Anda di halaman 1dari 5

TPA Sarimukti: Konflik Interes Pemegang Kebijakan dalam

Wacana Lingkungan
Oleh Lian Lubis; Ketua Indonesia Habitat Foundation

Tak bisa dipungkiri, isu seputar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti menjadi cikal
bakal perdebatan tak berkesudahan. Konflik yang membelenggu para pemangku kepentingan
adalah nyata, mencerminkan perangai rumit dan perdebatan panjang yang melibatkan pihak-
pihak yang punya kepentingan dan perspektif beragam dalam pengelolaan lingkungan dan
timbulan sampah. Dalam keterbukaan publik yang sangat besar saat ini, keikutsertaan para
pemangku kepentingan dari berbagai lapisan masyarakat akan menciptakan suasana yang rumit
serta membingungkan; mencerminkan telah terjadi interaksi yang rumit antara komponen sosial,
ekonomi, dan politik.

TPA Sarimukti, sebagai tempat pengolahan akhir sampah, menjadi titik penting dalam
manajemen limbah suatu wilayah, dalam konteks wilayah Bandung Raya. Namun, perbincangan
dan perdebatan yang seolah tak ada ujungnya mengenai rencana TPA ini mengundang kita untuk
menyaksikan adanya konflik mendalam di kalangan pemegang kebijakan. Semakin jelaslah
bahwa ini bukan hanya persoalan pengelolaan sampah, tetapi juga melibatkan elemen-elemen
mendasar dalam kerangka masyarakat dan politik yang telah kita bina selama ini pasca
reformasi.

Kenyataan tak terbantahkan adalah dalam perbincangan dan perdebatan saat ini, terdapat
perselisihan pandangan yang cukup besar di antara berbagai pihak. Pemerintah daerah dalam hal
ini Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, yang menjadi pelaku utama dalam pembuatan
kebijakan pengelolaan limbah, mendapati tekanan dari masyarakat yang semakin mengerti akan
dampak lingkungan serta kesehatan. Sementara itu, di sisi lain diyakini bahwa penanganan
sampah tak boleh melupakan komponen ekonomi dan kelangsungan proses produksi. Di sini,
ketidakselarasan antara perlindungan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi muncul,
mengundang perbedaan pandangan yang tak mudah diatasi.
Di tengah suasana ini, peran serta masyarakat sipil serta pegiat lingkungan menjadi sangat
penting. Upaya mereka membawa isu ini ke permukaan dan mencari solusi yang lebih lestari
sangat dihargai. Namun, kadang-kadang, paradoksnya, kehadiran mereka justru memperparah
gesekan yang ada. Bentrokan antara pemerintah dan aktivis, yang terkadang disulut oleh
perbedaan pendekatan serta pandangan, memperumit jalan mencari jalan keluar.

Namun, tak boleh diabaikan pula bahwa konflik ini tak hanya sebatas perbedaan dalam
pandangan ideologis. Ada unsur-unsur politik yang berperan di balik layar. Kelompok-kelompok
tertentu, baik dalam dunia politik maupun ekonomi, bisa jadi akan memanfaatkan situasi ini
untuk memperkeruh suasana dan mengarahkan cerita konflik sesuai kepentingan mereka. Oleh
karenanya, pemegang kebijakan harus cermat dalam mengendalikan dinamika politik yang
berpengaruh terhadap proses penyelesaian dan persoalan kedarutan yang saat ini tengah menjadi
sorotan.

