebaran perdagangan NTFP
yang dikompokkan berdasarkan nilainya, dan intensitas
perdagangan NTFP di daerah
B. Penggunaan IG di lingkungan pemerintah dan masyarakat
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014 tentang Jaringan
Informasi Geospasial Nasional (JIGN) mengamanatkan agar setiap
K/L, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota menjadi simpul jaringan atau institusi yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pengumpulan,
pemeliharaan, pemutakhiran, pertukaran, dan penyebarluasan data
dan IG tertentu. Terkait dengan hal tersebut, dalam peraturan yang
sama, BIG ditunjuk sebagai penghubung simpul jaringan yang
memiliki tugas untuk membangun dan memelihara sistem akses
jaringan IGN. Dengan terintegrasinya simpul jaringan dalam satu
wadah Ina-Geoportal, diharapkan ketersediaan IG semakin
komprehensif dan siap pakai, serta lebih mudah diakses.
6
Hingga tahun 2014, sudah terdapat 16 K/L yang menjadi
simpul jaringan, namun baru 15 diantaranya yang sudah
terintegrasi dan IG yang dihasilkan dapat diakses melalui Ina-
Geoportal (http://tanahair.indonesia.go.id) seperti pada
Gambar 1. 1.
Gambar 1. 1 Ina-Geoportal
7
Sementara itu, satu simpul lainnya yang belum terkoneksi
adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
2) Pemerintah daerah yang terhubung sebagai simpul jaringan IG
Sejak tahun 2013, dalam kurun waktu 2 tahun, BIG
sudah berhasil menghubungkan sebanyak 114 simpul jaringan
daerah. Keseluruhan simpul jaringan tersebut tersebar di 11
provinsi, dengan komposisi 11 pemerintah daerah provinsi, 85
pemerintah daerah kabupaten, dan 18 pemerintah kota.
Keberhasilan tersebut dicapai BIG melalui penyelenggaraan
sosialisasi mengenai JIGN dan bimbingan teknis dalam rangka
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk menjadi
simpul jaringan.
8
Perbandingan capaian reformasi birokrasi BIG
tahun 2014 dan tahun 2015
70
60
50 26.63
Nilai komponen hasil
40
21.77 Nilai komponen pengungkit
30
20 33.97
23.37
10
0
Nilai 2014 Nilai 2015
9
ketersediaan IG yang dibutuhkan pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional maupun masyarakat pada umumnya.
10
yang baru terbentuk itu adalah PPIDS Universitas Diponegoro
di Provinsi Jawa Tengah, PPIDS Universitas Tanjungpura di
Provinsi Kalimantan Barat, dan PPIDS Universitas Udayana di
Provinsi Bali.
4) Kajian standar kompetensi kerja nasional/profesi bidang IG
Kajian tentang standar kompetensi kerja nasional/profesi
bidang IG dibutuhkan untuk menjadi dasar dalam penyusunan
peraturan Kepala BIG tentang sertifikasi penyedia jasa di
bidang IG. Kajian tersebut berisi: 1) ketentuan umum, seperti
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, kompetensi di
bidang IG, sertifikasi tenaga profesional di bidang IG,
sertifikat kompetensi di bidang IG, SKKNI bidang IG, standar
khusus, standar internasional, harmonisasi SKKNI, lembaga
sertifikasi kompetensi IG, dan akreditasi; dan 2) ketentuan
khusus, seperti tujuan dari sertifikasi kompetensi di bidang IG,
pengembangan sertifikasi kompetensi bidang IG yang meliputi
pengembangan standar kompetensi, pengembangan skema
sertifikasi di bidang IG, penerapan sertifikasi kompetensi di
bidang IG dan harmonisasi, serta pengakuan sertifikasi
kompetensi di bidang IG; dan 3) ketentuan lainnya, seperti
pembiayaan, pengawasan, serta sanksi administratif. Dimulai
pada tahun 2013, kajian ini selesai sesuai target pada tahun
2014. Saat ini telah disusun 6 (enam) standar kompetensi yang
terdiri dari standar kompetensi Survei Terestris, Hidrografi,
Fotogrametri, Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis,
dan Kartografi.
E. Cakupan IGD yang akurat dan terkini/mutakhir
Dalam UU Nomor 4 Tahun 2011, IGD diartikan sebagai IG
yang berisi tentang objek yang dapat dilihat secara langsung atau
diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah
dalam waktu yang relatif lama. Yang termasuk dalam kategori IGD
adalah:
11
1) Jaring kontrol geodesi (JKG) yang meliputi Jaring Kontrol
Horisontal Nasional (JKHN), Jaring Kontrol Vertikal Nasional
(JKVN), dan Jaring Kontrol Gayaberat Nasional (JKGN); dan
2) Peta dasar yang meliputi Peta Rupabumi Indonesia (RBI), Peta
Lingkungan Pantai Indonesia (LPI), dan Peta Lingkungan Laut
Nasional (LLN).
Penyelenggaraan IGD diharapkan dapat mendorong
terealisasinya sistem referensi geospasial tunggal yang menjamin
integritas penyelenggaraan IGT oleh berbagai pihak dan juga
memenuhi kebutuhan peta dasar dalam berbagai resolusi dan skala,
mencakup seluruh wilayah darat dan wilayah laut nasional, untuk
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan IGT.
12
Tabel 1.1 Titik Kontrol yang Dirawat dan Dibangun BIG Periode 2013
2014
13
b. Distribusi JKGN Orde 1 di Indonesia sampai dengan
tahun 2014
14
d. Distribusi Jaring Kontrol Pasang Surut Laut di Indonesia
sampai dengan tahun 2014
15
2) Cakupan wilayah dan kedetilan IG RBI sebagai acuan
penyelenggaraan IG
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005
2025 diamanatkan bahwa aspek kewilayahan (spasial) harus
diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan pembangunan
di semua tingkat pemerintahan. Tujuan diintegrasikannya
aspek kewilayahan dalam kerangka perencanaan pembangunan
adalah untuk mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan dan sinergi antar daerah dalam mencapai tujuan
nasional. Selanjutnya, untuk mendukung dijalankannya amanat
UU tersebut di atas, BIG melakukan kegiatan pemetaan dan
pemutakhiran peta RBI skala kecil dan menengah. Selama
periode 2013 2014, peta RBI skala kecil dan menengah yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Peta RBI Skala Kecil dan Menengah untuk Kepentingan
Perencanaan Pembangunan.
16
Gambar 1. 9 Indeks Peta Rupabumi Skala 1:25.000
hingga Tahun 2014.
17
skala ketelitian peta yang lebih besar. Untuk kepentingan
penyusunan RDTR Kabupaten/Kota dan Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota, sejak tahun 2013 BIG telah menghasilkan peta
RBI skala besar dengan rincian seperti tertera dalam Tabel 1.3
berikut.
