Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN

PEMBANGUNAN BENDUNG IRIGASI PERTANIAN DI KABUPATEN


BONDOWOSO

BAB 1
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian,
mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pakan
dan energi, serta tempat bergantungnya mata pencaharian penduduk di kabupaten
bondowoso. Dalam mendukung kegiatan pertanian dikabupaten bondowoso
dimulai dari penyediaan air bagi petani supaya mempermudah para petani dengan
adanya irigasi kelahan-lahan pertanian. Infrastruktur dan sarana merupakan salah
satu faktor penting dalam proses usahatani diantaranya infrastruktur irigasi.
Infrastruktur irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung
terhadap kualitas dan kuantitas tanaman dilahan pertanian.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 Pasal 2 tentang
pembangunan bendung termasuk usaha atau kegiatan yang di perkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup baik dari aspek ekonomi
dan aspek sosial, karena pembangunan bendung merupakan kegiatan yang
mengubah bentuk lahan atau bentang alam, ekploitasi sumber daya air, proses dan
kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi aspek lingkungan, sosial dan budaya,
pelaksanaan konservasi sumber daya air, serta penerapan teknologi yang
berpotensi mempengaruhi lingkungan hidup.
Rencana untuk mengatasi kekurangan air dikabupaten bondowoso terutama
pada lahan tebu kemungkinan besar kita harus membuat bendungan untuk
meminimalisir kekurangan air dikabupaten bondowoso. Dengan adanya
bendungan kita bisa mengairi lahan tebu dengan luas 20.089 ha dengan maksimal.
Dalam status proyek saat ini iyalah sedang dalam persiapan konstruksi yang akan
dilaksanakan pada 2024-2025.
Bendungan yang dibangun pada lebung yang dipergunakan untuk mengairi
tanaman tebu saat musim kemarau, seluas 5121 ha dengan kebutuhan air irigasi
sekitar 53.234.000 m3, Sehingga bendungan yang telah kita bangun untuk irigasi
pada tebu mencukupi lahan tebu yang sebesar 5121 ha.

1.2 Maksud Tujuan


Adapun tujuan dan manfaat dibangunnya bendung irigasi pertanian
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dengan
membuat saluran irigasi pada lahan tebu.

