Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MATAKULIAH IRIGASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MataKuliah Irigasi

Kelas B

Disusun Oleh:

Deffa Khoirulloh 201710201017


Ahmad Rafid Zuhdi 201710201019
Achmad Hanafi Kasminto 201710201021
Cahyo Dian Prakoso 201710201092
Achmad Nurfauzi 201710201063
Ferdinand Simanjuntak 201710201060

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air

irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,

irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan

irigasi adalah untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia secara efisien

sehingga produktivitas pertanian dapat meningkat sesuai yang diharapkan (Anton

Priyonugroho, 2014).

Kebutuhan air bagi kehidupan dibumi sangatlah penting, bukan hanya

untuk aktivitas manusia melainkan proses pertumbuhan hewan dan tanaman,

sehingga sangat tergantung terhadap keberadan air. Namun keberadaan air dari

satu tempat dengan tempat yang lain mempunyai perbedaan, karena proses siklus

Hidrologi yang terjadi pada air terbagi ke berbagai daerah secara tidak merata

menurut geografi maupun musim.

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi merupakan salah satu wujud

dari pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, sesuai dengan amanat dalam UU

No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Peranan sektor pertanian sangat

strategis dalam perekonomian nasional dan kegiatan pertanian tidak dapat terlepas

dari air. Oleh karena itu, pengembangan dan pengelolan sistem irigasi, yang

merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan pengembangan

pertanian mempunyai peran yang sangat penting dan strategis.


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana evaluasi hasil dari pelaksanaan program pengembangan irigasi


didesa?
2. Bagaimana aspek sosial ekonomi pertanian irigasi?
3. Bagaimana kerangka Kerja untuk Menilai Kinerja Irigasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan program pengembangan
irigasi di desa ?
2. Untuk mengetahui aspek sosial ekonomi pertanian irigasi?
3. Untuk mengetahui kerangka kerja dalam menilai kinerja irigasi?

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan program
pengembangan irigasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui aspek perkembangan sosial ekonomi
pertanian irigasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kinerja irigasi
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Evaluasi Hasil, Akibat dan Dampak Pelaksanaan Program


Pengembangan Irigasi Desa
2.1.1 Deskripsi kawasan studi
Daerah kajian sistem irigasi desa secara geologis termasuk dalam Kawasan
Lereng Bagian Tengah Merapi (LBTM). Di Kawasan LBTM dijumpai banyak
mata air yang mengalir sebagai sungai – sungai kecil yang kemudian
dikembangkan menjadi sumber air irigasi desa maupun untuk berbagai keperluan
lainnya. Kawasan LBTM terletak pada garis kontur 200 – 300 m. Fisiografis
kawasan LBTM berbentuk lereng bergelombang dengan tanah didominasi oleh
bahan abu vulkanik, bertekstur ringan sampai medium dengan kapasitas daya ikat
air yang medium.
Kawasan LBTM mencakup areal seluas 29.100 ha, 15.400 ha (52,9%) di
antaranya berupa lahan sawah. Tanpa adanya pasok air irigasi, lahan sawah
tersebut pada umumnya akan mengalami kekurangan air di musim kemarau. Pola
tanam umum adalah padi, dengan jadwal tanam mengikuti musim hujan. Produksi
padi/ha dikawasan LBTM pada musim kemarau maksimum 5,0 ton dan minimum
sebesar 3,0 – 3,5 ton. Berdasarkan hasil produksi tersebut menunjukkan bahwa
ketersediaan air bukan merupakan faktor penentu produksi padi di kedua kawasan
studi, dan budidaya padi telah dilakukan secara intensif.
2.1.2 Deskripsi umum irigasi sistem irigasi desa
Sumber air sistem irigasi desa di Kawasan studi berasal dari aliran air
sungai dan juga dari perkolasi serta rembesan ke samping dari Kawasan hulu.
Rancang bangun pintu sadap yang permanen hampir seragam. Bangunan sadap
berupa pengambilan bebas, berbentuk persegi panjang. Pintu sadap tidak dapat
mengendalikan air yang masuk pada waktu terjadi banjir, yang diperkirakan
debitnya sebesar 90 – 1001/dt. Hampir semua bangunan sadap dibuat dari batu
pasangan dan bersifat permanen. Bendung ada yang permanen dan ada yang
temporer.
Sistem irigasi desa yang dikaji sudah ada yang berumur lebih dari 70 tahun
tetapi ada pula yang lebih baru. Bangunan irigasi yang permanen umumnya baru
direhabilitasi setelah 10 – 15 tahun. Rehabilitasi dan pemeliharaan dilakukan oleh
masyarakat secara swadaya dan swadana atau bila ada dimintakan bantuan dari
berbagai sumber.
2.1.3 Hasil dan akibat agroteknis pengembangan irigasi desa
Sebagian Kegiatan PID berupa pembuatan bendung baru atau rehabilitasi bendung
dengan oerbaikan saluran pembawa. Pekerjaan lain berupa pembuatan gorong –
gorong, plesteran terjunan, perkuatan tebing dan perbaikan sayap bendung. Pada
setiap pekerjaan pengembangan irigasi desa dapat disimpulkan bahwa sasaran
yang diinginkan masyarakat yaitu pada peningkatkan luas tanam atau peningkatan
produksi dan menjaga keberlanjutan fungsi dari jaringan fungsi.