Saling Berpegangan Tangan

Menghadapi konflik seperti ini, pendekatan yang seimbang serta inklusif amat diperlukan.
Pemerintah, industri, aktivis, dan masyarakat harus diberi ruang untuk berdialog yang
membangun. Keterbukaan dalam mendengar pandangan serta keprihatinan masing-masing pihak
merupakan langkah awal yang mutlak dalam meredakan gejolak yang tengah terjadi saat ini.
Tidak kalah penting, pemangku kebijakan harus punya kapasitas untuk mengambil langkah-
langkah berdasarkan fakta serta pengetahuan, dengan tujuan untuk meminimalisir dampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Pada Hari Jumat, Tanggal 11 Agustus 2023, di ruang rapat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Barat, keterbukaan dalam mendengar pandangan dari para pemangku kepentingan
nampaknya telah mulai dilakukan. Tim Masyarakat Peduli TPA Darurat Sarimukti begitu sangat
keras menyuarakan bahwa seperti terjadi pengabaian yang luar biasa hingga mengakibatkan
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air lindi (leachate). Air lindi yang sangat
berbahaya dan beracun tersebut masuk ke dalam badan air yang akhirnya bermuara ke Sungai
Besar Citarum. Tim Masyarakat Peduli pun telah bersepakat dan saling berpegang tangan dengan
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat dalam menangani persoalan yang sangat
mengemuka saat ini. Bukan hanya menyelesaikan perselisihan pandangan yang cukup besar yang
tengah terjadi di antara kedua belah pihak, tetapi juga dalam pertemuan tersebut yang juga
merupakan rapat koordinasi penanganan persoalan kedaruratan TPA Sarimukti yang dihadiri
Dinas Lingkungan Hidup dari Kabupaten dan Kota se-bandung Raya, telah juga dipahami
dengan keterbukaan dari DLH Prov Jabar, terkait persoalan pencemaran terhadap badan air
(sungai Ciganas dan Sungai Cipanauan) dan pengelolaan TPA Sarimukti yang terjadi karena
kebijakan anggaran yang tidak berpihak pada kelestarian lingkungan dan pengelolaan TPA yang
baik serta yang seharusnya dilakukan.

Pada Hari Jumat, Tanggal 11 Agustus 2023, di ruang rapat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Barat, terlihat adanya upaya keterbukaan dalam mendengarkan pandangan para pemangku
kepentingan. Tim Masyarakat Peduli TPA Darurat Sarimukti dengan tegas mengungkapkan
bahwa terdapat pengabaian yang sangat serius yang berakibat pada pencemaran lingkungan,
disebabkan oleh air lindi (leachate) yang sangat berbahaya dan beracun. Air lindi tersebut
kemudian mencemari badan air hingga akhirnya mengalir ke Sungai Besar Citarum.

Tim Masyarakat Peduli telah mencapai kesepakatan dan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat untuk mengatasi masalah yang saat ini menjadi sorotan. Tidak
hanya untuk menyelesaikan perselisihan pandangan yang signifikan antara kedua belah pihak,
tetapi juga dalam rapat koordinasi penanganan kedaruratan TPA Sarimukti, yang dihadiri oleh
perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dari Kabupaten dan Kota se-Bandung Raya. Pada
pertemuan ini, DLH Provinsi Jabar juga secara terbuka memahami isu pencemaran terhadap
badan air (Sungai Ciganas dan Sungai Cipanauan) serta masalah pengelolaan TPA Sarimukti
yang disebabkan oleh kebijakan anggaran yang tidak mendukung pelestarian lingkungan dan
pengelolaan TPA yang baik, yang seharusnya dilakukan dengan benar.

Dalam penilaian dan pandangan saya yang kebetulan sebagai moderator dan mediator dalam
rapat koordinasi tersebut, Sanksi untuk TPA Sarimukti dengan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.5953/MENLHK-PHLHK/PPSALHK/GKM.0/6/2023 tanggal
14 Juni 2023 tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah kepada Tempat
Pengolahan Kompos (TPK) Sarimukti Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, sepatutnya
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Gubernur Jawa Barat yang juga selaku DANSATGAS
Citarum Harum untuk menyelesaikan persoalan secara cepat. Bukan lagi melakukan investigasi
dan mencari pelaku pencemaran karena persoalannya sudah teridentifikasi dan terstruktur secara
jelas.

Seiring tulisan ini berakhir, mari kita ingat bahwa TPA Sarimukti adalah sekadar contoh dari
sekian banyak perdebatan yang muncul dalam masyarakat kita. Konflik ini mencerminkan
kompleksitas serta tantangan dalam menjalankan kebijakan di tengah keragaman pandangan dan
kepentingan. Namun, dengan pendekatan yang terbuka, inklusif, dan didasarkan pada data, kita
punya peluang untuk menemukan jalan keluar yang bermanfaat untuk semua pihak, serta untuk
menjaga lingkungan dan kesejahteraan masyarakat jangka panjang.***

Anda mungkin juga menyukai