Anda di halaman 1dari 45

SEMINAR TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGEMBANGAN PEMANFAATAN RUANG TERBANGUN DI


KAWASAN PESISIR KOTA KUPANG
(Studi Kasus Kecamatan Kelapa Lima)

Oleh
JULIUS NONG ADE AKOIT
NIM : 4510042074

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
LATAR
LATAR BELAKANG
BELAKANG

Aktivitas-aktivitas yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang, sebagian besar didominasi oleh
permukiman, perdagangan dan jasa, industri dan pariwisata. Aktivitas-aktivitas perdagangan dan jasa
(Kelurahan Lasiana dan Kelurahan oesapa) yang ada dalam kawasan pesisir Kota Kupang mempunyai
permasalahan tersendiri, karena bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan kuno terletak
dalam kawasan jalur hijau sempadan pantai yang merupakan kawasan bebas bangunan, dimana
keberadaan bangunan tersebut bisa mengancam sumber daya kawasan pesisir, karena bangunan-
bangunan tersebut tidak mempunyai garis sempadan bangunan atau langsung membelakangi laut, yang
berarti semua limbah cair yang dihasilkan langsung dibuang ke laut. Permasalahan pemanfaatan ruang
terbangun di kawasan pesisir Kota Kupang antara lain adanya pembangunan di sepanjang pesisir Kota
Kupang tanpa memperhatikan sempadan pantai, pola pembangunan yang membelakangi pantai,
banyaknya bangunan liar (tidak ber-IMB) sepanjang pesisir pantai yang tidak memperhatikan kondisi
lingkungan sekitarnya, baik dari aspek penataan maupun sanitasi lingkungan, sehingga menimbulkan
kesan kumuh. Kuantitas dan kualitas jaringan jalan, terutama jalan-jalan lokal dan lingkungan yang ada,
masih perlu ditingkatkan. Sanitasi pemukiman pesisir belum memadai. Terjadinya pembuangan limbah
ke pesisir pantai yang dapat menyebabkan timbulnya polusi tanah, air dan udara. Dan pembukaan
tambak yang menyebabkan rusaknya hutan mangrove serta abrasi.
RUMUSAN MASALAH

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pemanfaatan ruang terbangun di kawasan
pesisir Kota Kupang ?

Bagaimanakah pengembangan pemanfaatan


ruang terbangun di kawasan pesisir Kota
Kupang ?
TUJUAN
PENELITIAN

Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk


mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang terbangun di kawasan
pesisir Kecamatan Kelapa Lima dan
Bagaimanakah pemanfaatan ruang terbangun di
kawasan pesisir Kecamatan Kelapa Lima?
MANFAAT PENELITIAN

• Manfaat akademik, diharapkan dari hasil penelitian ini


dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pemerintahan khususnya yang berfokus pada kajian
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan
infrastruktur desa
• Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna
bagi seluruh stakeholders dalam pembangunan
infrastruktur desa
• Manfaat metodologis,diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat berguna untuk menambah wawasan dan menjadi
referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian
terhadap penelitian selanjutnya yang relevan.
BATASAN PENELITIAN

Ruang lingkup materi yang akan di kaji,


dibatasi pada beberapa aspek yaitu
1. Aspek fisik kawasan pesisir
2. Aspek sosial ekonomi kawasan pesisir
3. Aspek kebijakan tata ruang pesisir
Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjau Pustaka
Bab III : Metode Penelitian
Bab IV : Data dan Pembahasan
Bab V : Penutup
Tinjauan Pustaka