18
Berikut daftar indeks peta RBI skala besar yang telah
dibuat oleh BIG:
a. Indeks Peta Rupabumi skala 1:5.000 hingga tahun 2014
19
Tujuan penggunaan peta LPI adalah untuk mendukung
perencanaan tata ruang pulau dan wilayah pesisir/pantai,
zonasi pesisir, pemetaan batas wilayah daerah, mitigasi
bencana, dan perencanaan pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, penggunaan peta LLN ditujukan untuk
mendukung perencanaan pembangunan sektor kelautan dan
ekonomi kawasan pulau-pulau kecil, pemetaan batas wilayah
daerah dan negara, mitigasi bencana, dan perencanaan
pembangunan infrastruktur. Terkait dengan pemetaan
lingkungan pantai Indonesia dan lingkungan laut nasional yang
dilakukan oleh BIG, pada tahun 2013 dan 2014 jumlah Peta
LPI dan LLN yang dihasilkan seperti terlihat pada Tabel 1.4
berikut.
Jumlah
Tahun Peta Skala Wilayah
NLP
20
a. Indeks Peta LPI hingga tahun 2014
21
batas wilayah negara juga dibutuhkan khususnya untuk
mengatasi masalah yang memerlukan penyelesaian diplomatik.
Dalam penentuan batas administrasi daerah, peran BIG
adalah mengekstrasi batas indikatif yang dibutuhkan dalam
penegasan batas daerah. Jika batas indikatif yang dihasilkan
BIG disetujui oleh daerah-daerah yang berbatasan, selanjutnya
berdasarkan batas indikatif tersebut, Kementerian Dalam
Negeri akan menegaskan/menetapkan batas wilayah daerah-
daerah yang berbatasan dengan mengeluarkan peta batas
definitif. Berikutnya, untuk dapat mengekstrasi batas indikatif
administrasi daerah, BIG melakukan pembuatan Peta Koridor
Kabupaten/Kota. Sebagai capaiannya, pada tahun 2013
dihasilkan 15 NLP segmen batas kabupaten dan 3 NLP segmen
batas provinsi di Provinsi Kalimantan Tengah, dan tahun 2014
dihasilkan 13 segmen batas kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan.
Dalam hal batas wilayah negara, Common Border Datum Reference Frame
(CBDRF) adalah titik acuan/referensi yang disepakati bersama oleh
negara-negara yang berbatasan untuk digunakan dalam pengelolaan
kawasan batas negara. Representasi dari titik-titik referensi batas wilayah
ini di lapangan adalah dalam bentuk tugu, monumen, atau pilar. Dalam
pemasangan pilar batas CBDRF, BIG melakukannya di 3 wilayah
perbatasan negara, yaitu Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Jumlah pilar batas negara yang terpasang di ketiga wilayah perbatasan
tersebut sejak awal tahun 2013 hingga akhir tahun 2014 telah melebihi
jumlah yang ditargetkan. Berikut detil jumlah pilar batas wilayah yang
BIG pasang antara tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada
Tabel 1.5.
22
(RI - RDTL)
Total 120 120
Sumber: Lakip BIG tahun 2013 dan 2014
23
c. Lokasi pemasangan pilar batas RI-RDTL
24
Gambar 1. 18 Peta JBM RI-Malaysia 26
25
Pada periode tahun 2013 2014, BIG berhasil membuat 6 IGT
terintegrasi. Produk IGT terintegrasi dihasilkan BIG melalui kerja
sama kelompok kerja IGT nasional. Sesuai arahan kebijakan satu
peta, proses pengintegrasian berbagai peta tematik sektoral (IGT)
mengacu pada IGD dan standar. Berikut keenam IGT terintegrasi
yang telah di-launch secara nasional dalam skema one map policy.
Gambar 1. 20 Peta One Map Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut
26
Gambar 1. 21 Satu Peta Karakteristik Laut Nasional
27
3) Peta Multirawan Bencana Alam
28
1.1.2 Evaluasi Capaian Reformasi Birokrasi (RB) BIG Gelombang II
29
Pada periode 2010-2014, pelaksanaan RMRB telah memasuki
gelombang II yang diatur dalam PermenPAN-RB No.20 Tahun 2010. Di
dalam RMRB gelombang II terdapat 8 area perubahan meliputi program
manajemen perubahan, program penataan peraturan perundang-undangan,
program penataan dan penguatan organisasi, program penataan tata
laksana, program penataan sistem manajemen SDM aparatur, program
penguatan pengawasan, program penguatan akuntabilitas kinerja, program
peningkatan kualitas pelayanan publik, serta satu program monitoring,
evaluasi, dan pelaporan.
30
Komposisi nilai reformasi birokrasi BIG pada tahun 2015 sebesar
60,61 terdiri dari nilai 33,97 untuk pencapaian program dan kegiatan yang
terdapat dalam komponen pengungkit serta 26,63 untuk pencapaian
komponen hasil yang merupakan representasi dari sasaran reformasi
birokrasi. Kedua komponen tersebut terlihat mengalami peningkatan
dibanding nilai tahun 2014, walaupun peningkatan capaian kedua
komponen tersebut tidak berarti seluruh sub-komponen mengalami
peningkatan. Secara keseluruhan, pencapaian reformasi birokrasi untuk
setiap program dapat digambarkan Gambar 1.27.
Nilai RB:
Kriteria hasil (40%) 60,61
(B)
Kapasitas dan Pemerintahan yang Kualitas
akuntabilitas bersih dan bebas pelayanan
organisasi (68,32%) KKN (55,23%) publik (74,50%)
Penataan sistem
Penguatan Peningkatan kualitas
manajemen SDM
pengawasan (36,22%) layanan publik (64,82%)
(73,22%)
31
kriteria hasil, kondisi pemerintahan yang bersih dan bebas KKN juga
masih berada dibawah indeks RB BIG tahun 2015, sehingga perlu
dioptimalkan melalui optimasi pelaksanaan kriteria pengungkit yang
terkait dengan kondisi tersebut.
32
5) Peta LPI khususnya di wilayah pantai yang berpotensi besar di
dalam pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat.
6) Peta lereng, penutup lahan, sistem lahan, seabed cover.
7) Atlas Nasional Indonesia, Atlas for Child, Atlas for Visually
Impairment.
8) Neraca sumber daya alam darat dan laut.
9) Data pemantauan pergerakan lempeng bumi.
10) Pemutakhiran jaringan geodesi nasional melalui teknologi GPS
selain Navstar GPS seperti Galileo, Glonass, dan lain-lain.
11) Environmental sensitivity indexes.
12) Sertifikasi profesi di bidang IG.
13) Kontribusi dalam pemetaan emisi gas karbon.
14) Pemetaan tata ruang kabupaten/ kota dan tata ruang kawasan.
15) Model spasial dinamis untuk perencanaan pembangunan.
16) Deskripsi geografi setiap pulau, desa, dan ekosistem.
17) Jaringan infrastruktur dan sistem peringatan dini tsunami
berupa stasiun GPS kontinyu dan stasiun pasang surut laut
digital.
1) Pelayanan prima.
2) Pelayanan secara elektronik (e-service).
3) Mendekatkan jarak antara produsen dengan pengguna melalui
pendirian Sentra Peta untuk penjualan produk.
4) Menjadikan produk BIG lebih terbuka dan mudah diakses
secara elektronik.
5) Pemberian tarif nol rupiah untuk produk yang dihasilkan BIG.
33
1) Peraturan perundang-undangan terkait dengan pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan (distribusi), dan
penggunaan IG.
2) Spesifikasi teknis berupa norma, standar, prosedur, dan kriteria
(NSPK).