2.1.4. Akibat dan dampak sosio teknis


Akibat agro teknis pelaksanaan PID dapat diketahui bahwa ketersediaan air
dari sumber daerah irigasi merupakan pembatas utama terhadap hasil yang dapat
dicapai. Oleh karena itu pemilihan lokasi PID untuk selanjutnya harus lebih
selektif dan lebih mencermati keadaan ketersediaan air. Dengan demikian
pengalaman petani terhadap watak penyediaan air harus dapat diterima sebagao
sumber informasi penting dalam perencanaan kegiatan. Masalah ketersediaan air
dapat dilihat dari nilai rank keajegan dan kepastiaan air yang rendah. Nilai
kemanfaatan jaringan irigasi akan semakin menurun apabila semakin banyak
petani yang tidak mengusahakan sawahnya untuk usaha tani atau usaha tani bukan
lagi menjadi sumber pendapatan utama.

2.2 Aspek Sosial Ekonomi Pertanian Irigasi


Aspek sosial ekonomi dalam irigasi merupakan salah satu pengaruh yang
sangat berhungan terhadap pertanian. Keberadaan irigasi sangat berpengaruh
dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani. Irgasi menghubungkan
aspek sosial dan ekonomi yang sangat erat dalam bidang pertanian yang menjadi
bidang dalam produksi bahan pangan. Pemanfaatan pengelolaan sumber daya air
yang tepat menjadi sasaran paling utama dalam pemberdayaan sumber tani yang
lebih produktif. Perkembangan produksi pertanian ditentukan dengan ketersediaan
sumber daya air yang menjadi input bagi tanaman pangan yang akan
dibudidayakan.
Ketergantungan pada ketersediaan air terus meningkat dalam produksi
tanaman pangan dalam pertanian. Kekeringan yang meningkat turut menambah
angka kemiskinan petani dalam ketersediaan alternatif pengairan dalam
menunjang pertanian. Pembangunan irigasi menjadi salah satu jalan pada
penyedian pengairan yang sampai ketangan para petani.jalur yang pas dengan
kebutuhan yang pas akan mendukung percepatan pembangunan irigasi yang bisa
ditingkatkan terus menerus. Banyaknya permaslahan terkait kebutuhan pengairan
menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan pembangunan irigasi yang
menangani dalam pemenuhan kebutuhan air dan menjadi jalan dalam peningkatan
produktivitas petani.
Profil sosio ekonomi yang berpengaruh dalam keberadaan irigasi sebagai
penunjang kebutuhan air dalam pertanian dipengaruhi dengan adanya percepatan
pembangunan irigasi. Ketersediaaan irigasi bagi pertanian yang cukup akan
mendukung produktivitas pertanian sehingga kekeringan bukan lagi menjadi salah
satu penghambat untuk terus meningkatkan produktivitas pertanian. Pendapatan
pertanian diperhitungkan berdasarkan kontribusi hasil produksi tanaman per
banyaknya tanaman yang dibudidayakan dalam satu lahan dengan luas tertentu.
Faktor lain yang mempengaruhi keberadaan pembangunan Irigasi dalam
pertanian adalah pendapatan yang mempertimbangkan faktor area budidaya
sebanyak 70% yang menjadi dampak paling tinggi dalam pertanian. Semakin luas
area pertanian yang dapat diolah, maka semkin banyak peluang untuk mendapat
hasil produksi yang lebih tinggi. Namun, jika masalah pengairan berkurang atau
bahkan sulit didapatkan maka area yang luas juga akan menjadi kerugian besar
jika produktivitasnya berkurang atau hangus. Sehingga, pembangunan dan
keberadaan irigasi menjadi salah satu faktor yang dapat membuka peluang dalam
peningkatan perekonomian pertanian
2.3 Kerangka Kerja untuk Menilai Kinerja Irigasi
Untuk menilai kinerja Irigasi diperlukan berbagai elemen yang berkontribusi
untuk system irigasi yang lebih maju. Faktor kelembagaan adalah factor penting
maju tidaknya system irigasi. Selain factor kelembagaan, hal – hal penting lainnya