A. Kawasan Pesisir
- Pengertian wilayah pesisir
Menurut Suprihayono (2007:14) wilayah pesisir adalah
wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat
seperti sedimentasi, aliran air tawar, maupun yang
disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
- Karakteristik Ekonomi, Sosial dan Budaya
• Memiliki keunggulan lokasi yang dapat menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi.
• Penduduk mempunyai kegiatan sosial ekonomi yang berorientasi ke air
dan darat.
• Rata-rata penduduk golongan ekonomi lemah, dengan latar belakang
pendidikan relatif terbatas.
• Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi
kebiasaan 'tidak sadar lingkungan' serta cenderung kurang
memperhatikan bahaya dan resiko
• Terdapat peninggalan sejarah/budaya seperti museum bahari, dan
sebagainya.
• Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak
dapat dipisahkan) diatas air, seperti masyarakat Bajo. Terdapat pula
budaya/tradisi pemanfaatan perairan sebagai sarana transportasi utama.
• Merupakan kawasan terbuka (akses langsung), sehingga sangat rawan
terhadap keamanan, seperti penyelundupan, penyusupan (masalah
pertahanan dan keamanan) dan sebagainya.
- Penggunaan lahan Kawasan Pesisir
Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk
aktivitas ekonomi masyarakat serta interaksinya secara ruang dan waktu.
Dinamika perubahan penggunaan lahan, sangat dipengaruhi oleh karena
faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk (dalam jumlah dan
distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti topografi, jenis tanah, dan iklim (Skole dan Tucker dalam Rais,
2004: 157).
Key dan Alder (1998: 25) membagi penggunaan lahan pesisir menjadi
beberapa fungsi yaitu :
1. Eksploitasi Sumber daya (perikanan, hutan, minyak dan gas serta
pertambangan).
2. Infrastruktur (transportasi, pelabuhan sungai, pelabuhan laut,
pertahanan, dan program perlindungan garis pantai)
3. Pariwisata dan Rekreasi
4. Konservasi alam dan Perlindungan Sumber Daya Alam.
5. Pembangunan kawasan permukiman.
B. Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan Pesisir
- Perkembangan Kota pesisir
Perkembangan kota-kota di daerah pesisir dilandasi oleh
tiga alasan mendasar (Mulyadi, 2005: 98), yaitu :
1. Dapat memberikan fungsi yang efektif, sebagai suatu
pemusatan masyarakat dengan berbagai macam
tingkat kebudayaan.
2. Dapat memberikan fungsi kepada kota tersebut
sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan di mana
penguasaan, pengendalian serta pengawasan
terhadap suatu wilayah dapat dilakukan secara efektif
3. Dapat memberikan peranan dan fungsi terhadap kota
tersebut sebagai suatu pusat pertukaran barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
meningkatkan peranan perekonomian ke dalam
maupun keluar.
- Tipologi perkembangan kawasan pesisir
Perkembangan kawasan pesisir (Sujarto dalam Mulyadi, 2005:
99) ada dua macam. Pertama, perkembangan kawasan pesisir
yang intensif maupun ekstensif secara terus-menerus di
sepanjang kawasan pesisir. Perkembangan tersebut terjadi
karena telah berkembangnya jaringan sarana perhubungan
darat yang menghubungkan daerah-daerah sepanjang pesisir.
Kedua, perkembangan intensif yang terjadi karena terpancar
di lokasi- lokasi tertentu karena adanya potensi
perkembangan tertentu yang secara historis mempunyai
potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini
perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara
intensif pada lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi
kepedalaman.
- Pola Perkembangan Daerah Terbangun di Kawasan
Pesisir
Menurut Stuart Chapin dalam Yunus (2001: 173) unsur-
unsur utama perilaku manusia serta dinamika perilaku
manusia dalam proses imbal dayanya telah
mengakibatkan terciptanya pola-pola keruangan
tertentu dalam suatu wilayah /kota. Ada empat pola
perkembangan daerah terbangun didaerah pantai
(Sujarto dalam Mulyadi, 2005: 101), yaitu sebagai
berikut :
1. Daerah kota pantai
2. Daerah desa pantai
3. Pantai Pusat Kegiatan Rekreasi
4. Pantai untuk Kegiatan Khusus
C. Dasar Pertimbangan Pengembangan Kawasan
Pesisir
- Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan
Kawasan Pesisir
Khusus dalam kaitannya dengan usaha
pengembangan, penataan dan pengendalian
penggunaan lahan kawasan pesisir, hal-hal yang
harus diperhatikan (Mulyadi, 2005: 106) adalah :
• Pengaturan pola kepemilikan lahan pesisir.
• Pemanfaatan lahan kawasan pesisir.
• Penataan penggunaan lahan kawasan pesisir.
• Peningkatan peraturan perundang-undangan
pertanahan kawasan pesisir.
- Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pola Pengendalian
Lahan Pesisir
Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan
perkembangan fungsi pantai dan daerah sekitarnya, secara
konseptual usaha pengembangan dan pola pengendalian
lahan pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut :
1. Pengembangan daerah pantai secara mengelompok
(Mulyadi, 2005: 107).
2. Pengembangan secara reklamasi (Suprijanto: 304)
3. Pengembangan secara revitalisasi
- Kebijakan Tata Ruang Kawasan Pesisir
Menurut Soetomo (2005: 8) kebijakan umum dalam
pengaturan kawasan pantai menyangkut kepada 3 aspek
besar kebijakan : kebijakan konservasi alam, kebijakan
untuk pemanfaatan pantai, dan kebijakan untuk
menghadapi bencana alam. Sedangkan kebijakan
perencanaan wilayah pesisir sangat urgen untuk
diaplikasikan pada 3 tipe kawasan pantai berikut ini :
• Daerah konservasi pantai yang mempunyai
pertimbangan nilai konservasi ekosistem yang tinggi dan
memiliki nilai lansekap (bentang alam) yang indah.
• Daerah yang sebagian dapat dikembangkan untuk
kepentingan spesifik yang membutuhkan potensi pantai
(misalnya, pelabuhan, fasilitas perikanan, pariwisata)
• Daerah yang perlu dikendalikan karena proses
perkembangan perkotaannya (urbanisasi).
Kota Kupang sebagai kota pesisir