34
Perencanaan kebutuhan pegawai yang dilakukan didahului dengan
melakukan analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan
hingga rencana distribusi pegawai ke masing-masing unit kerja.
Bahkan untuk evaluasi jabatan telah dilakukan pada seluruh unit kerja
yang ada di BIG. Proses penerimaan pegawai juga telah dilakukan
secara transparan, objektif, akuntabel serta bebas praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Selain itu, secara kualitas BIG telah
memiliki SDM yang kompeten di bidang informasi geospasial.
Beberapa tenaga ahli BIG di bidang informasi geospasial bahkan telah
mendapat pengakuan baik pada skala nasional maupun internasional.
Permasalahan pada aspek SDM yang dimiliki BIG saat ini
didominasi pada aspek pengelolaan SDM. Pengembangan pegawai
berbasis kompetensi (competency-based human resource
management) belum sepenuhnya diterapkan di seluruh unit kerja.
Hanya sebagian kecil unit kerja yang telah menerapkan pola
pengembangan pegawai berbasis kompetensi ini. Promosi jabatan
tinggi secara terbuka juga belum dilakukan dengan optimal di
lingkungan BIG, walaupun BIG telah menyusun kebijakan yang
mengatur pelaksanaan promosi jabatan tinggi secara terbuka di
lingkungan BIG. Pengelolaan kinerja individu secara terintegrasi
belum dilakukan di lingkungan BIG, sehingga pengukuran kinerja
individu masih dilakukan dengan menggunakan kehadiran pegawai.
Permasalahan lain terkait aspek SDM adalah kuantitas SDM.
Walaupun BIG memiliki SDM berkualitas di bidang informasi
geospasial sebagai potensi kekuatan, namun BIG menghadapi
permasalahan jumlah SDM. Berdasarkan analisis beban kerja yang
dilakukan, jumlah SDM BIG saat ini belum memenuhi jumlah SDM
yang dibutuhkan untuk menjalankan seluruh tugas dan fungsi BIG
secara optimal. Selain itu, Sistem Informasi Kepegawaian belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Salah satu penyebab utamanya adalah
sistem informasi tersebut belum dapat diakses secara optimal.
35
Terdapat beberapa permasalahan teknis maupun operasional dalam
implementasi sistem informasi tersebut.
b. Budaya Organisasi
36
dengan ekspektasi atau tidak dapat diselesaikan dalam waktu cepat,
serta sosialisasi dan internalisasi roadmap reformasi birokrasi belum
dilakukan untuk sebagian besar unit kerja.
Selain itu, sistem nilai yang telah dicanangkan BIG belum
terinternalisasi secara keseluruhan. Jika dilihat dari budaya organisasi,
kemampuan SDM BIG dalam beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi masih kurang dan masih perlu ditingkatkan. Penegakan aturan
disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai juga belum optimal
dilakukan pada sebagian besar unit kerja di lingkungan BIG. Hal ini
disebabkan permasalahan sosialisasi dan internalisasi serta
pengawasan yang belum dilakukan secara optimal.
c. Layanan Publik
37
Adapun dasar pembobotan nilai didapatkan dari keselarasan antara
implementasi layanan publik dengan kepatuhan terhadap amanat UU
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Berdasarkan penilaian
KemenPAN-RB, buruknya pencapaian 5 (lima) kriteria layanan publik
disebabkan karena terdapat ketidakmaksimalan dalam implementasi
masing-masing sub-kriteria.
38
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang mengamanatkan sistem
layanan sebaiknya dilakukan terpadu untuk kemudahan pelayanan
publik.
39
layanan publik Ina-Geoportal yang memberikan kemudahan akses
bagi pengguna, dan kepemilikian data public domain dalam berbagai
skala. Hal tersebut selaras dengan pasal 23 UU No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
d. Tata Laksana
Tata laksana/proses organisasi (business process) merupakan
sekumpulan aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Penataan tata laksana sangat perlu dilakukan untuk mengakomodasi
perubahan arah strategis organisasi dan merespon perubahan
lingkungan yang berasal dari dalam dan/atau luar organisasi. Tujuan
dilakukannya penataan tata laksana adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas manajemen organisasi sehingga birokrasi
yang professional, pelayanan optimal, dan masyarakat yang sejahtera
dapat dicapai.
40
IGD belum memenuhi kebutuhan dan sebagian besar IG belum
dimutakhirkan. Peta proses organisasi yang telah dimiliki oleh
sebagian kecil dari unit organisasi tersebut sebagian besar telah
dijabarkan dalam bentuk SOP yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi dari unit kerja. Peta proses bisnis yang telah
dijabarkan dalam bentuk SOP tersebut telah diterapkan oleh sebagian
besar unit kerja. Sayangnya, efisiensi dan efektivitas peta proses bisnis
dan prosedur operasional yang telah disusun dan diterapkan oleh unit
kerja belum dievaluasi secara berkala. Hal ini menyebabkan efisiensi
dan efektivitas serta hasil penerapan dari peta proses bisnis dan
prosedur operasional tidak dapat diketahui. Dengan demikian,
perbaikan terhadap proses bisnis dan prosedur operasional akan sulit
dilakukan karena tidak memiliki dasar/acuan yang valid.
41
pemanfaatan teknologi yang telah dilakukan BIG adalah menyediakan
stasiun pasang surut online yang mendukung Ina-TEWS (Tsunami
Early Warning System).
e. Pembuatan Kebijakan
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman
Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, penataan peraturan
perundang-undangan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah. Pengelolaan peraturan perundang-undangan
dikatakan efektif apabila tidak terdapat tumpang tindih dan
disharmonisasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah. Salah satu langkah untuk menghindari tumpang
tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan adalah
dengan melakukan harmonisasi. Harmonisasi peraturan perundang-
undangan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
42
Keterbukaan informasi publik diatur dalam UU Nomor 14
Tahun 2008. Dalam UU tersebut didefinisikan bahwa informasi publik
adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara
dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan UU
terkait serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Diungkapkan dalam UU tersebut bahwa keterbukaan informasi publik
merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik
terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala
sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.
43
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Oleh karena itu,
standar pelayanan publik yang ada harus memuat informasi mengenai
kejelasan biaya, waktu, dan persyaratan perijinan. Dalam hal ini, BIG
telah memiliki kebijakan mengenai standar pelayanan publik yang
jelas.
44
diambil oleh BIG. Saat ini, penelitian yang dilakukan oleh para
peneliti BIG belum sepenuhnya mendukung hal-hal tersebut karena
belum adanya kebijakan terkait penelitian.
f. Koordinasi
Kolaborasi yang sinergis antar seluruh unit kerja dibutuhkan
untuk menghasilkan kinerja yang optimal dalam mencapai tujuan
organisasi. Dalam mewujudkan kolaborasi yang sinergis tersebut,
dibutuhkan koordinasi yang baik antar seluruh unit kerja. Pada
kenyataannya, saat ini koordinasi antar beberapa unit kerja di BIG
masih belum optimal. Beberapa unit kerja masih bekerja tanpa
mempertimbangkan korelasi tugas dan fungsinya dengan unit kerja
lain. Dengan demikian, kinerja keseluruhan unit kerja menjadi tidak
optimal sehingga berpotensi tidak tercapainya tujuan organisasi.