BAB 2
2.1 Deskripsi Kegiatan yang Dikaji
Kegiatan utama yang potensial menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan dari pembangunan bendung irigasi ini harus ditelaah dan dikaji dalam
studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), meliputi antara lain:
2.1.1 Tahap Pra-Kontruksi
Pada tahap pra-kontruksi, kegiatan utama yang potensial diperkirakan akan
menimbulkan dampak antara lain:
1) melakukan survey lahan/ lokasi, untuk mengatahui kontur lahan dan tanah
2) melakukan perencanaan dan perizinan (legalitas) untuk lokasi pembangunan
dan operasional usaha pembangunan bendung irigasi pertanian
3) melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai dampak dari
kegiatan pembangunan bendung irigasi pertanian
4) berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat (adat) mulai
dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai kampung memperhatikan kearifan
lokal masyarakat setempat dalam kegiatan pengadaan lahan
5) penyiapan lahan (5121 ha) dan pemindahan penduduk (397 kk)
2.1.2 Tahap Kontruksi
Pada tahap kontruksi, kegiatan utama yang potensial diperkirakan akan
menimbulkan dampak antara lain:
1) kegiatan Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja yang menggunakan
jalan lintas kabupaten atau transportasi akan melalui jalan kabupaten
(kecamatan/desa)
2) kegiatan pematangan lahan melalui kegiatan pembersihan, penimbunan, dan
perataan lahan untuk pembangunan bendung irigasi
3) kegiatan pembangunan base camp peralatan, perumahan karyawan, dan
fasilitas lain
4) pembersihan bekas material dan pengembalian alat-alat berat dalam kegiatan
kontruksi yang tidak digunakan secara bertahap
2.1.3 Tahap Pasca Kontruksi
1) Kegiatan perencanaan dan perizinan, dilakukan dengan cara mengukur
bendungan irigasi dan mencatat batas-batas wilayah bendungan yang sudah
disetujui.
2) Inventarisasi lahan, yaitu adanya kepemilikan resmi terhadap lahan yang akan
dibangun bendungan irigasi, sehingga nantinya diharapkan tidak ada terjadi
hal-hal yang dapat merusak rasa kekeluargaan antara warga dengan pekerja.
3) Sosialisasi proyek, sosialisasi ini dilakukan guna memberi informasi kepada
masyarakat sekitar bahwa akan dibangunnya bendungan irigasi dengan luas
3096 ha yang tentunya terdapat tujuan untuk kemaslahatan bersama, sehingga
masyarakat diharapkan akan mendukung proyek bendungan irigasi ini.\
2.1.4 Tahap Operasi
1) Rekruitment tenaga kerja, dapat menggunakan pengumuman di balai desa atau
pamflet bagi warga yang ahli
2) Kegiatan pembangunan waduk irigasi berjalan
3) Pengoperasian jalan yang akan dilewati alat berat maupun sebagai jalan
penghubung tenaga kerja
4) Pengoperasian tempat ibadah
5) Pengoperasian titik evakuasi
6) Pengoperasian alat peredam gempa, agar ketika ada guncangan keras
bendungan tidak mudah roboh.
2.2 Deskripsi Rona Awal
Rona lingkungan hidup awal adalah kondisi awal lingkungan yang berupa
kondisi alam yang terkena imbas akibat adanya kegiatan, termasuk aspek fisik,
kimia biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.
1. Kimia-fisik
Komponen dari aspek kimia-fisika yaitu Meliputi iklim, topografi dan
geologi,hidrologi, kualitas udara, serta kualitas air.
a. Iklim
Wilayah kabupaten bondowoso beriklim tropis yang mempunyai dua musim
yaitu musim penghujan dan kemarau. Musim kemarau di kabupaten
Bondowoso terjadi pada bulan mei-oktober, sedangkan musim penghujan
terjadi pada bulan november-april. Curah hujan bulanan di Bondowoso yaitu
150mm sedangkan curah hujan tahunan yaitu 1700-2100mm per tahun dengan
jumlah hari hujan berkisar 90-130 hari per tahun. Suhu udara rata-rata yaitu 17-
32 derajat celcius dengan tingkat kelembaban nisbi cukup tinggi yaitu +77%.
b. Topografi dan geologi
Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso yaitu pegunungan perbukitan dan
dataran rendah. Luas pegunungan 44,4% perbukitan 24,9 persen dan dataran
rendah 30,7%. Kabupaten Bondowoso terletak di ketinggian 78-2.300 mdpl,
dengan rincian 3,27% pada ketinggian dibawah 100mdpl, 49,11 pada
ketinggian antara 100-500mdpl, 19,75% pada ketinggian antara 500-
1.000mdpl, dan 27,87 diatas ketinggian 1.000mdpl. berdasarkan topografis
wilayah kelerengan bondowoso bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2%
seluas 190,83km, landai (3-15%) seluas 568,17km, agak curam ( 16-40%)
seluas 304,70 km dan sangat curam diatas 40% seluas 496,40km. geologis
Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan yaitu, hasil gunung api kweter