Pemanfaatan ruang kawasan Pembangunan disepanjang pesisir kota


pesisir sebagai kawasan Kupang yang tidak memperhatikan
budidaya kondisi lingkungan pesisir

Rumusan Masalah
Belum memperhatikan kaidah kaidah berkelanjutan
pada pemanfaatan

Mengkaji pengembangan pemanfaatan ruang terbangun dikawasan pesisir kota


Kupang

Kajian pustaka

Identifikasi fisik Identifikasi social Identifikasi kebijakan


ekonomi pesisir tata ruang

Analisis Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun di Kawasan pesisr kota


Kupang

Kesimpulan dan Saran


METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian Deskriptif kualitatif,mendeskripsikan suatu keadaan yang
sebenarnya, tetapi laporannya bukan sekedar bentuk laporan suatu
kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah serta memahami atau
memperoleh pemahaman mengenai fenomena atau gejala yang
diangkat untuk diteliti secara mendalam. Tipe penelitian ini
menyajikan satu gambar yang terperincil tentang satu situasi
khusus, setting sosial atau hubungan yang digunakan jika ada
pengetahuan atau informasi tentang gejala sosial yang akan
diselidiki atau dipermasalahkan. Pengetahuan tersebut diperoleh
dari survei literatur, laporan hasil penelitian, atau dari hasil studi
eksplorasi. Melalui pengetahuan atau informasi yang dimiliki
tentang gejala yang diselidiki dan dengan melakukan pengukuran
yang cermat atas masalah tersebut akan dapat dideskripsikan
secara jelas dan terperinci tentang apa, siapa, kapan, dimana,
bagaimana dan mengapa dari gejala itu. Jadi penelitian deskriptif
berhubungan dengan frekuensi, jumlah dan karakteristik dari gejala
yang diteliti.
Lokasi Penelitian
Dikaitkan dengan kondisi fisik pesisir Kota
Kupang maka, lokasi wilayah studi kearah
daratan dari garis pantai sampai pada batas
jaringan jalan utama yaitu kecamatan Kelapa
Lima.
Populasi dan Sampel
• Sampel
• Populasi Jumlah Penduduk Pesisir Kelurahan a
n Kelurahan Pesisir = ------------------------------------------------- X Jumlah sampel
Jumlah Penduduk Pesisir Total
Populasi penelitian ini n Kelurahan Pesisir = Jumlah Sampel Penduduk Kelurahan Pesisir
adalah masyarakat di Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel

kawasan pesisir Kota masing-masing kelurahan pesisir dapat dilihat pada Tabel 3.1

Kupang yaitu pada berikut ini :

Tabel 3.1
kelurahan-kelurahan Jumlah responden penelitian kelurahan-kelurahan kawasan pesisir
kota Kupang
pesisir yang terdapat di Jumlah Jumlah
Kelurahan Populasi Responden
Kecamatan Kelapa Lima Kelapa Lima 17.422 23
Oesapa 30.031 39
Oesapa Barat 11.879 16
Oesapa Selatan 4.621 5
Lasiana 14.897 17
TOTAL 78.850 100