Kolaborasi yang sinergis dengan pihak ekternal juga seringkali
diperlukan untuk mendukung ketercapaian tujuan organisasi. Sejalan
dengan itu, kolaborasi dengan pihak eksternal menjadi hal yang
penting untuk mendukung percepatan pembangunan jaringan
informasi geospasial nasional (JIGN) yang menyediakan IG yang
berkualitas, mudah diakses, dan mudah diintegrasikan untuk
keperluan pembangunan nasional. Untuk mendukung percepatan
45
pembangunan JIGN di daerah, BIG membutuhkan kolaborasi dengan
pihak yang akan menjadi perpanjangan tangannya dalam melakukan
penguatan kelembagaan penyelenggaraan IG.
46
1) Anggaran program dan kegiatan dialokasikan berdasarkan
tugas-fungsi unit kerja yang dilekatkan pada stuktur organisasi
(money follow function);
2) Anggaran dialokasikan dengan berorientasi pada kinerja (output
and outcome oriented); dan
3) Pengelolaan anggaran dilakukan secara fleksibel dengan tetap
menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages).
Dengan melihat inefektivitas dan inefisiensi pengalokasian
anggaran yang terjadi di BIG, dimana:
47
tanpa pengecualian; 2) wajar dengan pengecualian; 3) tidak wajar; dan
4) menolak memberikan opini. Terkait pernyataan profesional
pemeriksa atas hasil audit laporan keuangan tersebut, dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
tahun 2014 terdapat daftar opini BPK yang menunjukkan adanya
penurunan akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh BIG.
48
BIG sebagai lembaga pemerintah yang menerima mandat
penyelenggaraan IG berpotensi untuk mendukung pembangunan
sektor kemaritiman. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan muatan lebih besar pada penyelenggaraan IG sektor
kemaritiman dalam rencana strategis (Renstra) lembaga. Salah satu
langkah kongkret yang dapat dilakukan BIG dalam pencapaian renstra
yaitu dengan mengarahkan fokus penelitian ke bidang kemaritiman.
49
di ASEAN. Implementasi MRA tersebut akan berefek pada
liberalisasi jasa surveying geospasial di ASEAN dimana SDM IG di
Indonesia harus mempersiapkan diri dalam persaingan dengan SDM
IG ASEAN. Dengan adanya fenomena tersebut, BIG berpotensi
mengembangkan lembaga pelatihan nasional bidang survei dan
pemetaan karena hingga saat ini kebutuhan terhadap pengembangan
serta pengelolaan, termasuk di dalamnya sertifikasi, SDM bidang
survei dan pemetaan nasional.
50
3) Seluruh provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT);
4) Seluruh provinsi Maluku;
5) Seluruh provinsi Maluku Utara;
6) Sebagian provinsi Jawa Timur, dan
7) Keseluruhan pulau Papua
b. Ekonomi
51
potensi berupa peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia, khususnya
bagi sektor informasi geospasial di Indonesia.
52
Peran informasi geospasial di Indonesia semakin penting dan
strategis, khususnya bagi pembangunan nasional. Bahkan buku II
rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun
2015 2019 memuat peran informasi geospasial dalam sub bab
tersendiri. Dalam buku II nawacita tersebut dijelaskan bahwa
informasi geospasial dapat digunakan untuk pemerataan pembangunan
antar wilayah serta pembangunan ekonomi yang difokuskan pada
sektor pangan, energi, maritim dan kelautan, serta pariwisata. Hal ini
berdampak terhadap meningkatnya permintaan informasi geospasial
dasar (IGD) dan informasi geospasial tematik (IGT) pada skala yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional. Selain itu, informasi
geospasial juga dapat digunakan untuk mendukung kebijakan
percepatan pembangunan berbasis wilayah, seperti kebijakan
percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia, Kawasan
Strategis Nasional (KSN) dan lain sebagainya. Kontribusi yang dapat
diberikan adalah penyelenggaraan informasi geospasial dapat
difokuskan sebagai dasar dalam percepatan pembangunan berbasis
wilayah melalui program kerja sama maupun pelaksanaan program
lintas nasional, sehingga terjadi pergeseran prioritas informasi
geospasial ke skala besar sesuai dengan kebutuhan. Namun hal ini
juga memberikan tantangan khususnya bagi BIG dimana informasi
geospasial termutakhir skala besar belum tersedia sesuai kebutuhan.
53
biaya penyediaan informasi geospasial yang relatif tinggi dikarenakan
sedikitnya penyedia informasi geospasial.
c. Sosial
54
yang optimal dengan berbagai K/L/P terkait dalam mendorong
penyediaan dan integrasi informasi geospasial.
d. Teknologi
55
Pada awalnya penggunaan terbesar dari drone ini adalah di
bidang militer, tetapi saat ini drone justru menjadi popular untuk
teknologi akuisisi data citra. Pemotretan udara dengan menggunakan
drone menjadikan data yang diperoleh lebih detil, real time, cepat, dan
lebih murah. Hal ini tentunya menjadi peluang besar bagi BIG dalam
rangka menyediakan data geospasial yang akurat, cepat, dan
komprehensif. Di sisi lain, ada hal yang perlu menjadi perhatian
khusus oleh BIG dengan berkembangnya teknologi akuisisi data
tersebut. Salah satunya adalah sampai saat ini Indonesia belum
memliliki standar akurasi geometris yang dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan data geospasial.
56
terkait lokasi spesifik dalam melengkapi data maupun informasi
geospasial.
57
big data yang lengkap dan komprehensif memungkinkan BIG untuk
menggunakan kekuatan analisis pola untuk pengambilan keputusan
terkait pengembangan produk sesuai kebutuhan pengguna.
e. Lingkungan Hidup
58
pemanfaatan dan kelestariannya. Konsep pembangunan ekonomi hijau
(green economy development) tersebut mendorong penggunaan IG
untuk pengelolaan dan pemanfaatan SDA yang lebih optimal. Oleh
karenanya, BIG dituntut untuk dapat memastikan ketersediaan IG
terintegrasi yang merepresentasikan inventarisasi, kondisi/cadangan,
alokasi, dan informasi lainnya terkait SDA oleh K/L/P yang
berwenang (wali data).
f. Regulasi
59
perencanaan pembangunan di semua tingkat pemerintahan serta PP
Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Ruang
60
peningkatan permintaan asistensi/konsultasi terkait teknis pemetaan
ruang dan rupabumi oleh K/L/P. Peningkatan ini tidak hanya dari segi
kuantitas, tapi juga kualitas karena mengingat posisi informasi
geospasial yang strategis dalam pembangunan. Seperti yang
diamanatkan dalam Undang-Undang bahwa informasi geospasial yang
disediakan harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
61
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Disamping itu,
PP Nomor 6 tahun 2012 menyatakan bahwa kebutuhan nasional data
citra satelit resolusi tinggi harus menggunakan data citra yang di
terima oleh lembaga terkait. Dengan demikian, terdapat indikasi
ketergantungan BIG dalam hal pengumpulan data citra satelit pada
K/L/P sehingga dapat menghambat penyelenggaraan informasi
geospasial oleh BIG.