21,6%, hasil gunung api kweter muda 62,8%batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5%
dan miasem jasies sedimen 1,5%. Tekstur tanah 96,9% bertekstur sedang (
lempung, lempung berdebu dan lempung liat) dan 3,1% bertekstur kasar ( pasir
dan pasir berlempung).
c. Hidrologi
Kabupaten Bondowoso terletak pada 113°48′10″-113°48′26″ BT dan antara
7°50′10″-7°56′41″ LS, Pola aliran sungai dendritik tercipta akibat
geomorfologi perbukitan yang sangat dominan pengaruhi keadaan daerah
Kabupaten Bondowoso. Sungai utama yang lewat daerah Kabupaten
Bondowoso merupakan Sungai Sampean yang membelah daerah kabupaten,
Sungai Deluwang di sisi barat, serta Sungai Telaga di sisi timur. Kabupaten
Bondowoso terletak pada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), ialah DAS
Sampean, DAS Deluwang serta DAS Banyuputih (Kalipahit).
d. Kualitas udara
Berdasarkan pengamatan secara visual dapat dikemukakan bahwa kualitas
udara yang ada di Kabupaten Bondowoso cukup baik, dengan indeks kualitas
udara 47 karena peruntukan lahan umumnya untuk pertanian.
2. Biologi
Aspek biologi yang dimaksud adalah meliputi kekayaan flora dan fauna yang
terdapat pada lokasi proyek.
a. Fauna
Beberapa contoh fauna yang ada di lokasi proyek adalah jenis-jenis burung
reptilia dan mamalia, seperti burung prenjak ( Prinia familiaris ), burung gereja
( passer mountanus) juga terdapat reptil yaitu kadal (Moubouya multifasciata)
dan mamalia yaitu tikus (Rattus sp)
b. Flora
Teh-tehan (Achalipa sp), Putri malu (Mimos Pudica), krokot (Partuluca
cylindrica), Bambu (Bambusa spp), Pepaya (Carica pepaya)
3. Kesehatan masyarakat
Faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat di wilayah studi adalah
kondisi penyehatan lingkungan pemukiman dan prilaku masyarakat, serta
prasarana kesetan yang ada. Parameter yang diamati adalah kondisi lingkungan
termasuk sanitasi lingkungan, pola penyakit yang sering timbul dan fasilitas
kesehatan.
a. Kondisi pemukiman
Sebagian besar dari pemukiman yang ada adalah batu/permanen dengan
kondisi yang umumnya memenuhi persyaratan kesehatan, dalam arti
tersedianya air bersih cukup memadai demikian juga dengan kondisi sanitasi
lngkungan.
Sanitasi pada areal pemukiman diwilayah studi cukup memadai, setiap rumah
sudah mempunyai fasilitas WC dan kamaar mandi, sedangkan untuk sampah
setiap rumah mempunyai tong sendiri.
b. Pola penyakit
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak terdapat jenis penyakit yang berat (
wabah penyakit ) menyebar luas, hal tersebut dapat di pahami karena adanya
kesadaran kesehatan dari masyarakat di wilayah studi/proyek.
c. Fasilitas kesehatan
Fasilitas dan sarana kesehatan masyarakat pada umumnya terdapat di ibukota
kecamatan, seperti dokter praktek, rumah sakit, klinik, puskesmas dan
posyandu, yang kondisinya cukup baik untuk memberikan pelayanan medis
yang cepat bagi masyarakat.
4. Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Sosial
Jumlah penduduk, pada lokasi rencana usaha atau kegiatan, terdapat 397 KK.
Dengan mayoritas tingkat pendidikan SMA dan kebiasaan hidup masyarakat
setempat yang masih tradisional.
b. Ekonomi
Kondisi lokasi rencana usaha atau kegiatan, mayoritas masyarakat bekerja
sebagai petani dengan penghasilan rata-rata Rp 2.000.000 per bulan dan
kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah pertanian dan perdagangan. Sekitar
60% tenaga kerja di wilayah ini terlibat dalam sektor pertanian, 20% dalam
sektor industri, dan sisanya dalam sektor jasa. Sektor pertanian memainkan
peran utama dalam ekonomi lokal. Pertanian terdiri dari tanaman pangan,
sayuran, dan perkebunan. Namun, tingkat produktivitas masih bervariasi.
Selain itu, terdapat sekitar 100 usaha kecil dan menengah di wilayah ini,
termasuk kerajinan tangan dan produksi barang konsumen. Sekitar 30%
penduduk terlibat dalam sektor ini, namun, potensi ekonomi lokal belum
sepenuhnya dimanfaatkan.
c. Budaya
Bahasa lokal di wilayah ini adalah Bahasa Madura, Bahasa lokal, yang disebut
"Bahasa Madura," digunakan oleh hampir seluruh populasi wilayah ini,
mencapai sekitar 95% penduduk. Bahasa Madura memiliki dialek regional
yang berbeda-beda yang dipahami oleh penduduk setempat. Agama Islam,
yang diikuti oleh sekitar 60% penduduk, adalah agama mayoritas di wilayah
ini.

Kelompok 4:
Ahmad Farhan Halimi(201510801035)
Shohibatul Mumtazah (211510801001)
Anas Ubaydillah (211510801021)
Nevanda Shaquille R (211510801024)
M. Syarif Hidayatullah (211510801038)

Anda mungkin juga menyukai