Sumber : hasil analisis 2017


Variabel Penelitian
• Kondisi bangunan dan permukiman
• Sarana dan prasarana
• Kepemilikan lahan
• Kependudukan
• Mata pencaaharian
Jenis Dan Sumber Data
• Jenis data • Sumber data
1. Aspek Fisik kawasan pesisir 1. Data primer, diperoleh langsung
2. Aspek sosial ekonomi dari responden dan informan
3. Aspek kebijakan tata ruang penelitian dengan cara
pesisir melaksanakan observasi
terhadap berbagai macam
pelaksanaan pembangunan,
dan wawancara.
2. Data sekunder, diperoleh dari
berbagai sumber dengan cara
menelaah buku-buku,
dokumen, laporan pelaksanaan
pembangunan, serta mengutip
dan mencatat berbagai
informasi dalam bentuk yang
sudah jadi.
Teknik Pengumpulan Data

Observasi
Wawancara
lapangan

instansi
Kuesioner
terkait
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif ,
1. Mengidentifikasi dan menganalisis fisik
kawasan Kecamatan Kelapa Lima.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis sosial
ekonomi kawasan pesisir Kecamatan Kelapa
Lima
3. Mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan
tata ruang kawasan pesisir Kecamatan Kelapa
Lima
4. Analisis pengembangan pemanfaatan ruang
terbangun di kawasan pesisir Kecamatan
Kelapa Lima.
DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum wilayah


a. Tinjauan Umum Wilayah Pesisir
Kecamatan Kelapa Lima
Lingkup wilayah geografis dari
penelitian ini berada pada wilayah
pesisir Teluk Kupang. Wilayah
pesisir Teluk Kupang terletak
antara 9°91’LS-123°23’BT dan
1040 LS-12333 BT yang mencakup
wilayah administratif Kota
Kupang. Secara administrasi,
kawasan pesisir Kota Kupang ini
terletak di kecamatan Kelapa Lima
dengan luas wilayah 12.695 ha.
Panjang garis pantai 22,7 Km.
Status Kepemilikan Lahan di Kawasan Pesisir
Status lahan di kawasan pesisir hampir sebagian lahan adalah milik
masyarakat, hanya sebagian kecil lahan milik negara diantaranya Taman
Kota dan terminal Kota Kupang di Kelurahan Oesapa, tempat parkir di
area pertokoan,, taman kota dan restoran Teluk Kupang di Kelurahan
Lasiana, dan pantai wisata bahari di Kelurahan Lasiana (laporan tahunan
kelurahan-kelurahan pesisir mengenai data tanah dan bangunan milik
pemerintah, 2017).

Kondisi Bangunan dan Kondisi Permukiman


Kondisi permukiman di sempadan pantai hampir seluruhnya mempunyai
kondisi buruk dengan jenis konstruksi jenis semi permanen dan permanen
yang tersebar seluruh kelurahan yaitu Kelurahan Oesapa dan Kelapa
Lima. Sedangkan untuk kondisi sedang dan baik terdapat pada lapisan
kedua dari arah pantai menuju jalur jalan utama.
c. Kependudukan

Pesebaran penduduk dikawasan


TABEL 4.1 pesisir sebagian besar mengarah
JUMLAH PENDUDUK PESISIR KOTA KUPANG
KECAMATAN KELAPA LIMA pada pantai dan sebagian lagi
mengarah keluar pantai hal ini
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
Tahun Penduduk per dikarenakan sebagian masyarakat
No. Kelurahan Tahun bermata pencaharian sebagai
2010 2015 2016 2010- 2015- nelayan namun juga sudah terjadi
2015 2016
1.
pergeseran khususnya di Kelurahan
Kelapa Lima 13.837 16.248 17.422 3,26 7,23
2. Oesapa 23.269 28.002 30.031 3,77 7,25 Oesapa, masyarakat yang berdiam di
3. Oesapa Barat 9.204 11.077 11.879 3,77 7,24 pesisir adalah masyarakat pedagang
4. Oesapa Selatan 3.579 4.307 4.621 3,77 7,29 yang semulanya adalah
5. Lasiana 11.522 13.889 14.897 3,80 7,26
Total 61.411 73.523 78.850 3,67 6,99
masyarakat nelayan. Pergeseran ini
Sumber : Bps kota Kupang 2017 disebabkan karena daerah pesisir
sudah menjadi kawasan pasar
d. Sosial Ekonomi
Gambar 4.2
• Dari seluruh penduduk Aktivitas sosial ekonomi kawasan pesisir kota kupang