62
Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan
keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting
negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Hal ini tertuang
dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik. Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi
pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan
bagian penting bagi ketahanan nasional.
a. Kekuatan
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh BIG adalah sebagai
berikut:
63
1) Perencanaan kebutuhan pegawai telah dilakukan sesuai
kebutuhan, didahului dengan analisis jabatan, analisis beban
kerja hingga rencana distribusi pegawai.
2) Proses penerimaan pegawai juga telah dilakukan secara
transparan, objektif, akuntabel serta bebas praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN).
3) Evaluasi jabatan telah dilakukan pada seluruh unit kerja yang
ada di BIG.
4) BIG telah memiliki SDM yang kompeten di bidang informasi
geospasial.
5) Beberapa tenaga ahli BIG di bidang informasi geospasial telah
mendapat pengakuan baik pada skala nasional maupun
internasional.
6) BIG telah memiliki tim reformasi birokrasi sebagai tim
perubahan organisasi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di
lingkungan BIG.
7) Harmonisasi terhadap peraturan perundang-undangan melalui
tahap identifikasi, analisis, dan pemetaan serta revisi terhadap
seluruh peraturan perundang-undangan terkait dengan informasi
geospasial yang tidak harmonis telah dilakukan dengan baik.
8) BIG telah memiliki kebijakan keterbukaan informasi publik
berupa Peraturan Kepala BIG Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik Di BIG.
9) Memiliki kebijakan mengenai:
a. penanganan pengaduan masyarakat, dan
b. standar pelayanan yang jelas.
10) Sebagian besar jenis layanan sudah memiliki SOP untuk
pelayanan.
11) Tindak lanjut atas pengaduan pelayanan telah dilakukan untuk
sebagian besar pengaduan yang ada.
12) Sebagian besar layanan sudah memanfaatkan teknologi
informasi.
64
13) Mekanisme layanan publik sudah dibuat melalui Ina-Geoportal,
dimana hal ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat yaitu
kemudahan akses.
14) BIG memiliki data yang bersifat public domain dalam berbagai
skala.
15) Sebagian besar peta proses organisasi telah dijabarkan dalam
bentuk SOP.
16) SOP telah diterapkan oleh sebagian besar unit kerja.
17) BIG selaku Lembaga Pemerintah Non Kementerian saat ini
sudah memiliki rencana pengembangan e-Government di
lingkungan instansi.
18) BIG telah memiliki infrastruktur informasi geospasial dengan
kapasitas dan kapabilitas yang terbaik di Indonesia.
19) BIG memiliki stasiun pasang surut online yang mendukung Ina-
TEWS (Tsunami Early Warning System).
20) Terselenggaranya kerja sama dengan perguruan tinggi melalui
pembangunan PPDIS dalam rangka penguatan kelembagaan di
daerah.
b. Kelemahan
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh BIG adalah sebagai
berikut:
65
6) Tim reformasi birokrasi yang merupakan tim perubahan belum
melaksanakan sebagian besar tugas sesuai rencana kerja tim
reformasi birokrasi BIG, termasuk belum melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana kerja.
7) Agen perubahan sebagai perpanjangan tangan tim perubahan di
unit kerja belum dibentuk secara formal.
8) Roadmap reformasi birokrasi BIG belum dilakukan secara
optimal terkait:
a. Quick wins yang tidak sesuai dengan ekspektasi atau tidak
dapat diselesaikan dalam waktu cepat.
b. Sosialisasi dan internalisasi roadmap reformasi birokrasi
belum dilakukan untuk sebagian besar unit kerja.
9) Kemampuan SDM BIG dalam beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi masih kurang dan masih perlu ditingkatkan.
10) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai juga
belum optimal dilakukan pada sebagian besar unit kerja di
lingkungan BIG.
11) Sosialisasi dan internalisasi serta pengawasan belum dilakukan
secara optimal.
12) Belum melaksanakan monev terkait pelaksanaan kebijakan
keterbukaan informasi publik, dan penataan peraturan
perundang-undangan.
13) Belum membuat kebiijakan tentang penanganan gratifikasi.
14) Penelitian yang dilakukan BIG belum sepenuhnya mendukung
perbaikan pelayanan publik dan kebijakan strategis BIG.
15) Hanya sebagian kecil jenis layanan yang telah disosialisasikan
dibandingkan dengan keseluruhan standar pelayanan yang ada.
16) Reviu dan perbaikan atas standar pelayanan belum dilakukan
secara berkala dan/atau tidak melibatkan stakeholders, misalnya
reviu terhadap perbaikan & SOP pelayanan.
17) Hanya sebagian kecil sosialisasi/pelatihan yang dilakukan dalam
upaya penerapan budaya pelayanan prima.
66
18) Pelaksanaan layananan publik belum menerapkan sistem reward
and punishment sesuai standar.
19) Layanan terpadu hanya mencakup sebagian kecil pelayanan.
20) SOP pengaduan pelayanan yang tersedia belum memenuhi
seluruh kebutuhan pengaduan pelayanan.
21) Evaluasi atas penanganan keluhan belum dilakukan secara
berkala.
22) Survey kepuasan masyarakat terhadap layanan BIG tidak
dilakukan secara berkala.
23) Hasil survey kepuasan masyarakat tidak dapat diakses.
24) Perbaikan terhadap teknologi informasi yang digunakan dalam
pelayanan publik belum dilakukan secara terus menerus.
25) Mekanisme pembayaran online (e-payment) belum terfasilitasi
dengan baik.
26) Sosialisasi kepada pengguna tentang PP tarif terkait produk dan
jasa yang dilayani belum dilaksanakan secara optimal dan
menyeluruh.
27) Hanya sebagian kecil unit organisasi yang sudah memiliki peta
proses organisasi sesuai dengan tugas dan fungsi.
28) Efisiensi dan efektivitas peta proses bisnis dan prosedur
operasional yang telah disusun dan diterapkan oleh unit kerja
belum dievaluasi secara berkala.
29) Sebagian besar IG belum temutakhirkan.
30) Kemampuan BIG dalam menghasilkan IGD belum memenuhi
kebutuhan.
31) Koordinasi antar unit kerja di BIG belum optimal.
32) Unit kerja masih bekerja tanpa mempertimbangkan korelasi
tugas dan fungsinya dengan unit kerja lain.
33) Saat ini pengalokasian anggaran di BIG belum memenuhi
prinsip penganggaran berbasis kinerja.
34) Opini BPK yang menunjukkan adanya penurunan akuntabilitas
pengelolaan keuangan oleh BIG.
67
35) Penyerapan anggaran BIG belum optimal dibandingkan dengan
LPNK yang berada di bawah pembinaan Kemenristek Dikti
(peringkat 6 dari 7).
c. Peluang
Peluang-peluang yang dapat diambil oleh BIG adalah sebagai
berikut:
68
11) BIG dapat mengarahkan fokus penelitian ke bidang kemaritiman
untuk mendukung perencanaan pembangunan Indonesia.
12) BIG berpotensi untuk mendukung pembangunan sektor
kemaritiman dengan memberikan muatan lebih besar pada
penyelenggaraan IG sektor kemaritiman dalam rencana strategis
(Renstra) lembaga.
13) Jika BIG berada dibawah Kementrian PPN peran koordinasi
akan lebih kuat, terutama dalam mendukung pelaksanaan
nawacita.
14) BIG menjadi pembina bagi penyelenggara IG nasional yang
menjadi acuan bagi penyelenggara IG nasional yang terintegrasi.
