Pekalongan terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa, dengan ketinggian kurang lebih
satu meter di atas permukaan. Pekalongan mendapat julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas
dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar
proses produksi batik. Selain itu Pekalongan adalah salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di
Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di Utara, oleh karena itu sebagian besar mata
pencaharian warga daerah pesisir bergantung pada sumber daya laut yang disimbolkan oleh
logo dari daerah pekalongan itu sendiri yang terdiri dari canting yang melambangkan daerah
pengrajin batik dan ikan yang melambangkan daerah penghasil ikan.
Pesisir merupakan wilayah yang memiliki kekayaan dan keragaman sumberdaya alam
dan jasa lingkungan yang sangat tinggi. Kekayaan tersebut antara lain berupa berbagai macam
jenis ikan, mangrove, terumbu karang, dan biota laut, sedangkan jasa lingkungan misalnya
pariwisata, panorama yang indah, budaya, transportasi, dan komunikasi. Fungsi dan
pemanfaatan wilayah pesisir harus dilakukan secara optimal dan berkelanjutan, untuk
mencapai hal ini dilakukan upaya membangun keseimbangan antara pemanfaatan dan
pelestarian sumberdaya kelautan dan lingkungan kawasan pesisir. Keseimbangan antara
pemanfaatan, pelestarian, dan lingkungan dapat tercapai apabila dilakukan dengan pengelolaan
wilayah pesisir yang baik. Pengelolaan wilayah pesisir harus memperhatikan kondisi ruang
pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara terencana, rasional, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan kelastarian fungsi dan keseimbangan wilayah
pesisir.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No.24
Tahun 2007). Salah satu bencana yang sering terjadi pada kota-kota pesisir Banjir, Rob, dan
Penurunan Tanah (land subsidence), yang mana ketiga hal tersebut tidak terpisahkan dalam hal
ini. Terlepas dari kondisi alam, faktor antropogenetik juga berpengaruh terhadap bencana
yang terjadi didaerah pesisir sehingga manusia harus dapat menjaga etika dalam kelestarian
alam. Memperhatikan Ancaman banjir di pekalongan terdapat pada daerah aliran sungai (DAS)
Kupang dapat meluas hingga mencapai 5700 ha pada tahun 2035 dan diperkirakan akan
tenggelam secara permanen karena disebabkan oleh kombinasi dari variabilitas iklim sebagai
implikasi dari perubahan iklim global, serta pengaruh non-iklilm seperti faktor geologis dan
antropogenetik, yang berdampak kepada masyarakat dengan jumlah penduduk 531.496 jiwa
terdiri dari 38 desa-kelurahan di daerarh administratif di Kabupaten dan Kota Pekalongan,
`
disamping itu yang perlu diperhatikan lebih serius mengenai penurunan muka tanah (land
subsidence) yang terjadi pada rentang 0 - 345 cm per-tahun di tahun 2019 atau dengan nilai
median sekitar 16,5 cm per-tahun.
Ekonomi
Masyarakat pekalongan terutama pada daerah pesisir didominasi oleh penduduk yang
bermata pencaharian sebagai nelayan yang mana sumber penghasilan mereka tidak terlepas
dari sumber daya laut itu sendiri yang merupakan jaminan keberlangsungan hidup mereka.
Nelayan memiliki peran yang sangat substansial dalam pertumbuhan ekonomi negara yang
mana mereka termasuk agent of development yang cukup reaktif terhadap perubahan
lingkungan. Karekteristik masyarakat pekalongan daerah pesisir memiliki sifat cenderung
terbuka dibandingkan dengan masyarakat pedalaman, untuk menjadi simulator yang menerima
perkembangan penataan wilayang yang berwawasan maritim. Pendapatan masyarakat nelayan
secara langsung maupun tidak akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena
pendapatan dari hasil berlayar merupakan sumber pemasukan utama atau bahkan satu-satunya
bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap
kehidupan mereka, terutama terhadap kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan tempat
hidup mereka.
Aspek sosial merupakan kajian yang perlu dilaksanakan sebelum pelaksanaan penataan
ruang terutama dalam rangka pemenuhan infrastruktur Aspek ini meliputi karakteristik sosial
penduduk karakteristik budaya (adat) masyarakat kehidupan sosial masyarakat, jumlah
`
Sosial Budaya
Kompleksitas masyarakat, perbedaan kebudayaan, ideologi, etika, persepsi moral dan
latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi dalam penataan ruang Di tambah lagi
kebudayaan cenderung dinamis dan tidak seragam sehingga dalam perencanaan penataan ruang
diperlukan pendekatan sosial (Randolph,2004)
Analisis sosial diperlukan diantaranya untuk mengetahui dampak sosial yang akan
muncul akibat adanya pembangunan. Analisis sosial tersebut meliputi pemahaman dan
pengertian sosial terhadap pentingnya proyek analisis terhadap dampak sosial dari proyek
terutama yang menyangkut keuntungan dan kerugian sosial partisipast sosial terhadap proyek
(Kodeatic 2003)
Dalam hal ini Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Teknik ingin mendiskusikan
problematika pesisir Pekalongan Bersama civitas akademika Fakultas Teknik berdasarkan
persefektif displin ilmu Teknik Sipil dan Perencanaan Tata Wilayah dan Kota guna mencari
jalan keluar yang substainable berdasarkan solusi jangka pendek, jangka menengah dan jangka
Panjang. Adapun pembahasan dalam dialog kebijakan ini meliputi pengembangan jaringan
pengamanan pantai dan sungai, penataan saluran drainase, penataan kawasan-kawasan
budidaya dan lindung, penerapan instrument penataan ruang, optimalisasi pengelolaan air baku
dan sistem penyediaan air minum (SPAM) dan moratorium air bawah tanah barangkali dapat
menjadi pembahasan strategis untuk mengatasi persoalan banjir dan rob yang terjadi di kota
`