wilayah pesisir yang ada,


terdapat 4.172 orang
merupakan kelompok
masyarakat nelayan dengan
rincian 2.942 orang sebagai
nelayan penuh, 91 orang
sebagai nelayan sambilan,
dan 320 orang sebagai
nelayan musiman (Sub
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Kupang,
2017).
e. Penggunaan Lahan
f. Kebijakan Tata Ruang Kawasan Pesisir
Beberapa kebijakan yang menyangkut dengan kawasan pesisir
Kecamatan Kelapa Lima adalah Rencana
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kupang 2010-2030.
• Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2006 Tentang Kawasan
Lindung
• Peraturan Daerah Kota Kupang No. 09 Tahun 2003 Tentang
Penataan Bangunan.
• Peraturan Daerah Kota Kupang No. 7 Tahun 2000 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Kupang.
• Peraturan daerah kota kupang Nomor 21 tahun 2007 Tentang
Pengelolaan wilayah pesisir
• Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan-
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun
• 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Pemanfaatan Lahan Di Kecamatan Kelapa Lima
a. Analisis Fisik Kawasan Pesisir Kota Kota Kupang

Analisis Estetika Lingkungan


Salah satu masalah yang sangat penting dan
mempengaruhi estetika lingkungan yaitu sampah di
kawasan pesisir yang memerlukan perhatian sungguh-
sungguh, karena berkaitan erat dengan lingkungan
kawasan pesisir dan juga kesehatan masyarakat. Untuk
mengatasi masalah sampah ini maka kesadaran dari
masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
sekitarnya sangat diperlukan. Dan selanjutnya dapat di
atasi dengan adanya TPS (Tempat Pembuangan Sampah
Sementara), pemilihan lokasi penempatan TPS juga tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
b. Analisis Kondisi Fisik Buatan
TABEL 4.2
ANALISIS KONDISI PERMUKIMAN DI KECAMATAN KELAPA LIMA

No. Kondisi Permukiman Pengembangan


1. Kumuh dengan konstruksi Pemukiman kumuh ini berada
bangunan yang jelek dan tidak pada sempadan pantai. Space
ada MCK (Kelurahan pantai yang sempit dapat
oesapa). menyebabkan pencemaran
terhadap lingkungan sekitar. Oleh
karena itu di relokasi.
2. Tertata, konstruksi bangunan Renewal yaitu dengan rehabilitasi
semi permanen, ketersediaan sarana dan prasarana yang sudah
prasarana tidak memadai ada dan membangun sarana dan
(kelurahan Oesapa dan prasarana dasar permukiman
Lasiana). yang belum ada.
3. Tertata dengan baik, Renewal yaitu dengan rehabilitasi
konstruksi bangunan sarana dan prasarana yang sudah
permanen, ketersediaan ada dan membangun sarana dan
prasarana minim (Keluraha n, prasarana dasar permukiman
Kelapa Lima, Oesapa). yang belum ada.
4. Tertata dengan baik Bangunan–bangunan ini
konstruksi bangunan merupakan bangunan pertokoan
permanen, ketersediaan pada kawasan perdagangan (kota
prasarana memadai lama). Untuk meningkatkan
(Kelurahan kelapa potensi ekonomi maka diakukan
lima,Oesapa barat dan dengan cara revitalisasi.
Oesapa selatan).
5. Tidak tertata, konstruksi Renewal yaitu dengan
bangunan semi permanent, resettleme nt (permukiman
ketersediaan prasarana tidak kembali) melaui pembanguna n
memadai (Kelurahan lasiana rumah susun sederhana.
dan Oesapa).
6. Tidak tertata, konstruksi Pemukiman yang masuk
bangunan permanen, sempadan pantai di relokasi.
ketersediaan prasarana minim Pemukiman di luar sempadan
(Kelurahan Oesapa). pantai di renewal (model land
sharing) yaitu penataan ulang
diatas lahan dengan tingkat
kepemilikan masyarakat cukup
tinggi.
Sumber : Hasil Analisis 2017
Perijinan mendirikan
bangunan Lama Tinggal
Tabel 4.4