15) BIG dapat melakukan langkah-langkah percepatan penyediaan
kajian teknis yang akan menjadi dasar perundingan batas
wilayah laut negara.
16) IG yang dihasilkan BIG berpotensi menjadi bahan/sumber
negosiasi bagi klaim perluasan wilayah laut Indonesia.
17) IG akan menjadi salah satu landasan dalam perencanaan
pembangunan nasional.
18) BIG sebagai penyelenggara IG nasional berpotensi untuk
melakukan identifikasi zona maritim Indonesia sebagai masukan
strategis terkait geostrategi dan geopolitik terhadap kedaulatan
Indonesia.
19) BIG berpotensi mengembangkan lembaga pelatihan nasional
bidang survey dan pemetaan.
20) Meningkatnya kebutuhan terhadap pengembangan serta
pengelolaan, termasuk di dalamnya sertifikasi, SDM bidang
survey dan pemetaan nasional.
21) BIG menjadi pembina bagi penyelenggara IG nasional yang
menjadi acuan bagi penyelenggara IG nasional yang terintegrasi
22) Informasi geospasial yang dikeluarkan oleh BIG dapat menjadi
acuan bagi penyelenggara informasi geospasial baik dari
pemerintahan, perseorangan, dan swasta.
69
23) BIG dapat menggunakan Unmanned Aerial Vehichle (UAV)
untuk pengambilan data geospasial, sehingga data yang
dihasilkan oleh BIG semakin lengkap, komprehensif, dan
berkualitas tinggi.
24) BIG dapat memanfaatkan fasilitas GNSS yang terdapat dalam
smartphone dalam melakukan akuisisi data geospasial,
25) BIG dapat memperluas layanannya ke platform mobile,
sehingga layanan publik yang diberikan semakin luas, dan
komprehensif.
26) BIG dapat menggunakan aplikasi open source dan standar-
standar penyelenggaraan IG (open standard).
27) Lengkap dan komprehensifnya data yang dimiliki
memungkinkan BIG untuk mengambil keputusan terkait
pengembangan produk berdasarkan analisis tren kebutuhan
konsumen.
d. Tantangan
Tantangan-tantangan yang dimiliki oleh BIG adalah sebagai
berikut:
70
divalidasi sehingga mempengaruhi kualitas informasi geospasial
yang diberikan.
6) Dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang beririsan
dengan peran BIG memungkinkan tugas dan fungsi BIG diambil
alih oleh K/L/P lain.
7) Ketergantungan BIG dalam hal pengumpulan data citra satelit
pada K/L/P lain sehingga dapat menghambat penyelenggaraan
informasi geospasial oleh BIG.
8) Terdapat potensi produk informasi geospasial dari BIG tidak
bisa dimanfaatkan pengguna (karena keterlambatan &
kelambatan penyediaan, kesulitan akses, dll).
9) BIG belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan peta batas wilayah
negara terkait peta pulau-pulau kecil terluar dan wilayah
administrasi nasional.
10) Pencapaian target BIG dalam hal pemetaan rupabumi belum
optimal.
11) Pencapaian target BIG dalam hal pemetaan lingkungan pantai
belum optimal.
12) Integrasi IGT belum selesai dilakukan.
13) Penetapan wali data belum selesai dilakukan.
14) Indonesia belum memliliki standar akurasi geometris yang dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan data geospasial.
15) BIG harus mampu melakukan positioning dan menentukan
peran serta tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan informasi
geospasial skala nasional.
16) BIG agar dapat mengembangkan potensi dalam memproduksi
peta 3D bahkan peta 4D, khususnya peta geospasial tematik,
sehingga layanan yang diberikan kepada customer semakin
komprehensif.
17) BIG harus dapat mengembangkan infrastruktur dan kompetensi
sehingga potensi yang dimiliki dari data yang besar tersebut
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.
71
18) IG yang dihasilkan BIG belum dapat diakses secara optimal oleh
pengguna (khususnya dari daerah).
19) Perlunya membangun koordinasi yang optimal dengan berbagai
K/L/P terkait dalam mendorong penyediaan dan integrasi
informasi geospasial.
20) BIG sebagai penyelenggara IG harus mendorong penyediaan IG
yang mengacu pada satu referensi, satu standar, satu basis data,
dan satu geoportal (one map policy) agar IG yang disediakan
oleh berbagai konsesi dapat dipertanggungjawabkan dan
diintegrasikan.
21) BIG dituntut untuk dapat memastikan ketersediaan IG
terintegrasi yang merepresentasikan inventarisasi,
kondisi/cadangan, alokasi, dan informasi lainnya terkait SDA
oleh K/L/P yang berwenang (wali data).
22) BIG harus memastikan ketersediaan data center yang dapat
menghadapi tantangan kapasitas IG yang terus bertumbuh.
72
Kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dimiliki BIG
menjadi dasar disusunnya strategi yang akan diimplementasikan BIG
dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Strategi-strategi tersebut adalah
strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T. Strategi S-O
merupakan strategi yang dibuat dengan memanfaatkan kekuatan (strength)
internal yang dimiliki BIG untuk mengambil keuntungan dari peluang
(opportunity) eksternal yang ada. Strategi S-O tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.7.
STRENGTHS
STRATEGI S-O
a. Membangun kerja sama strategis dengan perguruan tinggi
dalam rangka pengembangan lembaga pelatihan nasional
di bidang penyelenggaraan informasi geospasial.
b. Mengoptimalkan pola rekrutmen SDM BIG sesuai dengan
prinsip Sistem Merit (UU 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara).
c. Menyempurnakan proses organisasi penyelenggaraan IG
OPPORTUNITIES
BIG.
d. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SI/TI dalam
mendukung layanan public.
e. Membangun kerja sama strategis dengan K/L/P dalam
rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi
geospasial.
f. Menyusun rencana induk penelitian yang selaras dengan
Renstra BIG.
g. Mengembangkan mobile application untuk pengumpulan
data geospasial dan penyebarluasan informasi geospasial.
73
Strategi W-O merupakan strategi yang disusun dengan
mengatasi kelemahan (weakness) internal BIG untuk mengambil
keuntungan dari peluang (opportunity) eksternal yang ada. Strategi
W-O tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.8.
WEAKNESSES
STRATEGI W-O:
a. Mengoptimalkan pola pengembangan SDM BIG sesuai
dengan prinsip Sistem Merit (UU 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara).
b. Meningkatkan koordinasi dengan K/L/P dalam rangka
optimasi pengumpulan data geospasial.
c. Menerapkan manajemen perubahan di lingkungan BIG
OPPORTUNITIES
74
Strategi S-T merupakan strategi yang disusun dengan
memanfaatkan kekuatan (strength) yang dimiliki BIG untuk
menghadapi tantangan/ancaman (threat) yang berasal dari
lingkungan eksternal BIG. Strategi S-T tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.9.
STRENGTHS
STRATEGI S-T:
a. Mengalihdayakan pengembangan peta IGT 3D dan 4D
kepada pihak ketiga.
b. Membuat kebijakan yang relevan dengan kebutuhan
penyelenggaraan IG.
c. Menyusun human resource master plan SDM
informasi geospasial nasional yang memberi nilai
tambah.
d. Meningkatkan employee engagement.
e. Melakukan harmonisasi tusi dengan K/L terkait dalam
THREATS
75
Strategi W-T merupakan strategi yang disusun dengan
mengatasi kelemahan (weakness) internal BIG untuk menghadapi
tantangan/ancaman (threat) yang berasal dari lingkungan eksternal
BIG. Strategi W-T tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.10.