seperti koordinasi praktik irigasi dengan pertanian lainnya untuk mengatasi
masalah yang merugikan. Penggunaan air yang efisien juga kunci suksesnya
system irigasi. Pada musim hujan dengan musim kemarau tentu system irigasi
yang di terapkan berbeda. Untuk itu maka perlu di bangun system irigasi yang
mampu mengatasi variasi alami pada pasokan air.
Di berbagai belahan dunia baik di negara maju maupun negara berkembang
akan menghapi tuntutan bersaing urbanisasi dan industrialisasi untuk menambah
pasokan air. Bagian dari peningkatan pasokan air berkaitan dengan kemungkinan
konservasi penggunaan dan pengelolaan yang efisien. Di negara berkembang
pencahan kekurangan air adalah dengan cara memeriksa air secara kritis atau
dilakukan secara konvensional. Hal ini direncanakan untuk mengurangi
pemborosan air. Cara lain yang digunakan adalah adalah pengurangan kehilangan
air akibat penguapan. Selain cara konvensional juga dilakukan cara Teknis seperti
pengukuran air yang lebih baik. Modifikasi jadwal pengiriman air, dan
modernisasi fasilitas proyek. Namun Kembali lagi factor non teknis adalah factor
utama yang harus dipertimbangkan seperti kepedulian terhadap lingkungan,
perampingan perusahaan, prosedur administrasi yang inovatif, tenaga kerja irigasi
yang terlatih, biaya operasinal, unit area dan pengaturan dan kontrol pasokan air
yang lebih efisien, serta menghindari duplikasi dan peningkatan pemborosan
modal. Hasil akhir dari semua perbaikan system tersebut baik secara teknis dan
non teknis adalah adanya perbaikan social ekonomi, dan terwujudnya pertanian
pembangunan yang maju.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjalasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Daerah kajian sistem irigasi desa secara geologis termasuk dalam Kawasan
Lereng Bagian Tengah Merapi (LBTM). Sumber air sistem irigasi desa di
Kawasan studi berasal dari aliran air sungai dan juga dari perkolasi serta
rembesan ke samping dari Kawasan hulu. Rancang bangun pintu sadap
yang permanen hampir seragam.
2. Aspek sosial ekonomi dalam irigasi merupakan salah satu pengaruh yang
sangat berhungan terhadap pertanian. Keberadaan irigasi sangat
berpengaruh dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani
3. Untuk mewujudkan system irigasi yang maju factor teknis pengukuran air
yang lebih baik. Modifikasi jadwal pengiriman air, dan modernisasi
fasilitas proyek. Selain itu factor non teknis seperti kelembagaan juga
harus berpartisipasi dalam memajukan system irigasi
DAFTAR PUSTAKA

Baiq, S. (2019). EVALUASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI


WADUK BATUJAI LOMBOK TENGAH (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Mataram).

Priyonugroho, A. (2014). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada


Daerah Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat
Lawang) (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Small, L. E., & Svendsen, M. (1990). A framework for assessing irrigation


performance. Irrigation and drainage systems, 4(4), 283-312.

Soekarno, I., & Natasaputra, S. (2014). Penilaian Kinerja Irigasi berdasarkan


Pendekatan Permen PU no. 32/2007 dan Metode Masscote dengan
Evaluasi Rapid Appraisal Procedure (RAP) di Daerah Irigasi Barugbug-
Jawa Barat. Jurnal Irigasi, 9(2), 126-135.

Pusposutardjo, S., & Wardana, W. (1997). Evaluasi Hasil, Akibat, dan Dampak
Pelaksanaan Program Pengembangan Irigasi Desa: Studi Kasus Kabupaten
Sleman Propinsi DI Yogyakarta. Agritech, 17(2), 15-22.

Anda mungkin juga menyukai