Perijinan mendirikan bangunan dikecamatan Kelapa Lima


Status
Jumlah Persentase
No Lahan
Responden (%) kepemilikan
1 Memiliki IMB 35 35 lahan
2 Tidak memiliki IMB 43 43
3 Memiliki ijin tertulis dari kel / kec 10 10 Tabel 4.3
Kepemilikan lahan
4 Memiliki ijin resmi dari kota kupang 3 3
5 Memiliki IMB dari dinas PU 9 9
Status Kepemilikan Jumlah Persentase
Total 100 100 Responden
Sumber : Hasil Analisis 2017 Tidak memiliki sertifikat 34 34 %
Mempunyai gambar situasi saja 6 6%
Mata Pencaharian Mempunyai sertifikat hak milik 55 55 %
Budaya
Memiliki sertifikat hak guna bangunan 5 5%
Masyarakat Pesisir Memiliki sertifikat hak guna usaha 0 0%
Total 100 100 %
Sumber : hasil survey 2017
Analisis Tata Ruang Pesisir
Tabel 4.7 .
Analisis kebijakan tata ruang pesisir kecamatan kelapa lima

NO RTRW Kota Kupang Kondisi Analisis Kebijakan


1. Kawasan Lindung (keppres No. Pemanfaatan ruang Pemanfaatan ruang terbangun pada
Eksisting
32 tahun 1990) terbangun pada sempadan pantai sepanjang pesisir
kawasan sepadan Kota Kupang yang tidak sesuai yaitu
pantai antara lain :. pemukiman, perdagangan, hotel dan
•Kawasan Perlindungan Setempat restoran. Hal ini merupakan suatu
•Pemukiman
yaitu sempadan pantai merupakan kondisi yang bertolak belakang
penduduk,Kelapa
wilayah yang dibebaskan dari dengan aturan yang ada.
Lima, dan Oesapa).
berbagai bentuk bangunan sejauh ”Pada sempadan pantai, 100 m
100m dari kedudukan air pasang : berlaku umum, beda dengan
kondisi eksisting jadi kepres harus
•Kegiatan yang diperbolehkan  Perdagangan disesuaikan dengan karakteristik
adalah kegiatan yang mampu (Kelurahan oesapa
wilayah.” (Kode kartu: WL I – A6.b)
memperkuat perlindungan barat).
Untuk maksud itu diperlukan
kawasan sempadan pantai dari
•Hotel dan restoran sejumlah alat kontrol berupa
abrasi/ infiltrasi laut.
(Kelurahan Kelapa peraturan/regulasi yang menyangkut
•Kegiata yang berkaitan dengan Lima). aktivitas disepanjang pesisir yang

kelautan seperti dermaga, memperhatikan aspek keseimbangan


•Kawasan hutan lingkungan serta konsep
pelabuhan/ kegiatan perikanan
mangrove pembangunan yang
lain.
berkelanjutan.Untuk kedepannya,
•Breakwater untuk
•Kegiat yang dikawatirkan harus ditingkatkan pengendalian
melindungi aktivitas
mengganggu kelestarian pengembangan serta pengaturan
kawasan pesisir.
fungsi lindung tidak pengembangan fisik daerah pantai
diperbolehkan. dengan mulai menerapkan ”garis
sempadan pantai” dalam usaha
menormalisasikan daerah-daerah
pantai yang sudah terbangun dan
yang akan berkembang.
NO RTRW Kota Kupang Kondisi Analisis Kebijakan
Eksisting
2. Kawasan Pemukiman: Kondisi eksisting Jika dikaitkan dengan Kepres No.
Pemukiman di kawasan pesisir kawasan pemukiman 32 Tahun 1990 dengan kondisi
pada Kelurahan Kelapa Lima, di kawasan pesisir eksisting maka hampir seluruh
Oesapa dan Lasiana. sesuai dengan bangunan fisik tidak memenuhi
rencana tata ruang ketentuan.Untuk mengatasi hal tersebut
namun ada yang sangat dibutuhkan peran pemerintah
memanfaa tka n jalur yang lebih besar bagi masyarakat dalam
hijau sempadan pengadaan perumahan bagi masyarakat
pantai dan RTH yang pendapatannya rendah, baik
antara lain Kelapa menyangkut bangunan fisik maupun
Lima, dan Oesapa. sarana-prasarana permukiman1998:
149).

3 Kawasan Perdagagan: Kebijakan pemerintah untuk tetap


Kegiatan perdagangan pada Kegiatan mempertahankan sebagai kawasan
kawasan pesisir yaitu Kelurahan perdagangan pada perdagangan karena merupakan
Oesapa. pusat kota yaitu kawasan kota lama. Untuk membatasi
Kelurahan kelurahan hal ini dapat dilakukan dengan cara
Oesapa Barat yang menumbuhka n aktifitas perdagangan di
berada pada tempat lain, merevitalisasi kawasan
kawasan pesisir dan perdagangan tersebut dan membatasi
masuk dalam jalur pembangunan baru pada kawasan
hijau sempadan perdagangan tersebut. karena space
pantai. pantai yang sempit dan juga garis pantai
pada lokasi ini yang relatif lurus dan
akan memungkin kan terhambatnya
gerakan air akibat pertambahan
sedimentasi dan pencemaran.