WEAKNESSES
STRATEGI W-T:
a. Menyelaraskan rencana induk TIK dengan rencana
strategis BIG.
b. Meningkatkan koordinasi internal dan eksternal dalam
THREATS
76
BAB 2
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
2.1 Visi
77
kebutuhan pengguna dan mampu membuat terobosan kreatif
(creative breakthrough) sebagai upaya menjadi penggerak utama
penyelenggaraan informasi geospasial.
2.2 Misi
78
jati diri organisasi. Misi dibuat untuk membangun kesamaan gerak dan
komitmen seluruh elemen organisasi. Berdasarkan hasil focus group
discussion (FGD) dalam rapat pimpinan BIG, maka misi BIG adalah:
79
informasi geospasial yang dimiliki BIG selalu dapat mengikuti
perubahan kebutuhan IG nasional dengan kualitas terbaik.
Infrastruktur IG yang dimaksud adalah kebijakan, kelembagaan,
teknologi, standar, dan sumber daya manusia. Dengan kapasitas dan
kapabilitas penyelenggaraan IG yang terus-menerus meningkat,
maka penyelenggaraan IG dapat berjalan dengan optimal.
2.3 Tujuan
80
1) Terwujudnya penyelenggaraan informasi geospasial yang
mengacu kepada satu referensi tunggal, satu standar, satu
database dan satu geoportal.
Penyelenggaraan IG dikatakan sudah optimal dan dilaksanakan
secara efektif dan efisien jika memenuhi 4 (empat) kondisi. Kondisi
pertama adalah penyelenggaraan IG mengacu kepada satu referensi
tunggal, yaitu Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) untuk
pembuatan peta serta Informasi Geospasial Dasar (IGD) sebagai
landasan dalam membuat Informasi Geospasial Tematik (IGT).
Kondisi kedua adalah penyelenggaraan IG mengacu kepada satu
standar, yaitu standar penyelenggaraan IG yang dikeluarkan oleh
BIG. Kondisi ketiga adalah penyelenggaraan IG harus mengacu
kepada satu database geospasial yang sama, dalam hal ini adalah
Katalog Unsur Geografi Indonesia (KUGI). Sementara kondisi
keempat adalah penyelenggaraan IG harus mengacu kepada satu
geoportal yang sama, yaitu Ina-Geoportal yang dikelola oleh BIG.
81
2.4 Sasaran Strategis
Dalam rangka menghindari multi tafsir atas sasaran strategis yang masih
bersifat strategis, maka perlu diterjemahkan ke dalam rencana aksi. Salah satu
tools yang dapat digunakan dalam menerjemahkan strategi menjadi rencana aksi
adalah Balanced Scorecard (BSC). Mengacu pada strategi yang telah disusun,
maka dengan menggunakan BSC, peta strategi BIG dapat dilihat pada Gambar
2.1.
82
PETA STRATEGI BSC KEPALA BIG (LEVEL 0)
STAKEHOLDER
PERSPECTIVE
SS1. Meningkatnya pemanfaatan IG
dalam pelaksanaan agenda prioritas
nasional berbasis kewilayahan (Nawa
Cita)
PERSPECTIVE
REVOLUSI MENTAL
SS10. Terselenggaranya Reformasi Birokrasi Badan Informasi Geospasial (BIG) sesuai roadmap
Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) 2015 - 2019
83
Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Sasaran Strategis, dan Target
Target
Sasaran Strategis IKSS SAT
2016 2017 2018 2019
STAKEHOLDER PERSPECTIVE
Meningkatnya Rasio program
pemanfaatan prioritas
IG dalam pembangunan
pelaksanaan nasional yang
S
agenda memanfaatkan
S 1 % 23% 26% 29% 32%
prioritas IG terhadap total
1
nasional program prioritas
berbasis pembangunan
kewilayahan nasional pada
(Nawa Cita). tahun berjalan.
CUSTOMER PERSPECTIVE
Jumlah integrasi
Terwujudnya 17/8 53/8 85/8
IGT seluruh 77/85
integrasi IG 5 5 5
provinsi (34 tema
S dalam tema tema tema
provinsi) yang Jum- per 2
S pemenuhan 2 per 1 per 2 per 3
dihasilkan untuk lah
wila- wila-
wila-
wila-
2 kebutuhan yah
mendukung yah yah yah
pembangunan ***
pembangunan * ** ****
nasional.
nasional.
Meningkatnya
Indeks kepuasan
S kepuasan Skala
pengguna
S pengguna 3 likert 4 4 4 4
terhadap produk
3 produk dan 1-5
dan layanan BIG.
layanan BIG.
84
Target
Sasaran Strategis IKSS SAT
2016 2017 2018 2019
Rasio IG yang
Terwujudnya
sesuai dengan
satu database
S Katalog Unsur
geospasial yang
S 6 Geografi Indonesia % 10% 15% 30% 50%
menjadi acuan
6 (KUGI) terhadap
penyelenggara-
seluruh IG yang
an IG
dikeluarkan K/L/P
Pemenuhan
Service Level
7 Agreement (SLA) % 95% 96% 97% 99%
Terwujudnya layanan INA-
satu geoportal Geoportal BIG.
S
yang menjadi
S 8 Tingkat
7 acuan
penyelengga- penerimaan
raan IG pengguna (user
% 80% 85% 90% 95%
acceptance)
terhadap konten
INA-Geoportal.
Rasio inovasi,
teknologi, metode,
dan/atau
Dimanfaatkann metodologi yang
ya inovasi, dimanfaatkan
teknologi, untuk
S metode, dan mempercepat
S metodologi 9 penyelenggaraan % 5% 5% 5% 5%
8 dalam IG dibanding total
mempercepat inovasi, teknologi,
penyelengga- metode, dan/atau
raan IG metodologi
penyelenggaraan
IG yang
dihasilkan.
Rasio K/L/P
Meningkatnya penyelenggara IG
kepatuhan yang patuh
S penyelengga- terhadap standar
1
S raan IG sesuai terkait % 15% 20% 25% 30%
0
9 standar penyelenggaraan
penyelengga- IG terhadap total
raan IG K/L/P
penyelenggara IG
85
Target
Sasaran Strategis IKSS SAT
2016 2017 2018 2019
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
Terselenggara
nya Reformasi
Birokrasi
Badan
Informasi
S Geospasial 71,0 81,0
S Nilai Reformasi Nilai 83,19 85,3
(BIG) sesuai 11 9 4
1 Birokrasi BIG RB (A) (A)
0 roadmap (BB) (A)
Reformasi
Birokrasi
Nasional
(RBN) 2015 -
2019
1) Kolaborasi (SI)
Sistem nilai ini bermakna bahwa setiap individu di BIG harus
mampu berkolaborasi satu sama lain dalam menyelesaikan tugas dan
fungsinya maupun dalam mengatasi setiap hambatan dan
permasalahan yang ada. Kolaborasi berarti antar pihak yang
berkolaborasi harus berperan aktif dan saling mendukung satu sama
lain dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Adaptif (A)
Sistem nilai ini bermakna bahwa setiap individu di BIG harus
mampu adaptif, yaitu secara cepat mampu menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi. Adaptif bermakna luas, dimana penyesuaian
86
perubahan yang terjadi tidak hanya dalam konteks individu namun
juga dalam konteks organisasi.
3) Profesional (P)
Sistem nilai ini bermakna bahwa setiap individu di BIG harus
mampu mengerjakan seluruh pekerjaan sesuai profesi yang dimiliki
dengan kompetensi dan integritas yang tinggi.
87
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
88
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
89
d. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
f. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa.
i. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
90
VISI DAN MISI REPUBLIK INDONESIA
NAWA CITA
DIMENSI PEMERATAAN DAN
DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN
MANUSIA SEKTOR UNGGULAN
Pemerataan antar kelompok
Revolusi mental Kedaulatan pangan pendapatan
Pembangunan pendidikan Kedaulatan energi dan Perbatasan negara dan daerah
Pembangunan kesehatan ketenagalistrikan ter@nggal
Pembangunan perumahan dan Kemari@man dan kelautan Pembangunan pedesaan dan
pemukiman Pariwisata perkotaan
Kawasan industri dan Pengembangan konek8vitas
kawasan ekonomi khusus nasional
91
1. Menyediakan informasi geospasial untuk konektivitas (tol) laut serta
pembangunan/pengembangan pelabuhan.
2. Menyediakan informasi geospasial seluruh pulau di wilayah NKRI.
3. Menyediakan informasi geospasial batas laut NKRI sebagai dasar
dalam melakukan perundingan batas laut.
4. Menyediakan informasi geospasial tata ruang laut dan zona pesisir
untuk kepentingan tata ruang, konservasi serta rehabilitasi laut dan
lingkungan pantai.
92
dan ketertiban, politik dan demokrasi serta tata kelola dan reformasi
birokrasi. Kebutuhan informasi geospasial dalam mewujudkan ketiga
prasyarat pembangunan nasional tersebut harus selalu dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan.
93
Outcome/impact nasional yang ingin diwujudkan oleh BIG
berdasarkan kontribusi BIG bagi pembangunan nasional adalah
pemanfaatan informasi geospasial untuk 5 (lima) aspek, yaitu:
1. Mewujudkan kedaulatan pangan.
2. Mewujudkan kedaulatan kemaritiman dan kelautan.
3. Mewujudkan pembangunan kawasan industri dan kawasan ekonomi
khusus (KEK).
4. Mewujudkan pembangunan pedesaan.
5. Mewujudkan kedaulatan daerah perbatasan.
94
Berdasarkan kerangka strategi tersebut, maka arah kebijakan BIG 5
(lima) tahun kedepan adalah:
a. Optimasi penyelenggaraan informasi geospasial terintegrasi
sesuai agenda prioritas nasional
95
ekonomi khusus, pembangunan pedesaan serta kedaulatan
wilayah perbatasan.
96
sarana dan prasarana yang digunakan untuk memperlancar
penyelenggaraan IG. Infrastruktur IG terdiri atas kebijakan,
kelembagaan, teknologi, standar, dan sumber daya manusia.
Strategi peningkatan aksesabilitas dan kehandalan infrastruktur
IG dilakukan melalui:
Standardisasi penyelenggaraan IG sebagai perwujudan
implementasi IG satu standar.
Optimasi aktifitas dan konektivitas simpul jaringan
nasional sebagai enabler penyelenggaraan IG nasional.
Mewujudkan satu database dan satu geoportal dalam
penyelenggaraan IG nasional sebagai bagian dari
implementasi kebijakan satu peta.
97
Reformasi birokrasi BIG merupakan upaya komprehensif dalam
memperkuat kapasitas dan kapabilitas BIG. Program reformasi
birokrasi BIG terdiri dari 8 (delapan) program serta 1 (satu)
monitoring dan evaluasi (monev), meliputi program manajemen
perubahan, program penataan peraturan perundang-undangan,
program penataan dan penguatan organisasi, program penataan tata
laksana, program penataan sistem manajemen SDM aparatur, program
penguatan pengawasan, program penguatan akuntabilitas kinerja serta
program peningkatan kualitas layanan publik.
98
dilakukan terpusat sedangkan pelaksanaan reformasi
birokrasi BIG dilakukan pada tingkat Satuan Kerja atau
unit kerja eselon II (Pusat dan Biro).
Menentukan layanan publik unggulan BIG.
Optimasi pemanfaatan TIK dalam reformasi birokrasi BIG
melalui perluasan pemanfaatan e-Government BIG.
2) Memperkuat peran dan fungsi inspektorat dalam
meningkatkan pengawasan internal dan akuntabilitas
pemerintahan
99
Seluruh arah kebijakan dan strategi yang ditetapkan memiliki prioritas
pelaksanaan yang berbeda. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki BIG
menyebabkan BIG perlu menyusun prioritas tersebut kedalam sebuah
roadmap strategi BIG, seperti ditunjukkan pada Error! Reference source
not found..
Meningkatnya
Terintegrasinya IGT aksesibilitas dan
Meningkatnya akurasi
sesuai kebutuhan kehandalan
dan ketersediaan IGD
pembangunan infrastruktur informasi
nasional. geospasial
100
penelitian terapan (applied research). Prioritas selanjutnya sebelum visi
tercapai adalah terintegrasinya IGT sesuai kebutuhan pembangunan
nasional, meningkatnya aksesibilitas dan kehandalan infrastruktur informasi
geospasial, serta meningkatnya akurasi dan ketersediaan IGD. Jika
digambarkan berdasarkan waktu, maka roadmap strategi BIG 5 (lima) tahun
kedepan dapat digambarkan berikut ini.
vem
ent
2019
us Im pro 2018 Visi BIG : Menjadi integrator
penyelenggaraan informasi
+ nuo Terintegrasinya IGT sesuai geospasial sebagai landasan
Con kebutuhan pembangunan pembangunan Indonesia
2017 nasional
2015
Terwujudnya penguatan peran dan fungsi inspektorat
101
3.3 Kerangka Regulasi
Visi, misi, tujuan, sistem nilai serta arah kebijakan dan strategi baru
yang disusun dalam Renstra ini tentunya membutuhkan adanya penyesuaian
maupun penyusunan regulasi sebagai dasar hukum. Untuk itu, perlu
dilakukan peninjauan ulang terhadap Undang-Undang nomor 4 tahun
2014 tentang informasi geospasial beserta turunannya. Selain itu,
berdasarkan Renstra yang disusun tentunya terdapat perubahan tugas dan
fungsi maupun penyesuaian terhadap struktur organisasi BIG saat ini. Oleh
karena itu perlu juga dilakukan peninjauan ulang terhadap Peraturan
Presiden nomor 94 tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial.
102
detail desain struktur organisasi beserta argumentasi akan disusun dalam
naskah akademik yang terpisah dari dokumen Renstra ini.
103
BAB 4
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
104
105
105
106
e. IKSS5. Rasio IGT K/L/P yang mengacu kepada IGD terhadap total
IGT yang diselenggarakan K/L/P.
106
107
107
108
108
109
109
BAB 5
PENUTUP
110
111