4 Kawasan W isata : Kawasan wisata UU RI No 9 Tahun 1990 tentang


Kawasan W isata terletak di sesuai dengan Kepariwisataan, disebutkan kawasan
pantai Lasiana. RTRW Kota wisata adalah kawasan dengan luasan
Kupang. tertentu yang dibangun/disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata/menjadi
sasaran wisata. Kebijakan terhadap
penggunaan lahan pariwisata dinilai baik
karena potensi wilayah pesisir dapat
ditonjolkan melalui aktivitas pariwisata ini.
PENGEMBANGAN PEMANFAATAN RUANG DI
KAWASAN PESISIR KECAMATAN KELAPA LIMA
KESIMPULAN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun


Dikawasan Pesisir Kota Kupang

Kondisi Fisik Peisisir Kawasan Pemanfaatan Ruang Kawasan


Kondisi Fisik Buatan Di
pesisir kecamatan Kelapa Pesisir Kecamatan kelapa
Kecamatan Kelapa Lima
Lima Lima
• Karateristik pantai (Pantai • Kondisi Permukiman • Status Kepemilikan Lahan
Landai / Dataran dan Pantai • Kondisi Sarana dan • Perijinan mendirikan
Endapan Lumpur) Prasarana bangunan
• Kondisi topografi (dataran • Kependudukan
berpasir dan dataran • Kebijakan tata ruang
endapan lumpur)
• Kondisi Estetika Lingkungan
• Kondisi air
• Keberadaan Ekosistem
mangrove
Pengembangan Pemanfaatan Ruang Terbangun Dikawasan Pesisir Kecamatan
Kelapa Lima

Pantai landai (dataran dan dataran


berpasir): karakteristik pantai ini
cenderung tumbuh lebih cepat sehingga Pantai Endapan Lumpur: kawasan hutan
belum memenuhi berbagai macam standar mangrove (Kelurahan Oesapa) :
persyaratan kesehatan, kenyamanan, Pengembangan kawasan mangrove dengan
keamanan, ketertiban, kelayakan, cara rehabilitasi karena kawasan mangrove
keindahan dan berwawasan lingkungan. saat ini kondisinya rusak diakibatkan
Pengembangan kawasan pesisir dengan pemanfaatan yang tidak bijaksana oleh
karakter pantai yang landai di kembangkan masyarakat. Pengembangan kawasan
dengan cara penataan kawasan mangrove akan memberikan fungsi dan
pemukiman, pengembangan kegiatan keuntungan yang besar, baik untuk
industri dengan mempertimbangkan mendukung sumber daya perikanan laut
segala aspek kelestarian kawasan pesisir, dan budidaya.
dan pengembangan kawasan wisata Pantai
Lasiana
SARAN

Adanya aturan/kebijakan pemerintah kota untuk masing-masing tipe pemanfaatan di kawasan pesisir
Kecamatan Kelapa Lima, seperti kawasan permukiman; kawasan rekreasi; dan lain-lain.

Mengefektivitas aparat pemerintah daerah yang bersangkutan sebagai koordinator perencanaan dan
pembangunan daerah umumnya dan daerah pantai khususnya secara terpadu dan menyeluruh.

Meningkatkan pajak bumi dan bangunan di kawasan pesisir.

Perlunya pengendalian kepemilikan tanah di daerah pantai dengan dilandasi oleh peraturan-peraturan tanah
yang berlaku saat ini

Perlu ditingkatkan pengawasan dan pengendalian transaksi jual beli tanah di kawasan pesisir dengan
melandaskan kepada peraturan perundangan pertanahan yang berlaku.

Adanya pemetaan (mapping) daya dukung. Daerah-daerah yang ditata untuk budi daya sebaiknya dilengkapi
dengan informasi daya dukung lingkungan (environmental carrying capacity). Informasi ini menjadi rambu-
rambu baik bagi kegiatan yang sudah berjalan maupun kegiatan yang ditoleransi boleh masuk.

Perlu adanya pengembangan peraturan perundang-undangan pembangunan lahan di daerah pantai.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai